Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sakit perut ataupun nyeri abdomen merupakan salah satu keluhan


yang sangat sering menyebabkan seorang anak dibawa berobat ke dokter.
Secara umum, sakit perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan
dengan kelainan organik, sedangkan sakit perut yang berlangsung kronis
atau berulang lebih merupakan suatu kelainan fungsional. Walaupun
demikian tidak jarang ditemukan keadaan yang sebaliknya; sakit perut
berulang sebagai manifestasi klinis dari suatu kelainan organik, sedangkan
sakit perut akut merupakan suatu episode awal dari rangkaian sakit perut
berulang sebagai akibat kelainan fungsional (Hegar, 2003).
Tidak semua sakit perut berpangkal dari lesi yang ada di dalam
abdomen, tetapi mungkin juga berasal dari daerah di luar abdomen. Bila
keluhan ini diperiksa pada dokter, ternyata hanya kurang lebih 10% dari
keluhan tersebut yang memerluka tindakan pembedahan. Secara individual
setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap rasa nyeri abdomen
ini, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang
pasti sulit diketahui (Wiryati, 2007).
Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak
perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak
laki-laki. Delapan puluh persen kasus sakit perut berulang disebabkan
kelainan fungsional saluran cerna. Dan sekitar 5–15,6% sakit perut
berulang disebabkan oleh kelainan organik. Pada anak dibawah 4 tahun
sebagian besar penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak yang
lebih besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab
terbanyak (Boediarso, 1995).
Seorang anak kadang-kadang tidak hanya mengalami satu kali
sakit perut, tetapi berulang kali. Apley (1957) menyatakan seorang anak
mengalami serangan sakit perut berulang jika sekurang-kurangnya
mendapat serangan tiga kali dalam waktu 3 bulan. Pitono Soeparto dkk
(1981) melakukan pemeriksaan terhadap 48 anak dengan sakit perut
berulang. Dari 48 penderita ternyata 52,1% tidak diketahui penyebabnya,
22,9% dengan dasar kelainan emosi, 12,5% faktor alergi,ulkus pada 6,3%,
epilepsi 4,2% dan penyempitan duodenum 2,1% (Wiryati, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
untuk mengetahui masalah keperawatan medikal bedah khususnya
gangguan pada sistem pencernaan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian mengenai gangguan pada sistem
pencernaan.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan mengenai gangguan
pada sistem pencernaan.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan mengenai gangguan
pada sistem pencernaan.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan mengenai gangguan
pada sistem pencernaan.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan mengenai
gangguan pada sistem pencernaan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang


terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri
abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada


dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan
gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan
nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan
tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit
perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali
selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.

B. KLASIFIKASI

Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan
dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian
dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat
dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2
tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab
gastrointestinal dan luar gastrointestinal

Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan:


organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari
dulu penyebab organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan
penyebab psikogenik. Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan
waktu dan biaya. Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik
maka ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan
organik.
2. Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara
timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami
anak.
3. Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan
emosional meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi

C. ETIOLOGI

1. Faktor resiko

a. Nyeri akut

1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal

2) Menunjukan kerusakan

3) Posisi untuk mengurangi nyeri

4) Gerakan untuk melindungi

5) Tingkah laku berhati-hati

6) Muka dengan ekspresi nyeri

7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam,


menyeringai)

8) Fokus pada diri sendiri

9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat,


dan orang, proses berpilur)

10) Tingkah laku distraksi

11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh,


nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas
panjang, mengeluh)

13) Perubahan nafsu makan

b. Nyeri kronis

1) Perubahan berat badan

2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal

3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi,


focus pada diri sendiri

4) Perubahan pola tidur

5) Kelelahan

6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot

7) Takut cedera

8) Interaksi dengan orang lain menurun

2. Faktor predisposisi
a. Trauma

1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami


kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka

2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat


rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas

3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang


bersifat asam atau basa kuat

4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat


mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas

c. Peradangan

d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah

e. Trauma psikologis

3. Faktor presipitasi
a. Ligkungan

b. Suhu ekstrim

c. Kegiatan

d. Emosi

B. PATOFISIOLOGI

1. Teori pemisahan (Specificity theory)

Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui


karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan
berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori pola (Pathern theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla


spinalis dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang
merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi
menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)

Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya
berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar
akan mengakibatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan
tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat. Rangsangan saraf besar
dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.

4. Teori transmisi dan inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls


saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls
saraf. Pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan
endogen opials system supresif.

C. KOMPLIKASI

1. Gangguan pola istirahat tidur

2. Syok neurogenik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. CT scan

3. MRI

4. EKG
E. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital

2. Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri

3. Beri rasa aman

4. Sentuhan therapeutic

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai


keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit
berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada
pasien, diharapkan ada transfer energy.
5. Akupressure

Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri


6. Guided imagery

Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,


tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta
konsentrasi dari pasien.
7. Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai


sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang
mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
8. Anticipatory guidance

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.


9. Hipnotis

Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.


10. Biofeedback

Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi


tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter
terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan
migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pemberian analgesik

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan
jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri.
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo

Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik


seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
a. Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan
menghindari tekanan nyeri.
b. Data Objektif

Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu
meningkat.
2. Perencanaan

a. Prioritas

Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :


Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
b. Rencana keperawatan

1) Tujuan

Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.


2) Kriteria hasil

-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri


-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, lokasi,
1. Menentukan sejauhmana nyeri
frekuensi, dan skala nyeri yang dirasakan dan untuk
memudahkan member intervensi
2. Monitor tanda-tanda vital, perhatikan selanjutnya.
takikardia, hipertensi, dan peningkatan
2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit
pernafasan. dan ketidaknyamanan
3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
3. Membantu pasien menjadi rileks,
menurunkan rasa nyeri, serta mampu
mengalihkan perhatian pasien dari
4. Beri posisi yang nyaman untuk pasien nyeri yang dirasakan

4. Mengurangi rasa sakit,


5. Beri Health Education (HE) tentang meningkatkan sirkulasi, posisi
nyeri semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi
analgesik seperti 5. Pasien mengerti tentang nyeri yang
dirasakan dan menghindari hal-hal
yang dapat memperparah nyeri.
6. Menekan susunan saraf pusat pada
thalamus dan korteks serebri sehigga
dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan


sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan
yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi
(Tarwoto dan Wartonah, 2003).

4) Evaluasi

a) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8


menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.

b) Merasa nyaman dan dapat istirahat


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai