Anda di halaman 1dari 6

MENGIDENTIFIKASIKAN

SUKU BATAK YANG


BERTENTANGAN DENGAN
KESEHATAN
NAMA: DONA DESMAYA
NPM: P01770022066
KELAS: 1B(PROMKES)
IDENTIFIKASI SUKU BATAK
PENGERTIAN SUKU BATAK
merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suku ini tersebar hampir
di seluruh wilayah provinsi Sumatera Utara. Mengutip buku Suku-suku Bangsa di Summatera
karya Giyanto, nenek moyang Suku Batak merupakan kelompok Proto Melayu atau Melayu
Tua.
BUDAYA SUKU BATAK
Selain Tradisi Mangulosi, Suku Batak dikenal memiliki tari tor-tor, yang dipertunjukkan dalam
berbagai acara, seperti pernikahan, ritual keagamaan, dan menyambut tamu. Dalam berbagai
macam acara tersebut, biasanya dimainkan alat musik Suku Batak sejenis gamelan yang
disebut dengan lima taganing
CIRI KHAS SUKU BATAK
Ciri khas Suku Batak adalah amat menjunjung tinggi nama keluarga atau marga. Ini akan
menjadi penanda asal silsilah keluarga. Bahasa yang digunakan sub suku juga berbeda.
Misalnya bahasa Batak Toba akan berbeda dengan Batak Karo.
 Suku Batak menjadi yang paling banyak disoroti karena sangat unik dengan bahasa,
budaya, dan adat kebiasaan yang khas. Berikut ini telah diulas empat kebiasaan Suku
Batak yang hanya dapat ditemui di Provinsi Sumatera Utara.
 1. Tarian Sigale-gale
 Tarian Sigale-gale merupakan tarian yang dilakukan oleh sebuah boneka kayu yang
dipahat menyerupai bentuk manusia dengan pkaian adat dari Suku Batak. Boneka Sigale-
gale digerakkan oleh manusia yang berada di belakangnya. Menurut legenda masyarakat
Suku Batak, SIgale-gale adalah putra tunggal kesayangan dari Raja Rahat yang meninggal
karena sakit. Raja sangat bersedih hati, untuk mengobati kesedihan raja maka dibuatlah
sebuah boneka kayu yang menyerupai Sigale-gale.
 Menggerakkan boneka Sigale-gale agar dapat menari diantara iringan musik terlebih
dahulu harus dilakukan ritual pemanggilan arwah Sigale-gale dari alam kematian. Tarian
Sigale-gale kini menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera
Utara.
 2. Lompat Batu
Lompat batu yang dikenal juga hombo batu berasal dari Desa Bawo Mataluo Nias, Kabupaten
Nias Selatan. Desa ini dikenal dengan situs megalitik atau batu besar berukir, dan di
dalamnya terdapat Omo Hada yaitu perumahan tradisional khas Nias. Tradisi ini
merupakan ritual wajib bagi para lelaki sebagai simbol menuju kedewasaan. Setiap lelaki
yang akan menikah harus mampu melompati batu setinggi dua meter melalui sebuah batu
kecil sebagai pijakan.
 3. Mangokkal Holi
Mangokkal Holi berarti mengambil tulang-belulang dari leluhur dari dalam kuburan lalu
ditempatkan di dalam peti dan diletakkan dalam tugu khusus. Inti dan tujuan dari tradisi ini
adalah untuk mempertahankan silsilah garis keturunan marga, dan juga menunjukkan
eksistensi dan taraf hidup keluarga yang melaksanakannya. Suku Batak percaya dengan
menempatkan bagian tubuh dari leluhur di tugu merupakan simbol bahwa mereka tidak
pernah lupa dengan nenek moyangnya. Tradisi Ritual Mangokkal Holi digelar secara
meriah selama beberapa hari dengan memotong beberapa hewan ternak.
 4. Kenduri Laut
Tradisi Kenduri Laut berasal dari Tapanuli Tengah, dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan
Oktober. Kenduri Laut digelar dengan seremonial yang melibatkan semua elemen dari 11
kecamatan yang ada di Tapanuli Tengah. Kenduri Laut mulai digelar pada malam
kemudian berlanjut hingga siang hari. Tradisi ini menjadi wujud ungkapan rasa syukur
masyarakat Batak di Tapanuli Tengah kepada Tuhan atas melimpahnya hasil laut dan
pertanian.
Suku batak mempercayai mitos bahwa setiap keluarga harus ada anak laki-laki untuk penerus
marga dari seorang ayah.
Dampak dari mitos tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan sang ibu dan juga
kesehatan buah hati
Terlalu sering melahirkan bisa memberi dampak buruk bagi sang ibu. Risiko kematian menjadi
lebih meningkat. Pasalnya, jika terlalu sering melahirkan kemungkinan terjadi perdarahan saat
persalinan. Perdarahan terjadi akibat kegagalan berkontraksi rahim atau biasa disebut
perdarahan pascapersalinan dan resiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan perut dari
kehamilam
ada beberapa risiko yang harus dihadapi wanita yang melahirkan terlalu sering.1. Risiko
placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa adalah kelainan letak plasenta
yang seharusnya di atas rahim malah di bawah, sehingga menutupi jalan lahir.
2. Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti pemasangan infus atau induksi
(rangsangan) agar tanda persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan dengan pemberian obat-
obatan atau memecahkan kantung ketuban.
3. Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin, komplikasi pada ibu
(preeklampsia atau diabetes gestasional).
4. Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan sebelumnya bisa
menyebabkan masalah pada plasenta bayi.

Anda mungkin juga menyukai