Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gusti Agung Ayu Putu Amerian Pradnyandari

Kelas : XI MIPA 1

Asal sekolah : SMA Negeri 1 Mendoyo

No handphone : 08123666396

JAYAPRANA DAN LAYONSARI

Jayaprana dan Layonsari merupakan kisah tragedi antara dua insan yang saling
mencintai, tentang ego manusia dan kesetiaan seorang perempuan. Alkisah, Jayaprana adalah
seorang abdi dari kerajaan Kalianget yang cerdas, cekatan, lagi tampan. Pembawaannya ini
membuat Sang Raja menganggapnya sebagai anak sendiri. Ketika Jayaprana sudah cukup
umur, Raja menitahkan Jayaprana untuk mencari seorang istri. Menuruti titah Raja, Jayaprana
mulai mencari istrinya, dan akhirnya bertemu Layonsari. Ia jatuh cinta dan akhirnya meminang
perempuan itu. Terpikat dengan pesona Jayaprana, Layonsari langsung menerima pinangan itu.
Jayaprana yang berbahagia karena telah menemukan belahan hatinya membawa Layonsari ke
Istana untuk mendapatkan restu. Tetapi, kecantikan Layonsari membuat Raja gelap mata dan
menginginkan Layonsari untuknya. Agar tidak terjadi kecurigaan, Sang Raja mengirim Patih
Saunggaling untuk menghabisi nyawa Jayaprana. Jayaprana meninggal, Layonsari pun
dipinang oleh Raja. Akan tetapi, didorong rasa cintanya yang kuat pada Jayaprana, Layonsari
memilih untuk mati dengan cara menusukkan keris ke dadanya.

Tema yang terkandung dalam cerita jayaprana dan Layonsari adalah kesetiaan.
Jayaprana dan Layonsari merupakaan kisah tragedi antara dua insan yang saling mencintai,
tentang ego manusia dan kesetiaan seorang perempuan. Alkisah, Jayaprana adalah seorang abdi
dari kerajaan Kalianget yang cerdas, cekatan, lagi tampan. Pembawaannya ini membuat Sang
Raja menganggapnya sebagai anak sendiri.

Tokoh dan Penokohan dalam Film Jayaprana dan Layonsari terdiri dari tokoh utama
dan pelengkap. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Jayaprana dan Layonsari, sedangkan tokoh
pelengkapnya adalah Sri Baginda Raja, Jero Bendesa, Saunggaling, Para Perbekel, dan seluruh
rakyat raja. Selain tokoh terdapat penokohan, dalam Film Jayaprana ini tokoh yang hanya
dipaparkan perwatakannya atau penokohannya adalah Jayaprana dan Layonsari saja,
sedangkan tokoh pelengkapnya tidak diceritakan. Jayaprana adalah seseorang yang
digambarkan dengan rupa yang tampan, kulitnya putih, pintar, manis, pembela kebenaran, dan
setia terhadap rajanya. Layonsari merupakan sosok wanita yang cantik, manis, memiliki tubuh
yang bagus, dan sosok yang sangat setia terhadap pasangannya.

Dengan adanya kisa legendaris tersebut dan adanya bukti makan yang berada di tengah
hutan Teluk Terima, maka tempat ini menjadi tempat wisata ziarah bagi umat Hindu. Wafatnya
abdi setia karean tipu muslihat dan diperdayai oleh rajanya sendiri, menjadi kisah menarik dan
dikemas dalam paket teater drama dan juga sendratari, sangat dikenal karena kisahnya yang
merakyat. Makam di tengah hutan belukar daerah Teluk trima, Sumber klampok, Grokgak
menjadi saksi bisu kisah cinta tragis I Nyoman Jayaprana dan Ni Nyoman Layonsari. Lokasi
makam berada sekitar 70 kilometer dari kota Singaraja, bila ditempuh dari Denpasar melalui
Jembrana cukup jauh, yaitu sekitar 160 kilometer.

Budaya yang dibawakan film Jayaprana dan Layonsari ini sudah jelas budaya Bali dari
segi pakaian adat yang digunakan sudah terlihat jelas bahwa pakaian adat Bali pada masa
lampau/kuno yang memiliki ciri khasnya tersendiri, adapun peraturan kerajaan dimana rakyat
harus menghormati raja, pedagang diwajibkan menyetor pajak dagangannya kepada raja
melalui antek-anteknya.

Dalam film Jayaprana dan Layonsari ini terdapat produksi film diantaranya sutradara
yaitu Putu Kusuma Wijaya dan Putu Satria Kusuma, Asisten sutradara yaitu Raymundus A.S,
scenario yaitu Putu Satria Kusuma, tata kamera yaitu Nurul Huda, perekam suara yaitu Rahmat
Paisal, penata suara yaitu Adi Karno, tata artistik yaitu Rusdi Oktavian dan John Hardi, tata
busana yaitu Putu Linda Puspitawati dan Putu Risha Darma Widiari, musik yaitu Wayan Ary
Wijaya S.Sn., penata warna yaitu Dimas Faisal, aktor Made Jenhar Winatha Gautama, Ni Luh
Putu Diah Puspita Dewi, Ida Made Dwipayana, Gusti Ngurah Divta Prajna Utama, Gusti Made
Aryana, Komang Suendra, Nyoman Darwin Setiabudi, Ketut Ayu Suartini, Made Candriga
Kresna, Nyoman Tini Wahyuni, Ida Bagus Parta Wijaya, I Made Wisnu Dwi Udayana, Ketut
Weker.

Pengambilan gambar film jayaprana dan layonsari sudah sangat bagus. Cara
kameramen mengambil angel dari segi cahaya dan cara editor mengedit film jayaprana dan
layonsari sangat terlihat lebih menarik seperti pada masa zaman kerajaan. Sutradara film ini
sangat profesional dalam mencari pemeran untuk menepati tokoh-tokoh tersebut.

Dalam film Jayaprana dan Layonsari ini terdapat latar musik yang mampu
mempengaruhi pendengar seperti respons perilaku dan emosional dalam manusia seperti
konsentrasi, gangguan, dan kegembiraan. Latar musik yang dibawakan cukup menarik mampu
membuat pendengar merasa sedih karena latar musik yang dibawakan sesuai dengan keadaan
peristiwa yang terjadi di dalam film.

Gaya bahasa yang terdapat dalam Film Jayaprana dan Layonsari adalah gaya Bahasa
perbandingan yaitu antitesis, gaya bahasa pertentangan yaitu hiperbola dan litotes, dan gaya
bahasa pertautan yaitu eponim. ragam bahasa dalam Film Jayaprana dan Layonsari berupa
penggunaan Bahasa Bali Alus (BBA) dan penggunaan Bahasa Bali Andap (BBAN)

Latar tempat yang digunakan dalam film Jayaprana ini ada 21, yaitu 1 Istana kerajaan,
yang merupakan tempat Jayaprana mengabdi. 2 Pasar merupakan tempat bertemunya
Jayaprana dengan Layonsari. 3 Banjar Sekar, tempat tinggal Layonsari. 4 Pendopo merupakan
tempat berkumpulnya Jayaprana dan para perbekel sebelum berangkat ke Tarima. 5 Enjung
TingaTinga, 6 Gerokgak, 7 Patas, 8 Tanjung Ser, 9 Desa Banyupoh, 10 Pulaki,11 Desa
Sendang, 12 Tanjung Rijasa, merupakan tempat yang dilewati untuk menuju keTarima. 13
Tarima, adalah tempat dibunuhnya Jayaprana oleh Saunggaling karena perintah raja.14
Pegametan, 15 Tukad Pule, 16 Desa Pengulon, 17 Carangrata, 18 Celukan Bawang, 19
Katapangudu, 20 Brongbong, tempat yang dilewati para perbekel beserta rombongan dari
Tarima menuju istana. 21 Panangsaran, merupakan tempat bertemunya arwah Jayaprana
dengan Layonsari. Latar waktu dalam film Jayaprana ini ada 2 yaitu 1 Rebo Kliwon Gumreg
tanggal 1 malam bulan kelima tahun saka 1564, waktu menyusun nyanyian Jayaprana film
Jayaprana Dan Layonsari. 2 Bulan ketujuh hari Selasa Umanis Kuningan, waktu pernikahan
Jayaprana dengan Layonsari.

Adegan yang paling menarik pada saat terjadi wabah yang menimpa masyarakat desa
itu, maka empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia secara bersamaan.
Tinggallah seorang Anak laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana, yang akhirnya
memberanikan diri mengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin dan raja pun
amat kasih saying padanya. I Jayaprana kini baru berusia dua belas tahun. Ia sangat tampan
dan senyumnya yang sangat menarik. Beberapa tahun kemudian, suatu hari raja menitahkan I
Jayaprana untuk memilih salah satu dayang-dayang yang ada di dalam istana maupun di luar
istana. Awalnya Jayaprana menolak titah baginda raja dengan alasan bahwa dirinya masih
anak-anak, tetapi karena dipaksa oleh raja akhirnya Jayaprana menurutinya

Pesan moral yang dapat dipetik dari Film Jayaprana dan Layonsari adalah kesetiaan
merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang, walaupun hal itu dapat
menyakitkan, tetapi dengan kesetiaan manusia akan memilki kualitas hidup yang lebih baik.
Saran dan masukkan Saya terhadap film Jayaprana dan Layonsari ini supaya
kedepannya nanti dibuatkan lagi film dengan menggunakan Bahasa Indonesia agar penonton
lebih mudah untuk mengartikan kata karena tidak semua bisa berbahasa Bali, kita adalah rakyat
Indonesia memiliki berbagai bahasa, Mengapa demikian? Karena menurut saya orang-orang
zaman sekarang lebih suka mendengarkan ketimbang menonton, artinya apa? orang lebih suka
mendengarkan dari mulut seseorang ketimbang melihatnya secara langsung

Adapun kelebihan dari film Jayaprana dan Layonsari. Banyak di jumpai tokoh-tokoh
dan penokohan dalam film, banyak terdapat bahasa Bali halus, dapat menambah wawasan baru
mengenai cerita Jayaprana dan Layonsari seperti kisah cinta mereka yang menyangkut
kesetiaan, dan pakaian yang digunakan sangat menggambarkan Bali di masa lampau/kuno,
durasi film cukup panjang jadi bagus di tonton pada saat makan.

Semoga dengan hadirnya film Jayaprana dan Layonsari ini di YouTube dapat memberi
tahu dunia akan kisah cinta Jayaprana dan Layonsari ini, dan juga dapat memberi ilmu baru
dari pesan moral tentang kesetiaan yang dapat diambil dalam film tersebut, selain itu agar dapat
menyadarkan Generasi baru agar mereka lebih sayang dengan keluarga karena dalam cerita
tersebut Jayaprana di tinggal mati oleh keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai