Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI DAN PENERAPANNYA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. NETHA DAMAYANTHIE M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. ABDURRAHIM PO.71.20.1.15.120
2. ARGA KURNIAWAN PO.71.20.1.15.121
3. NURUL ALFATARISYA PO.71.20.1.15.138
4. RIKO APRIZAL PO.71.20.1.15.141

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN D-IV KEPERAWATAN
TAHUN 2016/2017
A. PENGERTIAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005).

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi


dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk
sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk
yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk
melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi
menjadi lima, yaitu :

1. Proses penganggaran
2. Proses penyusunan kegiatan
3. Proses pembahasan
4. Proses pengawasan
5. Proses evaluasi.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,


laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan


proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan
alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan
dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek
mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis.

Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan


dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara


terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.

3. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiri dari lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran
dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan
tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan
dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam
tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung
arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja
yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian
pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem
informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila
didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor
penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
B. CONTOH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

Pada study kasus penerapan prinsip-prinsip anti korupsi ini akan mengambil contoh
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Poltekkes
Kemenkes Jambi.
Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Poltekkes Kemenkes Jambi adalah sebuah wadah
mahasiswa Poltekkes jambi untuk berorganisasi. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
memiliki program kerja khususnya untuk biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) yaitu
salah satunya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan dilaksanakan pada
hari mingggu 26 januari 2017.
Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.

A SEKSI PERLENGKAPAN
1. Dekorasi Rp 500.000,-
2. 2 Spanduk 4m 1m @150.000 Rp 300.000,-
3. Sewa Tempat Rp 250.000,-
Subtotal Rp 1.050.000,-
B SEKSI KONSUMSI
1. Makanan @ 15.000,- x 250 Rp 3.750.000,-
2. Snack Rp 250.000,-
Subtotal Rp 4.000.000,-
C SEKSI ACARA
1. Ceramah Agama Rp 400.000,-
2. Habsy Rp 400.000,-
Subtotal Rp 800.000,-
D SEKSI SEKRETARIAT
1. Fotocopy Rp 210.000,-
2. Map Rp 10.000,-
3. Lain-lain Rp 190.000,-
Subtotal Rp 410.000,-
E SEKSI DOKUMENTASI
1. Cetak foto Rp 150.000,-
Rp 100.000,-
2. 2 kaset video @ 50.000 Rp 250.000,-
Subtotal
F HUMAS
Transportasi Rp 75.000,-

G USAHA DANA
Pembuatan kotak sumbangan Rp 75.000,-

JUMLAH TOTAL Rp.6.660.000


,-

RENCANA ANGGARAN DANA PENDAPATAN


Dana Mahasiswa @ Rp 20.000,- x 200 orang Rp. 4.000.000,-
Kekurangan dana anggaran Rp. 2.660.000,-

Jambi, 9 Januari 2017


Ketua Panitia Sekretaris

RIKO APRIZAL NURUL ALFATARISYA


1. Akuntabilitas
Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang mana ketua
panitia melaporkan kepada para undangan.

2. Transparasi
a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana
dari kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat dan
diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di Poltekkes
Kemenkes Jambi.
c. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen, Presiden
BEM, dan perwakilan dari semua HMJ (Himpuanan Mahasiswa Jurusan) sehingga
tidak terjadi kesalahan komunikasi dan diharapkan mendapatkan dukungan dari
semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dari
Dosen pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat
disampaikan oleh semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai
kekurangan sehingga akan memperbaikinya.

3. Kewajaran (Fairness)
Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :
a. Komprehensif dan disiplin
Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana yang
dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan
untuk tercapainya kegiatan tersebut.
b. Fleksibilitas
Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda seksi.
c. Terprediksi
Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak dana yang
diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang
dibutuhkan.
d. Kejujuran
Langkah ini ditunjukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh
pemesanan makanan/snack yang dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti
nota dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.
e. Informatif
Langkah ini ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang
rincian penggunaan dana oleh masing-masing seksi.

4. Kebijakan Anti Korupsi


Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi penyimpangan terdapat empat aspek kebijakan
anti korupsi yaitu:
a. Isi
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan kegiatan ini :
Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapat yang
diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.
Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana yang diperlukan
masing-masing seksi.
Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.
Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam waktu kurang
dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.
b. Pembuat
Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.
c. Pelaksana
Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.
d. Kultur
Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa terkecuali ataupun
merasa terpaksa.
5. Kontrol Kebijakan
Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Partisipasi
Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan yang telah
dibuat.
b. Evolusi
Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan alternatif
kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan kondisi.
c. Reformasi
Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang di
usulkan serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan oleh anggota kepanitiaan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA :

Kemindikbud RI.2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Kemendikbud


http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-pendidikan-anti-korupsi-
1.html#ixzz3GPWWThM1
http://diskopukm.natunakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:komitmen
-anti-korupsi&catid=58&Itemid=1150

Anda mungkin juga menyukai