Anda di halaman 1dari 5

BAHASA

Bahasa Manado atau Bahasa Melayu Manado adalah sebuah dialek bahasa Melayu
Pasar (Kreol) yang dituturkan penduduk di Kota Manado (dominan), Bitung, Tomohon,
Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Kabupaten
Bolaang Mongondow dan Provinsi Gorontalo. Karena bahasa Manado hanya digunakan
untuk komunikasi lisan, tidak ada standar ortografi/tulisan yang pernah disahkan. Bahasa
Manado atau Melayu Manado adalah bahasa perdagangan/bahasa persatuan yang dipakai.
Maka dari itu bahasa ini tidak beda jauh dari bahasa Indonesia, hanya beberapa
pembendaharaan katanya saja memakai Bahasa Manado/Minahasa asli.

RUMAH ADAT

Rumah Adat Walewangko

Nama Walewangko untuk rumah adat ini berasal dari kata wale atau bale. Dalam Bahasa
Indonesia, Wale atau Bale memiliki arti sebuah rumah untuk berbagai aktivitas bersama
semua anggota keluarga. Kata tersebut mengalami perubahan sehingga menjadi Walewangko
yang memiliki makna rumah pewaris. Selain untuk rumah adat, nama Walewangko juga
merupakan nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Langowan Barat, Sulawesi Utara.
Nah, dalam wilayah desa itulah Anda dapat menjumpai rumah adat jenis ini. Ukuran rumah
adat Walewangko ini cukup luas dan besar, sehingga tidak heran pada zaman dahulu satu
rumah Walewangko dihuni oleh 6 sampai 9 keluarga. Namun, meskipun mereka tinggal
dalam satu rumah setiap keluarga tetap memiliki kepala keluarga yang bertanggung jawab
atas anggotanya.
TARIAN DAERAH

Tari Maengket

Tarian Maengket ialah sebuah tarian tradisional yang berasal dari daerah Manado, Sulawesi
Utara. Nama Tari Maengket sendiri berasal dari kata “Engket” yang berarti mengangkat tumit
kaki secara naik dan turun serta penambahan imbuhan “Ma” di depan kata engket yang
menjadikan artinya menjadi menari dengan gerak tumit secara naik dan turun. Makna yang
terdapat dalam Tari Maengket ialah sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Minahasa kepada
Tuhan. Terdapat 3 bagian utama dalam tarian khas Sulawesi Utara ini yaitu Maowey
Kamberu, Marambak, dan juga Lalayaan.

PAKAIAN DAERAH

Baju Karai dan Wuyang


Pakaian adat Sulawesi Utara khas Minahasa di masa lalu terdiri dari pakaian karai untuk laki-
laki, dan wuyang untuk perempuan. Bentuk baju karai tanpa lengan, lurus, berwarna hitam
dan terbuat dari ijuk. Selain baju karai, ada juga bentuk baju yang berlengan panjang,
memakai kerah dan saku disebut baju baniang. Celana yang dipakai masih sederhana, terdiri
dari celana pendek sampai celana panjang seperti celana piyama. Sementara baju wuyang
untuk perempuan terbuat dari kulit kayu menyerupai kebaya. Selain itu, mereka memakai
blus atau gaun yang disebut pasalongan rinegetan.

ALAT MUSIK TRADITIONAL

Kolintang

Kata “kolintang” berasal dari bunyi “tong” untuk nada rendah, “ting” untuk nada tinggi, dan
“tang” untuk nada tengah. Dahulu, orang Minahasa biasanya mengajak bermain kolintang
dengan mengatakan “Mari kita ber Tong Ting Tang” atau dalam bahasa daerah Minahasa
“Maimo Kumolintang”. Dari kebiasaan itulah muncul istilah “kolintang”.

LAGU DAERAH

O Ina Ni Keke

Makna lagu berjudul O Ina Ni Keke bercerita tentang kasih sayang dan rasa cinta yang
mendalam dari orangtua terhadap anaknya. Namun sayang sekali, akibat rasa sayang yang
besar dan terkesan berlebihan, akhirnya sang anak menganggapnya sebagai ungkapan rasa
manja, yang akhirnya tidak ada timbal balik atau balas budi sedikitpun. Berikut, lirik lagunya:
O ina ni keke, mangewi sako,

Mangewang kiwenang, tumeles ba leko,

O ina ni keke, mangewi sako,

Mangewang kiwenang, tumeles ba leko…

We ane, we ane, we ane toyo, Daimo siapa kota rema kiwe,

We ane, we ane, we ane toyo, Daimo siapa kota rema kiwe…

MAKANAN KHAS

Bubur Manado

Pada awalnya, bubur Manado tercipta karena keadaan ekonomi masyarakat di Manado yang
buruk. Masyarakat ada di kondisi tak sanggup membeli daging sehingga menjadikan sayur-
sayuran di sekitar rumah sebagai pilihan makanan termurah. Sayur-sayuran tersebut
kemudian dicampurkan dengan beras dan jadilah bubur Manado. Sayur yang dimasukkan ke
dalam bubur Manado biasanya sayuran yang tumbuh di sekitar rumah, seperti kangkung,
bayam, ubi jalar, sayur gedi, jagung, serta labu kuning. Dari banyaknya komposisi sayuran,
bubur Manado jelas bergizi tinggi dan sehat untuk diet.

UPACARA ADAT

Upacara Tulude (Manulude)


Berasal dari kata Suhude yang memiliki arti tolak dan Tulude yang memiliki arti hentar atau
lepaskan. Menulude mengandung arti menghentar atau melepaskan. Upacara adat Menulude
memiliki maksud memuja Duata (Ruata), mengucapkan rasa syukur atas perlindungan
Genggonalangi, serta memohon doa agar kehidupan mendatang mendapat perlindungan
Genggonalangi. Upacara adat ini dilaksanakan pada tiap akhir bulan Januari (31 Januari yang
bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe) sebagai bentuk rasa
syukur kepada Tuhan YME. pada masa lampau serta memohon berkat dan pengampunan
dosa sebagai bekal hidup pada tahun baru. Dalam upacara adat ini kehadiran sesepuh adat
atau Pemerintah adat serta seluruh masyarakat sangat diperlukan.

SENJATA TRADITIONAL

Peda

Mengutip dari Mengenal Senjata Tradisional (2010) karya Rahmat M, Peda merupakan salah
satu senjata tradisional khas Sulawesi Utara berbentuk parang. Selain digunakan sebagai
senjata, peda juga dimanfaatkan masyarakat untuk bertani serta menyadap enau. Ukuran peda
tidak terlalu panjang, yakni sekitar 50 sentimeter. Bagian senjata peda terbuat dari besi.
Sedangkan untuk hulu atau pegangannya terbuat dari kayu keras. Keunikan utama dari peda
terletak pada ujung senjatanya yang bercabang dua. Dalam menggunakan peda atau sabel,
masyarakat Sulawesi Utara akan menentukan terlebih dahulu tujuan atau hal apa yang akan
dilakukan. Karena jika beda ukurannya, maka tujuan atau pemanfaatannya juga berbeda.

Anda mungkin juga menyukai