Anda di halaman 1dari 3

KEABADIAN CINTA

( JAYAPRANA & LAYONSARI )

Film ini diawali dengan terjadinya wabah penyakit di desa Kalianget, kabupaten
Buleleng. Mengetahui adanya wabah penyakit, sang Raja bersama Patih Saunggaling segera
memantau keadaan rakyat di sana. Jayaprana yang saat itu masih kecil, ditemukan sedang
mengigau memanggil-manggil ibu dan bapaknya yang telah meninggal. Sang Raja dan Patih
Saunggaling merasa iba, kemudian Jayaprana dibawa ke istana dan dijadikan sebagai abdi istana.
Jayaprana tumbuh besar di istana dan menjadi kesayangan Raja, karena ketekunan dan
kecerdasannya. Parasnya yang menawan dan rupawan, menjadikannya sosok pemuda yang
disegani dan diidamkan oleh para dayang istana. Ni Luh Metri yang merupakan teman masa
kecilnya pun dian-diam menyukai Jayaprana. Namun, mereka tidak bisa bersatu karena Ni Luh
Metri telah dipilih menjadi selir Raja Kalianget. Luh Metri hanya pasrah kemudian memohon
kepada Raja untuk menitahkan Jayaprana mencari seorang istri.
Pada akhirnya pandangan pertama terjadi ketika Jayaprana berhasil mendapatkan kain Nyoman
Sekarsari yang hilang. Dari tatapan pandangan pertama mereka terlihat saling mencintai. Atas
sepengetahuan Raja Kalianget, akhirnya Sekarsari dan Jayaprana bisa bersatu menjadi pasangan pengantin,
namun dibalik kebahagiaan mereka ada Raja Kalianget yang diam-diam tertarik akan kecantikan yang
dimiliki Sekarsari.
Mengetahui hal itu, Demang dan Patih saunggaling merasa khawatir karena Raja tidak fokus
memimpin Desa Kalianget. Akhirnya Demang menemukan solusi dimana Patih Saunggaling harus
membunuh Jayaprana ketika perang di Teluk Terima. Patih Saunggaling pun terpaksa menyetujui demi
kesejahteraan Desa Kalianget.
Ketika saat itu tiba, Jayaprana menyerahkan dirinya kepada Patih Saunggaling untuk dibunuh
sebab ia tidak mau membantah perintah Raja Kalianget. Tanpa sepengetahuan Raja, Jayaprana dibunuh
oleh patih Saunggaling. Yang Raja ketahui bahwa Jayaprana mati sebab dimakan harimau. Hal itu
membuat Raja berusaha membujuk Sekarsari supaya bersedia menjadi istrinya, namun Sekarsari lebih
memilih masatya (mati setia) dengan menancapkan pisau didadanya. Ketika mayatnya ditemukan, baunya
sangat harum sehingga Raja Kalianget menyebut mayat Sekarsari sebagai LAYONSARI ( mayat yang
harum)".
Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap Raja Kalianget?
Mampukah Raja Kalianget memerintah kerajaannya kembali seperti sediakala?
Cerita Jayaprana dan Layonsari adalah jenis karya romansa yang menceritakan sepasang
pengantin yang memiliki cinta sejati yang abadi adanya, sehingga tidak dapat dipisahkan oleh apapun dan
siapapun. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa, dari pertemuan yang menumbuhkan cinta yang begitu
besar, ketika ikatan cinta semakin kuat, ketulusan dan kesetiaan hati mengantarkannya pada sebuah
pengorbanan yang berujung tragis. Takdir kematian mereka ini adalah bukti dari abadinya cinta sejati.
Cinta memang tidak selalu indah. Namun, ketika kita mengimbangi cinta dengan ketulusan yang
kita miliki, maka cinta itu akan membawa kita untuk bersatu kembali. Seperti yang terjadi pada Jayaprana
dan Sekarsari, dimana pada akhirnya mereka bersatu di alam surga. Intinya, janganlah menodai cinta
dengan keegoisan, sebab itu akan menimbulkan petaka seperti yang terjadi pada Raja Kalianget.
Sebaliknya, iringilah cinta dengan ketulusan serta kesetiaan maka hidup akan selamanya baik-baik saja.
Pandangan saya terhadap cerita film Jayaprana dan Layonsari yang diproduseri oleh Nyoman Adi
Wiryatama ini, sangat menarik dan setting tempatnya terkesan alami sesuai dengan kondisi Bali pada saat
itu. Kisah ini baik ditonton bagi anak muda Bali agar cerita legendaris ini senantiasa eksis di zaman
sekarang hingga nanti.
Demikianlah essay kajian saya, semoga tulisan ini bisa bermanfaat sebagai acuan dalam
menonton film Jayaprana dan Layonsari.

Anda mungkin juga menyukai