Anda di halaman 1dari 66

PREEKLAMPSIA BERAT

OLEH
FADLI HAMDILAH 1110312078
SURI EMILIA ANNISA
1110312101

PEMBIMBING
dr. Aladin, Sp.OG (K)
dr. Mutiara Islam, Sp. OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Penyebab
Pre- morbiditas dan
eklampsia mortalitas
tertinggi
vasospasm Peningkatan
resistensi
e pembuluh
darah perifer
Preeklamp
sia
Hipertensi dan
Penurunan proteinuria
perfusi timbul karena
organ kehamilan
Eklampsia
Preeklamps (kejang
ia dan
konvulsi)

DIC
(Dissemina
ted
Eklampsia Intravascul
ar
Coagulatio
n)

Jejas iskemi
pada organ
PreEklampsia

Komplikasi

Sindroma HELLP
Elevated Liver
Hemolysis Low Platelet
Enzymes
Komplikasi pada
BAYI

Prematu Gawat
r Janin BBLR IUFD
PREEKLAMP
SIA

ANGKA MORBIDITAS
KEMATIAN MORTALITAS
IBU & BAYI IBU

PENANGANA
N DIAGNOSIS
CEPAT & DINI
TEPAT
BATASAN MASALAH
Case report ini membahas mengenai
definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan,
prognosis, komplikasi preeklampsia
berat, serta laporan kasus PEB
TUJUAN PENULISAN
1. Sebagai salah satu syarat dalam
menjalani kepaniteraan klinik di Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
2. Menambah pengetahuan mengenai
definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, prognosis,
serta komplikasi preeklampsia berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Preeklampsia adalah kelainan pada
multisistem yang dapat mengakibatkan
munculnya manifestasi klinik
Hipertensi dan proteinuria dengan atau
tanpa disertai simptomatik
Hasil tes labor ibu yang tidak normal
Pertumbuhan dalam rahim yang
terhambat (intauterine growth
restriction /iugr)
Menurunnya volume cairan amnion.
Epidemiologi
Preeklampsi sekitar 5-10% kehamilan,
terutama kehamilan pertama pada
wanita berusia di atas 35 tahun.
Preeklampsi dan eklampsi 2% dan
10% dari kehamilan di seluruh dunia.
Preeklampsia lebih tinggi di negara-
negara berkembang
Angka kejadian Preeklampsia di
Indonesia sekitar 7-10%
Faktor Risiko

Faktor Diet/giz
usia paritas genetik i
Mola Degeneras
Tingkah hiperplas
hidatidos i trofoblas
laku entosis berlebihan
a
Kehamila
obesit n
as multiple
Etiologi
Invasi tropoblast
Invasi tidak sempurna pada
a. spiralis (trimester 1 dan 2)
a. Spiralis tidak berdilatasi
dengan sempurna
Turun aliran darah di
plasenta
Stress oksidatif, peningkatan radikal
bebas, disfungsi endotel, penumpukan
trombosit di organ
Blocking
Faktor antibodies
imunologi yang tidak
sempurna

Pembentuka
n Respon imun
vaskularisasi yang tidak
plasenta menguntung
yang tidak kan
sempurna

Stres
oksidatif
pada
plasenta
Faktor genetik
Klasifikasi preeklampsia
Patofisiologi
Sistem kardiovaskular
1. Peningkatan beban afterload
jantung dikarenakan hipertensi
2. Kardiak preload
3. Aktivasi endotel dengan
ekstravasasi cairan inttravaskular ke
dalam ruang ekstraselular,terutama
ke dalam paru
Darah
Trombositopenia kejadian yang sering
<150.000/l
Komplikasi dengan HELLP sindrom,
ditandai dengan anemia hemolitik,
peningkatan enzim hati dan jumlah
trombosit yang rendah
Kebanyakan abnormalitas hematologik
kembali ke normal dalam dua hingga tiga
hari setelah kelahiran tetapi
trombositopenia bisa menetap selama
seminggu
Mata
Edema retina, spasme setempat
ataumenyelutuh pada satu atau
beberapa arteri
Ablasio retina karena edema intraokuler
dan indikasi untuk terminasi kehamilan
Skotoma, diplopia dan amblyopia
gejala eklampsia karena perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina
Paru

Penurunan
Peningkatan cairan tekanan onkotik
yang banyak koloid plasma
akibat proteinuria
Edema
paru
Penurunan Penggunaan
albumin yang kritaloid sebagai
dihasilkan oleh pengganti darah
hati
Ginjal
Preeklampsia perfusi ginjal dan
filtrasi glomerulus menurun.
Glomeruloendoteliosis adalah
pembengkakan dari kapiler endotel
glomerular penurunan perfusi dan
laju filtrasi ginjal
Preeklampsia ringan akibat
berkurangnya volume plasma
kadar kreatinin plasma hampir dua
kali lipat disbanding normal
Preeklampsia berat kreatinin
plasma meningkat beberapa kali
lipat dari normal (2-3 mg/dl)
karena perubahan intrinsic ginjal
yang ditimbulkan oleh vasospasme
hebat
Sistem endokrin dan metabolisme
air dan elektrolit
Hamil normal peningkatan renin,
angiotensin II dan aldosterone

Preeklampsi penurunan renin dan


kadar aldosterone darah
Na dan air dalam tubuh lebih banyak
dibandingkan pada ibu hamil normal.

Penderita preeklampsia tidak dapat


mengeluarkan air dan garam dengan
sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan filtrasi glomerulus

namun penyerapan kembali oleh


tubulus ginjal tidak mengalami
perubahan.
Otak
TD Autoregulasi tidak berfungsi
plasma dan sel darah merah
keluar ke ruang ekstravaskular
perdarahan petekie / perdarahan
intracranial yang banyak

Resistensi pemb darah dalam otak


eklampsi
preeklampsi batas normal
Plasenta dan Uterus
Menurunnya
Gangguan
Aliran darah ke
fungsi Plasenta
Plasenta
Pada hipertensi yang agak lama,
pertumbuhan janin terganggu
Pada hipertensi yang singkat dapat
terjadi gawat janin hingga kematian
janin akibat kurangnya oksigenisasi
untuk janin.
Kenaikan
Tonus Partus
prematuru
otot s
Uterus
arteri gagal
spiralis di mempertahankan
miometri struktur
muskuloelastisitasnya
um
nekrosis
berkembang
Atheroma arteriopati
pada ujung-
pada segmen
miometrium
akut ujung
arteri spiralis
plasenta
DIAGNOSIS

Anamnesa
Faktor risiko Preeklampsi

Riw Obstetrik (HT/PE kehamilan


sblmnya)

Gejala Spesifik (visual, sakit


kepala)
Pemeriksaan
Fisik
Tekanan Darah tiap kunjungan
Prenatal

TFU tiap kunjungan Prenatal

Peningkatan edema pada wajah


dan kenaikan berat badan yang
cepat
Pemeriksaan
Penunjang
Protein Urin +2

Hb & Ht
Trombositopenia
( <100.00/mm3 )
Benang Fibrin & Kreatinin
serum
Manajemen PEB

FollowUp
Kontrol
& Diag.akhir
Cegah
Pengelolaan saat TD
Kejang
persalinan
Rencana
TerapiPersalinan
Cairan
Komplikasi PEB
Jangka Pendek Jangka Panjang

Kematian Ibu & Risiko


Janin Preeklampsia
Eklampsia pada kehamilan
Gangguan Ginjal berikutnya
Gangguan Janin
& Plasenta
Edema Paru
DIC
HELLP
Prognosis PEB
Dengan persalinan dan penggunaan MgSO 4
pada waktu yang tepat, sebenarnya tingkat
kematian ibu dapat ditekan.

Angka kejadian rekurensi dari kejadian PEB


cukup tinggi, dimana dapat mencapai 40%.

Perempuan dengan preeklampsia pada


kehamilan pertama cenderung tidak akan
menjadi hipertensi, sedangkan pada
multipara cenderung untuk menjadi
hipertensi.
BAB III
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Nama : Ny Yulina Fitri
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No MR : 089972
Tanggal dirawat : 10 Desember 2015
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita, 25 tahun, datang atas
rujukan bidan masuk kebidanan melalui IGD
RSUD Pariaman, dengan keluhan keluar air-air
dari kemaluan sejak 18 jam yang lalu dalam
keadaan terpasang regimen MgSO4 dan kateter.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)
Keluar lendir campur darah (+)
Keluar air-air dari kemaluan (+)
Keluar darah segar dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu
HPHT : 8/3/2015 TP : 15/12/2015
Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu
Menarche : 13 th, Siklus : teratur 1x28, Lama : 4-6
hari
Riwayat ANC ke bidan. 1 kali pada kehamilan 8 bulan
Riwayat hamil muda : mual-muntah (+) ppv (-)
Riwayat hamil tua : mual-muntah (+) ppv (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung (-), ginjal
(-), hipertensi (-), DM (-), hati (-), paru
(-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit keturunan,
penyakit menular dan penyakit
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan: 1 x tahun
2014
Riwayat Kehamilan/ Abortus/
Persalinan :
Hamil Sekarang

Riwayat Imunisasi: Tidak ada


Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 150 cm
Gizi : Sedang
Sianosis : (-)
Vital Sign
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Nafas : 22 x/menit
Suhu : 37 OC
Status Generalis
Mata : Konjungtiva tidak anemis ,
sklera tidak ikterik
Leher : Tiroid tidak membesar, JVP
5-2 cm H2O
Thorax :
Paru : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Jantung: Irama reguler , bising (-),
murmur (-)
Abdomen :
I : Perut tampak membuncit sesuai usia
kehamilan, aterm, striae (+)
Pal :
L1 : TFU 3 jari di bawah processus xiphoideus
Teraba massa sedikit besar, sedikit keras,
noduler
L2 : Teraba tahanan besar di sebelah kanan,
bagian-bagian kecil di sebelah kiri
L3 : Teraba massa bulat, besar, keras, terfiksir
L4 : Divergen
Per : tidak dilakukan
Aus : BU (+) N
Genitalia: V/U tenang, PPV (-)
Vt 7-8 cm, Portio posterior lunak,
Ketuban (-) jernih, presentasi kepala,
hodge 1-2

Ekstremitas : Edema (+/+) , refleks


fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 Desember 2015

Laboratorium:
-Hb : 11,4 gr/dl
-Leukosit: 22.800 /m3
-Eritrosit : 4.230.000 /mm3
-Trombosit : 300.000 mm3
-Hematokrit : 34 %
-Golongan darah : B
-Protein Urin : ++
Kesan: Proteinuria, Leukositosis

DIAGNOSIS
G1P0A0H0 Parturian Aterm Kala I Fase Aktif 39-40
mg + PRM + PEB + CPD, Janin hidup tunggal intra
uterin presentasi kepala H I-II
SIKAP
Kontrol KU,VS,Kontraksi, DJJ, PPV
Informed consent
Rencana SC

TERAPI
IVFD 1 line:
MgSO4 40% dosis maintenance 1 x 24 jam
post partum

RENCANA
Sectio Caesaria
FOLLOW UP
11 Desember 2015 (Pukul 07.00)
S/ Demam (-)BAB (-) ASI (+)
Nyeri post op (+) BAK (+) Perdarahan dari jalan lahir (-)
Sakit kepala (-) pandangan kabur (-)

O/ KU Kesadaran TD HR RR T
Sedang CMC 130/80mmHg 78x/i 22x/i 36,5oC
Mata : Konjungtiva Anemis (-) Sklera Ikterik (-)
Abdomen: I : Perut tampak sedikit membuncit
Pal : TFU teraba 2 jari di bawah pusat
NT(-) NL(-) DM(-)
Per : Timpani
Aus : BU(+)N

Genitalia: I: V/U tenang, PPV (-), Lochia (+)


A/ P1A0H1 post SCTPP a.i PEB + CPD, Nifas
Hari (1), Anak dan Ibu dalam perawatan
P/
Kontrol KU, VS, PPV
IVFD RL 500 cc + MgSO4 40% maintanance
28 tpm
Cefoperazone 2 x 1 gr i.v
Metildopa 3 x 250 mg p.o
Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
Vitamin C 3 x 50 mg p.o
Sulfas Ferrosus 1 x 300 mg p.o
FOLLOW UP
12 Desember 2015 (Pukul 07.00)
S/ Demam (-)BAB (+) ASI (+)
Nyeri post op (+) BAK (+) Perdarahan dari jalan lahir (-)
Sakit kepala (-) pandangan kabur (-)

O/ KU Kesadaran TD HR RR T
Sedang CMC 120/80mmHg 80x/i 20x/i 36,5oC
Mata : Konjungtiva Anemis (-) Sklera Ikterik (-)
Abdomen: I : Perut tampak sedikit membuncit
Pal : TFU teraba 3 jari di bawah pusat
NT(-) NL(-) DM(-)
Per : Timpani
Aus : BU(+)N

Genitalia: I: V/U tenang, PPV (-), Lochia (+)


A/ P1A0H1 post SCTPP a.i PEB +
CPD, Nifas Hari (2), Anak dan Ibu
dalam perawatan
P/
Kontrol KU, VS, PPV
Cefoperazone 2 x 1 gr i.v
Metildopa 3 x 250 mg p.o
Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
Vitamin C 3 x 50 mg p.o
Sulfas Ferrosus 1 x 300 mg p.o
FOLLOW UP
13 Desember 2015 (Pukul 07.00)
S/ Demam (-)BAB (+) ASI (+)
Nyeri post op (+) BAK (+) Perdarahan dari jalan lahir (-)
Sakit kepala (-) pandangan kabur (-)

O/ KU Kesadaran TD HR RR T
Sedang CMC 120/70mmHg 78x/i 20x/i 36,5oC
Mata : Konjungtiva Anemis (-) Sklera Ikterik (-)
Abdomen: I : Perut tampak sedikit membuncit
Pal : TFU teraba 3 jari di bawah pusat
NT(-) NL(-) DM(-)
Per : Timpani
Aus : BU(+)N

Genitalia: I: V/U tenang, PPV (-), Lochia (+)


A/ P1A0H1 post SCTPP a.i PEB +
CPD, Nifas Hari (3), Anak dan Ibu
dalam perawatan
P/
Kontrol KU, VS, PPV
Cefixime 2 x 1 gr p.o
Metildopa 3 x 250 mg p.o
Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
Vitamin C 3 x 50 mg p.o
Sulfas Ferrosus 1 x 300 mg p.o
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien
perempuan usia 25 tahun pada
tanggal 10 Desember 2015. Pasien
masuk ruang rawatan kebidanan
melalui UGD dengan G1P0A0HO
parturien aterm 39-40 minggu kala I
fase aktif dengan PEB janin hidup
tunggal intra uterin presentasi kepala,
mengeluh keluar air-air dari kemaluan
sejak 18 jam yang lalu, terpasang
regimen MgSO4 dan kateter urin.
Pasien datang ke rumah sakit atas
rujukan bidan karena tekanan darah
tinggi dan sudah ada tanda-tanda inpartu
dengan pembukaan 7-8 cm. Ini
merupakan persalinan pertama.
Diagnosis PEB ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Dari anamnesis didapatkan
keluhan sakit kepala dan adanya tekanan
darah tinggi pada kehamilan tua.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 160/100 mmHg, udem
kaki dan tangan. Sedangkan pada
laboratorium didapatkan protein urin +
+. Pada genital dilakukan pemeriksaan
dalam, didapatkan pembukaan 7-8 cm,
portio posterior lunak, ketuban (-) sisa
jernih, presentasi kepala, hodge 1-2
dan panggul sempit. Dari riwayat
penyakit dahulu pasien tidak pernah
menderita penyakit jantung, paru,
ginjal, hati dan hipertensi.
Pada pasien ini dilakukan tindakan sectio
caesarea. Kemudian dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum sakit
sedang, kesadaran composmentis
cooperative, tekanan darah 130/ 100, nadi
96 kali / menit, nafas 22 kali / menit, suhu
afebris, dari mata didapatkan konjungtiva
anemis (-), sclera tidak ikterik, pemeriksaan
thorak dalam batas normal. Status
obstetric dari abdomen: TFU 2 jari diatas
pusat, kontraksi baik, NT (-), NL (-), DM (-).
Genitalia dari inspeksi V/U tenang, PPV (+).
Dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik didapatkan diagnosis pasien
P1A0H1 post SCTPP atas indikasi
PEB + CPD. Anak lahir dengan
jenis kelamin laki-laki dengan
berat lahir 3300 gram dan Apgar
skor 7/8.
Berdasarkan literatur, faktor risiko
yang mengakibatkan terjadinya
preeklampsia adalah primipara,
obesitas, hipertensi kronik, antenatal
care yang kurang, diabetes
gestasional, penyakit jantung dan
ginjal. Faktor resiko lain yang
ditemukan pada pasien berdasarkan
anamnesis adalah adanya riwayat ANC
yang kurang.
Dari anamnesa pasien hanya
melakukan pemeriksaan kehamilan 1
kali saat usia kehamilan 8 bulan, lalu
dilakukan pemeriksaan didapatkan
tekanan darah yang tinggi.
Pemeriksaan ANC seharusnya
dilakukan minimal sebanyak 2 kali saat
trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 1 kali pada
trimester ketiga.
Saat di IGD pasien dilakukan
pemasangan IVFD 2 jalur, diberikan drip
MgSO4 dosis inisial dilanjutkan dengan
dosis maintenance dan pasien di berikan
injeksi cefoperazon 1 x 1 gram, metildopa
per oral 3 x 250 mg dan dilakukan
pemasangan folley catheter. Menurut
teori, pasien dengan PEB harus diberikan
regimen MgSO4 sebagai anti konvulsan
untuk mencegah terjadinya kejang dan
diberikan juga obat anti hipertensi untuk
mengontrol tekanan darah pasien.
Magnesium sulfat harus diberikan pada
wanita dengan preeklampsia yang
dikhawatirkan berisiko terjadi eklampsia.
Magnesium sulfat diberikan pada keadaan
preeklampsia berat yang akan dilakukan
persalinan sampai postpartum. Wanita
hamil yang menggunakan magnesium
sulfat memiliki risiko 58% lebih rendah
terjadinya kejang eklampsia. Jika
magnesium sulfat diberikan, terapi
dilanjutkan selama 24 jam setelah
persalinan atau 24 jam setelah kejang
terakhir.
Ketika magnesium sulfat diberikan,
penilaian rutin terhadap output urine, reflex
patella, laju pernapasan dan saturasi oksigen
penting untuk dilakukan.Penggunaan
MgSO4 :Loading dose 4 gr MgSO4 di dalam
250cc cairan infus diberikan selama 15 menit
lalu dilanjutkan dengan dosis maintainance
1-2 gram/ jam MgSO4 dalam cairan infus
sampai 24 jam postpartum dengan syarat
pemberian : reflex patella +, frekuensi nafas
>16 kali/menit, produksi urin minimal 30
cc/jam selama 4 jam terakhir dan tersedia
antidotum yaitu Ca glukonas 10%.
Setelah pasien dibawa ke ruang
rawatan, pasien segera dilakukan
pemeriksaan vital sign dan pasien tetap
terpasang drip MgSO4 sampai 24 jam post
partum dan dilakukan observasi terhadap
perdarahan. Pasien dipulangkan
dipulangkan pada hari nifas ketiga karena
keadaan ibu membaik, tekanan darah
berangsur normal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai