Anda di halaman 1dari 20

TUGAS SENI BUDAYA

JAYAPRANA LAN LAYONSARI

KELAS:X TB4
SMK PGRI PAYANGAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
NASKAH DRAMA
JAYAPRANA DAN LAYONSARI
SINOPSIS CERITA JAYAPRANA DAN LAYONSARI

Berawal dari seorang anak laki-laki yang hidup sebatangkara


bernama Jayaprana.Ia kemudian memutuskan untuk menjadi abdi di
kerajaan Kalianget. Jayaprana sungguh beruntung karena Raja Kalianget
mengambulkan permintaannya. Sejak itulah, Jayaprana mengabdi
kepada Raja Kalianget. Meski demikian, Jayaprana tetap tinggal di
rumah Karena rumah itu adalah rumah peninggalan orang tuanya.
Jayaprana adalah seorang abdi yang rajin, pintar dan tekun maka ia pun
sangat disayang oleh raja. Setelah ia dewasa, raja menyarankan
Jayaprana untuk memilih dayang-dayang istana sebagai istri, namun ia
menolak dan lebih memilih mencari gadis biasa. Pada suatu hari
Jayaprana berjalan-jalan ke pasar. Tak dinyana ia bertemu dengan
seorang gadis, gadis itu berparas cantik, bernama Layonsari. Mereka pun
saling tertarik, dan jatuh hati. Tak lama setelah pertemuan itu, mereka
lalu menikah. Melihat kecantikan paras Layonsari, raja pun tertarik
kepada istri abdi kesayangannya itu dan ingin memilikinya.Semenjak
saat itu, Raja selalu berusaha memisahkan Jayaprana dan Layonsari.
Hingga akhirnya Jayaprana dibunuh atas perintah raja. Saat mengetahui
kabar tersebut Layonsari sangat terkejut dan meyakini bahwa suaminya
dibunuh atas perintah raja. Raja memang berhasil membunuh Jayaprana,
namun niat raja untuk memiliki Layonsari tidak terwujud karena
kesetiaan Layonsari kepada Jayaprana, ia lebih memilih mati daripada
harus menikah dengan Raja Kalianget. Raja Kalianget pun berusaha
mencegahnya namun tubuh Layonsari sudah tergeletak. Raja lalu
berperilaku seperti tidak waras hingga tidak segan melukai siapa saja
yang ada. Banyak korban yang berjatuhan. Hal ini sangat meresahkan
seluruh rakyat. Akhirnya para punggawa istana memutuskan untuk
menangkap n memasukan sang raja ke dalam penjara.
PROLOG JAYAPRANA DAN LAYONSARI
Kami akan mempersembahkan sebuah drama yang berjudul Jayaprana dan
Layonsari
JAYAPRANA DAN LAYONSARI

Adegan :I
Alkisah, di sebuah desa di Negeri Kalianget, Bali, hiduplah
sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami
istri yang memiliki dua anak laki-laki dan seorang anak
perempuan. Kehidupan keluarga tersebut sungguh
memprihatinkan karena selalu serba kekurangan. Kesengsaraan
keluarga itu semakin bertambah ketika desa mereka diserang
wabah penyakit yang menyebabkan empat orang dari keluarg itu
meninggal dunia. Satu-satunya dari anggota keluarga itu yang
selamat adalah si anak laki-laki bungsu bernama Jayaprana yang
saat itu masih kecil
1. Jayaprana : (berdoa) Oh Sang Hyang Widhi, mengapa Engkau
jauhkan aku dari anggota keluargaku? Aku tak
sanggup hidup sebatang kara seperti ini.Bagaimana
caraku bertahan hidup? Haruskah aku menyusul
mereka? Agar aku tidak sendiri di sini? (merenung)
Tidak.. tidak Aku harus tetap hidup. Aku akan
menghadap Baginda Raja dan memohon
kemurahan hati Beliau.

Jayaprana lalu pergi ke Istana Kalianget untuk


menghadap Raja Kalianget. Setelah diantar ke
depan singgasana Raja oleh seorang pengawal,
Jayaprana duduk bersimpuh sambil menyembah
sang Raja,

2. Jayaprana : Mohon maafkanlah kelancangan hamba ini telah


berani menghadap Baginda tanpa membuat janji
terlebih dahulu.
3. Raja Kalianget : Tidak apa-apa. Sekarang katakan apa tujuanmu
menghadapku. Aku yakin itu adalah sesuatu yang
penting.

4. Jayaprana : Hamba berkeinginan untuk bekerja di istana ini


sebagai salah seorang abdi Baginda Raja.

