PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 37
minggu. Kesulitan utama pada dalam persalinan preterm ialah perawatan bayi
preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan
mortalitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal. Dengan kata lain, keberhasilan
persalinan preterm tidak hanya tergantung pada umur kehamilan, tetapi juga berat
bayi lahir. Permasalahan lain yang ditimbulkan oleh persalinan preterm adalah
kelainan pada bayi, baik kelainan jangka pendek ataupun jangka panjang.
Salah satu faktor predisposisi terjadinya persalinan preterm adalah kehamilan
ganda/ gemeli karena semakin tinggi jumlah janin, semakin rendah durasi kehamilan
dan berakibat bayi dilahirkan prematur. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu.
Faktor predisposisi persalinan preterm dapat diketahui lebih awal jika ibu
hamil rutin melakukan asuhan antenatal ke layanan kesehatan. Jika hal tersebut dapat
dilakukan, maka tatalaksana komprehensif dapat dilakukan sehingga dampak buruk
persalinan preterm dapat dikurangi.
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah case report session ini meliputi:
1. Definisi persalinan preterm dan kehamilan ganda
2. Epidemiologi persalinan preterm dan kehamilan ganda
3. Etiologi dan faktor predisposisi persalinan preterm
4. Patofisiologi persalinan preterm dan kehamilan ganda serta hubungan antara
keduanya
5. Bahaya persalinan preterm bagi bayi yang lahir dari kehamilan ganda
6. Penatalaksanaan komprehensif terhadap ibu dan bayi pada kasus persalinan preterm
dengan kehamilan ganda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Partus Prematurus dan Kehamilan Ganda
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi saat usia kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Mochtar, 2010). Kehamilan ganda
didefinisikan sebagai kehamilan yang terdiri dari dua janin atau lebih didalam
kandungan selama proses kehamilan. Beberapa studi menunjukkan risiko kematian
perinatal lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan kehamilan tunggal. Pada
yang
sama,
untuk
menghindari
pemindaian
berulang
dan
dari
kehamilan
kembar.
Le
Fevre
dan
asistennya
(1993)
Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada kematian
prenatal, melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik
kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering
terjadi adalah Respiratory Distress Syndrome, perdarahan intra/ periventrikuler, NEC
(Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko pulmonar, sepsis, dan paten duktus
areriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologik seperti
serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioural
dan prestasi sekolah yang kurang baik.
2.6 Penatalaksanaan Komprehensif terhadap Ibu dan Bayi pada Kasus Persalinan
Preterm dengan Kehamilan Ganda
1. Penapisan untuk persalinan preterm
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan sejak
awal, sebelum tanda persalinan muncul. Dimulai dengan pengenalan pasien berisiko.
Kemudian diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan
preterm dan pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga pencegahan dapat
segera dilakukan. Pemeriksaan serviks tidak lazim dilakukan pada kunjungan
antenatal. Sebenarnya pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat yang cuup besar
dalam meramalkan terjadinya perlinan preterm; bila dijumpai serviks pendek (<1cm)
disertai dengan pembukaan yang merupakan tanda serviks matang/inkompeternsi
serviks, mempunyai risiko persalinan preterm 3-4 kali.
Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm:
a) Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat ditemukan seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks (secara manual maupun USG). Terjadinya ketuban pecah dini
juga meramalkan akan terjadinya persalinan preterm
b) Indikator laboratorik
Indikator laboratorik yang bermakan adalah jumlah leukosit dalam air ketuban
(20/ml atau lebih0, pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit
dalam serum ibu (13.000/ml).
c) Indikator biokimia
Kadar Fibronektin janin, Corticotropin releasing hormone (CRH), sitokin
inflamasi, isoferitin janin, feritin.
2. Langkah-langkah untuk mencegah persalinan preterm
yang baik
Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang (narkotik)
Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
Obati penyakit yang dapat menyebabka persalinan preterm
Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
Deteksi dan pengamanan factor risiko terhadap persalinan preterm
3. Pengelolaan
Pertama tentukan apakah benar ini persalinan preterm, kemudian mencari
penyebabnya dan meilai kesejahteraan janin yang bisa dilakukan secara klinis,
laborators, ataupun USG (pertumbuhan/berat janin. Jumlah dan keadaan cairan
amnion presentasi dan keadaan janin/ kelainan congenital. Bila proses persalinan
masih berlangsung atau mengancam meski upaya pencegahan telah dilakukan,
pertimbangkan;
a) Kemampuan klinik (dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis anak, dan
peralatan) untuk menjada kehidupan bayi preterm atau berapa persen yang akan
hidup menurut berat dan usia gestasi tertentu
b) Bagaimana prsalinan sebaiknya berakhir (pervaginam atau bedah sesar)
c) Komplikasi apa yang akan timbul
d) Inform consent (termasuk kemungkinan hidup, cacat, dan biaya)
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa factor;
1. Keadaan selaput ketuban (pada umumnya persalinan tidak dihambat bila
selaput ketuban sudah pecah)
2. Pembukaan serviks (persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan telah
mencapai 4cm)
3. Umur kehamilan (makin muda, pencegahan persalinan maki perlu dilakukan.
Persalinan dapat dipertimbangkan jika TBJ >2000 atau kehamilan >34
minggu)
4. Penyebab/komplikasi persalinan preterm
5. Kemampuan neonatal intensive care facilities
Beberapa langkah yang dapat dilkukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
morbiditas dan mortalitas neonates preterm
1.
menurunkan
insiden
RDS,
mencegah
perdarahan
menentukan kapan sebaiknya kehamilan diakhiri. Tetapi apabila terdapat tanda infeksti,
maka pengakhiran persalinan dipercepat/induksi, tanpa melihat usia kehamilan.
Persiapan persalinan preterm perlu dipertimbangkan berdasarkan :
1. Usia gestasi
Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan ditingkat dasar/primer,
5. Perawatan Neonatus
Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan umum, biometri,
kemampuan bernapas, kelainan fisik, dan kemampuan minum. Keadaan kritis yang harus
dihindari adalah kedinginan, pernapasan yang tidak adekuat, atau trauma. Suasana
hangat diperlukan untuk mencegah hipotermia pada neonatur (suhu badan dibawah
36,5oC), bila mungkin bayi sebaiknya dirwat cara KANGURU untuk menghindarkan
hipotermia, kemudian dibuat perencaan pengobatan dan asupan cairan.
ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan sonde atau
dipasang infus, dan mendapat nutrisi sesuai dengan kemampuan dan kondisi bayi. Dan
sebaiknya persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil berlangsung pada fasilitas yang
memadai, seperti pelayanan perinatal dengan personel dan fasilitas yang adekuat
termasuk perawatan perinatal intensif.
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. RPS
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Timpeh
Agama
: Islam
Agama
Pendidikan
: SD
Pendidikan : SD
Pekerjaan
No. MR
: IRT
: 130845
Pekerjaan
II. ANAMNESA
: Islam
:
Seorang pasien perempuan, masuk ruang rawatan kebidanan melalui IGD RSUD
Sungai Dareh, Dharmasraya pada tanggal 09 November 2015 jam 14.57 WIB. Pasien
merupakan rujukan dari puskesmas dengan diagnosis G 2P1A0H1 Parturient Preterm kala
I fase laten + Triplet + Riwayat KPD 8 jam.
II.1 Keluhan Utama
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam sebelum masuk rumah
sakit.
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 8 jam yang sebelum masuk rumah
sakit.
Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit.
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 8 bulan yll.
HPHT : 11 April 2015
TP : 18 Januari 2016
Gerak anak dirasakan di 3 tempat sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat Hamil Muda :
Mual (+) dan muntah (+) hingga kehamilan 4 bulan
Perdarahan per vaginam (-)
Riwayat ANC:
Kontrol ke ke bidan sebanyak 2 kali selama kehamilan
Riwayat Hamil Tua :
Mual (-)
Muntah (-)
Lendir campur darah sejak 3 hari sebelum persalinan, bau,
jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga pasien tidak merasa perlu
menggunakan pembalut.
Riwayat Menstruasi :
Pasien mendapatkan haid pertama saat berusia 14 tahun.
Haid datang teratur 1 kali sebulan dengan durasi 5 hari.
Ketika haid pasien mengganti pembalut 2 kali sehari.
Hari pertama haid terakhir: 11 April 2015.
BAK dan BAB normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru, ginjal,
dan hati.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan,
penyakit menular dan penyakit kejiwaan.
Suntik 1 x 3 bulan
Pil selama 2 bulan
dan alkohol.
Gambaran tingkatan stress pasien adalah level 1 dalam skala 1-5.
Kehamilan sekarang tidak direncanakan.
sebelumnya.
Tidak pernah menderita kelainan gizi kurang atau buruk sebelumnya.
depan pasien.
Riwayat konsumsi alkohol selama hamil tidak ada.
Riwayat konsumsi kopi selama hamil tidak ada.
Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil tidak ada.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis (09 November 2015)
Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis Cooperatif
Vital Sign
:
TD
: 120/70 mmHg
N
: 87 x/menit
RR
: 20 x/menit
S
: 36.6 C
Kepala
: Conjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Leher
: Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Thorax
:
Pulmo : Inspeksi
: simetris, permukaan rata
Palpasi
: retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-),
fremitus (N/N)
Perkusi
: sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
ronkhi (-/-)
Cor
: Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis teraba
Perkusi
: batas jantung normal, tidak membesar
Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, bising usus (-)
Abdomen
: status obstetri
Ekstremitas
: edema
- , akral hangat +
+
+
+
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan Luar (09 November 2015)
Inspeksi
: perut tampak membuncit, striae (+), Linea mediana
Palpasi
xyphoideus,sulit dinilai
LII = sulit dinilai
LIII = sulit dinilai
LIV = tidak dilakukan
TFU = 36 cm, TBJ = 3255 gram
HIS (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising Usus (+) normal
DJJ I 140-150 kali per menit
DJJ II 130 140 kali per menit
DJJ III 130 140 kali per menit
b. Genital
III.
IV.
V.
: Inspeksi:
V/U tenang, PPV (-)
VT:
pembukaan 3 4 cm
ketuban (-)
portio tebal 2cm,posteriur,lunak
sulit dinilai
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hb
: 8,4 gr/dl
Leukosit
: 8.200 mm3
Albumin
: Negatif
Gol. Darah
:O
USG :
- Janin hidup triplet, presentasi lintang,presentasi bokong,presentasi okong
- gerak aktivitas janin baik
- ketuban sedikit
- letak plasenta corpus belakang.
- Kesan : gravid 31-32 minggu, janin hidup triplet
DIAGNOSIS
G2P1A0H1 partus preterm kala I fase aktif + Triplet + Riwayat KPD 8 jam
Jani hidup triplet intrauterine letak lintang-letak bokong-letak bokong
Sikap
VI.
Rencana :
SC
09 November 2015
Pukul 22.00 WIB
FOLLOW UP
Tanggal
10 November 2015
Pukul 07.30 WIB
Keadaan Pasien
S/ Demam tidak ada
Mual tidak ada
Muntah tidak ada
Perdarahan per vaginam tidak ada
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah: 140/90 mmHg
Nadi
: 111 kali per menit
Nafas
: 18 kali per menit
Suhu
: 36,7 C
Abdomen:
Luka bekas operasi tenang; darah
(-), pus (-)
Genitalia:
Rencana
RL
drip Oksitosin : Metergin
(1:1)
Cefotaxim 2 x 1
Transfusi darah 2 kolf
12 November 2015
Pukul 07.30 WIB
RL
drip Oksitosin : Metergin
(1:1)
Cefotaxim 2 x 1
Transfusi darah 2 kolf
Alinamin F 3 x 1
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 27 tahun pada tanggal 9 November 2015.
Pasien masuk ruang rawatan kebidanan melalui IGD pada pukul 14.57 WIB. Pasien
merupakan rujukan dari Puskesmas dengan diagnosis G 2P1A0H1 Preterm kala I fase laten +
Gemeli (Triplet). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang di Puskesmas.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama berupa nyeri pinggang yang
menjalar ke ari-ari sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada riwayat penyakit sekarang
didapatkan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 8 jam yang sebelum masuk rumah
sakit, nyeri tersebut erat kaitannya dengan kontraksi uterus yang dirasakan pada orang hamil
saat persalinan. Kemudian, pasien juga mengeluhkan keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarnya lendir bercampur darah dari
kemaluan pasien menandakan tanda penipisan serviks pada pasien. Selain itu, terdapat keluar
air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, yang
mengindikasikan sudah terjadi pecah ketuban. Pasien ini juga merasakan gerakan anak sejak
5 bulan yang lalu.
Pada riwayat ANC, pasien melakukan pemeriksaan kehamilan 3 kali, 2 kali di klinik
dokter spesialis dan satu kali di bidan. Pemeriksaan ANC yang baik dan benar seharusnya
dilakukan minimal sebanyak 1 kali saat trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2
kali pada trimester ketiga. Selama kehamilan anak pertama, pasien tidak melakukan ANC ke
bidan maupun ke dokter. Pemeriksaan ANC yang dilakukan meliputi 10 T yaitu Timbang
berat badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus, pemberian imunisasi Tetanus toxoid,
pemberian Tablet zat besi, Tes terhadap PMS, Temu wicara, Tentukan presentasi janin dan
hitung DJJ, Tetapkan status gizi, Tatalaksana kasus. Pemeriksaan ini membantu bidan
maupun dokter dalam melakukan skrining terhadap ibu hamil. Studi genetik sedang dimulai
untuk mengidentifikasi gen yang berperan untuk meningkatkan rasio kembar dizigot,
dikatakan bahwa kontribusi dari varian ini kepada seluruh insiden yang kembar, distribusinya
kecil (Hoekstra dkk, 2008). Selain itu, riwayat nutrisi pada pasien mengungkapkan bahwa
pasien cenderung kurang gizi selama kehamilan. Berdasarkan literatur, kurang gizi selama
kehamilan erat kaitannya dengan kejadian BBLR.
Dari riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah menderita penyakit hati, ginjal, paru,
diabetes melitus. Dari riwayat penyakit keluarga didapatkan riwayat gemeli pada saudara
perempuan ibu. Riwayat keluarga dari ibu, lebih bermakna dari riwayat keluarga dari ayah.
Pada penelitian dari 4000 rekam medis ginekologi White and Wyshak menemukan bahwa
wanita yang dulunya adalah kembar dizigot akan melahirkan bayi yang kembar dengan rasio
1: 58 kelahiran. Wanita yang tidak kembar, tetapi semuanya adalah kembar dizigot
memberikan kelahiran kembar dengan rasio 1: 116 kehamilan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis cooperative, tekanan darah 120/ 70, nadi 87 kali / menit, nafas 20 kali / menit,
suhu 36,60c, dari mata didapatkan konjungtiva anemis, skera tidak ikterik, pemeriksaan
thorak dalam batas normal, ekstremitas tidak didapatkan udem di kedua tungkai. Pemeriksaan
abdomen didapatkan; perut tampak membuncit, striae (+), Linea mediana hiperpigmentasi
(+), pada pemeriksaan leopold didapatkan LI = Fundus uteri teraba 2 jari di bawah prosesus
xyphoideus, LII = sulit dinilai, LIII = sulit dinilai, LIV = tidak dilakukan, Tinggi Fundus Uteri =
34 cm, Taksiran Berat Janin = 3255, HIS tidak ada, pada perkusi didapatkan timpani, pada
auskultasi DJJ I 140 150 kali per menit, DJJ II 130 140 kali per menit, DJJ III 130 140
kali per menit. Pada pemeriksaan genitalia eksterna didapatkan vulva dan uretra tenang,
perdarahan per vaginam tidak ada. pemeriksaan inspekulo didapatkan vagina; tumor (-),
laserasi (-), fluksus (+), tampak cairan berwarna merah kehitaman tertumpuk di forniks
posterior. Pada pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 3-4 cm, ketuban tidak ada, portio
tipis dan lunak, kepala HI H2 .
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, maka diagnosis pasien adalah
G2P1A0H1 partus preterm kala I fase aktif + Riwayat KPD 8 jam + Triplet. Saat di IGD, pasien
diberikan IVFD RL 20 tetes per menit, injeksi dexamethason 2 x 6 mg, pemasangan folley
catheter dan disiapkan transfusi darah
dilanjutkan. Menurut teori, pasien dengan partus preterm harus diberikan dexamethason
untuk pematangan paru janin.
Setelah pasien dibawa ke ruang rawatan, pasien segera dilakukan pemeriksaan dan
dilakukan pembersihan uterus dari sisa plasenta dan masase fundus uteri, pasien dilakukan
observasi terhadap vital sign, perdarahan, urin output. Saat di IGD, pasien telah dilakukan
pemeriksaan hemoglobin dan proteinuria dengan hasil Hb 8,4 g/dl dan proteinuria (-)
sehingga direncanakan melakukan transfusi darah sebanyak 4 kantong.
Anak yang lahir berjumlah 3 anak dengan jenis kelamin ketiganya perempuan dengan
berat lahir bayi pertama 1400 gram, bayi ke 2 1300 gram, bayi ke 3 1500 gram dengan A/S
ketiga bayi 6/8. Didapatkan bayi BBLSR dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Partus
preterm berhubungan dengan fetal outcome berupa berat badan lahir rendah dan
perkembangan paru bayi yang belum sempurna dikarenakan pengaruh partus preterm
terhadap perkembangan janin.
Pasien dilakukan pemeriksaan hemoglobin saat di IGD dan didapatkan Hb 8,4 g/dl
dengan kesan anemia ringan. Anemia pada ibu hamil adalah apabila kadar Hb pada trimester
I dan III < 11 gr/dl dan 10,5 gr/dl pada trimester II. Salah satu cara untuk mengetahui jenis
anemia dalam kehamilan dapat dinilai dengan menghitung MCH, MCV, MCHC. Anemia
hipokrom mikrositer (anemia defisiensi besi, thalasemia, anemia akibat penyakit kronik)
apabila MCV rendah, MCHC menurun, anemia normokrom normositer jika MCH, MCV,
MCHC normal, dan anemia makrositer (anemia defisiensi folat, defisiensi B12, pada penyakit
hati kronik, hipotiroid) jika MCH, MCV, MCHC meningkat. Pada pasien tidak dapat
ditentukan jenis anemia karena nilai hematokrit dan jumlah eritrositnya tidak diperiksa,
namun pasien diberikan tablet besi dikarenakan epidemiologi penyebab anemia terbesar pada
ibu hamil adalah anemia defisiensi besi.
Pada saat pulang, pasien diberikan edukasi mengenai asuhan ibu dan bayi pada masa
nifas di puskesmas. Kontrol masa nifas dilakukan sebanyak empet kali 6-8 jam setelah
persalinan (sebelum pulang), 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6
minggu setelah persalinan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi periksa tekanan darah,
perdarahan pervaginam, kondisi uterus, tanda infeksi, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan ganda