Anda di halaman 1dari 2

Jayaprana dan Layonsari

Berawal dari seorang anak laki-laki yang hidup sebatangkara bernama Jayaprana.Ia kemudian
memutuskan untuk menjadi abdi di kerajaan Kalianget. Jayaprana sungguh beruntung karena
Raja Kalianget mengambulkan permintaannya. Sejak itulah, Jayaprana mengabdi kepada
Raja Kalianget. Meski demikian, Jayaprana tetap tinggal di rumah Karena rumah itu adalah
rumah peninggalan orang tuanya. Jayaprana adalah seorang abdi yang rajin, pintar dan tekun
maka ia pun sangat disayang oleh raja. Setelah ia dewasa, raja menyarankan Jayaprana untuk
memilih dayang-dayang istana sebagai istri, Jayaprana menuruti perintah raja namun ia lebih
memilih mencari gadis biasa.

Pada suatu hari Jayaprana berjalan-jalan ke pasar. Tak disangka ia bertemu dengan seorang
gadis, gadis itu berparas cantik, bernama Layonsari. Ia jatuh cinta dan akhirnya meminang
perempuan itu. Terpikat dengan pesona Jayaprana, Layonsari langsung menerima pinangan
itu. Jayaprana yang berbahagia karena telah menemukan belahan hatinya membawa
Layonsari ke Istana untuk mendapatkan restu. Tak lama setelah pertemuan itu, mereka lalu
menikah. Seuasai acara pernikahan dilaksanakan, Jayaprana dan Layonsari keesokan harinya
menghadap raja untuk memohon doa restu. Alangkah terkejutnya raja, melihat kecantikan
Layonsari. Sejak saat itulah, munculah niat Sang Raja untuk merebut Layonsari dari dekapan
Nyoman Jayaprana. Kemudian Raja mengadakan rapat dengan beberapa patih untuk meminta
pertimbangan agar bisa mendapatkan Layonsari. Atas usul Patih Saungguling, Raja diminta
untuk memberi perintah kepada Jayaprana untuk pergi ke sisi barat daerah kerajaan
membasmi para perampok.

Di tengah suasana bulan madu, Jayaprana harus terpaksa meninggalkan istrinya untuk
melaksanakan tugas dari Raja. Dengan diselimuti firasat buruk, Layonsari dengan berat hati
memberikan ijin kepada suaminya untuk pergi beberapa hari.Ditengah hati yang cemas,
Jayaprana pergi bersama Patih Saunggaling diiringi oleh beberapa prajurit. Akhirnya mereka
tiba di kawasan hutan di dekat Pura Teluk Terima. Secara diam-diam Patih Saunggaling
menusuk Jayaprana dengan kerisnya. Namun kesaktian Jayaprana membuat tubuhnya tidak
terluka sedikit pun. Jayaprana terkejut atas ulah Patih Saunggaling, ia kemudian bertanya
maksud si Paman Patih. Patih Saunggaling akhirnya menceritakan latar belakang tindakannya
tersebut, semua adalah keinginan dari Sang Raja. Setelah memahami situasi yang sedang
terjadi, Jayaprana kemudian mengizinkan Patih Saunggaling untuk menusuk tubuhnya.
Jayaprana menganggap bahwa orang yang telah membesarkan dirinya adalah Raja, maka
Raja juga berhak mencabut nyawanya. Mayat Jayaprana dikubur di hutan tersebut, Patih
Saunggaling dan rombongan prajurit pulang kembali ke istana. Raja lalu mengumumkan
kepada warga istana bahwa Jayaprana tewas di tangan perampok. Layonsari sangat terpukul
mendengar kabar tersebut, ia merasa ada yang janggal dari kejadian tersebut. Setelah
melakukan tipu daya tersebut, Raja berusaha menghibur hati Layonsari dan memaksa ia
untuk menjadi istri raja.

Layonsari kemudian menyadari bahwa yang sebenarnya membunuh suaminya adalah Raja,
akhirnya dengan menggunakan keris Sang Raja, Layonsari melakukan bunuh diri. Raja
memang berhasil membunuh Jayaprana, namun niat raja untuk memiliki Layonsari tidak
terwujud karena rasa cintanya yang kuat dan kesetiaan Layonsari kepada Jayaprana, ia lebih
memilih mati daripada harus menikah dengan Raja Kalianget. Raja Kalianget pun berusaha
mencegahnya namun tubuh Layonsari sudah tergeletak. Kematian Layonsari membuat Raja
menjadi gila, ia kemudian menusuk semua orang yang ada di sekelilingnya. Kekacauan
terjadi, dan terjadilah perang saudara yang akhirnya memusnahkan kerajaan tersebut untuk
selama-lamanya.

Amanat yang dapat dipetik dari film Jayaprana adalah kesetiaan merupakan salah satu sikap
yang harus dimiliki oleh seseorang, walaupun hal itu dapat menyakitkan, tetapi dengan
kesetiaan manusia akan memilki kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, terdapat pesan
moral dari cerita Jayaprana yaitu jodoh merupakan hal yang sudah diatur oleh Tuhan. Selain
itu, terdapat pesan moral lainya yaitu sebagai seorang pemimpin harus bijaklah dalam
bersikap, harus bisa membedakan perilaku yang baik dan buruk. Jangan sampai mengikuti
sikap raja yang ingin mengambil milik orang lain dan menggunakan berbagai cara untuk
memenuhi keinginannya, walaupun dengan cara membunuh.

Nilai moral terdapat pada film tersebut menggambarkan sikap atau perilaku Jayaprana yang
selalu setia terhadap rajanya hingga berkorban apapun untuk rajanya, sekali pun hal itu
menyakiti dirinya bahkan nyawanya. Hal ini dilakukan Jayaprana untuk membalas kebaikan
raja kepadanya. Selain itu Jayaprana merupakan seorang yang sangat menghormati orang
lain. Nilai moral kedua adalah perilaku raja yang tidak sesuai dengan jabatannya sebagai
seorang pemimpin. Seharusnya sebagai raja harus bersifat bijak dan tidak mengambil hak
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai