Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS TIPE 1

DI POLIKLINIK ANAK RSUD SLEMAN

Disusun Oleh :
Aga Rahma Putri P07120217002
Lantana Camarasari P07120217024
Siti Nur K P07120217036

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Diabetes Melitus Tipe 1
Sasaran : Pasien, Keluarga Pasien, dan Pengunjung
Hari/Tanggal : Jumat, 21 Agustus 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Tunggu Poli Anak RSUD Sleman
1. Pendahuluan
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis
pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien
diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada
penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan
perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas
rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga
terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya
disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya
tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah
pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes,
5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai
diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada
anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar
gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul
gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga
sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
2. Tujuan Instruksional
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan tentang diabetes melitus tipe 1
diharapakan peserta penyuluhan mampu mengerti dan menyadari bahaya yang
ditimbulkan serta pentingnya pencegahan dan perawatan penyakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan orang tua klien mampu:
1. Untuk mengetahui Pengertian diabetes melitus tipe 1
2. Untuk mengetahui Penyebab diabetes mellitus tipe 1
3. Untuk mengetahui Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
4. Untuk mengetahui Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
5. Untuk mengetahui Klasifikasi diabetes melitus
6. Untuk mengetahui Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
8. Untuk mengetahui Komplikasi diabetes melitus

3. Analisa Situasi
a. Sasaran
a. Orang tua dari klien yang berkunjung ke Poli Anak RSUD Sleman
b. Minat dan perhatian dalam menerima materi penyuluhan cukup baik.
c. Interaksi antara penyuluh dan audience cukup baik.
b. Penyuluh
a. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
b. Mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan dengan metode yang baik
dan benar.
c. Ruangan
a. Di Poli Anak RSUD Sleman
b. Ruangan cukup memadai untuk menampung 15 orang.
c. Penerangan, ventilasi cukup baik, suasana cukup kondusif untuk
terlaksananya kegiatan penyuluhan.
4. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diabetes melitus tipe 1
2. Penyebab diabetes mellitus tipe 1
3. Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
4. Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
5. Klasifikasi diabetes melitus
6. Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
7. Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
8. Komplikasi diabetes melitus
5. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
6. Media
a. LCD
b. Leaflet

7. Proses Penyuluhan
Tahap Kegiatan Peserta
Kegiatan Penyuluh Metode Waktu
Kegiatan Penyuluh
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menyambut Ceramah 3 menit
2. Memperkenalkan diri salam.
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan
umum dan khusus dari 3. Memberikan
penyuluhan respon positif
4. Melakukan kontrak 4. Memperhatikan
waktu 5. Menjawab
5. Menyebutkan materi pertanyaan
penyuluhan yang akan
diberikan
6. Menggali pengetahuan
audience
Penyampaian 1. Pengertian Diabetes melitus Mendengarkan,me Ceramah 10
materi tipe 1 nyimak, tanya menit
2. Penyebab Diabetes Mellitus jawab, dan
Tipe 1 menjawab
3. Perjalanan penyakit pertanyaan dari
Diabetes Melitus Tipe 1 audien
4. Deteksi Dini Diabetes
Melitus Tipe 1 Pada Anak
5. Klasifikasi Diabetes Melitus
6. Kriteria Diagnostik
Diabetes Melitus Tipe 1
7. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Tipe 1
8. Komplikasi Diabetes
Melitus
9. Memberikan kesempatan
pada audien untuk bertanya
Penutup 1. Mengevaluasi 1. Audien Tanya 7 menit
pengetahuan peserta dengan menjawab jawab
menanyakan materi yang pertanyaan dan
sudah dijelaskan: penyaji mendengarkan
kepada audien jawaban audien
2. Menutup penyuluhan 2. Memperhatikan
(salam) 3. Menjawab
salam

8. Evaluasi
A. Evaluasi
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di poli anak RSU Sleman
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
B. Evaluasi proses
1) Peserta antusias dengan materi penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan tanpa alasan
penting
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan memahami pertanyaan dengan baik
C. Evaluasi hasil
Peserta penyuluhan mengerti dan memahami tentang Demam berdarah sesuai
tujuan khusus meliputi :
1) Pengertian Diabetes melitus tipe 1
2) Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 1
3) Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
4) Deteksi Dini Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak
5) Klasifikasi Diabetes Melitus
6) Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus Tipe 1
7) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1
8) Komplikasi Diabetes Melitus
9) Peserta penyuluhan memberikan pertanyaan tentang judul dan permasalahan
yang dialaminya serta cara mengatasinya.
LEMBAR OBSERVASI
Peserta Penyuluhan Poli Anak RSUD Sleman
Topik : Diabetes Melitus Tipe 1
Hari/tanggal : Jumat, 21 Agustus 2020
Tempat : di Poli Anak RSUD Sleman
WAKTU KEGIATAN
PEMBUKAAN
PENYAJIAN MATERI
DISKUSI
Pertanyaan:

PENUTUP:

Lampiran Materi
A. Pengertian Diabetes melitus tipe 1
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan
tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi
defisit absolut insulin. Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (Childhood-
onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM)
adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, karena itu
anak harus mendapatkan suntikan insulin seumur hidupnya. Gejala diabetes tipe
1 tidak begitu jelas dan baru diketahui pada tahap lanjut. Dengan deteksi dini
dan pengelolaan penyakit yang tepat, anak dengan diabetes bisa hidup sehat dan
normal.
Diabetes tipe 1 biasanya mengenai anak-anak dan remaja.
Penyakit diabetes timbul karena imunitas tubuh menghancurkan sendiri insulin
yang diproduksi sel beta dari pankreas. Pemicunya bisa karena faktor genetik
atau serangan virus. Pada tipe tersebut, pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga untuk bertahan hidup pasien harus diberikan insulin dari luar
dengan cara disuntikkan. Biasanya pada diabetes tipe 1 gejala dan tandanya
muncul mendadak.

B. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 1


1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali
lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau
DR4).

2. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Hal ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin endogen atau internal terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe 1.
3. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

C. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1


Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik.
Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang
antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel
B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok
(mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh
sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi.
Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi
atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan
sel B setelah infeksi virus. Gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen
yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregres.

D. Deteksi Dini Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak


Diabetes Melitus (DM) tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak
terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas, bahkan
hingga sampai ke gejala lanjut seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas,
dan koma pun diagnosis belum bisa ditegakkan. Gejala-gejala tersebut bisa
dikatakan umum sehingga sering disalahartikan sebagai penyakit usus buntu
atau infeksi. Padahal kesalahan atau keterlambatan diagnosis dapat
mengakibatkan kematian.
Orangtua sebaiknya segera mengonsultasikan ke dokter spesialis anak
dan melakukan pemeriksaan gula darah atau gula dalam urine bila menjumpai
gejala-gejala berikut pada anak:
1. Sering sekali buang air kecil atau mengompol, karena tubuh berusaha
mengeluarkan glukosa yang berlebihan lewat urine.
2. Banyak minum, untuk mengantikan cairan yang keluar saat buang air kecil.
3. Mudah lapar, si kecil mengonsumsi banyak makanan, namun tidak diiringi
dengan peningkatan berat badan. Sebaliknya berat badan justru menurun
tanpa sebab yang jelas walaupun porsi makan si kecil lebih banyak dari
biasanya.
4. Cepat lelah, karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi.
5. Penurunan berat badan. Meskipun anak makan melebihi biasanya, tapi anak-
anak tetap kehilangan berat badannya. Tanpa adanya asupan energi dari gula,
maka jaringan otot dan cadangan lemak akan menyusut. Penurunan berat
badan yang tidak bisa dijelaskan seringkali menjadi gejala pertama yang
diperhatikan.
6. Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Anak-anak dengan diabetes
tipe 1 yang belum terdiagnosis seringkali menjadi mudah marah atau tiba-tiba
menjadi murung dan kesal.
7. Penglihatan yang kabur. Jika gula darah anak terlalu tinggi, maka cairan dapat
ditarik dari lensa mata sehingga mempengaruhi kemampuan anak untuk bisa
fokus dengan jelas.
8. Infeksi jamur. Adanya infeksi jamur pada alat kelamin bisa menjadi tanda
pertama dari diabetes tipe 1 pada anak perempuan.

E. Klasifikasi Diabetes Melitus


1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes
Mellitus Tergantung Insulin (DMTI).
Disebabkan oleh distruksi sel Beta pulau langerhans akibat proses auto imun
dan idiopatik. Sebagian besar kasus dimulai pada masa kecil dengan gejala
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan, rasa haus dan
buang air kecil berlebihan, dan penglihatan kabur. Diabetes tipe 1 juga dapat
didiagnosis pada orang dewasa, meskipun kurang umum. Diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin.
2. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) /Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel
beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defisiensi insulin, ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas
mengalami desentisisasi terhadap glukosa.

3. Diabetes tipe lain.


a. Defek genetic fungsi sel beta:
1) Maturity Onset Diabetes of the young (MODY) 1,2,3
2) DNA mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin.
c. Penyakit eksokrin pancreas
1) Pancreatitis
2) Tumor / Pankreatektomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
d. Endrokinopati : akromegali,sindrom chusing, feokromositoma dan
hipertiroidisme.
e. Karena obat / zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukortikoid , hormone tiroid
3) Tiazid, dilantin,interferon alpha dan lain lain.
f. Infeksi :rubella congenital, sito megalovirus.
g. Penyebab imunologi yang jarang : anti body anti insulin.
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM ; sindrom down,
sindrom klinefelter, sindrom turner dan lain lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
Diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, DM ini di anggap dari
peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan
yang terus menerus tinggi selama kehamilan, hormon estrogen dan
pertumbuhan merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan
gambaran sekresi belebihan insulin seperti DM tipe II.

F. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus Tipe 1


Diagnosis didapatkan dari anamnesis, gejala klinis, serta data
laboratorium, dengan kriteria data lab: Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).

Tabel 1. Kadar Darah Sewaktu Dan Puasa Menurut WHO


Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah
sewaktu:
1.      Plasma vena < 100 100 – 200 >200
2.      Darah kapiler < 80 80 – 200 >200
Kadar glukosa darah
puasa:
1.      Plasma vena < 110 110 – 120 >126
2.      Darah kapiler < 90 90 – 110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

G. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1


Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan
dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kriteria
pengendalian DM dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus


Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
- puasa 80-109 110-139 >140
-2 jam 110-159 160-199 >200
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25 atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau
<20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90- >160/95
95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang


mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin.
Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh
lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1 dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang DM maupun
keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip
penatalaksanaan diabetes.

Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :


1. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
Penghentian suntikan akan menimbulkan komplikasi akut dan bisa fatal
akibatnya.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan
terapi ini terutama untuk :
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti
program diet dan olahraga secara teratur. Sebelum membahas mengenai cara
kerja pompa insulin pada pengobatan diabetes melitus tipe 1, akan dijelaskan
mengenai cara kerja dan jenis insulin.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan
glukosa. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa dan masuk ke peredaran darah,
dan glukosa darah dapat meningkat. Secara terus menerus pankreas melepaskan
insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, glukosa meningkat di dalam
peredaran darah dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga meningkat. Tugas
pokok insulin adalah mengatur pengangkutan atau masuknya glukosa dari darah
ke dalam sel sehingga glukosa darah bisa turun. Jadi, insulin berperan dalam
mengatur kestabilan glukosa di dalam darah. Insulin juga bekerja di hati. Setelah
makan, kadar insulin meningkat dan membantu penimbunan glukosa di hati.
Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi
glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam
kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga
insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian
insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc),
suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntikan ke dalam pembuluh
vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa
(insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin
medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja
insulin tersebut, yakni :
1) Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2) Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3) Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4) Mixed Insulin
5) Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6) Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

Tabel 3. Insulin Yang Tersedia Dan Yang Akan Tersedia Di Indonesia


Tipe Insulin Mulai Puncak Lama Kerja
Kerja
Ultra Short Acting (Quick-Acting, Rapid 15-30 min 60-90 min 3-5 hr
Acting) Insulin Analogues
Insulin Aspart (NovoRapid, Novolog)
Insulin Lispro (Humalog)
Short-Acting (Soluble, Neutral) 30-60 min 2-4 hr 6-8 hr
Insulin Reguler, Actrapid, Humulin R
Intermediate-Acting (Isophane) 1-2 hr 4-8 hr 16-24 hr
Insulatard, Humulin N, NPH
Long-Acting Insulin (Zinc-based) 1-3 hr 4-12 hr 16-24 hr
Monotard, Humulin Lente, Humulin Zn
Very Long Acting Insulin 2-4 hr 4-24hr 24-36 hr
Insulin Glargine (Lantus) (nopeak)
Insulin Detemir (Levemir)
Mixed Insulin (Short + Intermedidiate-Acting 30 min 2-8 hr 24 hr
Insulin)
Mixtard 30/70, NovoMix, Humulin 30/70

2. Penatalaksanaan diet
Salah satu langkah pertama dalam menangani DM tipe 1 adalah dengan
kontrol diet. Penatalaksanaan diet meliputi edukasi waktu, jumlah, jadwal,
atau jenis makanan untuk mencegah hipoglikemia atau hiperglikemia post
prandial. Semua pasien dengan insulin sebaiknya memiliki perencanaan diet
yang baik seperti intake kalori perhari; jumlah karbohidrat, lemak, dan
protein; dan bagaimana membagi kalori antara makan dan snack. Idealnya,
diet tap pasien DM dibuat individual sesuai kebutuhan. 
a. Distribusi kalori sangat penting diperhatikan; rekomendasi yang biasa
adalah 20% dari kalori harian untuk sarapan, 35% untuk makan siang,
30% untuk makan malam, dan 15% untuk snack sore. 
b. Kebutuhan protein minimum untuk nutrisi yang baik adalah 0,9 g/kg/hari
(range = 1-1,5 g/kg/hari) tetapi intake protein harus dikurangi bila ada
nefropati. 
c. Intake lemak sebaiknya dibatasi hingga 30% atau kurang dari kalori total.
Diet rendah kolesterol direkomendasikan untuk DM.
d. Pasien sebaiknya mengkonsumsi sukrosa dan menambah intake serat. Pada
beberapa kasus, snack pagi dan siang penting untuk mencegah
hipoglikemia. 
e. Latihan jasmani
Pasien seharusnya dimotivasi untuk berolahraga teratur. Edukasi pasien
tentang bagaimana efek olahraga terhadap kadar glukosa darah. Jika pasien
berolahraga keras atau lebih dari 30 menit, dikhawatirkan kemungkinan
hipoglikemia. Untuk mencegah hipoglikemia, mereka di edukasi untuk
menurunkan insulinnya 10-20% atau menambah ekstra snack. Pasien-
pasien ini juga harus dapat mempertahankan status hidrasinya selama
olahraga. 
3. Edukasi
Memberikan pendidikan terhadap pasien dan keluarga apabila telah
terdiagnosa diabetes mellitus, diantaranya:
a. Patofisiologi dari hiperglikemi dan hipoglikemi
b. Bagaimana hidup dengan atau tanpa diabetes mellitus
c. Selalu memonitor gula darah
d. Bagaimana mencapai target gula darah
e. Home monitoring
Pasien dan keluarga melakukan pemantauan secara mandiri untuk
mengetahui kadar gula darah, serta dapat melakukan penatalaksanan sendiri
dirumah.
H. Komplikasi
1. Akut.
a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.

Daftar Pustaka

Baradeo, Mary., Siswadi, Yakobus. (2008). Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Maruaba, Chandranita. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai