Anda di halaman 1dari 3

CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG

Pada zaman dahulu kala di bumi Sunda, hiduplah seorang putri cantik bernama Purbasari. Ia adalah anak
bungsu dari Prabu Tapa Agung, raja kerajaan Pasir Batang. Selain Purbasari, Prabu Tapa Agung juga memiliki enam
putri lain. Mereka adalah Purbarangrang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, dan
Purbaleuih. Dari ketujuh anak perempuan itu, Purbasari memang memiliki paras paling menawan. Dia bahkan
dikaruniai hati yang baik, lembut, ramah, serta suka menolong. Siapapun yang membutuhkan pertolongannya,
Purbasari senang hati membantunya. Namun sayangnya, sang Kakak Purbararang memiliki sifat yang sebaliknya.
Walaupun berparas cantik, Purbararang dikenal memiliki sifat yang kasar, sombong, kejam, iri hati pada siapapun.

Setelah menjabat sebagai raja dalam waktu lama, Prabu Tapa Agung memilih untuk turun tahta. Sang raja
tersebut pun memilih Purbasari untuk melanjutkan kepemimpinannya.
Hal ini tentunya sudah dipikirkan secara matang oleh Prabu Tapa Agung. Menurutnya, Purbasari merupakan sosok
yang paling pantas menggantikan dirinya. Putri bungsunya tersebut memiliki sifat baik, bijaksana, dan jujur
sehingga pantas dijadikan penerusnya. Sangat berbanding terbalik dengan Purbarangrang, sang anak sulungnya
yang tidak ia percaya akan bisa memimpin kerajaan dengan sifat buruknya

.
Di hadapan para petinggi kerajaan dan enam putri lainnya, Prabu Tapa Agung pun menyerahkan tahta pada
Purbasari. Setelah itu, ia pun keluar dari istana dan memulai hidup baru sebagai pertapa. Purbararang pun marah
karena tidak setuju tahta Kerajaan Pasir Batang diberikan kepada adiknya, bukan untuk dirinya. Selang satu hari
sejak penobatan, Purbararang berencana mencelakai Purbasari. Ia menghubungi tunangannya, Indrajaya untuk
meminta bantuan nenek sihir. Nenek sihir yang jahat kemudian memberikan boreh, atau zat berwarna hitam yang
dibuat dari tumbuhan kepada Purbararang. “Semburkan boreh ini kewajah dan seluruh tubuh Purbasari” ujar
nenek sihir pada Purbararang. Purbararang langsung melaksanakan pesan dari si nenek sihir. Boreh tersebut
disemburkan ke wajah dan seluruh tubuh Purbasari. Akibatnya diseluruh tubuh Purbasari muncul bercak hitam
yang mengerikan. Dengan kondisi tersebut Purbararang memiliki alasan untuk mengusir Purbasari dari istana dan
menghentikannya menjadi ratu. “Orang yang dikutuk hingga memiliki penyakit mengerikan ini tidak pantas menjadi
Ratu kerajaan Pasir Batang. Sudah seharusnya dia diasingkan ke hutan agar penyakitnya tidak menular,” perintah
Purbararang.

Kemudian Purbararang mengambil tahta Kerajaan Pasir Batang dan memerintahkan Uwak Batara yang
merupakan penasihat istana untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Purbasari pun hidup sendiri di tengah hutan.
Namun, karena kebaikan hati dan untuk menghibur diri, ia selalu bermain dengan hewan-hewan di sekitarnya.
Salah satunya yaitu kera berbulu hitam misterius. Purbasari menamami kera itu Lutung Kasarung.

Pada suatu malam bulan purnama, Lutung Kasarung pergi ke suatu tempat untuk bersemedi. Ia meminta kepada
Tuhan untuk menyembuhkan penyakit Purbasari. Tak disangka, doa tulus Lutung Kasarung dikabulkan. Tanah di
sekitarnya tiba-tiba menjadi sebuah talaga kecil. Airnya jernih dan harum, serta mengandung obat kulit yang
ampuh menyembuhkan penyakit apa pun. Paginya, atas ajakan Lutung Kasarung, Purbasari melihat talaga
tersebut. Ia pun menceburkan diri ke dalam telaga itu. Secara ajaib, kulitnya kembali bersih, halus, dan menawan
seperti semula. Sejak itu, Purbasari pun menjadi betah tinggal di hutan bersama Lutung Kasarung. Mereka pun
menyukai satu sama lain dan bahagia di sana. Suatu hari, Purbarang memutuskan melihat kondisi adiknya di
hutan. Ia pun kaget karena Purbasari sudah cantik seperti semula. Dengan sombongnya, ia menyebut seorang ratu
harus memiliki suami yang tampan. Kala itu, Purbarang sudah memiliki seorang calon suami. Purbasari yang
bingung secara spontan menarik tangan Lutung Kasarung. "Jadi monyet itu tunanganmu? Mana ada ratu punya
suami seekor monyet?" kata Purbarang sembari tertawa lepas. Pada saat itu juga, Lutung Kasarung bersemedi dan
berubah menjadi seorang pangeran yang sangat tampan. Purbarang pun kemudian mengakui kesalahannya dan
memohon maaf pada adiknya serta memohon agar tidak dihukum. Untungnya, Purbasari yang berhati baik
memaafkan kakaknya. Setelah itu, mereka semua kembali ke istana dan Purbasari pun kembali menjadi ratu. Kali
ini, ia ditemani oleh seorang pangeran tampan.

Pesan Moral dari Lutung Kasarung:

Dari cerita rakyat ini, ada beberapa pesan moral yang bisa diambil. Beberapa di antaranya adalah:

1. Rasa iri dengki dan keserakahan itu tidaklah baik untuk dipelahara dalam diri. Kelak, kedua sifat tersebut akan
membuat kita terjerumus dalam ketidakbahagiaan dan penyesala.

2. Jangan suka merendahkan orang lain

3. Jadilah jujur dan baik pada siapa pun, maka kelak kita akan menerima banyak bantuan dan kebaikan pula dari
sifat tersebut Kebaikan dan kebenaran akan menjadi pemenang dan membawa akhir yang indah.

KEISHA NINDIA AMANDA SALSABILA

7D / 15

Anda mungkin juga menyukai