Anda di halaman 1dari 2

Menilik Manduru’u Tonna di TaLaud

Ditinjau dari apek historis kultural, orang Talaud adalah totalitas suku bangsa yang
tinggal di pulau-pulau kecil antara pulau Sulawesi dan Filipina bagian selatan.
Mereka telah ada kira-kira empat ribuan tahun sebelum Masehi. warga Indonesia
yang tinggal di Pulau Mindanao umumnya berasal dari pulau-pulau sekitar
kepulauan Sangihe dan Talaud. mereka berasal dari beberapa kelompok suku
pendatang yang telah berbaur menjadi satu, yakni paling awal bangsa Negrito, dari
Mindanao Selatan Saranggani, dari Mindanao Tengah daratan Merano, dari
Kepulauan Sulu Filipina, dari kesatuan Bowentehu dan Manado tua. Kedatangan
beberapa suku bangsa di tempat ini sangat dimungkinkan karena Talaud adalah
kabupaten kepulauan yang jaraknya sangat dekat dengan negara Filipina (Davao),
kira-kira 48 mil laut. Orang Talaud secara turun temurun merasa punya saudara
(kerabat) di Filipina dan sebaliknya. (Pratiknjo, 2016)
Kabupaten Kepulauan Talaud kaya dengan adat istiadat yang terus terpelihara
secara baik.  Salah satu di antaranya adalah ritual adat Mannduru'u Tonna yang
rutin dilaksanakan setiap awal tahun. Ritual tersebut merupakan permohonan doa
syukur atas pemeliharaan Tuhan selama tahun yang telah dijalani dan permohonan
akan pemeliharaan Tuhan sepanjang tahun, agar senantiasa pemerintah dan
masyarakat Talaud selalu dilindungi dan diberkati oleh Yang Maha Kuasa (Tuhan).
Semua yang hadir mulai dari Malambe Sinagian Ratun Taloda Porodisa (Raja
Talaud), yang tak lain adalah Bupati, jajaran pemerintah daerah Kabupaten
kepulauan Talaud, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan seluruh
masyarakat. (Sudyana, 2107)
Menurut Manurat, Nova, dkk(2015), Ritual Mandulu’u’Tonna merupakan hajatan
tahunan warisan oleh para leluhur masyarakat Talaud, yang terletak di ujung Utara
Propinsi Sulawesi Utara. Telah berabad-abad memiliki acara sakral dan religi ini
dilakukan oleh Masyarakat etnis Talaud, sehingga tak mungkin di hilangkan atau
dilupakan oleh generasi manapun.
Berbagai ritual yang dilakukan dalam kegiatan adat Mannduru’u Tonna ini Seperti
Manal,oho Mal,ambe Sinagian Ratu'n Taloda naranta su wanala (menyambut raja
Talaud yang tiba di tempat upacara), Manal’oho Mal’ambe suwuntal, annu wanala
ahuguana (menyambut raja di halaman acara). Maparangan'na Mal’ambe Ratu
Taroda Su-Wanala (menaikan raja dari tangga gedung tempat upacara).
Manengkella nanaungan'na (tingicu tatengkel'la) (membunyikan gong sebagai tanda
upacara dimulai) hingga ditutup dengan Sal’aingngu Ampania (Sajian Tarian) yang
dipentaskan oleh masing-masing grup dari 19 Kecamatan se Talaud. (Sudyana,
2107)
Dalam upacara Mandulu’u’tona tersebut, semua warga masyarakat saling bahu
membahu untuk membangun tenda tradisional dengan bahan bambu, dan atapnya
terbuat dari daun rumbia atau masyarakat lokal menyebutnya ”daun katu” Tenda
tradisional tersebut berukuran 35 x 15 meter dan panggung utama berukuran 5 x 8
meter dan menghabiskan 6000-an daun katu untuk atapnya, dimana setiap kepala
keluarga (KK) di haruskan menyediakan sebanyak 20 lembar daun katu di kalikan
dengan 300 kepala keluarga. Serta daun kelapa atau janur kuning sebagai
hiasannya agar terkesan sangat alami, sedangkan untuk menu makanan yang akan
di sajikan pun beragam, mulai dari makanan lokal non beras seperti Jagung, Umbi-
umbian, hingga makanan pokok yang semua di kerjakan secara bersama di dapur,
dan sementera masyarakat lain yang hadir dalam prosesi upacara adat
Mandulu’u’tona mereka akan membawa pula makanan mareka dari rumah masing-
masing sebagai simbol kebersamaan.

(Sumber gambar (Sudyana, 2017))


Urut-urutan Prosesi
1. Tatacara Liturgi Upacara Adat Tulude / Mandulu’u’ Tonna Manginsomahe Sake
(Penjemputan Tamu)
2. Pengantar Kue Adat Tamo Bersiap-Siap Di Depan Pintu Masuk)Rombongan
Kue Adat Tamo Memasuki Bangsal(Sampai Di Tangga)
3. Gaghell Dingangu Menarima Tamo (Penyerahan dan Penerimaan Tamo).
Pimpinan Yang Membawa Tamo
4. Darolo/Mebasa Winohe Susi Dingangu Medaringihe Hegetang U Mawu(I B A D
A T)
5. Memoto Tamo (Pemotongan Tamo)
6. Sasasa/Sasalentiho (Pengarahan, Nasehat Lewat Sambutan)
7. Saliwangu Jamaate (Jamuan Kasih Jemaat)
8. Berang Tatarimakse (Ucapan Terima Kasih)
Begitulah prosesi mandulu’u’ Tonna yang bermakna ucap syukur masyarakat Talaud kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai