Anda di halaman 1dari 2

Nicken Abdi Wichaksana Afriyanto

TRADISI “BAKAR BATU”


Tradisi Bakar Batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua pegunungan yang berupa ritual
memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, kelulusan,
bersilaturahmi (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat), menyambut kebahagiaan (kelahiran,
perkawinan adat, penobatan kepala suku). Tradisi unik tersebut dilakukan oleh suku Dani dari
Lembah Baliem, Papua. Penamaan "Bakar Batu" ini disebabkan masyarakat Papua yang memasak
dengan batu yang dibakar terlebih dahulu, Setelah dibakar, maka batu-batu tersebut dimasukkan
ke dalam lubang kecil. Nantinya, bahan makanan seperti daging, umbi-umbian dan sayuran
disusun tepat di atasnya dan dibiarkan hingga matang.

SEJARAH TRADISI BAKAR BATU


Tradisi Bakar Batu ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Sejarah dari ritual ini bermula
ketika ada pasangan suami istri yang bingung mengolah hasil kebun mereka. Sebab, panci yang
digunakan untuk memasak tidak ada. Akhirnya, mereka mendapat ide untuk memasak
menggunakan batu. Setelah itu, ternyata hasil masakan di batu terasa lebih lezat, akhirnya
mereka memutuskan untuk memasak daging, umbi-umbian dan beragam jenis masakan di batu.
Dalam sejarahnya, upacara bakar batu bagi masyarakat pegunungan tengah Papua adalah pesta
bakar daging babi namun sebagai bentuk toleransi, sekarang mereka tidak harus membakar babi,
terkadang juga membakar ayam, kambing, atau sapi.
Pada perkembangannya, upacara bakar batu ini memiliki penyebutan yang berbeda-beda, di
Wamen ritual ini dikenal dengan kit oba isago, sedangkan di Paniai disebut dengan mogo apil.
Dalam tradisi bakar batu terdapat makna yang mendalam. Bakar Batu diartikan sebagai ungkapan
syukur pada Tuhan dan simbol solidaritas yang kuat. Bakar batu juga digunakan sebagai alat
bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat, menyambut kabar bahagia.

PROSESI UPACARA BAKAR BATU


Proses melalukan upacara bakar batu cukup memakan waktu yang panjang, sebelum para
undangan datang sebagian masyarakat sudah sibuk menyiapkan bakar batu sejak pagi hari. Kaum
laki-laki menyiapkan kayu, rumput, dan mencari bebatuan yang tidak mudah pecah.
Sedangkan pihak perempuan bertugas mengumpulkan sayur, ubi jalar, daun pisang, jagung, dan
sayur-sayuran. Jika semua bahan sudah siap, hewan pun dimasukkan ke lapangan. Daging yang
akan dimasak tidak langsung disembelih, namun dipanah terlebih dahulu. Bila babi, sapi, ayam,
atau kambing langsung mati, maka pertanda kalau acara akan berjalan sukses. Namun, jika
sebaliknya, ini pertanda acara tidak akan sukses.

Setelah semua siap, prosesi ritual upacara bakar batu dilakukan seperti berikut ini:
1. Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar hingga batu menjadi panas membara dan kayu
bakar habis terbakar.
2. Bersamaan dengan itu, warga lainnya menggali lubang yang cukup dalam dan diberi alas daun
pisang dan alang-alang.
3. Kemudian, batu panas tadi lalu dimasukkan ke dasar lubang tersebut.
4. Setelah itu, daun pisang ditumpuk di atas batu panas dan di atasnya daging yang sudah diiris-
iris diletakkan.
5. Atas daging ditutup dengan daun pisang, kemudian di atasnya lagi diletakkan batu panas dan
ditutup kembali dengan daun.
6. Ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainnya diletakkan di atas daun dan ditutup
daun lagi.
7. Di atas daun yang paling atas akan ditumpuk batu panas dan terakhir ditutup lagi dengan daun
pisang dan alang-alang.
8. Setelah itu, dimasak selama 1 jam. Asap akan mengepul dan aroma wanginya bisa membuat
siapa pun tidak sabar untuk melahapnya.
9. Setelah matang, semua anggota akan berkumpul dan membagi makanan itu. Mereka akan
makan bersama di lapangan tengah kampung.

KESIMPULAN
Disebut “bakar batu” karena masyarakat suku Dani memasak menggunakan batu yang terlebih
dahulu dibakar. Tradisi ini mempunyai banyak makna bagi masyarakat Papua. Bakar batu sendiri
terdiri dari 3 tahap dalam pelaksanaannya yaitu: tahap persiapan, tahap memasak dan tahap
makan Bersama.
1. Tradisi ritual bakar batu merupakan sebuah upacara adat suku Dani di dalam acara memasak
sebuah hidangan berupa beberapa ekor babi sebagai menu utamanya dan butuh yang telah
dibakar sebagai media memasaknya. Yang mana tradisi ini berasal dari warga suku Dani dari
lembah Baliem yang hingga kini meluas di tengah-tengah masyarakat suku Dani.
2. Bagi masyarakat suku Dani di Papua hewan babi memiliki nilai historis sebagai simbol yang
dijadikan hidangan utama di dalam tradisi ritual bakar batu.
3. Tradisi bakar batu dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat suku Dani di Papua
terhadap tuhan sebagai sebuah ungkapan senang, kesedihan dan sebagai agenda rutin di dalam
acara besar mereka seperti penyambutan perni- kahan, kelahiran, penghor- matan terakhir atas
kematian dan ucapan syukur atas berkat dari hasil panen.
4. Di dalam tradisi ritual bakar batu terdiri atas 3 tahapan di dalam rangkaian kegiatannya dari
persiapan, eksekusi hewan kurban (babi) dan memasak. Yang mana kegiatan ini akan di akhiri
dengan makan Bersama- sama.

Anda mungkin juga menyukai