Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kadek Dian Paramita

Kelas : X DPIB 2
Asal Sekolah : SMK Negeri 3 Singaraja
Nomor Heandphone : 085979561344

JAYAPRANA LAYONSARI
Cerita Rakyat Bali

ESSAY FILM JAYAPRANA LAYONSARI


JAYAPRANA LAYONSARI
Cerita Rakyat Bali
Sinopsis singkat:
Nyoman Jayaprana, yang kemudian dipanggil Jayaprana merupakan satu-satunya anak yang
tersisa dari keluarga yang terkena wabah penyakit di Desa Kalianget.

Cerita rakyat adalah kisah yang dijadikan simbol dalam satu daerah tertentu. Cerita
rakyat juga meruakan karya sastra yang berasal dari masyarakat masa lampau. Biasanya,
cerita rakyat disampaikan secara lisan dan sering diperkenalkan secara turun temurun. Dalam
cerita rakyat biasanya diselipkan seni budaya daerah yang sarat akan makna dan pesan moral,
biasanya cerita rakyat dapat dibuat dengan tujuan memperkenalkan ciri khas daerah serta asal
muasal sesuatu. Cerita rakyat dibuat sebagai pengingat tentang nilai-nilai kehidupan manusia
di alam semesta ini. Kita sebagai manusia seakan diingatkan bagaimana seharusnya
berperilaku kepada sesama, terhadap alam, dan juga terhadap Yang Maha Kuasa. Di
Indonesia sendiri memiliki keberagaman suku dan budaya yang beraneka ragam
menjadikannya juga memiliki cerita rakyat yang beragam, termasuk di daerah Bali. Bali
sendiri memiliki banyak cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat Bali yang masih dikenal dan
ikonis hingga saat ini adalah kisah cinta antara Jayaprana dan Layonsari yang kerap disebut
Romeo dan Juliet versi lokal Bali. Kisah asmara yang memilukan dan berlatar di salah satu
daerah di wilayah Bali ini menceritakan tentang keserakahan seorang Raja, tetapi cerita ini
juga dikenal menceritakan kekuatan cinta. Sama seperti kisah Romeo dan Juliet yang
berakhir tragis demikian juga kisah Jayaprana dan Layonsari yang berakhir dengan kematian
keduanya.
Cerita rakyat Bali, Jayaprana dan Layonsari menyimpan banyak nilai-nilai moral
kehidupan. Kisah Jayaprana dan Layonsari sebagai cerita rakyat dari daerah Bali seakan
mengingatkan kita bahwa manusia bukanlah pemilik segalanya dalam dunia. Dalam kisah
tersebut, seorang Jayaprana merupakan sosok abdi setia yang patut diteladani. Karakter
pemberani dan patuh menjadi sifat yang harus dimiliki oleh para pemuda dan pemudi saat ini.
Sebagai generasi yang akan mewarisi harta berharga bangsa harus dapat mengambil tindakan
secara berani dan tetap patuh terhadap nasehat orang tua, dengan demikian kita dapat tetap
berada di jalan kebenaran. Selain itu, sifat cerdas serta jujur dari peran Jayaprana juga
menjadi penting. Kaum muda harus memiliki kecerdasan yang diibangi dengan kejujuran
untuk menuntun dalam pengambilan keputusan dan kemajuan di masa depan.
Nilai lain juga dapat dilihat dari karakter Raja dan patihnya, Sawunggaling. Keduanya
merupakan cerminan sifat buruk manusia, keserakahan, nafsu, dan kebencian. Karena nafsu
yang mengalahkan akal budi Raja yang juga terhasut oleh Patih Sawunggaling yang memiliki
kebencian terhadap Jayaprana mengakibatkan kematian Jayaprana bahkan juga Layonsari.
Sebagai manusia, hendaknya kita mampu mawas diri, apa yang telah kita miliki patut kita
syukuri adanya dan apa yang sudah menjadi milik orang lain hendaknya tidak kita harapkan
dan rampas, hal demikian hanya akan merugikan orang lain, bahkan juga terhadap diri kita di
masa depan. Seakan satu paket dengan keserakahan, kebencian juga berakibat buruk terhadap
pelakunya. Rasa benci yang terus timbul dalam diri, tanpa sadar sudah menguasai pikiran dan
menjadikan kita pribadi yang tidak disukai lingkungan. Bahkan kita juga dapat menyebabkan
suatu penderitaan fisik bahkan mental.
Pesan moral lainnya yang dapat saya tangkap dari cerita tersebut, pikirkan dulu secara
matang sebelum bertindak lebih lanjut. Perintah Raja yang dicetuskan bukan merupakan
pemikiran secara matang dan tidak melihat akibat dari tindakan tersebut. Pada akhirnya
kematian dan kesengsaraan menjadi penyesalan yang tidak bisa diubah. Keputusan untuk
bunuh diri yang dilakukan Layonsari juga menurut saya bukan tindakan yang tepat.
Seharusnya kisah kehidupan yang terjadi merupakan hasil dari perbuatan dan keputusan yang
kita buat di masa lalu, sehingga kita harus dapat menerima dan memperbaiki sedikit demi
sedikit ke arah yang lebih baik. Banyak orang mendapat nilai penting dalam adegan ini,
mereka menilai tindakan Layonsari ini merupakan suatu bukti dari keagungan cinta. Namun
pada era seperti sekarang ini, adegan ini bukan lagi solusi. Dalam kehidupan ini tentu banyak
masalah yang terus bermunculan, masalah dalam hal cinta, keuangan, pertemanan, sudah
menjadi hal yang lumrah dan bunuh diri bukan merupakan pilihan akhir. Hal terbaik yang
bisa kita lakukan adalah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa bercermin pada
diri, dan jangan lupa memperbaiki diri dengan iklas. Diceritakan ketika Jayaprana dan
Layonsari telah dinikahkan, Raja merasa gundah gulana, tidak mau makan, lesu, dan enggan
memimpin Kerajaan Kalianget. Raja lalu mengutarakan hasrat hatinya kepada patih-patihnya
yang ada kala itu untuk memperistri Layonsari. Meskipun mengetahui jelas bahwa keinginan
Raja adalah hal yang keliru, tak satupun diantara mereka yang berani berusaha menyadarkan
Raja. Sebaliknya, mereka ikut terlibat dalam muslihat jahat untuk menghabisi Jayaprana.
Dalam penggalan cerita tersebut, jika kita sebagai bawahan yang baik sepatutnya selalu
membantu dan menjaga kepemimpinan supaya tetap berjalan secara sehat. Sebab pemimpin,
baik itu pemimpin dalam keluarga, pemipin perusahaan, gubernur atau bahkan presiden
sekalipun, mereka adalah manusia biasa. Mereka bisa saja melakukan kekeliruan dan bentuk
peduli kita adalah dengan mengingatkan saat mereka melakukan kesalahan. Menjadi
pemimpin bukan berarti bisa melakukan segala hal yang ingin dilakukan.
Kita juga diingatkan bahwa karma atau hasil perbuatan akan selalu ada, begitu juga
dalam cerita ini. Seperti yang kita tahu bersama, kisah ini berakhir dengan Raja kehilangan
Jayaprana, abdinya yang setia. Setelah semua yang raja perbuat dia bahkan tidak
mendapatkan apapun karena Layonsari yang memilih untuk bunuh diri. Karenanya raja
menjadi gila dan depresi, dia kemudian menyerang setiap penduduk yang ada dikerajaan
tersebut. Desa itu seketika hancur lebur hanya karena sifat ketamakan rajanya sendiri. Dari
sini kita bisa belajar untuk selalu dapat mengendalikan emosi.
Kisah Jayaprana dan Layonsari sebagai cerita rakyat daerah Buleleng mengajak kita
untuk melihat kembali ke dalam diri masing-masing. Semua karakter dalam cerita memiliki
peran masing-masing sebagai perwujudan sifat-sifat manusia di dunia, untuk menunjukan
kembali betapa angkuh dan serakahnya manusia ketika memiliki kekuasaan. Mengingatkan
kita untuk menghindari perilaku-perilaku yang buruk. Karakter pemberani dan patuh menjadi
sifat yang harus dimiliki oleh para pemuda dan pemudi saat ini. Kecerdasan dan kejujuran
juga perlu berjalan beriringan dengan keberanian. Ketika memiliki karakter yang demikian,
kita akan berhasil baik di masyarakat dan di lingkungan lainnya. Sebagai kisah unik di daerah
Bali, cerita rakyat Jayaprana dan Layonsari hendaknya terus diperkenalkan ke berbagai
generasi, selain sebagai pengenalan warisan budaya leluhur, juga untuk selalu mengingatkan
kita tentang bagaimana menjadi generasi yang berkarakter baik dan berbudi luhur.

Anda mungkin juga menyukai