SULAWESI TENGAH
1. Rumah adat
a) Rumah tambai
Rumah tambai berupa rumah panggung dan
atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding anak
tangga dengan jumlah ganjil menandaan rumah
kepala adat dan yang berjumlah genap adalah
milik pendudukdesa. Alas rumah tersebut terdiri
dari balok balok yang disusun, sedangkan
pondasi atau dasarnya terdiri dari batu alam.
Tangga untuk naik terbuat dari batang batang
kayu bulat dan atap rumah Tambai itu terbuat
dari daun rumbai atau bumbu yang dibelah dua.
b )Rumah souraja
Apabila rumah tambi dipergunakan oleh Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
masyarakat dari semua golongan di Provinsi color: Blue
Sulawesi Tengah, beda lagi dengan rumah adat
Souraja. Banua Mbaso atau disebut juga Banua
Oge atau yang lebih sering dikenal dengan nama
Souraja merupakan rumah tradisional tempat
tinggal turun temurun bagi keluarga bangsawan.
Souraja pertama kali dibangun oleh Raja Palu,
Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang
pertama kali dibuat terebut, masih bisa dilihat
pada saat ini yaitu berada di tengah pusat kota
Kaledo (Palu)- Sulawesi Tengah. Kata Souraja
(Sou Raja) dapat diartikan rumah besar, merupakan pusat pemerintahan kerajaan masa lampau,
bisa dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta
keluarganyatinggaldi
Rumah panggung ini merupakan paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan
Kalimantan Selatan, dimana memiliki 36 buah tiang penyangga
rumahbagianindukdangandaria(Teras)termasuk8buahtiangbagiandapur.
2. Alat tradisional ( alat music )
a. Alat music tutuba
Merupakan alat musik berdawai yang terbuat dari
bambu. Tutuba adalah alat musik khas suku To Wana.
Suku Wana (To Wana), adalah penduduk asli di
kawasan Wana Bulang yang berada di wilayah
kabupaten Morowali, pemukiman berada di kecamatan
Mamosolato, Petasia, dan Soyojaya, dan tedapat juga di
wilayah pedalaman di kabupaten Luwuk Banggai -
Sulawesi Tengah. Suku Wana disebut juga sebagai Tau
Taa Wana yang berarti "orang yang tinggal di hutan".
Sedangkan mereka lebih suka menyebut diri mereka
sebagai Tau Taa, atau "orang Taa".
Seperti halnya Tutuba, tatali adalah alat musik tiup (suling) yang merupakan alat musik
tradisional khas suku To Wana di Sulawesi Tengah. Talali adalah alat musik tiup yang terbuat
dari bambu berukuran sekitar 50 cm dengan diameter 2 cm dan memiliki 3 lubang untuk resolusi
udara tempat meletakan jari dan hanya memiliki 3 nada. Dengan teknik meniup menggunakan
perasaan untuk menemukan sound yang baik dan enak ditelinga.
Alat musik Popondo di Sulteng juga disebut dengan alat musik Talindo atau Popondi
(Sulsel). Alat musik Popondo ini terbuat dari kayu, tempurung kelapa, dan
senar. Talindo/Popondi merupakan alat musik jenis sitar berdawai satu (one stringed stick zilher).
Tempurung kelapa berfungsi sebagai resonator. Alat
musik ini dimainkan secara tunggal setelah para petani Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Blue
merayakan pesta panen dan untuk mengisi waktu
senggang bagi para remaja. Kata Tolindo adalah
sebutan yang berasal dari daerah Bugis. Sedangkan
kata Popondi adalah sebutan dari daerah Makasar.Alat
musik tradisional Talindo / Popondi berbentuk busur
seperti tanduk kerbau atau tanduk sapi yang bertumpu
pada sebuah tempurung kelapa, di ujungnya atas
bagian tanduk dipasang 1 buah senar dan dimainkan
dengan cara dipetik.Biasanya alat musik ini dimainkan
secara tunggal setelah para petani merayakan pesta
panen dan untuk mengisi waktu senggang bagi para remaja.
3. Pakaian adat
a. Pakaian adat suku saluan
Suku Saluan mendiami daerah
di sekitar Kabupaten Luwuk. Suku ini
memiliki pakaian adat yang disebut
pakaian Nu’boune dan rok Mahantan
untuk perempuan, serta pakaian
Nu’moane dan Koja untuk para pria.
Pakaian Nu’boune adalah semacam
blus biasa berwarna kuning dengan
hiasan bintang sementara rok Mahantan
adalah rok panjang semata kaki. Saat
menggunakan pakaian ini, wanita suku
Saluan juga akan mengenakan aksesoris di antaranya Potto (gelang), Kalong (kalung),
sunting (anting), dan Salandoeng (selendang). Pakaian Adat Sulawesi Tengah Sementara
pakaian Nu’moane adalah kemeja biasa dan koja adalah celana panjang berwarna gelap.
Para pria akan mengenakan aksesoris berupa topi yang bernama sungkup Nu’ubak dan
sarung bernama lipa.
a. Parang (Pasatimpo)
c. Perisai (Cakalele)
Sebagai alat pelindung diri dari serangan lawan digunakan perisai (cakalele) yang
terbuat dari kayu dan dilapisi dengan sekeping besi tipis.
Jenis senjata panjang yang sering digunakan masyarakat berupa tombak bermata
tiga seperti senjata trisula.