5.Raja Kalianget : Mengapa engkau ingin bekerja sebagai abdiku?

6. Jayaprana : Karena hamba tidak ingin hidup sebatang kara di


desa hamba, Paduka. Hamba sudah tidak memiliki
keluarga karena wabah yang menyerang desa
hamba.

7.Raja Kalianget : (berpikir sebentar) Baiklah kamu kuangkat menjadi


abdiku. Sekarang kamu boleh tinggal di istana ini
dan bekerja sesuai titahku.

8.Jayaprana : Ampun Baginda, bukannya hamba lancang tetapi


hamba masih ingin tinggal di rumah peninggalan
orang tua hamba.

9.Raja Kalianget : Baiklah kalau begitu. Sekarang kau boleh


meninggalkan ruangan ini dan pulang ke rumahmu.
Besok akan ada seorang abdiku yang menjemputmu
dan memberitahumu semua hal yang harus kau
lakukan sebagai abdiku.

10.Jayaprana : Beribu terima kasih, Paduka Raja. Hamba mohon


pamit.

Jayaprana sungguh beruntung karena Raja Kalianget


mengambulkan permintaannya. Sejak itulah,
Jayaprana mengabdi kepada Raja Kalianget. Ia
seorang abdi yang baik dan sangat rajin. Setiap pagi-
pagi sekali ia sudah berangkat ke istana untuk
menjalankan tugas-tugasnya sebagai abdi Raja.
Tidak mengherankan jika ia menjadi abdi
kesayangan sang Raja.

Waktu terus berjalan. Jayaprana tumbuh menjadi


seorang pemuda yang tampan. Karena itulah, ia
menjadi idola para dayang istana. Suatu ketika, Raja
Kalianget memanggil Jayaprana untuk
menyampaikan perintah penting.

11.Jayaprana : Sembah sujud hamba haturkan kepada Paduka


Raja. Ada apa gerangan Paduka Raja memanggil
hamba?

12.Raja Kalianget : Jayaprana, sekarang kau telah tumbuh menjadi


pemuda yang tampan dan cakap. Mengingat usiamu
yang sudah dewasa, sudah saatnya kau mencari
seseorang untuk dijadikan istri. Saya tahu bahwa
banyak dayang yang ingin menjadi istrimu. Karena
itu, kusarankan kau memilih salah satu dari dayang-
dayangku untuk dijadikan istrimu.

13Jayaprana : Ampun, Baginda! Hamba bukan bermaksud untuk


menolak titah Baginda. Hamba ingin menikah, tapi
bukan dengan dayang-dayang istana. Jika
diperkenankan, izinkanlah hamba untuk mencari
calon istri hamba di luar istana ini.

14.Raja Kalianget : Baiklah Jayaprana jika itu yang kamu inginkan.


Aku pun tidak akan menghalangimu untuk memilih
calon istri yang sesuai dengan pilihan hatimu.

15.Jayaprana : Terima kasih Baginda, hamba mohon pamit.


Adegan :II
Mendapat persetujuan tersebut, keesokan harinya Jayaprana
berjalan-jalan ke pasar yang terletak di depan istana untuk
melihat-lihat gadis yang lalu-lalang. Setiba di pasar, ia sengaja
duduk di depan pasar sambil memperhatikan gadis-gadis yang
lewat di depannya. Tak berapa lama kemudian, tampak dari
kejauhan seorang gadis berjalan melenggang dengan
mengenakan pakaian cukup sederhana. Gadis itu memiliki paras
yang cantik serta senyum yang manis dan mempesona. Si gadis
yang bernama Layonsari itu berjalan menuju ke pasar sambil
menunduk malu-malu dan matanya sesekali melirik ke
sekelilingnya. Jayaprana pun terpana saat melihat gadis yang
cantik jelita itu.
16.Jayaprana : (bergumam) Oh, gadis itu sungguh cantik
dan mempesona. Siapakah perempuan itu
dan dari mana asalnya?
17.Layonsari : (merasa diperhatikan, lalu menoleh ke
Jayaprana. Segera setelah pandangan
mereka bertemu, Layonsari melenggang
sambil tersenyum)
Pandangan pertama itu telah membuat
mereka saling jatuh hati. Setelah gadis itu
berlalu dan menyelinap di balik
keramaian pasar, Jayaprana segera
mencari informasi perihal gadis itu
kepada orang-orang di sekitarnya.
18.Jayaprana : Permisi bu, apakah ibu kenal dengan gadis
yang lewat barusan?
19.Penjual Nasi : Ooo Ya, ibu kenal. Kalau tidak salah
namanya Layonsari. Setiap pagi dia
datang ke pasar ini untuk membeli
kebutuhan dapur keluarganya.
20.Jayaprana : Benarkah? Dari mana asalnya?
21.Penjual Nasi : Menurut cerita orang-orang, dia adalah
anak Jero Bendesa dari Banjar Sekar.
22.Jayaprana : Terima kasih atas informasinya Bu!

Adegan :III
Setelah memperoleh keterangan tentang gadis itu, ia pun
bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada Raja
Kalianget.
23.Jayaprana : Sembah sujud hamba haturkan kepada
Paduka Raja. Hamba telah menemukan
seseorang saya dambakan untuk dijadikan
istri.
24.Raja Kalianget : Siapa gerangan itu?
25.Jayaprana : Gadis itu bernama Layonsari, putri Jero
Bendesa dari Banjar Sekar.
26.Raja Kalianget : Baiklah. Kuharap keputusanmu tentang
calon istrimu sudah mantap. Aku akan
menulis surat kepada Jero Bendesa.
Tunggulah di sini. (menulis surat)
27.Jayaprana : Baik, Paduka Raja.
28.Raja Kalianget : Jayaprana, besok pagi-pagi kamu antar
surat ini ke rumah orang tua gadis itu.
(menyerahkan surat)
29.Jayaprana : Baik, Baginda
Adegan :IV
Keesokan hari, pagi-pagi sekali Jayaprana pergi ke rumah Jero
Bendesa.
30.Jero Bendesa : (kaget) Maaf, ada apa gerangan seorang
abdi Raja berkunjung ke rumah saya?
31.Jayaprana : Hamba ingin mengantar surat dari Baginda
Raja.
32.Ibu Jero : (mengernyitkan dahi) Surat dari Raja?
33.Jero Bendesa : Biar saya yang baca. (membaca surat) Oh!
34.Ibu Jero : Ada apa?
35.Jero Bendesa : Raja menyatakan bahwa Beliau ingin
menikahkan Sang Jayaprana dengan putri
kita, Layonsari. (kepada Layonsari)
Bagaimana putriku, apakah kamu bersedia
menikah dengan Jayaprana?
36.Layonsari : (hanya tersenyum malu-malu)
37.Jayaprana : Layonsari, maukah kamu menjadi istriku?
38.Layonsari : (mengangguk sambil tersenyum)
39.Jero Bendesa : (ikut tersenyum) Layonsari, tampaknya
keputusan hatimu sudah tetap. Aku yakin
kau akan hidup bahagia bersamanya.
Benar, kan, Bu?
40..Ibu Jero : Benar, suamiku. Sudah saatnya anak kita
yang sudah dewasa ini menjalani
kehidupan bahagianya berumah tangga
dengan seorang abdi Raja yang tampan.
41.Jayaprana : (tersipu malu) Kalau begitu hamba mohon
pamit untuk menghadap Baginda Raja.
Adegan : V
Jayaprana bergegas menuju istana untuk menyampaikan kabar
gembira kepada Baginda Raja Kalianget.
42.Raja Kalianget : Bagaimana, Jayaprana?
43.Jayaprana : Ampun, Baginda! Lamaran hamba diterima
oleh keluarga gadis itu.
44.Raja Kalianget : Syukurlah, Jayaprana! (memanggil
pengawal) Pengawal! Umumkan kepada
seluruh keluarga istana bahwa
perkawinan Jayaprana dengan Layonsari
akan dilaksanakan pada hari Selasa Legi,
Wuku Kuningan di halaman istana.
45.Pengawal : Daulat, Baginda.
46.Raja Kalianget : (Memanggil Mahapatih setelah pengawal
meninggalkan ruangan) Mahapatih!
47.Mahapatih : Hamba, Paduka.
48.Raja Kalianget : Perintahkan para punggawa istana untuk
mendirikan balai-balai dan mengurus
segala persiapan demi keperluan pesta
pernikahan Jayaprana dan Layonsari!
49.Mahapatih : Hamba laksanakan, Paduka.
50.Jayaprana : (Setelah Mahapatih meninggalkan
ruangan) Terima kasih, Paduka Raja
51.Raja Kalianget : Jangan sungkan, Jayaprana. Kau telah
kuanggap seperti anakku sendiri. Sekarang
pergilah dan bersiap-siaplah untuk upacara
pernikahanmu
52.Jayaprana : Hamba mohon undur diri, Paduka.
Adegan :VI
Saat hari pesta pernikahan itu tiba, Jayaprana bersama para patih
dan punggawa istana serta masyarakat sedesanya menuju ke
rumah Jero Bendesa untuk menjemput calon istrinya. Setelah
melalui berbagai macam upacara di rumah itu, kedua mempelai
kemudian diiring ke istana dengan menggunakan tandu. Ketika
rombongan pengantin itu tiba di depan istana, kedua mempelai
turun dari atas tandu untuk memohon doa restu kepada Raja
Kalianget.
53.Jayaprana : Yang Mulia Baginda Raja Kalianget,
hamba, Jayaprana, memohon restu
Baginda untuk melangsungkan pernikahan
hamba dengan calon istri hamba,
Layonsari.
54.Raja Kalianget : (Mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah
kata pun)
Upacara pernikahan berlangsung sangat
meriah, dengan disaksikan oleh sebagian
besar masyarakat KeRajaan Kalianget.
Setelah pesta pernikahan itu usai,
Jayaprana bersama istrinya pun memohon
diri untuk kembali ke rumahnya. Setelah
keduanya pergi, Raja Kalianget segera
mengumpulkan seluruh patihnya untuk
meminta pertimbangan tentang bagaimana
cara menghabisi nyawa Jayaprana secara
diam-diam.
55.Raja Kalianget : Para patihku yang setia, aku sedang
dilanda kesedihan yang mendalam
dan tidak dapat kucari jalan
keluarnya.
56.Mahapatih : Ada apa gerangan, Baginda Raja?
57.Raja Kalianget : Aku sedang jatuh cinta kepada
Layonsari, istri Jayaprana. Jika
Layonsari tidak segera menjadi
permaisuriku, maka aku akan menjadi
gila!
58.Mahapatih : Maafkan kelancangan hamba, Baginda.
Tetapi menurut hemat hamba,
Baginda tidak seharusnya menuruti
nafsu pribadi apalagi sampai
menginginkan gadis yang telah
menjadi istri orang lain.
59.Raja Kalianget : Aku tidak menuruti nafsu pribadi! Aku
hanya sedang dimabuk asmara, apa
itu tidak boleh?! (marah) Jika kau
tidak menuruti keinginanku, kau akan
menemui ajalmu sekarang juga!
60.Mahapatih : Ampun beribu ampun, Baginda.
Hamba hanya bermaksud menasehati
agar Baginda tidak berada di jalan
yang salah.
61.Raja Kalianget : Apa katamu?! Beraninya kamu
menasihati Raja. Sekarang keluar
kamu dari ruangan ini atau kupenggal
kepalamu
62.Mahapatih : Ampun beribu ampun, Baginda.
(Segera meninggalkan ruangan)
63.Raja Kalianget : Sekarang, apa ada yang bisa
memberiku cara untuk menyingkirkan
Jayaprana dari Layonsari?
64.Patih Saunggaling : Ampun, Baginda. Hamba memiliki
saran. Baginda Raja harus menitahkan
Jayaprana pergi ke Teluk Terima untuk
menyelidiki perahu yang hancur dan
orang-orang Bajo yang menembak
binatang di kawasan Pengulan. Saat
Jayaprana sudah sampai di sana
bersama hamba dan beberapa prajurit,
hamba akan menghabisi nyawanya.
65.Raja Kalianget : Patih Saunggaling, kuterima saranmu.
Sekarang pergi dan bersiap-siaplah
untuk tugasmu kali ini.
66.Patih Saunggaling : Baik, Baginda.
Adegan :VII
Beberapa hari kemudian, Raja Kalianget pun memanggil
Jayaprana agar menghadap ke paseban (balai penghadapan).
Mendapat panggilan tersebut, Jayaprana pun segera menghadap
sang Raja yang teramat dihormatinya.
67.Jayaprana : Ampun, Baginda. Ada apa gerangan hamba
diminta untuk menghadap?
68.Raja Kalianget ; Ada tugas penting untukmu. Besok pagi-
pagi kamu harus berangkat ke Teluk
Terima untuk menyelidiki perahu yang
kandas dan kekacauan-kekacauan yang
terjadi di sana!
69.Jayaprana : Daulat, Baginda.
Adegan :VIII
Jayaprana segera kembali ke rumahnya untuk menyampaikan
berita itu kepada sang istri. Mendengar berita itu, Layonsari
tiba-tiba mendapat firasat buruk. Apalagi tadi malam ia
bermimpi melihat rumah mereka dihanyutkan oleh banjir besar.
Karena alamat-alamat buruk itulah ia meminta agar Jayaprana
membatalkan keberangkatannya ke Teluk Terima.
70.Layonsari : Kanda, sebaiknya urungkan saja niat
Kanda itu. Dinda khawatir terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan pada diri Kanda.
71.Jayaprana : Tidak, Dinda. Ini perintah Raja. Kanda
harus berangkat. Dinda tidak usah cemas,
kematian ada di tangan Tuhan
.Adegan:IX
Keesokan hari, berangkatlah Jayaprana ke Teluk Terima
bersama Patih I Saunggaling dan sejumlah prajurit istana. Saat
mereka melewati sebuah hutan lebat, Patih I Saunggaling
menikam Jayaprana hingga tewas seketika. Setelah itu, Patih
Saunggaling bersama rombongannya kembali ke istana untuk
menyampaikan kabar palsu bahwa Jayaprana tewas karena
diserang perampok.
72.Pengawal : Mohon ampun, hamba menyampaikan
pesan dari Patih Saunggaling bahwa Sang
Jayaprana telah meninggal dunia karena
diserang perampok saat berada di hutan
lebat.
73.Layonsari : Suamiku tewas dirampok? Oh Hyang
Widhi kenapa hal ini bisa terjadi??
(menangis tersedu)
74.Pengawal : Mohon maaf hamba harus pamit. (pergi
meninggalkan Layonsari yang masih
menangis)
75.Layonsari : (Sambil terisak) Oh Hyang Widhi, aku
tahu bahwa suamiku meninggal karena
dibunuh atas perintah Raja. Tolong
balaslah perbuatan sang Raja lalim yang
telah membunuh suamiku!
Adegan :X
Keesokan hari, Raja Kalianget datang menemui Layonsari.
76..Raja Kalianget : Layonsari, aku turut prihatin atas musibah
yang menimpa suamimu. Tapi ketahuilah
bahwa hidup dan mati itu di tangan Tuhan.
77.Layonsari : (diam saja)
78.Raja Kalianget : Jika kamu bersedia, aku akan
menjadikanmu permaisuriku. Aku akan
memberimu harta yang banyak dan aku
akan mencukupi semua kebutuhanmu.
79.Layonsari : Maafkan hamba, Baginda. Hamba belum
bisa melupakan suami hamba.
80..Raja Kalianget : Kamu berani melawanku?! (menarik
tangan Layonsari) Sini ikut denganku ke
istana!
81.Layonsari : (mencabut keris yang terselip di pinggang
sang prabu) Lebih baik hamba mati
daripada harus menikah dengan orang
yang telah membunuh suamiku! (menikam
dirinya sendiri dengan keris)
Adegan :XI
Raja Kalianget baru saja ingin mencegatnya, namun tubuh
Layonsari sudah tergeletak di tanah. Melihat Layonsari tewas,
sang Raja pun menjadi kalap. Ia langsung menyerang setiap
orang yang mendekatinya. Kejadian itu berlangsung hingga
berhari-hari sehingga banyak orang menjadi korban karena
tikaman kerisnya. Perilaku Raja Kalianget tersebut benar-benar
meresahkan seluruh rakyat negeri itu.
82.Mahapatih : Pengawal! Kita tidak bisa diam saja! Kita
harus menangkap Paduka Raja!
Kumpulkan seluruh pasukan pengawal dan
tangkap Paduka Raja! Kita masukkan dia
ke penjara!
83.Pengawal : Daulat, Mahapatih!
Akhirnya, sang Raja ditangkap dan
dimasukkan ke dalam penjara.
Demikian cerita Jayaprana dan Layonsari. Sedikitnya ada dua
pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas
yaitu: pertama, keutamaan sifat setia seorang istri sebagaimana
yang ditunjukkan oleh Layonsari. Kedua, akibat buruk dari
perbuatan semena-mena terhadap orang lain. Hal ini terlihat
pada sikap Raja Kalianget. Akibat sikapnya yang arogan, sang
Raja termakan oleh ucapannya sendiri bahwa dirinya akan
menjadi gila jika tidak berhasil memperistri Layonsari, sampai
akhirnya ia harus menjalani hidup di balik jeruji penjara.
Di sinilah pentingnya penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha. Kita
sebagai manusia harus menjaga pikiran, perkataan, dan
perbuatan kita agar tetap suci dan terhindar dari berbagai
masalah. Kita tidak boleh meniru sang Raja yang menjadi gelap
mata karena terbelenggu nafsu, hingga mengeluarkan kata-kata
yang jahat dan melakukan perbuatan kejam.
EPILOG

Sekian drama dari kami ini, apabila ada kesalahan,


kami minta maaf dan mohon bimbinganya
Sekian dan terima kasih

OM SANTIH,SANTIH,SANTIH, OM
NAMA :
1. DESAK MADE BUDIANI (02)

Anda mungkin juga menyukai