Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PBL

DEMAM

Disusun oleh : KELOMPOK 5


No. Nama NPM
1. Dwi Nifsiatul Afrida 08700107
2. Fenty Sulistyo Hertanti 08700109
3. I Nyoman Yudiartono 08700113
4. Riva Nita Harmila 08700115
5. Dinar Mustika Nuri 08700117
6. Lahar Satrya Wiranagara 08700119
7. Adelbertus Putra Bali 08700121
8. Indra Sukma Tenggara 08700123
9. I Gede Ardi Pratama 08700125
10. Hartaz Zasika Ekosari 08700127
11. Andri Hery Gunawan 08700129
12. Nina Awinda Lia 08700131

PEMBIMBING TUTOR: Drh. Bagus Uda Palgunadi, M. Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2009/2010

1
KATA PENGANTAR

Segenap rasa puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dan hasil diskusi PBL kelompok
kami selesai tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini disajikan beberapa hasil diskusi terkait dengan skenario 1 yaitu
“Letih (Fatigue)”. Serta beberapa klarifikasi istilah dan pembahasan masalah skenario 1 yang
menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa kedokteran dalam penegakan diagnosis mulai
dari proses anamnesa hingga tercapainya suatu hipotesa akhir dalam kasus “Letih (Fatigue)”
ini. Di mana, akan disajikan juga beberapa penatalaksanaan dari kasus tersebut.

Diharapkan semoga hasil diskusi kelompok kami yang berbentuk makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.

Akhir kata, “Tidak ada gading yang tak retak”. Kami sadar akan kekurangan kami
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik itu rekan – rekan,
tutor serta para narasumber.

Surabaya, April 2010

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I SKENARIO .................................................................................................................. 4

BAB II KATA KUNCI ............................................................................................................. 5

BAB III IDENTIFIKASI ISTILAH ......................................................................................... 6

BAB IV MINIMAL PROBLEM .............................................................................................. 7

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................................... 8

BAB VI HIPOTESIS AWAL DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSA ..................................... 15

BAB VII ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSA ............................................... 16

BAB VIII TESIS AKHIR ....................................................................................................... 19

BAB IX MEKANISME DIAGNOSIS ................................................................................... 22

BAB X METODE TERAPI ................................................................................................... 25

BAB XI PROGNOSA DAN KOMPLIKASI ......................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 30

3
BAB I
SKENARIO 2

Seorang pasien, Anak, 12 tahun, diantar ke tempat praktik anda oleh ibunya dengan
keluhan demam. Ibunya sangat cemas karena panasnya tidak turun-turun.

4
BAB II
KATA KUNCI

Pada skenario 2 ini, kami menemukan kata kunci yang akan kami bahas lebih lanjut,
kata kunci tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Demam
2. Cemas

5
BAB III
IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Demam : kondisi dimana suhu tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh normal
(36 C - 37 C).
0 0

2. Cemas : merupakan rasa takut pada apa yang akan terjadi, bersifat samar, dan
tidak menyenangkan, sering pula disertai gejala fisik.

6
BAB IV
MINIMAL PROBLEM

Pada skenario 2 ini, kami menemukan problem yang akan kami bahas lebih lanjut,
problem tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan demam lama dan tidak turun-turun ?
2. Apa yang menyebabkan penyakit ini timbul ?
3. Penyakit apa saja yang dapat menimbulkan demam ?
4. Pada kasus ini, bagaimana cara diagnosa pastinya ?
5. Bagaimana strategi / prinsip penatalaksanaan pada kasus tersebut ?
6. Tanda-tanda apa saja yang dijelaskan pada pasien dan keluarga untuk merujuk dan
bagaimana cara menjelaskannya ?
7. Apa yang sebaiknya dijelaskan oleh dokter pada pasien dan keluarga tentang masalah
ini ?
8. Dapatkah penyakit ini dicegah ?

7
BAB V
PEMBAHASAN

A. Batasan
Dalam laporan ini akan dibahas masalah

B. Fisiologi / Patofisiologi/ Patomekanisme


Apakah Demam Itu?

Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh
normal.

Fisiologi Demam

Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas
misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan
segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti. Bila pemasukan panas lebih besar
daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan tubuh kita untuk
melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan
mekanisme berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka
termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan
otot-otot rangka kita untuk berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.
Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.Contohnya, seperti
saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan
dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat.
Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas tersebut
merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala
tubuh kita mengalami perubahan suhu.

8
Patofiologi Demam

Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang
terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang
masuk kedalam tubuh.Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan
(inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan
mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan
fisiologis tubuh.Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita.
Contoh “racun”yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab
sakit.Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat
toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO
tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan
“tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk
memakannya (fagositosit).Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu
akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
(khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang
keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun
hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam
arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.Proses selanjutnya
adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran
prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan
dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.Sebagai kompensasinya, hipotalamus
selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya
peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya
proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya
perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang
mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau
febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat)
berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang
demam)Dengan memahami mekanisme sederhana dari proses terjadinya demam diatas,
maka salah satu tindakan pengobatan yang sering kita lakukan adalah mengompres kepala
dan meminum obat penurun panas misal yang sangat familiar adalah parasetamol.

9
Skema Patofisiologi Demam Typhoid
Kuman Salmanella typhi , Salmanella
Paratyphi masuk ke saluran cerna

Sebagian di musnahkan asam lambung Sebagian masuk usus halus


Peningkatan asam lambung Di ileum terminalis membentuk
limfoid plaque peyer
Mual, muntah
Intake kurang (madequat) Sebagian hidup dan menetap Sebagian menembus
Lamina propia
Gangguan nutrisi kurang Perdarahan
dari kebutuhan tubuh Masuk aliran limfe
Perforasi Menembus dan masuk
aliran darah
PERITONITIS Masuk dan bersarang dihati
dan limpa
Nyeri tekan Hepata megali, Splenomegali

Gangguan rasa nyaman = nyeri Infeksi Salmonella typhi,


Paratyphi dan Endotoksin
Dilepasnya zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan
yang meradang

DEMAM TIFOID

Gangguan rasa nyaman : Panas


peningkatan suhu badan

10
PATOMEKANISME

Masuk Saluran Cerna dalam


Makanan yang
jumlah minimal 105-109 untuk
terkontaminasi
menimbulkan infeksi
Salmonell typhii
Masuk ke dalam usus
halus melalui mikrovilli
Bakteri memproduksi Endotoksin
(Pirogen Eksogen) Mencapai “Plak Peyer”

Masuk Pembuluh darah


Mukosa Usus yang terinfeksi akan
(Bakteremia Primer)
menstimulasi datangnya sel- sel fagosit
(Netrofil dan makrofag)
Mencapai organ Retikulo Endothelial
Sel-sel yang mengalami cedera, netrofil, dan System (Hepar, Splen) = Bakteremia
makrofag sekresi mediator peradangan: IL-1, Sekunder
IL-6, TNF-alfa, & IFN-6 (Pirogen Endogen)

Bakteri, toksin atau faktor virulensi lainnya


Aktivasi Fosfolipase A2 pada
menyebabkan proliferasi sel-sel organ
membran fosfolipid

Aktivasi Asam Arakidonat


Pembesaran organ

Asam Arakidonat melalui jalur


siklooksigenase membuat Prostaglandin
E2 (PGE2) Hepatomega Splenomegal
li i
Aktivasi AMP siklik

Mengubah setting termostat Suhu tubuh diatur agar


DEMA
di hipothalamus lebih tinggi
M

11
C. Pemeriksaan Fisik Penyakit
Identitas Pasien
Nama : Ponco
Umur : 12 tahun
Alamat : Jln. Pancoran V / 110 C, Jakarta
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Siswa

Anamnesa
Keluhan utama :
- Panas Badan

Riwayat penyakit sekarang :


- Panas sudah 5 hari
- Panas terus-menerus (tidak naik turun), sehingga anak jadi gelisah
- Tidak menggigil
- Tidak kejang
- Tidak mimisan
- Badan tersa sakit
- Sering sakit perut
- Disertai mual-muntah (tanpa darah)
- Kadang diare
- Kadang konstipasi
- Sering pusing
- Perut kembung

Riwayat penyakit dahulu :


- 3 bulan lalu pernah sakit seperti ini. Dengan diagnosis dokter : infeksi usus.
- Belum pernah menderita Demam Berdarah
- Belum pernah operasi
- Riwayat obat : tidak punya alergi obat, dan panas yang sekarang diberi
Paracetamol.

Riwayat penyakit keluarga :


- Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial-Ekonomi :

12
- Suka makan dan minum disembarang tempat
- Jarang cuci tangan sebelum makan
- Tidak ada WC (memakai WC umum)
- Kadang minum air kran (belum dimasak)
- Tinggal di lingkungan padat penduduk

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah.

Vital Sign :
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 84 x/menit  bisa Bradikardi
Respiratory rate : 18 x/menit
Suhu : 37○ – 38 C (sub febris)
0

Kepala/leher : a/ic/d = +/-/-/-


Hidung kadang disertai Epistaxis
Lidah kotor di tengah & Tremor
Leher:
Tanpa pembesaran KGB

Thoraks :
- Cor : S1/S2single
Nyeri dada ( - )
- Pulmo : simetris
Suara napas vesikuler (+)
Ronkhi ( - )
Wheezing ( - )

Abdomen :
- Simetris
- Hepar : 2cm BAC ( + / - hepatomegali )
- Lien ( + / - Splenomegali )
- Meteorismus ( + )
- Bising usus normal

13
UG : Normal

Ekstremitas : Ditemukan adanya Rosella di daerah punggung.

Pemeriksaa Penunjang
 Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb, Trombosit, dan Indeks Eritrosit Normal
- Peningkatan jumlah eritrosit (RBC), leukosit (WBC)
- Peningkatan HCT, LED
- Diffcount : shift to the left
 Uji Widal : (+)
 Pemeriksaa Feces : tidak ditemukan telur cacing

14
BAB VI
HIPOTESIS AWAL
DAN
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Diagnosa Awal
Diagnosa fisiologisnya adalah “Demam Tifoid”.
Sedangkan diagnosa kausalnya adalah “Infeksi bakteri Salmonella typhosa”.

B. Diagnosa Banding
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
2. Malaria
3. Amubiasis

15
BAB VII
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. GEJALA KLINIS
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang selalu ditandai dengan adanya demam tinggi. Biasanya demam ini
berlangsung selama lebih dari 5 hari.
Gejala Klinis :
- suhu badan yang tiba-tiba meninggi
- demam yang hanya berlangsung beberapa hari
- kurva demam yang menyerupai pelana kuda
- nyeri tekan terutama di daerah otot dan persendian.
- adanya ruam-ruam pada kulit
- Leukopenia

2. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium. Malaria memiliki 4 jenis,
antara lain :
1. Malaria Tertiana
Merupakan jenis malaria paling ringan, disebabkan oleh Plasmodium vivax.
Gejala klinis : demam tiap 2 hari sekali setelah gejala pertama terjadi (2 minggu setelah
infeksi).
2. Malaria Tropika
Demam rimba (jungle fever) disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria, karena menghalangi jalan darah ke
otak.
Gejala klinis : koma, mengigau, bisa sebabkan kematian.
3. Malaria Kuartana
Disebabkan oleh Plasmodium malariae.
Gejala pertama biasanya terjadi antara 18-40 hari setelah infeksi terjadi, dan akan
terulang kembali setiap 3 hari.
4. Malaria yang disebabkan oleh Plasmodium ovale.
16
Merupakan malaria yang paling jarang ditemukan.

3. Amubiasis
Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Pada
sebagian manusia, merupakan carrier asimtomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare
ringan yang kronis sampai disentri berat. Diantara komplikasi ekstraintestinal, yang paling
sering timbul ialah abses hati, yang bisa rupture kedalam peritoneum, pleura, paru-paru
atau pericardium.
Gejala Klinis :
- Buang air besar berisi darah atau lendir
- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Turun berat badan
- Demam dan rasa dingin.
- Yang adakalanya, infeksi/peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan
dan menyebabkan suatu bisul seperti amuba. Salah satu dari organ/ bagian badan
yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis.

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
- Darah Lengkap : trombositopenia, hemokonsentrasi, bleeding time memanjang.
- Urine : albuminuria ringan

2. Malaria
- Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk
melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoid yang berbentuk cincin.

3. Amubiasis
Diagnosa disentri amuba usus didasarkan atas identifikasi organisme itu dari tinja atau
jaringan. Tinja yang terbentuk mula-mula diperiksa dalam preparat basah dengan saline
atau yodium untuk mencari kista amuba; metode kosentrasi seperti teknik formalin eter
meningkatkan hasil penemuan tersebut 2-3 kali. Pemberian warna supravital seperti biru
metilen yang dibufer ke larutan saline memperjelas gambaran inti dan mengurangi salan
taksir antara leukosit fakal dengan trombosit amuba. Identifikasi E.histolytica memerlukan
pemeriksaan preparat yang sudah diwarnai premanen dari material yang diawetkan dengan

17
polivinil alcohol. Diperlukan micrometer okuler untuk membedakan E. hartmanni dari
keluarganya yang lebih besar. Untuk itu sebaiknya tinja diperiksa sebelum pemberian
obat-obatan antimikroba, antidiare atau preparat antisida, sebab semua obat-obatan ini
mempengaruhi usaha menemukan amuba. Demikian pula pemberian enema dan prosedur
radiologic yang memakai barium sulfat sebaiknya ditunda sampai selasai pemeriksaan E.
histolytica.

Sukar membuat diagnosa disentri amuba ekstraintestinalis. Biasanya tak dapat


ditemukan parasit dari tinja atau jaringan. Mungkin melakukan biakan amuba dari tinja
atau jaringan. Mungkin melekukan biakan amuba dari tinja atau pus tetapi kebanyakan
laboratorium tak bisa melakukannya. Prosedur diagnose terpenting pada yang dicurigai
menderita abses hepatica adalah ba. Responnya sering dramatic selama 3hari.
Tes-tes serologi yang memakai antigen murni adalah positif pada hampir semua penderita
yang terbukti menderita abses hepatica amuba dan pada sebagian besar penderita disentri
amuba akuta. Tes-tes ini umumnya negatife pada orang pengeluar kista yang asimtomatik,
menggambarkan bahwa diperlukan invasi kejaringan untuk pembentukan antibody.

18
BAB VIII
TESIS AKHIR

Berdasarkan riwayat penyakit pemeriksaan fisik yang teliti maka dapat ditegakkan
diagnosa akhir yaitu : Demam Tifoid.
Demam Tifoid merupakan demam yang ditimbulkan karena infeksi bakteri Salmonella
typhosa, yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan.
Gejala klinis :
- nyeri pada hepar dan lien
- demam lebih dari seminggu
- lidah kotor. Bagian tengahnya berwarna putih, dan tepi berwarna merah.
- mual berat dan muntah
- diare
- Kadang konstipasi
- Lemas, pusing, sakit perut. Hepato-splenomegali menyebabkan rasa sakit di perut
- pingsan.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis:


1. Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan karena indikasi penyakit infeksi, hasil dari
pemeriksaan diharapkan sebagai berikut:
- Hb
Karena tidak ada ditemukan gejala anemia maka nilai Hb diharapkan normal.
- Jumlah Eritrosit (RBC)
Dalam kasus infeksi/radang diperlukan jumlah eritrosit yang lebih banyak karena
sel/jaringan yang mengalami injuri atau mengalami peradangan tentunya memerlukan
lebih banyak O2 untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dalam hal ini sel darah yang
dapat mengangkutnya adalah eritrosit.
- Jumlah Leukosit (WBC)
Agent penginfeksi yang dalam hal ini adalah mikroorganisme (bakteri) akan
merangsang sistem imunitas tubuh baik yang spesifik (antibodi) dan yang non spesifik
(Sel fagosit, Interferon jalur alternatif). Dalam hal ini sel fagosit adalah Netrofil dan
Makrofag. Jadi apabila terjadi infeksi sel-sel fagosit akan menjadi lebih aktif untuk
19
memfagositosis infeksius agent. Sehingga secara tak langsung jumlah leukosit total
akan meningkat.
- Hitung Jenis (diff.count)
Hitung jenis leukosit yang terdiri dari: Eo/Ba/St/Seg/Limf/Mo, dalam kasus infeksi
akan terjadi peningkatan jumlah sel- sel fagosit dalam hal ini adalah stab netrofil dan
Segment Netrofil sehingga akan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah sel yang
terdapat di sebelah kiri istilahnya: Shift to the left.
- Jumlah Trombosit (PLT)
Pemeriksaan jumlah trombosit sangat vital dalam kasus demam yang melebihi hari,
kecurigaan tentunya diarahkan pada Demam Berdarah Dengue apabila ditemukan
jumlah total trombosit yang kurang dari harga normal (150.000-400.000/ml darah).
Namun apabila jumlah total trombosit yang ditemukan ternyata masih dalam keadaan
normal maka kecurigaan diarahkan pada Typhoid Fever yang akan dipastikan
pemeriksaan lainnya yaitu pada Uji Widal.
- Laju Endap Darah (LED/ESR)
Laju Endap Darah didefiniskan sebagai kecepatan sel darah mengendap dalam waktu
tertentu (jam). Dalam kasus infeksi karena terjdai peningkatan jumlah sel darah baik
eritrosit maupun leukosit maka kemampuannya untuk mengendap pun akan
meningkat.
- Hematokrit (HCT/PCV)
Karena jumlah eritrosit dalam keadaan ini meningkat maka rasionya per plasma akan
meningkat juga. Hematokrit akan meningkat.
- Indeks Eritrosit
Karena tidak ditemukan gejala anemia maka nilai Indeks Eritrosit diharapkan akan
normal.

2. Uji Widal
- Uji widal adalah uji aglutinasi yang menggunakan suspensi kuman Salmonella typhii
sebagai antien untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhii dalam
serum pasien. Antigen yang digunakan adalah Antigen H (Flagellar) dan Antigen O
(Somatik)
- Dalam hal ini Uji Widal dilakukan sebagai indikasi adanya demam tifoid.
- Uji Widal menggunakan cara klasik dengan menggunakan tabung (Tube Aglutination
Test), dengan rincian sebagai berikut:
20
Tabung I II III IV V
Larutan 0,9 0,5 0,5 0,5 0,5
garam
fisiologis
(ml)
Serum 0,1 0,5 0,5 0,5 0,5
pasien (ml)
Suspensi 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
antigen (ml)
Titer 1/10 1/20 1/40 1/80 1/160
antibodi

- Dengan keterangan sebagai berikut: Tabung I = solut : 0,1 ml serum pasien, solven: 0,9
larutan garam fisiologis -> 0,1 dibagi 0,9 + 0,1 = 0,1/0,1 = 1/10. Tabung II = 0,5 ml
campuran larutan garam fisiologis dan serum pasien tabung I (1/10) + 0,5 ml larutan
garam fisiologis tabung II = 1/20
Titer 1/10 mengandung arti dalam 1 ml serum terdapat 10 unit antibodi
Cara menentukan titer antibodi sebagai berikut:

Tabung I II III IV V
Titer 1/10 1/20 1/40 1/80 1/160
Deretan + + - - -
Tabung + + + - -
+ + + + +

- Keterangan: tanda (+) berarti terjadi aglutinat yaitu terjadi reaksi antigen antibodi dan
yang digunakan adalah tabung aglutinat terakhir (titer 1/160)
- Uji widal dianggap positif apabila didapatkan titer 1/200 atau terjadi peningkatan
sebanyak 4x

3. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses termasuk dalam pemeriksaan yang spesifik. Digunakan untuk
menyingkirkan diagnosa banding. Secara umum pemeriksaan feses digunakan untuk
mencari telur cacing karena lingkungan penderita dengan sanitasi yang sangat kurang.

BAB IX
MEKANISME DIAGNOSIS

21
Anamnesa
DD:

Keluhan Utama Panas Badan -Demam Tifoid


-Demam
-panas badan sudah 5 hari Berdarah Dengue
-demam yang terus menerus (tidak naik
Riwayat Penyakit
turun) sehingga jadi gelisah
Sekarang
- tidak menggigil
- tidak sampai kejang
-badan terasa sakit semua
- Sering mengeluh mual, dan muntah
- BAB tidak teratur kadang tidak mau
keluar kadang seperti diare
-perut terasa kembung
-ada pusing- pusing
- panas sekarang diberi Paracetamol
-alergi obat (-)

-Sebelumnya tidak pernah kena penyakit yang seperti ini


Riwayat Penyakit
- 3 bulan yang lalu pernah sakit seperti ini menurut dokter
Dahulu
infeksi usus

Riwayat Penyakit
Tidak ada menderita penyakit
Keluarga
yang sama

Riwayat Sosial - suka minum dan makan sembarangan


-jarang mencuci makan kalo makan
- BAB menggunakan WC umum karena WC di rumah (-)
Vital Sign :
-Kadang suka minum air kran
Pemeriksaan Fisik Suhu = 370 – 380C (sub febris)
-Hidup di lingkungan yang padat
Tekanan Darah = 120/80 mmHg
RR = 18 kali/menit
Kepala:
Denyut Nadi = 80 kali/menit
a/ic/d = +/-/-/-
Hidung kadang disertai Epistaxis
Lidah kotor di tengah & Tremor 22
Leher:
Tanpa pembesaran KGB
Thorax:
-Cor : S1,S2 normal
Nyeri dada (-)
- Pulmo : Suara vesikuler,
ronki (-), Wheezing (-)

Abdomen:
-Simetris
-meteorismus +/-
-Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costa
-Terdapat pembesaran limpa

-Bising usus Normal

Genital:
Normal

Ekstremitas:
Rosella daerah punggung

Pemeriksaan
Laboratorium
Penunjang

Darah Lengkap Uji Widal

23
- Hb normal - didapatkan
-RBC meningkat peningkatan titer
- WBC meningkat sampai 4 kali
(lekositosis) - atau 1/200
- diff. count shift to the left
-LED meningkat
-HCT/PCV meningkat
-Trombosit normal
-Indeks Eritrosit normal

DEMAM TIFOID

24
BAB X
METODE TERAPI

A. Tujuan Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah membebaskan penderita dari keluhan demam dengan
segala akibat yang dapat ditimbulkan oleh demam itu sendiri. Dianjurkan pengobatan
simptomatik demam untuk mengurangi resiko demam tinggi dan kejang demam,
mengurangi perasaan tidak enak dimana orang tua juga pasti ikut cemas, mengurangi
pemakaian energi pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.

B. Prinsip Tindakan Medis

Penatalaksanaan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik dan obat-obatan
atau kombinasi keduanya.
1. Secara fisik:
Bukalah pakaian dan mantel yang berlebihan-lebihan.
a.. Memperhatikan aliran udara didalam ruangan
b.. Jalan napas harus terbuka
c.. Berikan cairan yang dingin melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya.
d.. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
e.. Kompres dengan air hangat. Tidak dianjurkan dengan alkohol.

2. Antipiretik:
Antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehingga set-point hipotalamus direndahkan kembali menjadi
normal, yang mana perintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.

Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah
antipiretik yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2
di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

25
Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.

Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada
sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi
racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk
memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg).
Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian
tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi dengan berat badan di bawah 10
kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat


menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung
sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi
(kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat
menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat
memicu risiko perdarahan. Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti
meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya
sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan
kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16
tahun.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar
5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau
parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa
menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini
jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam
yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

26
Jenis Lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi
jauh lebih toksik (membahayakan).

Terapi Suportif

Upaya Suportif yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak
juga mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan mengurangi
produksi lendir di saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan
muntah terus-menerus. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna, karena
demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak tidak harus
terus berbaring di tempat tidur, tetapi dijaga agar tidak melakukan aktivitas
berlebihan.

Mengompres anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel atau merasa
sangat tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 derajat Celsius. Mengompres
dapat dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat.
Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut.

Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45 menit.


Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal
ini.

Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya, memandikan atau


membasuhnya dengan air dingin, atau mengompresnya dengan alkohol. Jika nilai-
ambang hipotalamus sudah direndahkan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan
pakaian anak atau mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya
menggigil (dan tidak nyaman), sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada

27
pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap
melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah, dan adanya risiko toksisitas.

28
BAB XI
PROGNOSA DAN KOMPLIKASI

Untuk penderita demam tifoid, apabila keadaan berlangsung kronik dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, antara lain perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis,
ensephalopati, bronkopneumonia, hepatitis.

Prognosis
Dalam kasus ini, umumnya prognosis dapat dikatakan baik bila pasien cepat berobat.
Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris
kontinua, penurunan kesadaran, komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus,
dan gizi buruk.

29
KEPUSTAKAAN

Burnside, Mc Glynn. 1995. Adam’s Diagnosis Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2007. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Laboratorium Anatomi FK UWKS. 2008. Anatomi 2. Fakultas Kedokteran UWKS :


Surabaya.

Wilson, dan Price. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi Keenam. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Media Aesculapius :
Jakarta.

www.google.com

30

Anda mungkin juga menyukai