Anda di halaman 1dari 3

JAYAPRANA dan LAYONSARI

Legenda Jayaprana dan Layonsari ini merupakan cerita rakyat bali yang amat terkenal. Cerita
ini mengisahkan tentang sepasang kekasih yang saling mencintai,tentang ego seorang
manusia dan kesetiaan seorang perempuan.

Diceritakan,Jayaprana adalah seorang abdi di kerajaan Kalianget,dia cerdas,cekatan,juga


tampan.Ketika Jayaprana sudah dewasa, Raja memerin tahkan Jayaprana untuk mencari
sorang istri.

Menuruti perintah Raja, Jayaprana pun mencari seorang istri, Jayaprana kemudian mencari di
pasar dan dia bertemu dengan Sekarsari. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama, dan
Jayaprana memberitahu Sang Raja, bahwa dia sudah menemukan seorang wanita untuk
menjadi istrimya.

Raja menyuruh demang menulis surat kepada Jero Bendesa dari Banjar Sekar untuk
menikahkan Jayaprana dan Sekarsari. Surat dari Raja dari raja disetujui oleh Jero Bendesa.
Upacara pernikahan pun dimulai, dan pada saat menghadap Raja, Jayaprana dan Sekarsari
menyembah dengan hormat kepada Sri Baginda Raja. Tetapi, kecantikan Sekarsari membuaat
Raja gelap mata dan menginginkan Sekarsari sebagai selirnya.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Sang Raja memerintah patih suanggaling untuk
mengajak Jayaprana pergi keTeluk Terima, karena disana ada kekacauan akibat dari begal
yang merampok dan membakar rumah-rumah penduduk disana. Jayaprana pun bersedia,
walaupun dia tidak diizinkan oleh istrinya, tetapi karna kecintaannya terhadap istana dan
tanah kelahirannya.

Sesampainya mereka di Teluk Terima, patih suanggaling meminta Jayaprana untuk ikut dia
naik ke atas bukit Terima. Sesampainya mereka di butik terima patih suanggaling memberika
surat perintah yang diberikan oleh Raja kepada Jayaprana, Jayaprana pun membaca surat
tersebut dan dia meminta izin kepada patih suanggaling untuk sembahyang sebelum
nyawanya dicabut oleh beliau.

Kabar mengenai meninggalnya Jayaprana sampai ke telinga Sekarsari, betapa hancur


perasaan Sekarsari mendengar kabar itu, ia merasa hidupnya tidak berguna tanpa suami yang
ia cintai. Akhirnya Sekarsari memutuskan membunuh dirinya sendiri dengan menghunuskan
keris ke dadanya.
Kemudian mayat Sekarsari diwaba ke istana, yang dimana sebelum mayat Sekarsari
memasuki tanah istana ditaburi bunga terlebihdahulu, kemudian mayat Sesarsari pun dibawa
masuk. Batapa terkejutnya Raja melihat hal tersebut ia menghampiri mayat Sekarsari yang
berbau harum (Layonsari). Raja yang terpukul melihat hal tersebut ia menjadi hilang akal dan
mulai menunjukan kegilaannya dengan membunuh warga-warga yang tidak bersalah karena
ia mengira salah satu dari mereka telah membunuh Sekarsari.

Pada akhirnya Jayaprana dan Sekarsari dipertemukan kembali di dunia niskala dan mereka
pun menjalanni kehidupan mereka disana sebagai roh.

Banyak sekali nilai-nilai yang terkandung dalam kisah Jayaprana dan Layonsari, yaitu :

1. Sosok yang jujur, ia diutus oleh sang raja untuk menjadi abdi raja karena sifatnya
yang jujur dan sopan dalam bertutur kata
2. osok abdi raja yang menginspirasi, sifat-sifat yang dimiliki Jayaprana patut
menjadi teladan bagi generasi saat ini.bukan hanya menjadi abdi raja yang tampan
dan gagah, namun ia juga cakap dalam membaca dan menerjemahkan kakawin.
namun, dalam keahliannya itu jayaprana tidak pernah mempermainkan hati
Wanita.
3. Penyesalan, penyesalan memang selalu datang belakangan. Kisah ini mengajarkan
kita untuk selalu berpikir panjang sebelum memutuskan suatu tindakan agar tidak
menyesal dikemudian hari.
4. Berbakti, Hormat, dan Patuh. Jayaprana selalu berbakti kepada sang raja, hormat
kepada semua orang yang ada dan patuh dalam menjalankan setiap perintah yang
diperintahkan kepadanya.
5. Keegoisan dan emosi dapat menghancurkan segalanya, kisah ini berakhir dengan
Raja kehilangan abdinya yang setia. setelah semua yang raja perbuat ia bahkan
tidak mendapatkan apapun karena Sekarsari yang memilih untuk pergi selamanya.
Raja menjadi gila dan depresi, ia menyerang setiap penduduk yang ada dikerajaan
tersebut. Desa itu seketika hancur lebur hanya karena sifat ketamakan rajanya
sendiri.
Terkadang kita lupa diri sebab jabatan, sebenarnya kita semua sama dilahirkan ke
dunia ini dengan porsi hidup yang sudah diatur oleh Ida Sang Hyang Widhi wasa,
dan tujuan hidup masing-masing, tetapi masi ada beberapa orang yang
mengagung-agungkan jabatannya dan menjadi serakah,dan egois, sebab dia
memiliki kekuasaan jadi dia hanya ingin memuaskan hawa nafsunya saja.Hidup
akan lebih berarti jika kita saling menghargai satu sama lain dan tetap bersyukur
aka napa yang kita punya saat ini.

Identitas Penulis
Nama : Ni Kadek Ayu Angga Arini
Kelas : XI MIPA 6
Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Tabanan
No Handphone : 083147787380

Anda mungkin juga menyukai