Anda di halaman 1dari 21

ADVOKASI SOSIAL TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL:

KAJIAN PUSTAKA
Widya Darmawan1, Eva Nuriyah Hidayat2, Santoso T Raharjo3
1
Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) Kesejahteraan Sosial FISIP
Universitas Padjajaran
2
Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitasi Padjajaran
3
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial & Pengembangan Masyarakat, FISIP,
Universitas Padjadjaran
widya16003@mail.unpad.ac.id, santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id, enuriyah@yahoo.co.id

ABSTRAK
Advokasi sosial merupakan suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi
dan mendesakkan perubahan, dengan cara memberikan dukungan dan pembelaan terhadap
kaum lemah atau terhadap mereka yang menjadi korban dari sebuah kebijakan dan ketidakadilan.
Advokasi sosial dilakukan agar suatu kelompok/individu dapat memperoleh kembali hak-hak
kemanusiannya. Salah satu permasalahan yang perlu mendapatkan pelayanan advokasi sosial
adalah anak yang menjadi korban dari tindak kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan
salah satu permasalahan anak yang paling dominan diantara permasalahan-permasalahan anak
lainnya. Advokasi sosial dalam kasus ini meliputi segenap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
oleh sebuah lembaga yang memberikan advokasi sosial tehadap anak korban kekerasan seksual.
Dalam hal ini yang menjadi proses dari advokasi sosial yang dimulai dari tahap identifikasi
masalah, merumuskan solusi, membangun kesadaran dan kemauan politik, melaksanakan
kebijakan, dan evaluasi.

Kata Kunci:, Advokasi Sosial, Proses Advokasi Sosial Kekerasan Seksual

ABSTRACT
Social advocacy is a systematic and organized effort to influence and push for change, by
providing support and defense to the weak or to those who are victims of a policy and injustice.
Social advocacy is done so that a group / individual can regain their human rights. One of the
problems that need to get social advocacy services is children who are victims of sexual violence.
Sexual violence is one of the most dominant child problems among other child problems. Social
advocacy in this case includes all activities or activities carried out by an institution that provides
social advocacy for children who are victims of sexual violence. In this case, it becomes a process
of social advocacy which starts from the stage of identifying problems, formulating solutions,
building awareness and political will, implementing policies, and evaluating.
Keywords: Social Advocacy, Social Advocacy Process, Sexual Violence

96
PENDAHULUAN Selanjutnya, di Jawa Barat yang
merupakan provinsi dengan jumlah
Anak merupakan amanah sekaligus penduduk terbanyak di Indonesia ternyata
anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang
masih banyak terjadi kasus kekerasan
Maha Esa. Dalam dirinya melekat hak-hak seksual terhadap anak. Berdasarkan data
sebagai manusia yang senantiasa harus yang dirilis dari Pusat Pelayanan Terpadu
dipenuhi dan dijunjung tinggi. Hak-hak anak Pemberdayaan Perempuan dan Anak
merupakan bagian dari hak-hak manusia (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, kasus
yang termuat dalam Undang-Undang Dasar kekerasan terhadap anak maupun
1945 dan ketentuan Konvensi Hak Anak
perempuan terus meningkat dari tahun ke
(Convention on the Right of the Child) yang
tahun. Pada tahun 2015, P2TP2A Jawa Barat
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia menangani 240 kasus kekerasan terhadap
melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun anak dan perempuan serta kasus
1990, yang kemudian dituangkan dalam perdagangan manusia.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 (jabar.tribunnews.com/2016/06/28/kasus-
tentang Kesejahteraan Anak dan Undang- kekerasan-anak-jabar-terus-meningkat,
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang diakses pada tanggal 26 Desember 2018).
Perlindungan Anak yang keseluruhannya
mengemukakan prinsip-prinsip umum Pada tahun 2018, menurut data
perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, Sistem Informasi Online Perlindungan
kepentingan terbaik bagi anak, Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
serta menghargai partisipasi anak (Hidayati, Anak, angka kekerasan anak di Jawa Barat
2014). mencapai 819 kasus. Jenis kekerasan yang
dialami oleh setiap anak sangat beragam.
Di Indonesia, pemenuhan hak-hak Kekerasan seksual merupakan jenis
terhadap anak dinilai masih sangat rendah, kekerasan yang mendominasi dengan 394
hal ini berdasarkan banyaknya kasus yang kasus, diikuti kekerasan fisik sebanyak 221
dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak kasus, kekerasan psikis 149 kasus,
Indonesia (KPAI) mengenai permasalahan penelantaran anak 56 kasus, perdagangan
anak dan tindak kejahatan terhadap anak anak 20 kasus, eksploitasi anak 6 kasus, dan
seperti penyiksaan, pembunuhan, bentuk kasus kekerasan lainnya sebanyak 80 kasus
kekerasan fisik dan seksual serta berbagai (www.pikiran-rakyat.com, diakses pada
tindak kejahatan lainnya. Dari tahun ke tanggal 1 April 2019).
tahun, kasus kekerasan tehadap anak di
Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan Menurut End Child Prostitution in Asia
catatan dari Komisi Perlindungan Anak Tourism (Noviana, 2015) kekerasan seksual
Indonesia (KPAI) jumlah kasus pengaduan terhadap anak merupakan hubungan atau
anak selama periode tahun 2015-2016 interaksi antara seorang anak dengan
meningkat dari 4.309 kasus menjadi 4.620 seorang yang lebih tua atau orang dewasa
kasus. Dari beberapa kasus yang dilaporkan, seperti orang asing, saudara sekandung atau
kekerasan seksual menempati posisi teratas. orang tua dimana anak dipergunakan
Tahun 2016 jumlah kasus kekerasan seksual sebagai objek pemuas kebutuhan seksual
terhadap anak mencapai 35% dari jumlah pelaku. Tidak terbatas pada hubungan seks
total kasus kekerasan anak yang dilaporkan saja, tetapi juga tindakan-tindakan yang
(BPS, 2017). Selain itu, para pelaku mengarah kepada aktivitas seksual terhadap
kekerasan seksual biasanya orang yang anak-anak, seperti menyentuh tubuh anak
masih memiliki relasi dengan korban secara seksual, baik si anak memakai
(Herdiana, 2018). pakaian atau tidak; segala bentuk penetrasi
seks, termasuk penetrasi ke mulut anak
menggunakan benda atau anggota tubuh;

97
membuat atau memaksa anak terlibat dalam dari berbagai pihak, salah satunya
aktivitas seksual; secara sengaja melakukan pemerintah. Pemerintah perlu memberikan
aktivitas seksual di hadapan anak, atau tidak advokasi sosial terhadap korban kekerasan
melindungi dan mencegah anak seksual yang dapat dilakukan oleh pekerja
menyaksikan aktivitas seksual yang sosial, lembaga-lembaga pelayanan sosial
dilakukan oleh orang lain; membuat, ataupun pihak-pihak yang ahli dalam bidang
mendistribusikan dan menampilkan gambar ini. Advokasi sosial merupakan suatu usaha
atau film yang mengandung adegan yang sistematik dan terorganisir untuk
senonoh; serta memperlihatkan kepada anak mempengaruhi dan mendesakkan
gambar, foto atau film yang menampilkan perubahan, dengan cara memberikan
aktivitas seksual (www.parenting.co.id, dukungan dan pembelaan terhadap kaum
diakses pada tanggal 27 Desember 2018). lemah atau terhadap mereka yang menjadi
korban dari sebuah kebijakan dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya ketidakadilan (Zulyadi, 2014). Korban yang
yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian
mengalami kekerasan seksual seperti
dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
pemerkosaan cenderung lebih menarik diri
Yogyakarta (BP3KS) Kementerian Sosial
dan tidak berusaha menyelesaikan perlakuan
bekerja sama dengan End Child Prostitution,
kriminal yang dialaminya kepada pihak
Child Pornography and Trafficking of berwenang. Hal ini dikarenakan korban
Children For Sexual Purposes (ECPAT) pada merasa akan semakin terpojokkan dengan
tahun 2017, hasil penelitiannya yaitu: berbagai pertanyaan dari penyidik, apalagi
a) 67% kasus kekerasan seksual dilakukan korban merupakan anak dibawah umur.
melalui paksaan dengan pelaku Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa tidak
kekerasan seluruhnya berjenis kelamin semua kasus, termasuk kekerasan seksual
laki-laki. dapat diselesaikan melalui jalur hukum. Perlu
b) 30% bentuk kekerasan yang dilakukan adanya pendampingan advokasi sosial untuk
berupa sentuhan atau rabaan organ memberikan pelayanan dan perlindungan
sensitif dan 26% hingga hubungan bagi korban dan hak-hak kemanusiaannya.
badan.
Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
c) 87% korban dan pelaku saling mengenal.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu
d) Korban kekerasan seksual rentang usia lembaga pelayanan sosial yang berada di
5-17 tahun. tingkat provinsi. Lembaga ini memiliki tujuan
Kasus kekerasan seksual merupakan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang
kasus yang sulit untuk diungkap. Meskipun mampu mencegah terjadinya pelanggaran
kasusnya sudah teridentifikasi, proses terhadap hak anak serta memajukan dan
penyelidikan dan peradilan sering sangat melindungi anak serta hak-haknya
telambat. Apabila hal ini terus-menerus (http://www.lpjabar.org/visi-misi/, diakses
dibiarkan, tidak dapat dipungkiri akan pada tanggal 26 Desember 2018).
menimbulkan efek negatif bagi anak yang Pekerja sosial merupakan salah satu
menjadi korban, baik itu jangka pendek profesi yang bekerja di bidang kesejahteraan
maupun jangka panjang. Gejala yang sosial yang dapat menangani masalah-
teramati dengan jelas adalah stress dan masalah sosial yang ada di masyarakat,
perubahan perilaku yang cukup signifikan termasuk masalah kekerasan seksual
serta patologis (Limyati, 2008). terhadap anak. Pekerja sosial dapat
Semakin maraknya kasus kekerasan membantu korban untuk mendapatkan hak-
seksual yang terjadi, tentu membutuhkan hak sebagai seorang anak dengan
suatu perlindungan bagi korbannya untuk menjalankan fungsi advokasi. Pekerja sosial
memenuhi semua hak-hak dan sebagai advokat harus melakukan tindakan
kebutuhannya serta penanganan yang serius mendukung, menasihati, bahkan mewakili

98
hak dan kepentingan klien di pengadilan dan keberhasilan suatu program atau kegiatan
badan sosial atau pada saat berhadapan yang dilaksanakan. Peran advokat pada satu
dengan pihak berwajib. Di Lembaga sisi berpijak pada tradisi pembaruan sosial
Perlindungan Anak (LPA), pekerja sosial dan pada sisi lainnya berpijak pada
dibutuhkan untuk membantu klien dalam pelayanan sosial (Zulyadi, 2014).
menangani atau mengurangi masalah-
masalah yang dihadapi klien. Schneider (2001) mendefinisikan
advokasi pekerjaan sosial sebagai suatu
perwakilan eksklusif dan bersama-sama
dengan klien atau dalam suatu forum,
METODE berusaha secara sistematis mempengaruhi
Studi literatur merupakan metode yang pembuatan keputusan dalam ketidakadilan
digunakan dalam riset ini. Berbagai referensi atau sistem yang tidak memberikan reaksi.
teori yang sesuai dengan dukunga sosial bagi Berdasarkan definisi tersebut, Schneider
orang dengan disabilitas sensorik (ODDs), (dalam buku Social work advocacy: A new
yang dapat berasal dari buku, jurnal, artikel framework for action, 2001; 78)
laporan penelitian, dan situs internet yang berpendapat bahwa advokasi pekerjaan
mumpuni. Pendekatan tersebut dianggap sosial terdiri dari beberapa komponen yaitu:
tepat untuk menggambarkan tentang proses 1) Eksklusif
advokasi sosial terhadap anak korban
kekerasan seksual di Lembaga Perlindungan Istilah ini digunakan untuk
Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggambarkan hubungan antara klien dan
menggunakan jenis penelitian deskriptif advokat yang menunjukkan bahwa
dengan data yang dikumpulkan yaitu berupa hubungan tersebut merupakan hubungan
kata-kata dan gambar. Adapun data yang yang tunggal, unik, terfokus pada klien,
diperoleh berasal dari studi pustaka (dari terutama bertanggung jawab pada klien dan
buku, artikel dan jurnal). bepusat pada kebutuhan klien.
2) Bersama atau Timbal Balik
PEMBAHASAN Istilah ini digunakan untuk
Advokasi Sosial menggambarkan hubungan antara klien dan
advokat sebagai hubungan timbal balik,
Kaminski dan Walmsley (1995) saling ketergantungan, sederajat, bersama,
mendefinisikan advokasi sosial sebagai berbagi tahap hubungan satu sama lain,
aktivitas yang menunjukan keunggulan dari bertukar gagasan dan merencanakan
pekerjaan sosial dibandingkan dengan bersama-sama serta mempunyai kebiasaan
profesi lain. Definisi lain yaitu menurut yang sama diantara satu dengan satu yang
Zastrow (1982) mengartikan bahwa advokasi lainnya. Hubungan timbal balik dimaksudkan
sosial adalah aktivitas menolong klien atau bahwa advokat tidak mendominasi atau
sekelompok klien untuk mencapai layanan menyusun agenda untuk klien sebab
tertentu ketika mereka ditolak suatu kebutuhan klien harus mejadi fokus yang
lembaga atau sistem pelayanan dan ekslusif dan dibeikan perhatian khusus.
membantu memperluas pelayanan agar bisa Advokat bekerjasama dengan klien dan
mencakup lebih banyak orang yang mereka memprosesnya sesuai dengan
membutuhkan. kesepakatan yang disetujui bersama-sama.
Advokasi sosial dapat diartikan Temasuk dalam hubungan timbal balik ini,
sebagai suatu upaya pendekatan pemberdayaan (empowerment) merupakan
(approaches) terhadap orang lain yang nilai pekerjaan sosial yang utama.
dianggap mempunyai pengaruh terhadap

