PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang berasal dari
berbagai macam sukubangsa. Negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu iadisebut juga sebagai Nusantara
(Kepulauan Antara). Dari Sabang sampai Merauke, Indonesiaterdiri dari
berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Indonesia memiliki
sekitar 300kelompok etnis/suku bangsa, tiap etnis memiliki warisan budaya
yang berkembang selamaberabad-abad, yang dipengaruhi oleh
kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasukkebudayaan sendiri
yaitu Melayu.Salah satu dari 300 kelompok etnis tersebut ada sebuah suku
yang bernama suku Kaili yangberada di Sulawesi Tengah. Suku bangsa
Kaili merupakan penduduk mayoritas di propinsiSulawesi Tengah, di
samping suku-suku bangsa besar lainnya seperti Dampelas, Kulawi,
danPamona. Orang Kaili dan Dampelas menganut agama Islam,
sedangkan orang Kulawi danPamona merupakan penganut agama Kristen.
Selain itu secara keseluruhan masih ada suku-suku bangsa lainnya yang
tidak begitu besar jumlahnya, yaitu Balaesang, Tomini, Lore, Mori,Bungku,
Buol Toli-toli, dan lain-lain.Dengan mengetahui dan sedikit mempelajari
suku Kaili serta kebudayaan masyarakat sukuKaili ini, kita dapat
mengetahui tentang kondisi dan situasi masyarakat suku Kaili. Selain
itupula dengan mempelajari kebudayaan suku Kaili ini kita dapat
menentukan strategi danmetode dakwah apa yang akan kita sampaikan
pada mereka jika suatu saat nanti kitadiperkenankan bertemu dan
berhadapan dengan mereka.
PEMBAHASAN
a. Bahasa
Suku Kaili mengenal lebih dari 20 bahasa yang masih hidup dan
dipergunakan dalampercakapan sehari-hari. Namun, suku Kaili tetap
memilki lingua franca ( bahasa pemersatu),
mereka menyebutnya sebagai bahasa “Ledo” yang artinya “Tidak”.
Bahasa Ledo ini dapatdigunakan untuk berkomunikasi dengan bahasa-
bahasa Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli(belum dipengaruhi bahasa
para pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau danTompu.
Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru,
dan sekitarnyasudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa
bahasa para pendatang terutamabahasa Bugis dan bahasa
Melayu.Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan
sehari-hari, yaitu bahasa Tara(Talise, Lasoani, Kavatuna dan Parigi),
bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi(Pantoloan dan
Kayumalue); bahasa Unde (Ganti, Banawa, Loli, Dalaka, Limboro, Tovale
danKabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi, Pandere) bahasa Edo
(Pakuli, Tuva), bahasa Ija
(Bora, Vatunonju), bahasa Da’a (Jono’oge), bahasa Moma (Kulavi), dan
bahasa Bare’e
(Tojo,
Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti “tidak”.
b. Sistem Teknologi
- Sistem Teknologi Transportasi dan KomunikasiDi abad sekaliber dan se-
modern saat ini, ada beberapa suku Kaili yang masih sangattertinggal
dengan akses teknologi modern karena kehidupan masyarakat yang
terasing danterisolasi dari peradaban modern. Disamping kondisi desa
penduduk Kaili denganperbukitannya yang terjal dan sulitnya medan,
transportasi untuk sampai ke desa ini terbilangsulit didapat. Untuk
mencapai desa ini hanya bisa dengan menggunakan sepeda motor
(ojek)dari kota Palu (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan) yang jaraknya
kurang lebih 80 km,ditambah berjalan kaki sejauh 10 km menapaki bukit
terjal.Suku Kaili yang hidup dipedalaman atau dikawasan hutan mereka
tidak memilki aksesteknologi selayaknya suku Kaili yang tinggal di daerah
pinggir kota. Akan tetapi mereka masihtetap memilki alat tradisional berupa
gerobak yang mereka simpan dibawah tempat tidurmereka.-
Peralatan upacaraSuku Kaili memiliki beberapa upacara adat tertentu,
diantaranya adalah upacara adatpengobatan untuk ibu yang sedang hamil
(Novero). Peralatan upacara yang harusdipersiapkan adalah: Suampela,
sebuah tempat penyimpanan sesajian yang dibuat dari kayubertiang tiga.
Pada bagian atas dibuat sebuah anyaman dari ranting bambu atau kayu
tempatsesajian itu disimpan. Kulili, yaitu kayu yang dibuat berbentuk
parang dan diberi warna belanghitam putih. Ose ragi, yaitu beras yang
sudah diberi warna-warni. Pekaolu nuvayo, yaitutempat berlindungnya
bayangan. Tujuan pembuatannya dalah sebagai tempat roh berlindungbila
mendapat gangguan makhlus halus. Toge, adalah peralatan upacara yang
berbentuktombak dan kuda berkepala dua yang dibuat dari janur. Tuvu
mbuli. Mbara-mbara ( barangperhiasan/ pakaian adat). Mbara-mbara terdiri
dari: vuya (sarung), baju dan bulava (emas).Dula pulangga, (dulang
berkaki), alat ini digunakan sebagai tempat menyimpan mbara-
mbara.Banja mpangana (mayang pinang). Serta daun dan bunga yang
wangi seperti : bunga Mbalu,
daun pandan, Tamadi dan Tulasi.Upacara adat kematian (molumu) ialah
masa menyemayamkan jenazah, di mana mayatdisimpan dalam peti kayu
yang tertutup rapi. Adapun perlengkapan selama upacara molumuialah:
peti mayat (lumu); kipas (vara); dekorasi, semacam janur yang dibuat
dari daun pandandan bunga kemboja, yang dijadikan penghias lumu (peti
mayat) serta mayang pinang dandaun-daun kelapa. Perlengkapan lainnya
ialah : ula-ula, jajaka, gimba (gendang), pekabalu(kain pengikat kepala),
kepala manusia, dan payung.Upacara Naik Ayunan (Nosaviraka Ritora)
yang dilakukan untuk seorang bayi agar terhindardari gangguan makhluk
halus dan dari kakak-kakaknya yang masih nakal. Upacara iniberlangsung
dalam rumah, dan diperlengkapi dengan bahan-bahan upacara antara lain
4macam makanan dari beras ketan, masing-masing disimpan di bawah
ayunan, tengah rumah,satu baki untuk bagian dukun dan satu baki lagi
untuk pangolo nu ngana kodi (bagian
untukbayi). Ada pula vati dalam keluarga pada masyarakat Kaili yang meng
adakan upacara Nompesuvukingana (mengunjungi anak) yaitu suatu
upacara di mana dari pihak nenek perempuan dariayah sang bayi
mengadakan kunjungan kepada bayi dengan satu upacara tertentu
pula.Upacara ini bertujuan agar anak tidak berpenyakit mata (nageri), suka
menangis (marenge),dan berwatak jorok (matontoru). Peralatan yang
digunakan adalah sejumlah bahan makanandan keperluan dapur, seperti
makanan dan sayur masing-masing satu belanga, kayu api,sagu, beras,
pisang satu sisir, dan daun pisang 7 lembar. Alat-alat dapur antara lain
tavolo(alat peniup api yang dibuat dari bambu), supi (penjepit arang api),
sendok nasi, dan sayurmasing-masing satu buah.Upacara selamatan
kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai) denganmenggunakan
peralatan upacara berupa mantale njaka (upacara sesajian) dari
sejumlahbahan makanan dan bahan-bahan perlengkapan adat lainnya.
Materi-materi yangdipersiapkan di sini ialah punti jaka (pisang rebus),
koluku nikou (kelapa parut), marisa nete(lombok kecil), hati kerbau yang
sudah dibakar (sate), nasi masak, dan darah kambing/ayamyang
disembelih. Benda-benda adat lainnya ialah sabala mesa (1 lembar sarung
tenunanzaman dulu), samata doke (satu mata tombak), somata tinggora
(satu mata tombak yangberakit), tatalu suraya ada (tiga piring adat), tatalu
tubu (tiga buah mangkok), sang dula (satudulang tempat penyimpanan
barang-barang tersebut di atas).Upacara Masa Kanak-kanak pada Suku
Kaili (Nosuna / khitan). Upacara ini sudah menjadiadat dan tradisi di
kalangan masyarakat Kaili sejak masuknya Islam hingga dewasa ini,
secaraturun temurun. Upacara nosuna (khitan) dilaksanakan pada anak
laki-laki dan perempuan.Namun pada bahagian ini hanya diuraikan khusus
pada upacara nosuna bagi anak laki-lakiyang dilakukan menjelang anak
berumur sekitar 7 sampai 8 tahun, yaitu pada anak-anak yangbelum
memasuki puber atau balig (nabalego).- Alat MusikPeralatan musik
tradisional suku Kaili terbuat dari bahan alam. Salah satu peralatan musik
suku Kaili adalah “Kakula”. Namun jauh sebelum alat musik ini masuk,
daerah ini sudah
mengenal alat musik yang terbuat dari kayu yang pipih dengan panjang
kira-kira 60 cm dantebal 2 cm serta lebar 5 sampai 6 cm disesuaikan
dengan nada. Alat musik tersebut jugasering mereka katakan sebagai
gamba-gamba. Gamba-gamba kayu adalah salah satu bentukembrio atau
awal dari musik kakula karena nada yang ada pada musik kakula yang
terbuatdari tembaga/kuningan persis dengan nada yang ada pada gamba-
gamba atau Musik KakulaKayu.Dan alat musik lainnya seperti Lalove
(serunai), nggeso-nggeso (rebab berdawai dua), gimba(gendang), gamba-
gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), dan suli (suling).
c. Sistem Mata Pencaharian
Suku Kaili penduduk asli Sulawesi Tengah adalah sebagai penduduk
agraris. Suku Kaili