DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
1. ABDURRAHIM PO.71.20.1.15.120
2. ARGA KURNIAWAN PO.71.20.1.15.121
3. NURUL ALFATARISYA PO.71.20.1.15.138
4. RIKO APRIZAL PO.71.20.1.15.141
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005).
2. Transparansi
1. Proses penganggaran
2. Proses penyusunan kegiatan
3. Proses pembahasan
4. Proses pengawasan
5. Proses evaluasi.
3. Kewajaran
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila
didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor
penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
B. CONTOH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI
Pada study kasus penerapan prinsip-prinsip anti korupsi ini akan mengambil contoh
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Poltekkes
Kemenkes Jambi.
Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Poltekkes Kemenkes Jambi adalah sebuah wadah
mahasiswa Poltekkes jambi untuk berorganisasi. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
memiliki program kerja khususnya untuk biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) yaitu
salah satunya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan dilaksanakan pada
hari mingggu 26 januari 2017.
Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.
A SEKSI PERLENGKAPAN
1. Dekorasi Rp 500.000,-
2. 2 Spanduk 4m 1m @150.000 Rp 300.000,-
3. Sewa Tempat Rp 250.000,-
Subtotal Rp 1.050.000,-
B SEKSI KONSUMSI
1. Makanan @ 15.000,- x 250 Rp 3.750.000,-
2. Snack Rp 250.000,-
Subtotal Rp 4.000.000,-
C SEKSI ACARA
1. Ceramah Agama Rp 400.000,-
2. Habsy Rp 400.000,-
Subtotal Rp 800.000,-
D SEKSI SEKRETARIAT
1. Fotocopy Rp 210.000,-
2. Map Rp 10.000,-
3. Lain-lain Rp 190.000,-
Subtotal Rp 410.000,-
E SEKSI DOKUMENTASI
1. Cetak foto Rp 150.000,-
Rp 100.000,-
2. 2 kaset video @ 50.000 Rp 250.000,-
Subtotal
F HUMAS
Transportasi Rp 75.000,-
G USAHA DANA
Pembuatan kotak sumbangan Rp 75.000,-
2. Transparasi
a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana
dari kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat dan
diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di Poltekkes
Kemenkes Jambi.
c. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen, Presiden
BEM, dan perwakilan dari semua HMJ (Himpuanan Mahasiswa Jurusan) sehingga
tidak terjadi kesalahan komunikasi dan diharapkan mendapatkan dukungan dari
semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dari
Dosen pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat
disampaikan oleh semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai
kekurangan sehingga akan memperbaikinya.
3. Kewajaran (Fairness)
Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :
a. Komprehensif dan disiplin
Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana yang
dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan
untuk tercapainya kegiatan tersebut.
b. Fleksibilitas
Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda seksi.
c. Terprediksi
Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak dana yang
diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang
dibutuhkan.
d. Kejujuran
Langkah ini ditunjukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh
pemesanan makanan/snack yang dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti
nota dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.
e. Informatif
Langkah ini ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang
rincian penggunaan dana oleh masing-masing seksi.