Anda di halaman 1dari 5

ANALISA JURNAL

“KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU”

DI RUANG PONEK RSUD Dr. MOEWARDI

OLEH:
META ALINTA WULANDARI
071182021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
ANALISA JURNAL

A. Substansi jurnal
1. Judul penelitian
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
2. Tahun terbit
Tahun 2014
3. Tahun penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013
4. Nama peneliti
Deanette M.R Aling, Juneke J.Kaeng dan John Wantania
5. Latar belakang
Riset World Health Organization (WHO) 2007 menunjukkan bahwa, KET
merupakan penyebab satu dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju.
Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari populasi masyarakat, angka
kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju,
menurut WHO.
Salah satu dari beberapa faktor risiko KET yang prominen adalah kegagalan
penggunaan kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan metode handal dalam mencegah
kehamilan, namun masih terdapat celah untuk terjadinya kegagalan dalam
pengunaannya. Pada sebagian kegagalan kontrasepsi, jumlah relatif kehamilan
ektopik meningkat. Contohnya antara lain, beberapa bentuk sterilisasi tuba, Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi darurat (EC) estrogen dosis tinggi
dan mini pills yang hanya mengandung progestin.
Studi meta analisis literatur mengenai hubungan penggunaan dan risiko
kehamilan ektopik dari tahun 1977 sampai 1994 oleh Department of Epidemiology
and Social Medicine University of Brussels, Belgium menemukan Odds Ratio (OR)
gabungan 10,63 pada wanita pengguna AKDR dibandingkan dengan dengan wanita
hamil sebagai variable kontrol. Hal ini menunjukkan signifikansi hubungan antara
penggunaan AKDR dengan KET, dengan hasil OR lebih besar dari nilai p = 0,05.
B. Formulasi PICO
Judul Jurnal : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

No Poin analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1. Problem (P) Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir
abortus, dan sekitar 16 % kematian perdarahan pada kehamilan
dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah. Di Indonesia
frekuensi kehamilan ektopik bervariasi antara 1 dalam 28 persalinan
sampai 1 dalam 329 persalinan (Hotmian Sara Zevo
Tamba, 2017).

2. Intervention (I) Pemberian asi sesegera mungkin setelah bayi lahur dan secara ekslusif
Skin-to-Skin dimulai segera setelah lahir, lama dari kontak kulit-ke-kulit
yang tidak terputus, menghilangkan suplementasi ASI yang sehat, bayi
baru lahir
3. Comparator (C) Perbandingan dalam jurnal didukung oleh beberapa jurnal lainnya seperti:
Dalam jurnal dijelaskan salah satu keuntungan menyusui adalah
meningkatkan hubungan antara bayi dan ibu hal tersebut juga dileaskan
oleh(Moore, Anderson, Bergman & Doswell, 2012) “Memang, diteorikan
bahwa banyak dari manfaat kesehatan yang diidentifikasi dari menyusui
mungkin terkait dengan tidak hanya komposisi ASI, tetapi juga dengan
kontak erat antara ibu dan bayinya selama menyusui”
Keuntungan secara finansial dalam menyusui sanfatlah banyak dalam
penelitian ini itu didukung dengan penelitian dari (Bartick & Reinhold,
2010), dimana peneliti menjelaskan “Selain banyak manfaat kesehatan
yang terkait dengan menyusui, ada sejumlah manfaat finansial untuk
keluarga, masyarakat, asuransi publik dan swasta, pengusaha, dan
program pemerintah. Dalam analisis biaya manfaat finansial dari
menyusui, penulis menyimpulkan bahwa jika 90% dari ibu baru menyusui
secara eksklusif selama enam bulan, 13 miliar dolar perawatan kesehatan
akan dihemat “
4. Outcome (O) 1. Jurnal ini memaparkan Manfaat Fisiologis dan Psikososial dari
Menyusui
a. Untuk bayi, menyusui memiliki manfaat kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, menyusui mengurangi
risiko gastroenteritis, necrotizing enterocolitis, infeksi telinga,
nyeri setelah prosedur ringan, rawat inap di rumah sakit, infeksi
pernafasan, Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), dan infeksi
saluran kemih. Dalam jangka panjang, menyusui mengurangi
risiko asma, dermatitis atopik, penyakit kardiovaskular, penyakit
seliaka, diabetes, penyakit radang usus, obesitas, dan gangguan
pernapasan saat tidur. Lebih lanjut, menyusui dikaitkan dengan
peningkatan kognisi dan perkembangan saraf
b. Menyusui juga bermanfaat bagi kesehatan ibu. Keuntungan
postpartum termasuk penurunan kehilangan darah, risiko infeksi
postpartum dan anemia yang lebih rendah, dan penurunan berat
badan yang lebih besar. Menyusui juga telah dikaitkan dengan
pengurangan risiko penyakit ibu di kemudian hari termasuk kanker
payudara, diabetes (tipe II), hipertensi, penyakit kardiovaskular,
sindrom metabolik kanker ovarium, osteoporosis, dan artritis
reumatoid
c. Menyusui meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi lainnya
dengan meningkatkan ikatan. Misalnya, kontak kulit ke kulit
selama menyusui telah terbukti meningkatkan tanda vital bayi,
terutama segera setelah lahir
2. Manfaat menyusui untuk lingkungan
a. Ketika seorang bayi disusui, keluarga menghemat sekitar RP.
15.000.000,00 / tahun untuk biaya tidak langsung untuk memupuk
persediaan dan susu formula. Keluarga juga menghemat biaya
tidak langsung terkait dengan lebih sedikit tagihan medis dan lebih
sedikit hari kerja yang hilang karena bayi lebih sehat (USDHHS,
2011)
b. Menyusui secara ekslusif merupakan kondisi lingkungan tertentu
dan tidak memerlukan pabrik, pengemasan, penyimpanan,
transportasi, atau pendinginan itu tidak menghasilkan limbah dan
merupakan sumber daya terbarukan (Save the Children, 2012).
Para peneliti memperkirakan bahwa untuk setiap satu juta bayi
yang diberi susu formula, 150 juta kontainer yang digunakan
dalam pengemasan paket dibuang, banyak di tanah (USDHHS,
2011).

Anda mungkin juga menyukai