PENDAHULUAN
ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
2016).
dan mortalitas maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang
bahkan fetus/ neonates akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas
terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi
komplikasi yang umum terjadi. KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-
(SKDI) berada pada level kompetensi 3A, yaitu lulusan dokter mampu
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
1.3. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
2016).
dan korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel
seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam
dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi
aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi
pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari
semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun
2.3. Klasifikasi
1) KPD Preterm
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada
usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34
pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥
kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko
dan polihidramnion). Prosedur yang dapat berakibat pada kejadian KPD aterm
antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal
2016).
Perdarahan antepartum
Merokok
(Prawirahardjo, 2016):
2.5. Patofisiologi
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
(Prawirahardjo, 2016).
(Prawirahardjo, 2016).
(Prawirahardjo, 2016).
2.6. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
(WHO, 2013). Perlu diketahui juga waktu dan kuantitas dari cairan yang
adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
2016).
Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu
lebih dari 38℃ sena air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah
2016).
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus
dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan
test) merah menjadi biru (Prawirahardjo, 2016). Jika cairan amnion jelas
terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan lainnya
lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~
7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5-6) dan cari arborization of fluid dari
dengan memperhatikan:
Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi
dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang
kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan kepala yang datang
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis
berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital
2) Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi
2.7. Tatalaksana
1) Pastikan diagnosis
2) Tentukan umur kehamilan
2016).
rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban
berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat
yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
a) Penanganan Konservatif
selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
b) Penanganan Aktif
tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik
2.8. Komplikasi
(Prawirahardjo, 2016).
1) Komplikasi Ibu
(POGI, 2016).
2) Komplikasi Janin
lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput
terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada
sebuah studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien
Bila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami
a) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-
b) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.
(Prawirahardjo, 2016).
2016).
PEMBAHASAN
DATA DASAR
Nama : Ny.S
Umur : 41 thn
Alamat : Ngasem, Jati Kalen, Nganjuk
MRS : 10 Maret 2018 jam 06.00 WIB
ANAMNESIS
KU: keluar cairan dr jalan lahir
RPS: Pasien merasa hamil 9 bulan hamil anak ke 3. Pasien merasa
mengeluarkan cairan sedikit-sedikit sejak jam 01.30 WIB tidak berbau,
tidak lengket,warna jernih, tidak disertai lender dan darah, kenceng-
kenceng(-). Riwayat keputihan keruh, berbau amis 2 bulan terakhir.
Memakai pembersih vagina setiap hari. Kemudian oleh keluarga pasien
dibawa kerumah sakit. BAK dan BAB dbn. HPHT: 17-06-2017. Siklus
28-30 hari.Nyeri haid-
RPD: Hipertensi (-), DM (-), Pijat (-)
RPK: Hipertensi (-), DM (-)
Riwayat Persalinan:
1. ♀/9bln/Spt/Bidan/2500gr/17tahun
2. ♀/9bln/Spt/Bidan/3000gr/9tahun
3. Hamil ini
RiwayatAntenatal:
- ANC 6x dibidan
- TT : 1 kali
Riwayat KB:
- Pil berhenti10 bulan yll
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis BB 56 kg
GCS: 456
Tensi: 130/90 mmHg Nadi: 84x/menit regular RR: 18x/menit tax:36,4oC
trect : 36,8oC
Kepala : Anemis(-), Ikterik(-), Cyanosis(-), Dyspneu(-)
Leher: Pembesaran KGB(-)
Thorax : Pulmo : Rhonchi (-),Wheezing (-).
Cor : Bising jantung (-)
Ekstremitas: oedema -/-, varises -/-
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar:
Inspeksi:
Abdomen: Linea nigra(+),StriaeGravidarum(+)
Palpasi:
Pemeriksaan Luar
Leopold I : TFU 32 cm, Teraba bulat lunak His 10.2.20/sedang
TBJ: 2950g
Leopold II : Punggung kanan BJA 12.12.13
Leopold III : Teraba Keras, bulat, belum masuk PAP
Leopold IV : Bagian terbawah kepala, 5/5
Pemeriksaan Dalam:
VT Ø 1 cm eff 50% lunak, di medial pres : Kepala HI UPD~n Ket
(-) jernih
3.2. Pembahasan
datang dengan keluhan utama keluar cairan dari jalan lahir. Dari anamnesis
01.30. Cairan yang keluar tidak berbau, tidak lengket, warna jernih tidak
hari. BAK dan BAB dalam batas normal. HPHT 17 Juni 2017. Siklus 28-30
hari. Pasien telah melakukan ANC sebanyak 6 kali di bidan, dan sudah
mendapatkan vaksin TT 1 kali.
kehamilan yaitu linea nigra dan striae gravidarum. Pada pemeriksaan leopold
didapatkan TFU 32 cm, bagian bokong bayi berada pada fundus uteri, his
bagian kepala bayi berada di bawah, belum masuk PAP, bagian terbawah
kepala, dengan penurunan kepala 5/5 (kepala belum masuk PAP). Dari
cairan tidak lengket, tidak berbau, jernih, dan tidak disertai darah ataupun
lendir, maka dapst dicurigai cairan tersebut adalah cairan ketuban. Selain itu,
kehamilan sudah aterm, karena meskipun sudah aterm namun tidak ditemukan
adanya tanda-tanda inpartu, yaitu; his tidak adekuat, tidak ada keluar lendir
atau darah (bloody show), dan kepala janin belum masuk PAP (masih 5/5 atau
penurunan masih di Hodge I). Selain itu, dari ibu didapatkan riwayat infeksi
genitalia selama 2 bulan terakhir. Hal ini dapat mendukung diagnosis, karena
salah satu faktor resiko terjadinya KPD adalah adanya riwayat infeksi pada
traktus genitalia.
pemeriksaan, yaitu tes Nitrazin yang bertujuan untuk memastikan cairan yang
keluar adalah cairan ketuban, dengan menggunakan kertas lakmus, jika cairan
tersebut adalah ketuban maka lakmus merah akan berubah warna menjadi
vagina ~ 4.5-6). Selain itu, lakukan juga pemeriksaan USG untuk mengetahui
38 minggu, maka pasien ini akan dilakukan penanganan aktif dengan induksi
sudah siap untuk di terminasi kehamilan, maka bisa dinilai menggunakan skor
BISHOP. Pada pasien ini, didapatkan skor BISHOP >5, maka dapat dilakukan
induksi persalinan.
BAB IV
KESIMPULAN
sebelum terjadinya persalinan. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam
proses persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37
minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan
sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM).
Faktor resiko mola hidatidosa, yaitu riwayat ketuban pecah dini pada
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya
cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa
Pada kasus diatas, didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik,
maka dapat ditegakkan diagnosis sementara yaitu Ketuban Pecah Dini (KPD) Aterm.
Pasien didiagnosis sebagai KPD Aterm dari keluhan dan pemeriksaan fisik. Pada
pasien tersebut terdapat keluhan keluar cairan dari jalan lahir. Cairan yang keluar
tidak berbau, tidak lengket, warna jernih tidak disertai lender dan darah, maka dapat
dicurigai cairan tersebut adalah cairan ketuban. Selain itu, berdasarkan HPHT
didapatkan usia kehamilan 38-39 minggu,yang berarti usia kehamilan sudah aterm.
Diagnosis KPD tetap ditegakkan meskipun usia kehamilan sudah aterm, karena
meskipun sudah aterm namun tidak ditemukan adanya tanda-tanda inpartu, yaitu; his
tidak adekuat, tidak ada keluar lendir atau darah (bloody show), dan kepala janin
belum masuk PAP (masih 5/5 atau penurunan masih di Hodge I). Selain itu, dari ibu
didapatkan riwayat infeksi genitalia selama 2 bulan terakhir, dimana infeksi traktus
pada vagina, serta pemeriksaan USG. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu;
WHO, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Edisi Pertama, Jakarta: WHO Indonesia