TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam
jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan
iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah
yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih
berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan
kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme
dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi
hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik
protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada
sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah
1. Epdermis
menerus mengalami mitosis, dan bergangti dengan yang baru sekitar 30 hari.
dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang di hasilkan oleh sel-
sel yang di sebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya
taahan tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh
Keratin adalah komponen utama appendix kulit : rambut dan kuku (craven, 2000).
yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang
yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang
berkulit cerah (misalnya: putting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah
yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi
dari merah meda dan hingga cerah. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi
warna kulit. Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila tiba oksigenasi darah
yang akan mencukupi, berwarna kuning-hijau pada penderita icterus, atau merah
atau terlihatFlushing bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara system saraf dan kemampuan kulit
untuk melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi
kanker.
2. Dermis
yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit.
terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk
kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari
permbuluh dara dan limfe, serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea. serta akar
rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, di sekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan
memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf
sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringant
dan palit (sebasea). Sel mast, yang mengeluarkan histamine selama cedera atau
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan
dapat dipertahankan. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis
memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan yang sangat
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak
dan jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, secara
Jaringa subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan factor penting
4. Rambut
rambut. Folikel rambut ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi
menjadi rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran
inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri
atas keratin mati dan dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan metionin,
yaitu asam amino yang mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat,
tahun, sedangkan stadium tolagen hanya bertahan sekitar 3 bulan saja. Begitu
folikel rambut mencapai stadium tolagen, maka rambut akan rontok. Pada
akhirnya foliker rambut akan mengalami regenerasi menjadi stadium anagen dan
akan terbentuk rambut baru. Aktivitas siklus folikel rambut ini satu dengan
kebotakan sementara pada kulit kepala. Bila proses ini berhenti, maka orang akan
Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada
dalam fase pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh hingga 100 lembar rambut
Rambut pada bagian mata (alis dan bulu mata), hidung, dan telinga menyaring
Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang
rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya
pigmen tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut di kontrol oleh
hormon-hormon seks. Contoh yang paling nyata adalah rambut pada wajah
(rambut janggut dan kumis) dan rambut pada bagian dada, serta punggung yang
parsial atau total dari kulit kepala maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis
matriks kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku
dalam dermis. Bagian ini dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut
lunula, yang tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh
karena rambut maupun kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut
dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah. Kuku
akan melindungi jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya
rata-rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebiih cepad pada kuku
jari tangan daripada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan
proses penuaan. Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170
melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar
tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans
penis, bagian tepi bibir, telinga luar, dan dasar kuku yang tidak mengandung
kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan berbeda dengan kelenjar ekrin.
apokrin terdapat didaerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora. Saluran
dan di uraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar
apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa dijumpai pada telinga
luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serum (Lewis, 2000). Sekresi apokrin
tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini
oleh bagian basal yang berbentuk seperti kumparan pada kelenjar ekrin dan
dari air dan mengandung sekitar separuh dari kandungan garam dalam plasma
darah. Keringat dilepas Dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu
sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan oleh
system saraf simpatik. Pengeluaran keringat yang berlebihan pada telapak tangan
dan kaki, aksila, dahi dan daerah-daerah lainnya dapat terjadi sebagai reaksi
7. Fungsi Kulit
1) Proteksi
2) Sensasi
3) Termoregulasi
4) Metabolisme,sintesis vitamin D
5) Keseimbangan air
7) Penyimpanan nutrisi
kemerahan dalam menahan marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi
terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dari dan invasi bakteri.
tersebut.
dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang
berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi
Dermis tersusun dari jalinan vascular, akar rambut tubuh, dan kelenjar
suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (sentuhan yang
ujung jari tangan jauh lebih terinevasi ketimbang kulit pada bagian
punggung tangan.
c. Termoregulasi
(Potter, 2006).
d. Radiasi
e. Konduksi
benda padat, gas, dan cair. Penting bagi perawat untuk mengetahui
f. Konveksi
udara yang secara langsung kontak dengan kulit. Adanya arus udara
g. Evaporasi
menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk
setiap gram air yang menguap. Tubuh secara kontinu kehilangan panas
(Guyton, 1999).
Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah
h. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan
i. Keseimbangan air
dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat
per hari untuk orang dewasa yang normal. Kehilangan air yang tidak
kasat mata (insensible water loss) bervariasi menurut suhu tubuh. Pada
dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali
masih berlangsung harus mendefinisikan lebih jelas peranan sel-sel dermal dalam
9. Pertimbangan Gerontologi
signifikan akibat proses penuaan. Kondisi perubahan utama yang terjadi pada
kulit lansia meliputi kering, keriput, pembentukkan pigmentasi yang tidak merata,
Secara struktur terjadi perubahan seluler dimana terjadi penipisan titik temu
kulit. Keadaan ini menyebabkan lokasi pengikatan yang lebih sedikit antara dua
lapisan kulit tersebut sehingga suatu kondisi cedera atau stress yang ringan pada
epidermis dapat menyebabkan lapisan itu terlepas dari dermis. Kondisi ini
memberikan implikasi pada perawat bahwa fenomena penuaan ini dapat menjadi
penyebab meningkatnya kerentanan kulit yang menua terhadap trauma, misalnya
pasien yang kurang mobilisasi akan meningkatkan resiko ulkus tekan yang lebih
yang menggantung , dan lipatan kulit yang saling tumpah tindih. Hilangnya
substansi elastin, kolagen, dan lemak subkutan dalam jaringan bawah kulit
Perubahan struktur kulit akibat pergantian sel yang melambat karena proses
penipisan lapisan dermis, kulit akan menjadi rapuh dan transparan. Pasokan darah
vascular ini turut menghambat penyembuhan luka yang umum terlihat pada
pasien-pasien lansia. Selain itu, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea juga akan
menurun jumlah dan kapasitas fungsionalnya sehingga kulit menjadi kering dan
tungkai bawah dan dorsum kaki. Penipisan rambut sering terlihat di kulit kepala,
aksila, dan pubis. Fungsi lain yang dipengaruhi oleh proses penuaan normal
ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak
pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu
bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis.
permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit
hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak
iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami
bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi
formaldehid, ion nikel dll. Hampir seluruh hapten memiliki berat mo lekul rendah,
kurang dari 500- 1000 Da. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan dan luasnya penetrasi di kulit. Dupuis dan
2.4. Patofisiologi
1. Patogenesis
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV
1) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini
bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila
protein.
spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua
reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini
kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit.
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti
2) Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di
akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak
sebagai dermatitis.
mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan
mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan
2. Toleransi Imunologis
Struktur kimia, dosis dan cara penyajian dari suatu antigen sangat menentukan
sistemik, radiasi sinar ultra violet dan riwayat dermatitis atopik. Apabila dosis
Langerhans epidermal.
sensitivitas DNCB, bahkan dapat menjadi tidak responsive. Hal ini disebut
setiap orang dan dapat hilang bila terjadi pemutusan hubungan dengan bahan
secara bertahap. Hal ini dapat diterapkan pada sulfonamid dan poison ivy.
Akibatnya ambang rangsang untuk reaksi positif terhadap uji tempel akan
Keadaan toleransi ini dapat dirusak oleh siklofosfamid yang secara selektif
menghambat sel supresor. Bila ini gagal secara teoritik dapat dilakukan
induksi secara intra vena sehingga timbul tolerans terhadap alergen yang
diberikan. Menurut Adam hal ini akan merangsang makrofag di limpa untuk
dari respon alergi dan iritan sehingga kombinasi dari bahan-bahan kimia dapat
sensitivitas.
3. Gambaran Histopatologis
lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler
(spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi
Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan
tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di
membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel
membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak
elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan
yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas.
Dermatitis kontak iritan umunya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat
1. Fase akut.
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak
dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada
yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa
eritema dan edema, sedang pada yang berat selain eritema dan edema yang
lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi
dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka
proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat
3. Fase Kronis
Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut
terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema
ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini
sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain
bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu
dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis. Dermatititis
kontak iritan akut. Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit
terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya
akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih.
Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang
pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah
esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi
(Dermatitis kontak iritan dengan bahan iritan air liur pada balita)
oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik,
misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga
bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis
kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor.
Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis
iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada
kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan
deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa
kontak alergi juga dapat dilihat menurut predileksi regionalnya. Hal ini akan
a) Tangan
tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula dermatitis kontak
b) Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen dan tanaman. Di aksila umumnya
topikal, alergen yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir
atau sekitarnya mungkun disebabkan oleh lipstik, pasta gigi dan getah
d) Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat
topikal, tangkai kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal
dari ujung jari), parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian. Kulit
kepala relative tahan terhadap alergen kontak, namun dapat juga terkena
rambut.
f) Badan
Dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis,
g) Genitalia
Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon,
sepatu.
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in
ada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang
telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca
dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang
menguap.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam
plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua
baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan
pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24
maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam
atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan
tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel
sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel
telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji
tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit
penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita
itu. Penderita harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu
untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun
hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
2.7. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
a. Pengobatan topika
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
2) Radiasi ultraviolet
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang
3) Siklosporin A
5) Imunosupresif topikal
IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain.
atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
b. Pengobatan sistemik
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
1) Antihistamin
2) Kortikosteroid
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
3) Siklosporin
4) Pentoksifilin
5) FK 506 (Takrolimus)
sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin.
6) Ca++ antagonis
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih
2.8. Prognosis
kontak, kapan terapi mulai dilakukan, apakah pasien sudah menghindari faktor
pencetusnya, terjadinya kontak ulang dan adanya faktor individual seperti atopi.
Dengan adanya uji tempel maka prognosis dermatitis kontak alergik lebih baik
daripada dermatitis kontak iritan dan DKI yang akut lebih baik daripada DKI
kronis yang bersifat kumulatif dan susah disembuhkan. Dermatitis kontak alergik
tertentu dan tidak terdapat dalam lingkungan di luar ja m kerja atau pada barang-
2.9. Pencegahan
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
\
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak
pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga
dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri,
obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika,
kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan
dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat
kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan
serupa.
3. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang
serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat,
4. Rasa gatal
banding adalah :
a) Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-
tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada
pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang
dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada
telapak tangan dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang
terletak di dalam.
efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih
aktif.
e) Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di
belakang
f) Telinga.
bentuk kronik.
bagus.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi
1. Keadaan umum
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Apatis
c. Samnolen, letergi/hypersomnia
d. Delirium
f. Koma
mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit
Inspeksi
b. kemerahan (rubor),
kemudian membesar.
Palpasi
a. Nyeri tekan
c. Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
a. Inspeksi
Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
massa.
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
Pupil : Isokor
Posisi mata
Simetris/tidak : simertis
b. Palpasi
9. Keadaan hidung
a. Inspeksi
b. Palpasi
a. Inspeksi
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
b. Gusi
c. Lidah
Lidah bersih
d. Bibir
1) Tampak pucat
2) Kering pecah
13. Leher
a. Inspeksi
b. Palpasi
Kaku kuduk/tidak :-
a. Inspeksi
pernafasan
Dada simetris
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Askultasi
Suara tambahan : -
15. Jantung
b. Palpasi : Normal
Inspeksi :
vaskularisasi normal
c. Areola mamma agak kecoklatan
d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
merahan.
17. Abdomen
a. Inspeksi :
warna kemerahan
b. Palpasi :
c. Perkusi : Tympani
a. Genetalia :
b. Inspeksi :
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
b. Refleks
c. Sensori
1) Nyeri :+
2) Rangsang suhu :+
3) Rasa raba :+
Ekstremitas bawah
a) Motorik
c) Sensori
Nyeri : +
Rangsang suhu : +
Rasa raba :
Saraf-saraf cranial
a. N I (Olfaktorius)
b. N II (Optikus)
Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.
d. N V (Trigeminus)
dengan gigitannya.
e. N VII (Fasialis)
alis.
f. N VIII (Akustikus)
g. N IX (Glosofaringeus)
h. N X (Fagus)
menelan
i. N XI (Assessoris)
j. N XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi
pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.
Kaku kuduk : -
Kerning sign : -
Refleks Brudzinski : -
Refleks Lasegu : -
3.4. Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
b. Uji temple
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
minuman dlm sehari serta apakah ada perubahan Perubahan selama sakit.
b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
c. Aktivitas
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami
sehari-hari.
d. Istirahat
klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi
f. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan
biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit
yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti
g. Kegiatan Keagamaan
untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan
keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada
Kriteria Hasil :
a. Lesi akan menutup pada hari ke-7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
5. 5.
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai Pasien dan keluarga dapat mengenal
tanda dan gejala infeksi. tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil :
komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan1. Pengetahuan pasien dan orang tua
keluarga tentang Dermatitis Kontak. yang baik dapat menurunkan resiko
komplikasi.
2. Jelaskan pentingnya istrahat. 2. seseorang dengan drrmatitis kontak
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan.
Kebiasaan menggaruk dan menggosok
bagian yang gatal akan memperpanjang
lamanya penyakit.
5. Identifikasi sumber-sumber
5. Keterbatasan aktivitas dapat
pendukung yang memungkinkan untuk mengganggu kemampuan pasien untuk
mempertahankan perawatan di rumah memenuhi kebutuhan sehari-hari.
yang di butuhkann.
6. Beri penjelasan untuk perawatan di
6. Bahan untuk penyuluhan yang sudah
rumah di cetak dapat di sediakan untuk
memperkuat diskusi tatap muka dengan
pasien mengenai pedoman terapi dan
berbagai masalah lainnya.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Periksa daerah yang terlibat. 1. Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit meliputi
bantuan dalam menyusun rencana
interfensi
a. Upayakan untuk menemukan
penyebab gangguan rasa nyaman. a. Membantu menidentifikasi
tindakan yang tepat untk
b. Mencatat hasil-hasil observasi secara memberikan kenyamanan.
rinci dengan memakai terminologi
deskriptif. b. Deskripsi yang akurat tentang
erupsi kulit diperlukan untuk
diagnosa dan pengobatan. Banyak
kondisi kulit tampak serupa tetapi
memepunyai etiologi yang
berbeda, respon inflamasi kutan
mungjin mati pada pasien lansia.
c. Mengantisipasi reaksi alergi yang
mungkin terjadi , mendapatkan riwayat c. Ruang menyeluruh terutama
pemakaian obat. dengan awitan yang mendadak
dapat menunjukan reaksi alergi
2. Kendalikan faktor – faktor iritan. terhadap obat.
bagus.
Kriteria Hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri
1. Gangguan citra diri akan
pasien ( Menghindari kontak mata, menyertai setiap penyakit atau
merendahkan diri sendiri,Ekspresi muak keadaan yang nyata bagi pasien.
terhadap kondisi kulitnya ). Kesan seseorang terhadap dirinya
sendiri akan berpengaruh pada
konsep diri.
3. Pasien membutuhkan
3. Berikan kesempatan untuk pengalaman, didengarkan dan
pengungkapan, dengarkan,( dengan cara dipahami.
yang terbuka, tidak menghkimi ). Untuk
mengekspresikan berduka/ ansietas tentang
perubahan citra tubuh.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan 4. Tindakan ini memeberikan
pasien, bantu pasien yang cemas dalam kesempatan kepada petugas
mengembangkan kemampuan untuk kesehatan untuk menetralkan
menilai diri dan mengenali serta mengatasi kecemasan yang tidak perlu terjadi
masalah. dan memulihkan realitas situasi.
Ketakutan merupakan unsur yang
merusak adaptasi pasien .
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Cegah dan obati kulit yang kering. 1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur
yang normal.
b. Menasehati pasien untuk menjaga a. Udara yang kering membuat kulit
kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi terasa gatal, lingkungan yang nyaman
dan kelembaban yang baik. meningkatkan relaksasi.
c. Menjaga agar kulit selalu lembab. b. Tindakan ini mencegah kehilangan
Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat air, kulit yang kering dan gatal
kering. biasanya tidak dapat disembuhkan,
tapi bisa di kendalikan.
d. Jangan gunakan sabun atau gunakan c. Semua tindakan ini kan memelihara
sabun yang lembut oleskan losion segera kelembaban kulit.
sesudah mandi sementara kulit masih
lembab.
3.7. Implementasi
3.8. Evaluasi
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis kontak
dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non- allergic terjadi akibat pajanan
terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak allergic) yang
disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
sabun, detergen, bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor
predisposisinya mencakup keadaan terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh
kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah
jenis seluler tipe IV. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan
Pathophysiology.
penyakit
Manual of
surgical.