P
99
3) erwakilan mendiskusikan suatu persoalan, hukum,
regulasi, peraturan, masalah publik,
Istilah ini merupakan orientasi tindakan perbedaan pendapat atau penyelesaian
dan menggambarkan aktivitas dari advokat
perselisihan. Advokat pekerjaan sosial
sebagai pembicara, menulis, atau bertindak menggunakan forum agar dapat mewakili
bagi pihak lain, bekomunikasi atau atau bertindak atas nama klien.
memberikan kepedulian dan perhatian
terhadap klien. Advokat yang sungguh- 7) Sistematis
sungguh melayani klien harus mengambil
beberapa tindakan yang menunjukkan Advokasi pada dasarnya bersifat
kepeduliannya. sistematik. Hal ini dikarenakan advokasi
menerapkan pengetahuan dan keterampilan
4) Klien dalam membuat suatu perencanaan.
Keputusan tidak didasarkan pada instuisi
Dalam advokasi pekerjaan sosial, klien melainkan berdasarkan keterampilan
digunakan pekerja sosial untuk bertindak menganalisis situasi bersama klien.
yang digambarkan sebagai ‘perwakilan’
sebagaimana disebutkan di atas. Klien dapat 8) Pengaruh
berupa seseorang secara individu, kelompok
kecil atau besar, perkumpulan suatu Pengaruh bermaksud modifikasi,
komunitas, populasi etnik, individu dengan perubahan, kesan, tindakan, atau keputusan
karakteristik atau ketertarikan yang umum, yang mempengaruhi klien. Beberapa
atau yang cukup longgar atau organisasi aktivitas mempengaruhi termasuk
yang cukup memiliki keterikatan diantara megorganisir kelompok klien, pembentukan
anggotanya. koalisi, pendidikan publik, persuasi kepada
administrator dan supervisor, berhubungan
5) Masalah atau Penyebab dengan pegawai pemerintah dan parlemen,
pengumpulan data kajian, pemberian
Masalah biasanya isu tunggal, kondisi, testimoni, pengembangan petisi, dan
atau masalah yang menyebabkan sejumlah tindakan undang-undang.
orang tertarik dan mendukung. Menurut
Kotler (1972), ada tiga jeis penyebab, yaitu 9) Pembuatan Keputusan
sebagai berikut:
Istilah ini merujuk kepada usaha
a) Helping cause, masalah pertolongan mempengaruhi. Paling utama adalah
dimana advokat mecoba memberikan advokat ingin melakukan perubahan dengan
pertolongan, kenyamanan, atau membuat keptusan berdasarkan rumusan
pendidikan kepada korban kesalahan dan penilaian mengenai berbagai aspek
bantuan sosial. seperti alokasi sumber daya, keuntungan,
b) Protest causes atau tindakan protes, kelayakan dan akses pelayanan. Keputusan
dimana advokat mencoba mereformasi ini bisa berbentuk sangat formal yaitu dibuat
institusi yang menimbulkan masalah berdasarkan prosedur dan amanat peraturan
sosial, mempersoalkan tingkah laku baru yang ada. Adapula yang sifatnya informal
untuk memperbaiki kondisi. tergantung pada koneksi pribadi,
c) Revolutionary causes, dalam hal ini masyarakat, dan keluarga.
advokat berharap dapat mengurangi
10) Tingkat Ketidakadilan
institusi atau pihak-pihak yang tidak
mendukung perbaikan kondisi. Karakteristik pada istilah ini merupakan
suatu tindakan, pendirian, institusi,
6) Forum peraturan, prosedur atau keputusan yang
Forum merupakan majelis atau tidak sesuai degan undang-undang atau
perkumpulan yang diorganisir untuk prinsip-prinsip keadilan. Istilah ‘tidak adil’

100
mengindikasikan kejujuran, persamaan, 2) Advokasi kelas menunjuk pada kegiatan-
kekuatan undan-undang, keadilan, dan kegiatan atas nama kelas atau
kebenaran pada tahap tertentu sudah tidak sekelompok orang untuk menjamin
ada. Akibatnya, dapat mencederai hak-hak terpenuhinya hak-hak warga dalam
perorangan, moral, sipil, dan konstitusi yang menjangkau sumber atau memperoleh
dapat menyebabkan timbulnya kesempatan-kesempatan. Fokus
ketidakadilan. advokasi kelas adalah mempengaruhi
atau melakukan perubahan-perubahan
11) Tidak Responsif hukum dan kebijakan publik pada tingkat
Istilah ini adalah khusus digunakan untuk lokal maupun nasional. Advokasi kelas
orang atau institusi yang gagal menjawab melibatkan proses-proses politik yang
pernyataan, surat-menyurat, atau meyelidiki ditujukan untuk mempengaruhi
jawaban, permintaan, petisi, pertanyaan, keputusan-keputusan pemerintah yang
komunikasi atau permintaan janji yang berkuasa. Pekerja sosial biasanya
biasanya tepat pada waktunya. bertindak sebagai perwakilan sebuah
organisasi, bukan sebagai seorang
12) Sistem praktisi mandiri. Advokasi kelas pada
umumnya dilakukan melalui koalisi
Dalam konteks pekerjaan sosial, istilah
dengan kelompok dan organisasi lain
sistem biasanya merujuk pada
mengorganisir agensi yang diciptakan dan yang memiliki agenda sejalan.
dibei hak untuk memberikan pelayanan Melakukan advokasi berarti bertindak
terhadap orang yang memenuhi syarat, sebagai seorang penengah, perantara dan
distribusi sumber daya, menjalankan hukum pembela yang akan bertindak seperti
dan keputusannya serta bertanggung jawab penghubung antara masyarakat dengan
penuh dalam interaksi masyarakat dengan berbagai lembaga atau pihak-pihak yang
sistem sumber. terkait. Advokasi ini dilakukan untuk
membantu pemecahan masalah ataupun
Sheafor dan Horejsi, Dubois dan
Miley dalam (Edi Suharto; 2009) pemenuhan berbagai kebutuhan dasar
mengelompokkan advokasi kedalam dua masyarakat dengan cara melakukan kontak
dan berbagai pendekatan dengan pihak-
jenis, yaitu advokasi kasus (case advocacy)
dan advokasi kelas (class advocacy). pihak instansi pemerintah dalam semua
tindakan.
1) Advokasi kasus merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seorang Tujuan Advokasi Sosial
pekerja sosial untuk membantu klien Tujuan advokasi adalah untuk
agar mampu menjangkau sumber atau mengubah kebijakan, program atau
pelayanan sosial yang telah menjadi kedudukan (stance) dari sebuah
haknya. Alasannya yaitu terjadi pemerintahan, institusi atau organisasi.
diskriminasi atau ketidakadilan yang Advokasi sosial pada hakikatnya berbicara
dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis tentang apa yang ingin kita rubah, siapa
atau kelompok professional terhadap yang akan melakukan perubahan tersebut,
klien dan klien sendiri tidak mampu seberapa besar dan kapan perubahan itu
merespon situasi tersebut dengan baik. dimulai. Menurut Zastrow (1999) advokasi
Pekerja sosial berbicara, berargumen sosial adalah menolong klien atau
dan bernegosiasi atas nama klien sekelompok klien untuk mencapai layanan
individual. Karenanya, advokasi ini sering tertentu ketika klien (individu atau
disebut pula sebagai advoaksi klien kelompok) ditolak suatu lembaga atau sistem
(client advocacy). pelayanan, dan membantu memperluas

101
layanan agar mencakup lebih banyak orang 3) Taktis
yang membutuhkan.
Pekerja sosial harus membangun koalisi
Prinsip-Prinsip Advokasi Sosial atau aliansi dan sekutu dengan pihak lain.
Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan
Menurut Edi Suharto (2009) ada kepentingan dan saling percaya. Sekutu
beberapa prinsip yang bisa dijadikan terdiri dari sekutu dekat dan sekutu jauh.
pedoman dalam merancang advokasi yang Sekutu dekat biasanya dinamakan lingkar ini,
sukses. Prinsip tersebut adalah sebagai yaitu kumpulan orang atau organisasi yang
berikut: menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak
1) Realistis dan pengendali utama seluruh kegiatan
advokasi. Sekutu jauh dalah pihak-pihak lain
Advokasi yang berhasil bersandar pada yang mendukung kita namun tidak terlihat
isu dan agenda yang spesifik, jelas dan dalam gerakan advokasi secara langsung.
terukur. Karena kita tidak mungkin
melakukan segala hal, kita harus menyeleksi 4) Strategis
pilihan-pilihan dan membuat keputusan Advokasi melibatkan kekuasaan dalam
prioritas. Pilihlah isu dan agenda yang prosesnya. Sangat penting untuk
realistis dan karenanya dapat dicapai dalam mempelajari diri kita, lembaga dan
kurun waktu tertentu. Jangan buang energy anggotanya untuk mengetahui jenis
dan waktu kita dengan pilihan yang tidak kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan pada
mungkin dicapai. Gagas kemenangan- intinya menyangkut kemampuan untuk
kemenangan kecil namun konsisten. Sekecil mempengaruhi dan membuat orang
apapun, keberhasilan senantiasa memberi berperilaku seperti yang kita harapkan. Kita
motivasi. tidak mungkin memiliki semua kekuasaan
2) Sistematis seperti yang diinginkan, akan tetapi tidak
perlu meremehkan kekuasaan yang kita
Advokasi memerlukan perencanaan yang miliki. Sadari bahwa advokasi dapat
akurat, artinya jika kita gagal merencanakan, membuat perbedaan. Kita dapat melakukan
maka itu berarti kita sedang merencanakan perubahan-perubahan dalam hokum,
kegagalan. Proses advokasi dapat dimulai kebijakan dan program yang bermanfaat
dengan memilih dan mendefinisikan isu bagi masyarakat. Melakukan perubahan
strategis, membangun opini dan tidaklah mudah, tetapi bukanlah hal yang
mendukungnya dengan fakta, memahami mustahil yang terpenting adalah kita bisa
sitem kebijakan publik, membangun koalisi, memetakan dan mengidentifikasi kekuatan
merancang sasaran dan taktik, kita dan kekuatan lawan atau pihak oposisi
mempengaruhi pembuat kebijakan, dan secara strategis.
memantau serta menilai gerakan atau
program yang dilakukan. 5) Berani

Gambar 1. Proses Advokasi Advokasi menyentuh perubahan dan


rekayasa sosial secara bertahap. Jangan
tergesa-gesa dan tidak perlu menakut-nakuti
pihak lawan, tetapi tidak perlu juga menjadi
penakut. Jadikan isu dan strategi yang telah
dilakukan sebagai motor gerakan dan
tetaplah berpijak pada agenda bersama.

Sumber: Topitimasang, Fakih dan Rahardjo


(2000) dimodifikasi

102
Jenis-jenis Advokasi Pekerjaan Sosial keputusan yang tepat ketika memilih
masalah yang akan diadvokasi,
Scheneider mengemukakan tedapat mengidentifikasi cara pemecahan bagi
empat jeis advokasi dalam pekerjaan sosial, masalah tersebut, dan menentujukan
yaitu: tujuan yang realistis. Data yang valid,
1) Advokasi klien (Client advocacy) lengkap dan akurat juga dapat menjadi
argumentasi yang kuat.
Dalam advokasi klien tujuan akhirnya 3) Mengidentifikasi sasaran advokasi. Jika
untuk membantu klien tentang masalah dan tujuan telah ditetapkan,
bagaimana klien berjuang maka kegiatan advokasi harus diarahkan
memenangkan pertarungan tehadap kepada orang-orang yang memiliki
hak-haknya di lembaga lain dan sistem otoritas untuk mengambil keputusan
pelayanan sosial yang ada. misalnya staf, pimpinan, orangtua,
2) Advokasi masyarakat (Cause advocacy) media, dan masyarakat.
4) Mengembangkan dan menyampaikan
Advokasi pekerjaan sosial pada dasarnya pesan advokasi. Sasaran advokasi yang
untuk membantu klien individu dan berbeda-beda memberikan respon
keluarga dalam memperoleh pelayanan. terhadap pesan yang berbeda pula.
Namun, apabila tedapat masalah yang Pesan yang disampaikan harus sesuai
mempengaruhi kelompok yang lebih dan tepat sasaran demi kepentingan
besar, maka pekerja sosial dapat kegiatan advokasi.
menggunakan jenis advokasi ini. 5) Membentuk koalisi. Kekuatan advokasi
ditentukan oleh kuatnya koalisi beberapa
3) Advokasi legislative (Legislative orang, organisasi, atau lembaga yang
advocacy) mendukung tujuan advokasi. Melibatkan
Advokasi legislatif dilakukan untuk orang yang mewakili kepentingan
mempengaruhi proses pembuatan suatu berbeda-beda dapat memberikan
undang-undang. keuntungan dari sisi keamanan bagi
advokasi maupun untuk memperoleh
4) Advokasi administratif (Administrative dukungan politik.
advocacy) 6) Membuat presentasi yang persuasif.
Kesempatan untuk mempengaruhi
Advokasi administratif memiliki tujuan
sasaran advokasi baik individu maupun
untuk memperbaiki atau mengoreksi
organisasi kadangkala sangat terbatas.
keluhan-keluhan dan masalah-masalah
Oleh karenanya, diperlukan persiapan
administratif yang dapat dilakukan
melalui lembaga. yang matang untuk menyampaikan
argumen yang meyakinkan dan gaya
Unsur-unsur Pokok Kegiatan Advokasi penyajian agar kegiatan advokasi dapat
Sosial behasil.
7) Mengumpulkan dana untuk kegiatan
Menurut Adi Fahrudin, dalam advokasi. Kegiatan advokasi memerlukan
advokasi sosial terdapat unsur-unsur pokok dana. Usaha untuk melakukan advokasi
kegiatan yaitu: secara berkelanjutan dalam waktu yang
1) Memilih tujuan advokasi. Tujuan panjang berarti membutuhkan waktu
advokasi harus dipertajam sedemikian dan energi dalam mengumpulkan dana
rupa karena masalah yang diadvokasi atau sumber daya yang lain untuk
mungkin sangat kompleks. mendukung tugas advokasi.
2) Menggunakan data dan penelitian untuk 8) Mengevaluasi usaha advokasi. Evaluasi
advokasi. Data dan penelitian merupakan dilakukan untuk mengetahui tercapai
hal yang sangat penting untuk membuat atau tidaknya tujuan dari advokasi. Hasil

103
evaluasi juga dapat digunakan sebagai peluang atau kesempatan ini dapat dijadikan
umpan balik atau masukan untuk titik masuk pekerja sosial untuk bertindak
memperbaiki srategi dan usaha advokasi. melaksanakan kebijakan.
5) Evaluasi
Dinamika Proses Advokasi Sosial Kegiatan advokasi yang baik harus
menilai efektifitas advokasi yang telah
Advokasi merupakan proses dinamis dilakukan. Selain itu, evaluasi juga dapat
yang menyangkut pelaku, gagasan, agenda dilakukan terhadap usaha yang telah
dan politik yang selalu berubah. Adi Fahrudin berjalan dan menentukan sasaran baru
(2010) menyebutkan bahwa proses advokasi berdasarkan pengalaman mereka. Bebagai
sosial dapat dibagi menjadi lima tahap yaitu pihak temasuk lembaga yang menerima
mengidentifikasi masalah, merumuskan dan perubahan kebijakan perlu menilai efektifitas
memilih solusi, membangun kesadaran, perubahan tersebut secara periodic.
tindakan kebijakan, dan evaluasi. Tahap-
tahap ini hendaknya dipandang lentur Nilai dalam Advokasi Pekerjaan Sosial
artinya tahap tersebut mungkin saja tejadi
bersamaan atau berurutan, dan prosesnya Advokasi pekerjaan sosial
sendiri mungkin berhenti atau berbalik. mengandung beberapa nilai yang
menunjukkan profesi pekerjaan sosial
1) Mengidentifikasi masalah mempunyai harga diri yang tinggi dan
fundamental dari betuk yang asli suatu
Megidentifikasi masalah merupakan profesi. Nilai dasar dalam praktek advokasi
langkah pertama untuk mengambil pekerjaan sosial, yaitu:
kebijakan. Tahap ini mengacu pada
penetapan agenda. Pekerja sosial sebagai 1) Hak dan martabat individual (dignity and
advokat harus menentukan masalah mana right of the individual)
yang perlu dituju dan diusahakan untuk 2) Pemberian suara kepada yang tidak
mencapai lembaga yang menjadi sasaran kuasa (giving voice to the powerless)
agar diketahui bahwa masalah atau isu 3) Penentuan diri sendiri ( self-
tersebut memerlukan tindakan. determination)
4) Pemberdayaan dan perspektif penguatan
2) Merumuskan solusi (empowerment and strengths
Pekerja sosial yang berperan sebagai perspective)
advokat harus merumuskan solusi mengenai 5) Keadilan sosial (social justice)
masalah yang telah diidentifikasi dan
memilih salah satu yang paling feasible KEKERASAN TERHADAP ANAK
ditangani secara politis, ekonomis dan sosial.
Abuse adalah kata yang biasa
3) Membangun kesadaran dan kemauan ditejemahkan menjadi kekerasan,
politik penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan
Tindakan pada tahap ini antara lain salah. Dalam The Social Work Dictionary,
membentuk koalisi, menemui para pembuat Barker (1987:1) mendefinisikan abuse
keputusan, membangun kesadaran dan sebagai “improver behavior intended to
menyampaikan pesan secara efektif. cause phsycal, psychological, or financial
harm to an individual or group.” Berdasarkan
4) Melaksanakan kebijakan pengertian di atas dapat diartikan bahwa
Jika masalahnya telah dikenalpasti, kekerasan adalah perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara
solusipun telah dirumuskan dan adanya
fisik, psikologis, atau finansial, baik yang
kemauan politik untuk bertindak maka
dialami individu maupun kelompok.

104
Istilah child abuse merupakan istilah besar (melalui kata, sentuhan, gambar
yang digunakan untuk menyebut kekerasan visual, exhibitionism), maupun orang
tehadap anak. Menurut Richard J. Gelles dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi
(2004: 1) dalam Encyclopedia Article from seksual).
Encarta, mendefinisikan child abuse sebagai 4) Kekerasan anak secara sosial, dapat
“intentional acts that result in physical, or mencakup penelantaran anak dan
emotional harm to children. The term child eksploitasi anak.
abuse covers a wide range of behavior, from
actual physical assault by parents or other
adult caretakers to neglect at a child’s basic KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP
needs.” Menurutnya, kekerasan terhadap ANAK
anak merupakan perbuatan disengaja yang
menimbulkan kerugian atau bahaya Menurut Lyness (Maslihah, 2006)
terhadap anak-anak, baik secara fisik kekerasan seksual tehadap anak meliputi
maupun emosional. Istilah child abuse tindakan menyentuh atau mencium organ
meliputi berbagai macam betuk tingkah laku, seksual anak, tindakan seksual atau
dari tindakan ancaman fisik secara langsung pemerkosaan terhadap anak,
oleh orang tua atau orang dewasa lainnya memperlihatkan media/beda porno,
sampai kepada penelantaran kebutuhan- menunjukkan alat kelamin pada anak dan
kebutuhan dasar anak. lain sebagainya. Kekerasan seksual (sexual
abuse) merupakan jenis penganiayaan yang
Selanjutnya, menurut Barker (1987: biasanya dibagi dua dalam kategori
23) mendefinisikan child abuse sebagai berdasarkan identitas pelaku, yaitu:
tindakan melukai yang berulang-ulang
secara fisik dan emosional tehadap anak 1) Familial Abuse
yang ketergantungan, melalui desakan Familial abuse adalah kekerasan seksual
hasrat, hukuman badan yang tak tekendali,
dimana antara korban dan pelaku masih
degradasi dan cemoohan permanen atau
dalam hubungan darah atau menjadi bagian
kekerasan seksual yang biasanya dilakukan dalam keluarga inti. Dalam hal ini termasuk
oleh orang tua atau pihak lain yang
seseorang yang menjadi pengganti orang
seharusya merawat anak.
tua, misalnya ayah tiri, kekasih, pengasuh
Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap atau orang yang dipercaya merawat anak.
Anak
2) Extra Familial Abuse
Suharto (1997: 365-366)
Extra Familial Abuse adalah kekerasan
mengklasifikasikan child abuse menjadi
seksual yang dilakukan oleh orang lain di luar
empat bentuk, yaitu:
keluarga korban. Pelaku biasanya orang
1) Kekerasan anak secara fisik, adalah dewasa yang dikenal oleh sang anak dan
penyiksaan, pemukulan, dan telah membangun relasi dengan anak
penganiayaan tehadap anak, dengan tersebut, kemudian membujuk sang anak ke
atau tanpa menggunakan benda-benda dalam situasi dimana pelecehan seksual
tertentu, yang menimbulkan luka-luka tersebut dilakukan.
fisik atau kematian pada anak.
Dampak Kekerasan Seksual Terhadap
2) Kekerasan anak secara psikis, meliputi
Anak
penghardikan, penyampaian kata-kata
kasar dan kotor, memperlihatkan buku, Anak yang menjadi korban kekerasan
gambar dan film pornografi pada anak. seksual tentu akan meninggalkan dampak
3) Kekerasan anak secara seksual, dapat bagi dirinya sendiri. Kebanyakan korban
berupa perlakuan pra-kontak seksual kekerasan seksual mengalami psychological
antara anak dengan orang yang lebih disorder atau yang disebut dengan post

105
traumatic stress disorder (PTSD) yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk
efeknya berupa ketakutan yang intens, akibat ketidakberdayaan dan merasa bahwa
kecemasan yang tinggi dan emosi yang tidak mereka tidak memiliki kekuatan untuk
terkendali pasca peristiwa (Ratih Probosiswi, mengontrol dirinya. Korban sering merasa
2015). Biasanya korban yang mengalami berbeda dengan orang lai, dan beberapa
kekerasan seksual butuh waktu yang cukup korban marah pada tubuhnya akibat
lama untuk bisa terbuka kepada orang lain. penganiayaan yang dialami. Korban lainnya
menggunakan obat-obatan dan minuman
Finkelhor dan Browne (Ratih alkohol untuk menghukum tubuhnya,
Probosiswi, 2015) mengemukakan empat
menumpulkan inderanya atau berusaha
jenis dampak akibat kekerasan seksual yang
menghindari memori kejadian tersebut.
menimpa anak-anak, yaitu sebagai berikut:
a) Pengkhianatan (Betrayal)
PENUTUP
Kepercayaan merupakan dasar utama
bagi korban kekerasan seksual. Sebagai anak Kasus kekerasan seksual terhadap
individu percaya kepada orangtua dan anak setiap tahunnya terus mengalami
kepercayaan itu dimengerti serta dipahami. peningkatan. Kekerasan seksual merupakan
Namun, kepercayaan anak dan otoritas bentuk kekerasan yang paling mendominasi
orangtua menjadi hal yang mengancam dibandingkan bentuk-bentuk kekerasan
anak. lainnya. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan
karena anak yang menjadi korban kekerasan
b) Trauma secara Seksual (Traumatic seksual dapat mengalami trauma, stress,
Sexualization) tidak percaya diri, dan pendiam. Korban
Menurut Russel (dalam Tower, 2002) yang mengalami kekerasan seksual
menemukan bahwa perempuan yang cenderung lebih menarik diri dan tidak
mengalami kekerasan seksual cenderung berusaha menyelesaikan perlakuan kriminal
menolak hubungan seksual dan sebagai yang dialaminya kepada pihak berwenang.
konsekuensinya menjadi korban kekerasan Hal ini dikarenakan korban merasa akan
seksual dalam rumah tangga. Finkelhor semakin terpojokkan dengan berbagai
mencatat bahwa korban lebih memilih pertanyaan dari penyidik, apalagi korban
pasangan sesame jenis karena menganggap merupakan anak dibawah umur. Dengan
laki-laki tidak dapat dipercaya. begitu, dapat dikatakan bahwa tidak semua
kasus, termasuk kekerasan seksual dapat
c) Tidak Berdaya (Powerlessness) diselesaikan melalui jalur hukum. Perlu
Rasa takut menembus kehidupan adanya pendampingan advokasi sosial untuk
korban. Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan memberikan pelayanan dan perlindungan
dialami oleh korban disertai dengan rasa bagi korban dan hak-hak kemanusiaannya.
Advokasi sosial dalam kasus ini meliputi
sakit. Perasaan tidak berdaya
segenap aktivitas atau kegiatan yang
mengakibatkan individu merasa lemah.
Korban merasa dirinya tidak mampu dan dilakukan oleh sebuah lembaga yang
kurang efektif dalam bekerja. Beberapa memberikan advokasi sosial tehadap anak
korban juga merasa sakit pada tubuhnya. korban kekerasan seksual. Dalam hal ini
Sebaliknya, pada korban lain memiliki yang menjadi proses dari advokasi sosial
intensitas dan dorongan yang berlebihan yang dimulai dari tahap identifikasi masalah,
dalam dirinya. merumuskan solusi, membangun kesadaran
dan kemauan politik, melaksanakan
d) Stigma (Stigmatization) kebijakan, dan evaluasi.
Korban kekerasan seksual merasa
bersalah, malu, memiliki gambaran diri yang

106
DAFTAR PUSTAKA Ditejemahkan oleh Tim STKS
Bandung.
BPS. (2017). STATISTIK GENDER TEMATIK:
MENGAKHIRI KEKERASAN Sudrajat, T. (2011). Perlindungan Hukum
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK Terhadap Hak Anak sebagai Hak
DI INDONESIA. Jakarta: Kementerian Asasi Manusia dalam Perspektif
Pemberdayaan Perempuan dan Sistem Hukum Keluarga di Indonesia.
Perlindungan Anak. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, No. 54,
111-132.
Fahrudin, Adi. (2010). Advokasi Pekerjaan
Sosial Suharto, E. (2009). Pekerjaan Sosial di Dunia
Industri, Memperkuat CSR. Bandung:
Hidayati, N. (2014). Perlindungan Anak CV. Alfabeta.
terhadap Kejahatan Kekerasan
Seksual (Pedofilia) . Jurnal Suharto, Edi., dan Anton Freddy Susanto.
Pengembangan Humaniora, Vol. 14 (2012). Kekerasan Terhadap Anak.
No. 1, 68-73. Bandung: Nusa Cendekia
Herdiana, I. (2012). Dampak Psikososial Zulyadi, T. (2014). ADVOKASI SOSIAL.
pada Anak Jalanan Korban Pelecehan Jurnal Al-Bayan, Vol. 21 No.30, 63-
Seksual yang Tinggal di Liponsos 76.
Anak Surabaya. Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial, Vol. 1 No. 02, Sumber lainnya:
69-73. Anonim. (2014).Kenali Kekerasan Seksual
Limyati, M. H. (2008). Kekerasan Seksual pada Anak. Diakses pada tanggal 27
pada Anak: Fakta dan Desember 2018 dari
Pencegahannya. Jurnal http://www.parenting.co.id/
Metamorfosis, 8-11. Anonim. Diakses pada tanggal 26 Desember
Noviana, I. (2015). Kekerasan Seksual 2018 dari http://www.lpjabar.org/.
Terhadap Anak: Dampak dan Denaswara, D. (2016). Kasus Kekerasan
Penanganannya. Jurnal Sosio Anak di Jabar Terus Meningkat.
Informa, Vol. 1 No. 1, 13-28. Diakses pada tanggal 26 Desember
Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. 2018 dari
Jurnal Equilibrium, Vol. 5 No. 9, 1-8. http://jabar.tribunnews.com/2016/0
6/28/kasus-kekerasan-anak-di-jabar-
Ratih Probosiswi, D. B. (2015). Pedofilia dan terus-meningkat.
Kekerasan Seksual: Masalah dan
Perlindungan Terhadap Anak. Jurnal Retno, Windiyati. (2019). Ada 819 Kasus
Sosio Informa, Vol. 01 No. 1, 29-40. Kekekerasan pada Anak di Jabar
Selama 2018. Diakses pada tanggal 1
Semiawan, C. (2010). Metode Penelitian April 2019 dari https://www.pikiran-
Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan rakyat-com.
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.
Schneider, Robert L. & Lester, Lori.(2001).
Social Work Advocacy: A New
Framework for Action. United States:
Brooks/Cole Publishing Company.
Advokasi Pekerjaan Sosial: Kerangka
Baru untuk Berrtindak. (2008).

107
REVIEW JOURNAL
ADVOKASI SOSIAL TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

Oleh :

Muh iqbal

( 105611113621 )

IAN III D

Dosen: Dr. H. Muhlis Madani M.Si

Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar


2022

108
Judul ADVOKASI SOSIAL TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN
SEKSUAL
Journal Proseding penelitian & pengabdian kepada masyarakat
Volume & Halaman Vol 6, no:1
Tahun 2019
Penulis Widya Darmawan, Eva Nuriyah Hidayat, Santoso T Raharjo

Abstrak

Advokasi sosial merupakan suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan perubahan, dengan cara memberikan dukungan dan pembelaan terhadap kaum lemah atau
terhadap mereka yang menjadi korban dari sebuah kebijakan dan ketidakadilan. Advokasi sosial dilakukan
agar suatu kelompok/individu dapat memperoleh kembali hak-hak kemanusiannya. Salah satu
permasalahan yang perlu mendapatkan pelayanan advokasi sosial adalah anak yang menjadi korban dari
tindak kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan salah satu permasalahan anak yang paling
dominan diantara permasalahan-permasalahan anak lainnya. Advokasi sosial dalam kasus ini meliputi
segenap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang memberikan advokasi sosial
tehadap anak korban kekerasan seksual. Dalam hal ini yang menjadi proses dari advokasi sosial yang
dimulai dari tahap identifikasi masalah, merumuskan solusi, membangun kesadaran dan kemauan politik,
melaksanakan kebijakan, dan evaluasi.

METODE YANG DIGUNAKAN

Studi literatur merupakan metode yang digunakan dalam riset ini. Berbagai referensi teori yang sesuai
dengan dukunga sosial bagi orang dengan disabilitas sensorik (ODDs), yang dapat berasal dari buku,
jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs internet yang mumpuni. Pendekatan tersebut dianggap tepat
untuk menggambarkan tentang proses advokasi sosial terhadap anak korban kekerasan seksual di Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan data yang dikumpulkan yaitu berupa kata-kata dan gambar. Adapun data yang diperoleh berasal
dari studi pustaka (dari buku, artikel dan jurnal).

PEMBAHASAN
Advokasi Sosial

Kaminski dan Walmsley (1995) mendefinisikan advokasi sosial sebagai aktivitas yang
menunjukan keunggulan dari pekerjaan sosial dibandingkan dengan profesi lain. Definisi lain yaitu
menurut Zastrow (1982) mengartikan bahwa advokasi sosial adalah aktivitas menolong klien atau
sekelompok klien untuk mencapai layanan tertentu ketika mereka ditolak suatu lembaga atau sistem
109
pelayanan dan membantu memperluas pelayanan agar bisa mencakup lebih banyak orang yang
membutuhkan.

Advokasi sosial dapat diartikan sebagai suatu upaya pendekatan (approaches) terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Peran advokat pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaruan sosial dan pada sisi lainnya
berpijak pada pelayanan sosial (Zulyadi, 2014).

Schneider (2001) mendefinisikan advokasi pekerjaan sosial sebagai suatu perwakilan eksklusif
dan bersama-sama dengan klien atau dalam suatu forum, berusaha secara sistematis mempengaruhi
pembuatan keputusan dalam ketidakadilan atau sistem yang tidak memberikan reaksi. Berdasarkan
definisi tersebut, Schneider (dalam buku Social work advocacy: A new framework for action, 2001; 78)
berpendapat bahwa advokasi pekerjaan sosial terdiri dari beberapa komponen yaitu:

13) Eksklusif

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara klien dan advokat yang menunjukkan
bahwa hubungan tersebut merupakan hubungan yang tunggal, unik, terfokus pada klien, terutama
bertanggung jawab pada klien dan bepusat pada kebutuhan klien.

14) Bersama atau Timbal Balik


Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara klien dan advokat sebagai hubungan timbal
balik, saling ketergantungan, sederajat, bersama, berbagi tahap hubungan satu sama lain, bertukar gagasan
dan merencanakan bersama-sama serta mempunyai kebiasaan yang sama diantara satu dengan satu yang
lainnya. Hubungan timbal balik dimaksudkan bahwa advokat tidak mendominasi atau menyusun agenda
untuk klien sebab kebutuhan klien harus mejadi fokus yang ekslusif dan dibeikan perhatian khusus.

1) perwakilan

Istilah ini merupakan orientasi tindakan dan menggambarkan aktivitas dari advokat sebagai pembicara,
menulis, atau bertindak bagi pihak lain, bekomunikasi atau memberikan kepedulian dan perhatian terhadap
klien. Advokat yang sungguh- sungguh melayani klien harus mengambil beberapa tindakan yang
menunjukkan kepeduliannya.

2) Klien

Dalam advokasi pekerjaan sosial, klien digunakan pekerja sosial untuk bertindak yang digambarkan
sebagai ‘perwakilan’ sebagaimana disebutkan di atas. Klien dapat berupa seseorang secara individu,
kelompok kecil atau besar, perkumpulan suatu komunitas, populasi etnik, individu dengan karakteristik
atau ketertarikan yang umum, atau yang cukup longgar atau organisasi yang cukup memiliki keterikatan
diantara anggotanya.

3) Masalah atau Penyebab

110
Masalah biasanya isu tunggal, kondisi, atau masalah yang menyebabkan sejumlah orang tertarik dan
mendukung. Menurut Kotler (1972), ada tiga jeis penyebab, yaitu sebagai berikut:

a) Helping cause, masalah pertolongan dimana advokat mecoba memberikan pertolongan, kenyamanan,
atau pendidikan kepada korban kesalahan bantuan sosial.
b) Protest causes atau tindakan protes, dimana advokat mencoba mereformasi institusi yang
menimbulkan masalah sosial, mempersoalkan tingkah laku baru untuk memperbaiki kondisi.
c) Revolutionary causes, dalam hal ini
advokat berharap dapat mengurangi institusi atau pihak-pihak yang tidak mendukung perbaikan
kondisi.

15) Forum

Forum merupakan majelis atau perkumpulan yang diorganisir untuk

mendiskusikan suatu persoalan, hukum, regulasi, peraturan, masalah publik, perbedaan pendapat atau
penyelesaian perselisihan. Advokat pekerjaan sosial menggunakan forum agar dapat mewakili atau
bertindak atas nama klien.

16) Sistematis

Advokasi pada dasarnya bersifat sistematik. Hal ini dikarenakan advokasi menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam membuat suatu perencanaan. Keputusan tidak didasarkan pada instuisi melainkan
berdasarkan keterampilan menganalisis situasi bersama klien.

17) Pengaruh

Pengaruh bermaksud modifikasi, perubahan, kesan, tindakan, atau keputusan yang mempengaruhi
klien. Beberapa aktivitas mempengaruhi termasuk megorganisir kelompok klien, pembentukan koalisi,
pendidikan publik, persuasi kepada administrator dan supervisor, berhubungan dengan pegawai
pemerintah dan parlemen, pengumpulan data kajian, pemberian testimoni, pengembangan petisi, dan
tindakan undang-undang.

18) Pembuatan Keputusan

Istilah ini merujuk kepada usaha mempengaruhi. Paling utama adalah advokat ingin melakukan
perubahan dengan membuat keptusan berdasarkan rumusan dan penilaian mengenai berbagai aspek
seperti alokasi sumber daya, keuntungan, kelayakan dan akses pelayanan. Keputusan ini bisa berbentuk
sangat formal yaitu dibuat berdasarkan prosedur dan amanat peraturan yang ada. Adapula yang sifatnya
informal tergantung pada koneksi pribadi, masyarakat, dan keluarga.

19) Tingkat Ketidakadilan


111
Karakteristik pada istilah ini merupakan suatu tindakan, pendirian, institusi, peraturan, prosedur atau
keputusan yang tidak sesuai degan undang-undang atau prinsip-prinsip keadilan. Istilah ‘tidak adil’
mengindikasikan kejujuran, persamaan, kekuatan undan-undang, keadilan, dan kebenaran pada tahap
tertentu sudah tidak ada. Akibatnya, dapat mencederai hak-hak perorangan, moral, sipil, dan konstitusi
yang dapat menyebabkan timbulnya ketidakadilan.

20) Tidak Responsif

Istilah ini adalah khusus digunakan untuk orang atau institusi yang gagal menjawab pernyataan, surat-
menyurat, atau meyelidiki jawaban, permintaan, petisi, pertanyaan, komunikasi atau permintaan janji yang
biasanya tepat pada waktunya.

21) Sistem

Dalam konteks pekerjaan sosial, istilah sistem biasanya merujuk pada mengorganisir agensi yang
diciptakan dan dibei hak untuk memberikan pelayanan terhadap orang yang memenuhi syarat, distribusi
sumber daya, menjalankan hukum dan keputusannya serta bertanggung jawab penuh dalam interaksi
masyarakat dengan sistem sumber.

Tujuan Advokasi Sosial

Tujuan advokasi adalah untuk mengubah kebijakan, program atau kedudukan (stance) dari sebuah
pemerintahan, institusi atau organisasi. Advokasi sosial pada hakikatnya berbicara tentang apa yang ingin
kita rubah, siapa yang akan melakukan perubahan tersebut, seberapa besar dan kapan perubahan itu
dimulai. Menurut Zastrow (1999) advokasi sosial adalah menolong klien atau sekelompok klien untuk
mencapai layanan tertentu ketika klien (individu atau kelompok) ditolak suatu lembaga atau sistem
pelayanan, dan membantu memperluas layanan agar mencakup lebih banyak orang yang
membutuhkan.

Prinsip-Prinsip Advokasi Sosial

Menurut Edi Suharto (2009) ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman dalam
merancang advokasi yang sukses. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

6) Realistis

Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang spesifik, jelas dan terukur. Karena
kita tidak mungkin melakukan segala hal, kita harus menyeleksi pilihan-pilihan dan membuat keputusan
prioritas. Pilihlah isu dan agenda yang realistis dan karenanya dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Jangan buang energy dan waktu kita dengan pilihan yang tidak mungkin dicapai.

7) Sistematis
112
Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, artinya jika kita gagal merencanakan, maka itu
berarti kita sedang merencanakan kegagalan. Proses advokasi dapat dimulai dengan memilih dan
mendefinisikan isu strategis, membangun opini dan mendukungnya dengan fakta, memahami sitem
kebijakan publik, membangun koalisi, merancang sasaran dan taktik, mempengaruhi pembuat
kebijakan, dan memantau serta menilai gerakan atau program yang dilakukan.

8) Taktis

Pekerja sosial harus membangun koalisi atau aliansi dan sekutu dengan pihak lain. Sekutu
dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya. Sekutu terdiri dari sekutu dekat dan
sekutu jauh. Sekutu dekat biasanya dinamakan lingkar ini, yaitu kumpulan orang atau organisasi yang
menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak dan pengendali utama seluruh kegiatan advokasi.

9) Strategis

Advokasi melibatkan kekuasaan dalam prosesnya. Sangat penting untuk mempelajari diri kita,
lembaga dan anggotanya untuk mengetahui jenis kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan pada intinya
menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi dan membuat orang berperilaku seperti yang kita
harapkan. Kita tidak mungkin memiliki semua kekuasaan seperti yang diinginkan, akan tetapi tidak perlu
meremehkan kekuasaan yang kita miliki. Sadari bahwa advokasi dapat membuat perbedaan. Kita dapat
melakukan perubahan-perubahan dalam hokum, kebijakan dan program yang bermanfaat bagi
masyarakat.

10) Berani

Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara bertahap. Jangan tergesa-gesa dan tidak
perlu menakut-nakuti pihak lawan, tetapi tidak perlu juga menjadi penakut. Jadikan isu dan strategi yang
telah dilakukan sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda bersama.

Jenis-jenis Advokasi Pekerjaan Sosial

Scheneider mengemukakan tedapat empat jeis advokasi dalam pekerjaan sosial, yaitu:

1. Advokasi klien (Client advocacy)

2. Advokasi masyarakat (Cause advocacy)

3. Advokasi legislative (Legislative advocacy)

4. Advokasi administratif (Administrative advocacy)

Nilai dalam Advokasi Pekerjaan Sosial

113
Advokasi pekerjaan sosial mengandung beberapa nilai yang menunjukkan profesi pekerjaan
sosial mempunyai harga diri yang tinggi dan fundamental dari betuk yang asli suatu profesi. Nilai dasar
dalam praktek advokasi pekerjaan sosial, yaitu:

6) Hak dan martabat individual (dignity and right of the individual)


7) Pemberian suara kepada yang tidak kuasa (giving voice to the powerless)
8) Penentuan diri sendiri (self- determination)
9) Pemberdayaan dan perspektif penguatan (empowerment and strengths perspective)
10) Keadilan sosial (social justice)

KEKERASAN TERHADAP ANAK

Abuse adalah kata yang biasa ditejemahkan menjadi kekerasan, penganiayaan, penyiksaan atau
perlakuan salah. Dalam The Social Work Dictionary, Barker (1987:1) mendefinisikan abuse sebagai
“improver behavior intended to cause phsycal, psychological, or financial harm to an individual or group.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa kekerasan adalah perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu
maupun kelompok.
KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK

Menurut Lyness (Maslihah, 2006) kekerasan seksual tehadap anak meliputi tindakan menyentuh
atau mencium organ seksual anak, tindakan seksual atau pemerkosaan terhadap anak, memperlihatkan
media/beda porno, menunjukkan alat kelamin pada anak dan lain sebagainya. Kekerasan seksual (sexual
abuse) merupakan jenis penganiayaan yang biasanya dibagi dua dalam kategori berdasarkan identitas
pelaku, yaitu:

3) Familial Abuse

Familial abuse adalah kekerasan seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam hubungan
darah atau menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam hal ini termasuk seseorang yang menjadi pengganti
orang tua, misalnya ayah tiri, kekasih, pengasuh atau orang yang dipercaya merawat anak.

4) Extra Familial Abuse

Extra Familial Abuse adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang lain di luar keluarga korban.
Pelaku biasanya orang dewasa yang dikenal oleh sang anak dan telah membangun relasi dengan anak
tersebut, kemudian membujuk sang anak ke dalam situasi dimana pelecehan seksual tersebut dilakukan.

Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Anak yang menjadi korban kekerasan seksual tentu akan meninggalkan dampak bagi dirinya
sendiri. Kebanyakan korban kekerasan seksual mengalami psychological disorder atau yang disebut

114
dengan post traumatic stress disorder (PTSD) yang efeknya berupa ketakutan yang intens, kecemasan
yang tinggi dan emosi yang tidak terkendali pasca peristiwa (Ratih Probosiswi, 2015). Biasanya korban
yang mengalami kekerasan seksual butuh waktu yang cukup lama untuk bisa terbuka kepada orang lain

Finkelhor dan Browne (Ratih Probosiswi, 2015) mengemukakan empat jenis dampak akibat
kekerasan seksual yang menimpa anak-anak, yaitu sebagai berikut:

a) Pengkhianatan (Betrayal)

b) Trauma secara Seksual (Traumatic Sexualization)

c) Tidak Berdaya (Powerlessness)

d) Stigma (Stigmatization)

PENUTUP

Kasus kekerasan seksual terhadap anak setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kekerasan
seksual merupakan bentuk kekerasan yang paling mendominasi dibandingkan bentuk-bentuk kekerasan
lainnya. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan karena anak yang menjadi korban kekerasan seksual dapat
mengalami trauma, stress, tidak percaya diri, dan pendiam. Korban yang mengalami kekerasan seksual
cenderung lebih menarik diri dan tidak berusaha menyelesaikan perlakuan kriminal yang dialaminya
kepada pihak berwenang. Hal ini dikarenakan korban merasa akan semakin terpojokkan dengan berbagai
pertanyaan dari penyidik, apalagi korban merupakan anak dibawah umur. Dengan begitu, dapat dikatakan
bahwa tidak semua kasus, termasuk kekerasan seksual dapat diselesaikan melalui jalur hukum. Perlu
adanya pendampingan advokasi sosial untuk memberikan pelayanan dan perlindungan bagi korban dan
hak-hak kemanusiaannya. Advokasi sosial dalam kasus ini meliputi segenap aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh sebuah lembaga yang memberikan advokasi sosial tehadap anak korban kekerasan seksual.
Dalam hal ini yang menjadi proses dari advokasi sosial yang dimulai dari tahap identifikasi masalah,
merumuskan solusi, membangun kesadaran dan kemauan politik, melaksanakan kebijakan, dan evaluasi.

115
116

Anda mungkin juga menyukai