Pada jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat yang dipimpin oleh
Raja Giri Layang. Dalam mengelola negeri, ia dibantu oleh adik
perempuannya bernama Putri Giri Larang. Mereka berdua memerintah
kerajaan dengan bijaksana dan rakyatnya sejahtera.
Suatu saat, Putri Giri Larang meminta izin kepada kakaknya untuk
merantau mencari ilmu. Dengan penuh sayang, Raja Giri Layang
merangkul adik perempuannya, “Jika itu memang keinginanmu, Kanda
mengizinkannya. Kanda akan berdoa semoga kau mendapatkan apa yang
kau mau. Namun, ingatlah pesan Kanda, pergilah ke arah timur dan jangan
pernah melewati perbatasan.”
Putri Girl Larang pun memulai perjalanannya. la berjalan kaki ke arah timur
melewati hutan, gunung, lembah, dan berbagai macam rintangan. Setelah
berbulan-bulan berjalan, ia tiba di sebuah hutan belantara. Ketika sedang
melepas Ielah, Putri Giri Larang menemukan sebuah telaga bening yang
dikelilingi oleh taman yang sangat indah.
“Indah sekali tempat ini, siapakah yang menbuatnya?” guman Putri Giri
Larang. Melihat kejernihan air telaga, Putri Giri Larang akhirnya
memutuskan untuk mandi sambil melepaskah Ielah.
Patih itu teringat bahwa rajanya belum mempunyai istri. Gadis cantik
tersebut dirasa cocok untuk mendampingi Sang Raja. Lalu, patih itu
dengan sengaja mengambil selendang Putri Giri Larang. Melihat
selendangnya diambil, Putri Giri Larang segera mengejar pencuri
pakaiannya.
“Aku bersedia menjadi istrimu dengan satu syarat, jangan pernah mau tahu
atau mencampuri urusan perempuan.”
Raja setuju dan mereka pun menikah. Lalu, Putri Giri Larang mengandung.
Suatu hari, Putri Girl Larang hendak menanak nasi. Setelah menutup
tempat menanak nasi ia pun pergi untuk mandi. Ketika ditinggal untuk
mandi, suaminya datang ke dapur. Sang raja ingin tahu apa yang sedang
dimasak istrinya. Betapa terkejutnya ia, ternyata isi tempat menanak nasi
tersebut hanyalah sebatang padi.
“Maafkan, Kanda! Adinda telah melanggar pesan, Kanda,” kata Putri Giri
Larang sambil menangis.
“Maaf Tuan, Putri Giri Larang dan Raja Girl Layang telah wafat. Sementara
itu, putra Giri Larang, yaitu Adipati Jatiserang sedang berguru ke negeri
seberang.”
“Lebih balk kita jangan pulang, karena malu rasanya jika kita pulang tanpa
hasil. Lebih balk sekarang kita ngalawung saja di sini, karena aku yakin
mereka bersembunyi di sekitar sini,” kata Patih Mangkunagara.