“KECEMASAN”
Pembimbing :
M. Anwari., Ns.,M.Kep
Mas’udah., S.Kep.,Ns
Oleh :
Erna Lidia Sari, S.Kep
NPM : 1914901210106
V. Manifestasi klinis
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
VI. Pathway
Core Problem
Gangguan perilaku : kecemasan
Stressor
VII. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
a. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu
:
Identitas klien :
1) Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita dari pada laki-laki,
karena wanita lebih mudah stress disbanding pria
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerjaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar
4) Pendidikan : Lebih rentan terjadi pada orang dengan pendidikan yang
rendah
b. Alasan masuk
Sesuai diagnose awal klien pertama kali masuk rumah sakit
c. Fisik
Tanda vital :
TD : Meningkat
N : Menurun
S : Normal, ada juga yang mengealami hipotermi tergantung respon
individu dalam menangani ansietasnya
RR : Nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
Engah
Keluhan fisik
Refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah
d. Psikososial
Konsep diri
1. Gambaran diri : Wajah tegang, mata berkedip, tremor, gelisah, keringat
berlebih
2. Peran : Menarik diri dan menghindari dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat
3. Ideal diri : Berkurangnya toleansi terhadap stress dan kecendrungan
kearah fokus eksternal dari keyakinan control
4. Harga diri : Klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang
tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian
tertentu
Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti: keluarga
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar
dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah
e. Status Mental:
1. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik
biasanya penampilannya tidak rapi.
2. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5. Afek : labil
6. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan
mudah curiga, kontak mata kurang.
7. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8. Proses pikir : persevarsi
9. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,
tempat dan orang (ansietas berat)
11. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang
lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
2. Gangguan alam perasaan : cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.
b. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
Strategi Pelaksanaan
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak?
Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas.
Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan udara melalui mulut dengan
meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba bapak praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di serambi depan?
Dalami, E., Suliswati., Farida, P., Rochimah., & Banon E. 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info Media.
Stuart, G.W., & Sundden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta :
EGC.