Anda di halaman 1dari 7

No.

Nama Peran
1. Rida Rahmadhani Dewi Sanggalangit
2. Ariel Moch Nur Cahyo Ilham Raja Kelanasewandana
3. Hadi Muhammad Nur Kholis Raja Singobarong
4. Nur Rohmatullah Raja Airlangga (Ayah Dewi Sanggalangit)
5. Sofia Frista Hernandia Ibu Dewi Sanggalangit
6. Azriel Fatih Pratama Patih Iderkala (Patih Raja Singabarong)
7. Bastian Ahmad Zulkarna’in Patih Pujanggeleng (Patih Raja
Kelanaswandana)
8. Arya Kusuma Wibowo Patih Raja Air Langga
9 Viana Ramadhani Dayang 1 Raja Singabarong
10. Nabilla Kirana Dayang 2 Raja Singobarong
11. Siti Qomariah Dayang 3 Raja Kelanasewandana
12. Ratri Widyaningsih Dayang 4 Raja Kelanasewandana
13. Redyta Sahwa Narator

ASAL MULA REOG PONOROGO


Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri seorang
raja yang terkenal di Kediri yang bernama Raja Airlangga. Karena wajahnya yang cantik jelita dan
sikapnya yang lemah lembut banyak para pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya untuk
dijadikan sebagai istri. Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk berumah
tangga. Sehingga membuat pusing kedua orang Bagindaya. Padahal kedua orang Bagindaya sudah sangat
mendambakan hadirnya seorang cucu .

Raja Airlangga : “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?”
Ibu :“Iya, sudah banyak pangeran yang ingin melamarmu tapi megapa selalu kau tolak?”
Dewi Sanggalangit : “Ayahanda, Ibunda… sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun
jika ayahanda dan ibunda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat,
calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.”
Raja Airlangga : “Kalau ayah boleh tau apa keinginanmu nak ?”
Dewi Sanggalangit : “Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang
menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan
dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin.
Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.”
Ibu : “Apa ? Apakah itu tidak menyulitkan calon suami mu ?”
Dewi Sanggalangit : “Tidak ibu, syarat ini adalah salah satu pilihan dari dewa, jadi saya tidak akan salah
pilih .”
Raja Airlangga : “Baiklah nak .. jika persyaratanmu ini sudah bulat ayah tidak bias bilang apaapa.”
Ibu : “Semoga calon suamimu nanti bisa menuntunmu.”
Dewi Sanggalangit : “Iya ayah, ibu …”

Syarat dari Dewi Sanggalangit pun di umumkan . Semua Bangsawan pun yang semula senang karena
mendengar Dewi Sanggalangit mencari jodoh kini berubah haluan . Banyak para bangsawan yang mundur
karena syarat dari Dewi Sanggalangit yang menyusahkan . Hingga akhirnya tersisa 2 Raja yaitu Raja
Singa Barong dari kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari kerajaan Wengker.
Patih Raja Air Langga : “Maaf baginda hamba ingin menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan
sayembara Baginda putri.”
Raja Airlangga : “Berita apa yang ingin kamu sampaikan ?”
Patih Raja Air Langga : “Raja-raja dan pangeran-pangeran yang sebelumnya ingin melamar tuan putri,
mereka semua mengundurkan diri karena persyaratan yang diajukan terlalu berat.”
Raja Airlangga : “Apa?!”
Patih Raja Air Langga : “Namun , ada dua pangeran yang ingin melamar tuan putri tetapi
pangeran ini memiliki sifat yang menurut saya kurang cocok dengan putri .”
Raja Airlangga : “Siapa mereka? Dan bagaimana sifat mereka ?”
Patih Raja Air Langga : “Yang pertama raja Singa Barong dan yang kedua Raja Kelanaswandana . Raja
Singabarong ini memiliki watak yang buas dan kejam . Ia memiliki kepala berbentuk kepala harimau .
Sedangkan Raja Kelanaswandana ini berparas tampan namun suka mencumbui anak laki-laki.”
Raja Air Langga : “Apa ? Tidak mungkin! Anaku tidak mungkin akan menikah dengan salah satu dari
mereka. Sekarang panggilkan Dewi Sanggalangit. Suruh dia kekamarku sekarang juga!”
Patih Raja Airlangga : “Baik Baginda , titahmu akan hamba laksanakan.”

Patih Raja Airlangga pun memanggil Dewi Sanggalangit, dan menyampaikan titah dari sang Raja.

Patih Raja Airlangga : “Permisi Baginda putri ,Baginda putri di utus baginda ke kamarnya sekarang
juga .”
Dewi Sanggalangit : “Baiklah aku akan kesana.”

Dewi Sanggalangit pun menemuia ayahnya .

Dewi Sanggalangit : “Maaf ayah ,ada masalah apa hingga anak mu ini engkau panggil kesini ?”
Raja Airlangga : “Apakah engkau tidak mau merubah syarat untuk calon suamimu ?”
Dewi Sanggalangit : “ Tidak ayah. Apakah ayah meragukan syarat ku ini ?”
Raja Airlangga : “Tidak nak ,ayahmu ini tidak meragukan syarat mu, tetapi ayah telah mendengar
beberapa bangsawan yang ingin memersuntingmu. Dan orang-orang itu tidak cocok untukmu .”
Dewi Sanggalangit : “Maaf ayah, hamba tidak ingin merubah syarat hamba, jika hamba merubah syarat
hamba maka hamba bukan seorang bangsawan. Seorang bangsawan tetap pada pendiriannya ayah .”
Raja Airlangga : “Tetapi pangeran ini tidak baik untukmu nak.”
Dewi Sanggalangit : “Terima kasih ayah atas perhatianmu ,tetapi saya tetap pada pendirian ku ayah .”
Raja Airlangga : “Baiklah nak jika itu pilihan terakhirmu , semoga kelak engkau mempunyai suami
yang cocok untuk mu .”

Di daerah lain ,Raja Singabarong telah memerintahkan para abdinya untuk mencarikan kudakuda kembar.
Mengerahkan para seniman dan seniwatinya menciptakan tontonan yang menarik, dan mendapatkan
seekor binatang berkepala dua.

Raja Singabarong : “Patih sekarang kamu cari seniman ,seniwati yang dapat menciptakan tontonan
yang menarik dan cari seekor binatang yang berkepala dua sekarang juga !.”
Patih Iderkala : “Baik lah baginda, titahmu akan segera hamba laksanakan”

Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan
dengan kreasi baru belum tercipta, demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.
Patih Iderkala : “Maaf baginda kuda kuda kembarnya sudah siap , tetapi ada yang kurang ”
Raja Singabarong : “Apa yang kurang ? katakan sekarang !”
Patih Iderkala : “Maaf baginda untuk hewan berkepala duanya hamba tidak mampu mencari karena
sangat sulit untuk mencari hewan tersebut .”
Raja Singabarong : “Patih bodoh !! saya tidak mau tau bagaimana cara kamu dan dayangdayang
mendapatkan hewan itu . Saya tidak mau liat wajahmu jikalau kau belum mendapatkan hewan itu .”
Patih Iderkala : “Baiklah baginda.”

Patih Iderkala pun mencari hewan berkepala 2 tersebut . Hingga akhirnya Patih Iderkala Punya cara untuk
memata-matai Raja Kelanaswandana .

Patih Iderkala : “Baiklah Dayang , untuk kali ini kita akan pergi ke kerajaan Wengker ,disana kita akan
mencuri ide mereka. Kita akan menyamar sebagai pedagang .”
Dayang 1 : “Mengapa kita harus menyamar ? kita tidak perlu menyamar untuk mengambil ide dari Raja
Kelanaswandana.”
Dayang 2 : “Iya betul kata Dayang 1, kita hanya perlu menculik seniman yang membuat ide itu dan kita
akan mengetahuinya .”
Patih Iderkala : “Tidak segampang itu kita mencuri ide , keamanan di kerajaan ini sangat ketat, jika kita
tidak waspada maka kita akan diserang. Maka dari itu kita menyamar sebagai pedagang.”
Setelah 3 hari Patih Iderkala dan dayang-dayangnya melakukan penyelidikan di Kerajaan Wengker ,
mereka kembali ke Kerajaan Lodaya.

Patih Iderkala :“Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan
Dewi Sanggalangit.”
Raja Singabarong : “Apa?! Persiapan apa saja yang mereka lakukan?!”
Patih Iderkala :“Hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda kembar telah dikumpulkan. Mereka
juga telah menyiapkan tontonan yang menarik, yang sangat menakjubkan.”
Raja Singabarong :“Wah celaka! Kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi
Sanggalangit sebagai istrinya.”
Patih Iderkala :“Ya Baginda.”
Raja Singabarong :“Lalu bagaimana dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?”
Patih Iderkala :“Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya sebentar lagi
mereka dapat menemukannya.”
Raja Singabarong:“Patih Iderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata yang lengkap.
Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu ke Bandarangin. Sebelum itu kau pergilah, cari tahu
jalan yang akan mereka lewati menuju Kediri! Kita akan menyerang dan merampas usaha mereka saat
perjalanan! ”
Patih Iderkala :“Siap baginda!”
Lalu Patih Iderkala menyiapkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Wengker.
Patih Iderkala :“Dayang-dayang, kemarilah … ”
Dayang 1 :“Ya, ada apa patih?”
Patih Iderkala :“Kita ditugaskan untuk menyerang Kerajaan Wengker di perjalanan mereka menuju
Kerajaan Kediri.”
Dayang 2 :“Apa? Mengapa para dayang? Mengapa bukan prajurit saja?”
Patih Iderkala :“Dikarenakan kita tidak mempunyai prajurit, maka kalian yang akan berperang.”
Dayang 1: “Prajurit kita kemana, Patih?”
Patih Iderkala :“Prajurit kita sedang pulang kampung.”
Dayang 2 :“Tapi patih …”
Patih Iderkala :“ Sudah, jangan banyak bicara. Karena kalian belum bisa memegang pedang, maka
sekarang kita harus latihan dulu.”
Dayang 1 2 : “Baiklah Patih.”

Kemudian para dayang berlatih untuk berperang.

Sementara di Kerajaan Wengker jauh sebelum ia ingin menikahi Dewi Sanggalangit ….


Raja Kelanaswandana :“Heehh… Capek sekali. Dayang … cepat kesini.”
Dayang 4 :“Ya Baginda, ada yang bisa saya bantu? “
Raja Kelanaswandana :“Dayang, kau tau maksudku kan?”
Dayang 3 :“Maaf Baginda, stok anak laki-laki kita sudah habis.”
Raja Kelanaswandana :“Apa ? Bagaimana bisa ?”
Dayang 4 : “Karena mereka trauma , jadi mereka bunuh diri Baginda .”
Raja Kelanaswandana : “Kalau begitu carikan anak laki-laki yang lain saja.”
Patih Pujanggeleng : “Baginda, sebaiknya Baginda menghentikan kebiasaan ini. Karena para orang tua
anak-anak laki-laki merasa sangat kehilangan saat anaknya dibawa oleh para dayang.”
Raja Kelanaswandana : “Aku tidak bisa menghentikan kebiasaan ini, karena anak laki-laki itu bagaikan
gadis-gadis cantik, jadi sulit untukku menghentikan kebiasaan ini.”
Patih Pujanggeleng : “Maaf Baginda, bukannya aku bermaksud untuk menjatuhkan baginda raja, tapi
kebiasaan ini sudah melewati batas.”
Raja Kelanaswandana : “Sudahlah patih, jangan menentangku. Aku ini rajamu. Aku bisa saja
mencopot jabatanmu sebagai patih.”
Patih Pujanggeleng : “Tapi baginda…”
Raja Kelanaswandana : “Sudah, sudah. Aku tidak mau berdebat denganmu, patih. Sebaiknya aku tidur
saja.”

Saat tidur , Raja menerima sebuah pertanda , jika Raja dapat memperistri Dewi Sanggalangit, ia akan
menghentikan kebiasaan buruknya. Maka ketika eluruh pejabat dan pendeta mendengar persyaratan yang
diajukan Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula kerajaan, baik para pejabat, seniman,
rakyat biasa rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit.

Namun Patih Pujanggeleng tidak mampu untuk memenuhi syarat yang terakhir yaitu hewan berkepala
dua.
Patih Pujanggeleng : “Maafkan hamba baginda, hamba belum bisa menemukan binatang berkepala dua
tersebut.”
Raja Kelanaswandana : “Tidak mengapa! Soal binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan
mencarinya. Sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan
tetangga.”
Patih Pujanggeleng : “Maksud Baginda?”
Raja Kelanaswandana : “Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar
dan keramaian lainnya.”
Patih Pujanggeleng : “Baik baginda, titahmu akan segera hamba laksanakan.”

Kemudian Patih Pujanggeleng bersama beberapa prajurit pergi menyamar.

Dayang 4 : “Kita sudah sampai di Bandarangin.”


Dayang 3 : “Ya, sebaiknya kita segera berbaur dengan rakyat agar identitas kita tidak ketahuan.”
Dayang 4 : “Ya!”
(dayang 3 dan 4 berbaur, Patih Pujanggeleng dan prajuritnya masuk)
Dayang 3: “Dimana kita dapat menemukan informasi mengenai perjalan mereka menuju Kediri?”
Dayang 4 : “Entahlah, sepertinya di sekitar sini tidak ada yang bisa ditanyai mengenai ini.”

Patih Pujanggeleng mendengarkan pembicaraan mereka dan menyiapkan sebuah jebakan.


Dayang 3 : “Bagaimana kalau kita bertanya pada mereka ?” (menunjuk Patih dan prajurit yang sedang
menyamar)
Dayang 4 : “Baiklah.”
Dayang 3 : “Salam, tuan.”
Patih Pujanggeleng : “Salam.”
Dayang 4 : “Apakah anda rakyat Bandarangin?”
Patih Pujanggeleng : “Tentu saja, ada apa?”
Dayang 3 : “Kami ingin pergi ke Kediri, apakah anda tahu jalannya?”
Dayang 2 : “Tentu saja, kalian dari sini lurus terusssss sampai ada pasar sapi, kemudian belok kanan
kemudian lurus lagi lalu ada taman kemudian belok kiri sampai kalian melihat gapura
“Selamat datang” , kalian sudah sampai.”
Dayang 3 : “Wah, terima kasih . Kami akan segera ke Kediri.”
Dayang 1 : “Wahaha, ayo segera kita sampaikan ini kepada patih! Ternyata mudah mengorek informasi
ini”(sambil berbisik)
Dayang 2 : “Ayo!”
Dayang 4 : “Maaf, apa yang barusan anda katakan?”
Dayang 2 : “Tidak, tidak ada apa-apa.”
Patih Pujanggeleng : (sambil menodongkan pedang ke arah dayang 2 )”Apa yang akan kau sampaikan
pada atasanmu?!”
Dayang 1 : “A..ada apa ini?”
Dayang 4 : “Jangan pura-pura tidak paham! Kalian prajurit dari Lodaya kan?!”
Dayang 2 :”Dayang! Serang!”
Patih Pujanggeleng : “Seraaaangg!”

Karena prajurit Lodaya melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya.

Patih Pujanggeleng dan prajurit kembali ke Kerajaan.


Raja Kelanaswandana : “Apa yang kau dapatkan? “
Patih Pujanggeleng : “Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang
usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Singabarong hendak merampas usaha
Baginda dalam perjalanan menuju Kediri.”
Raja Kelanaswandana : “Kurang ajar! Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk
memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara
kita!”
Patih Pujanggeleng : “Baik baginda, titahmu akan segera hamba laksanakan.”

Sementara itu di Lodaya…


Raja Singabarong : (gelisah)”Patih! Kemarilah!”
Patih Iderkala : “Ada apa baginda ?”
Raja Singabarong : “Dimana prajurit yang kau perintahkan untuk menyelidiki perjalanan Raja
Kelanaswandana?”
Patih Iderkala : “Mereka belum kembali Baginda.”
Raja Singabarong : “Prajurit bodoh! Mau sampai kapan mereka disana?!”
Patih Iderkala : “Mungkin sebentar lagi mereka sampai Baginda.”
Raja Singabarong : “Patih! Segera susul mereka ke perbatasan ! Aku akan menunggu di tamansari
karena kepalaku sangat gatal”
Patih Iderkala : “Baik Baginda”

Sementara Raja Singabarong segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak.
Raja Singabarong : (teriak)“Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku!”

Burung merak segera hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja
Singabarong.

Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong akhirnya
tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang berani
melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di
tamansari siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka
pelakunya akan dihukum mati.

Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang
menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya.

(peperangan merambat sampai ke dalam istana Lodaya dekat tamansari, Raja Singobarong terbangun)
Raja Singabarong : (teriak)“Hei mengapa kalian ribut-ribut?!”
(Raja Kelanaswandana tahu-tahu sudah berada di hadapan Raja Singabarong)
Raja Singabarong : (terkejut) “Hai Raja Kelanaswandana, mau apa kau datang kemari?”
Raja Kelanaswandana : “Jangan pura-pura bodoh! Bukankah kau hendak merampas usahaku
dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!”
Raja Singabarong : “Hem, jadi kau sudah tahu!”
Raja Kelanaswandana : “Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!”(mengarahkan cambuk sakti
ke bagian kepala Raja Singabarong)

Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi
satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong : “Kurang ajar kau Kelanaswandana!”(mencabut keris dan menyerang Raja
Kelanaswandana)
Raja Kelanaswandana : (mengayunkan cambuk saktinya)
*sfx : suara petir
Raja Singabarong : (terpental, menggelepar-gelepar diatas tanah)
Raja Kelanaswandana : “Akhirnya…. Prajurit ! Bawa dia ke Kerajaan!”
Dayang 3 4 : “Baik Baginda”

Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri
bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil
Dewi Sanggalangit.

Raja Airlangga : “Anakku, apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
Dewi Sanggalangit : “Ayahanda… apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan
hamba?”
Raja Airlangga : ““Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. Masalahnya
sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
Dewi Sanggalangit : “Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba
disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.”
Ibu : “Semoga Raja Kelanaswandana merupakan jodoh yang baik buatmu nak”
Dewi Sanggalangit : “Semoga, ibu..”

Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian
Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor
kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara
aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-
nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa
mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.

Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong
ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari
kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai