Anda di halaman 1dari 25

1.

Konsep Defisit Perawatan Diri

1.1 Definisi Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB dan
BAK (toileting). Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Oleh karena itu, personal hygiene sangat perlu diterapkan, mengingat banyak manfaat
yang ada untuk pencegahan segala penyakit yang bisa ditimbulkan (Laili et al., 2014).
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang

mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan

eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk et al., 2018).

1.2 Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola Kadang Tidak


perawatan perawatan diri melakukan
diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

Gambar 2.1 Rentang respon

Keterangan:

- Pola perawatan diri seimbang, Ketika klien menerima stressor dan mampu

berperilaku tepat sesuai dengan keadaannya pada saat itu.

- Kadang perawatan diri tidak seimbang, Saat klien mendapatkan stresor lalu

klien kadang melakukan sesuai stressor yang diterimanya, kadang juga tidak

memperhatikan perawatan dirinya.

- Tidak melakukan perawatan diri, Klien tidak mempedulikan keadaannya dan

tidak bisa melakukan perawatan diri sesuai dengan stressor yang

diterimanya.

1.3Faktor penyebab Defisit Perawatan Diri

a. Faktor Predisposisi (Nurhalimah, 2016)


1
1. Biologis, dimana defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit

fisik dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan

keperawatan diri dan dikarenakan adanya faktor herediter dimana

terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2. Psikologis, adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang

tidak kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan

memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi

terganggu. Klien yang mengalami defisit perawatan diri dikarenakan

kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli

terhadap diri dan lingkungannya termasuk perawatan diri.

3. Sosial, kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan yang

mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merawat diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi yang menyebabkan defisit perawatan diri yaitu penurunan

motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut

(Rochmawati et al., 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

1. Gambaran Tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

2
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien penderita

diabetes mellitus, ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

6. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan lain-lain.

1.4 Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
1.4.1 Faktor predisposisi
1.4.1.1 Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
1.4.1.2 Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.

1.4.1.3 Kemampuan realitas turun


Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
1.4.1.4 Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
3
dalam perawatan diri.

1.4.2 Faktor presipitasi


Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang


mempengaruhi personal hygiene adalah:
1.4.2.1 Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
1.4.2.2 Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
1.4.2.3 Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
1.4.2.4 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita
diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
1.4.2.5 Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
1.4.2.6 Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
1.4.2.7 Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

1.5 Mekanisme Koping


Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:

4
1.5.1 Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).

1.5.2 Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak


menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk,
2015).

1.5.3 Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).

1.5.4 Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi


dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)

1.6 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (Mukhripah & Iskandar, 2014) tindakan mandiri keperawatan pada

pasien dengan defisit perawatan diri yaitu:

1) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

2) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

3) Membantu pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.

4) Menjelaskan cara makan yang baik.

5) Membantu pasien mempraktikan cara makan yang baik.

6) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

7) Membantu pasien mempraktikan cara eliminasi yang baik.

8) Menjelaskan cara berdandan.

9) Membantu pasien mempraktikan cara berdandan.

5
10) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri

2.1 Pengkajian

Defisit Perawatan Diri pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi akibat ada

perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan perawatan diri tampak

dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri makan secara mandi, berhias diri secara

mandiri dan eliminasi (buang air besar/buang air kecil) secara mandiri (Hastuti &

Rohmat, 2018).

2.1.1 Alasan masuk


Alasan masuk merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat

dirumah sakit. Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri, tidak

mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,

tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain. Terdiri dari

nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk,

alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.

2.1.2 Faktor Predisposisi

2.1.2.1 Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2.1.2.2 Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
2.1.2.3 Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
2.1.2.4 Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.
2.1.2.5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
2.1.2.6 Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
2.1.2.7 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat
menimbulkan frustasi.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan penampilan klien

yang kotor dan acak-acakan.

Psikososial

2.2 Genogram
6
Menggambarkan klien dan anggota keluarga klien yang mengalami

gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan

pola asuh.

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Citra Tubuh

Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien

mengenai tubuh yang disukai maupun tidak disukai.

2.3.2 Identitas Diri

Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat, kepuasan paien

terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau

perempuan.

2.3.3 Peran Diri

Meliputi tugas atau peran klien didalam keluarga/pekerjaan/kelompok

maupun masyarakat, kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi

atupun perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun

dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang terjadi.

2.3.4 Ideal Diri

Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi, tugas,

peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan lingkungan

sekitar, dan penyakitnya.

2.3.5 Harga Diri

Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan kondisi,

dampak pada klien yang berhubugan dengan orang lain, fungsi peran yang

tidak sesuai dengan harapan, penilaian klien tentang pandangan atau

penghargaan orang lain.

2.3.6 Hubungan Sosial

7
Hubungan klien dengan orang lain akan sangat terganggu karena

penampilan klien yang kotor yang mengakibatkan orang sekitar menjauh

dan menghidnari klien. Terdapat hambatan dalam berhubungan dengan

orang lain.

2.3.7 Spiritual

Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien terganggu dikarenakan

klien mengalami gangguan jiwa.

2.3.8 Status Mental

2.3.9 Penampilan

Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui caranya

berpakaian dan penggunaan pakaian tidak sesuai.

ii. Cara bicara atau Pembicaraan

Cara bicara klien yang lambat, gagap, sering terhenti atau bloking,

apatis serta tidak mampu memulai pembicaraan.

iii. Aktivitas motorik

Biasanya klien tamoak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.

iv. Alam perasaan

Klien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri dan

merasa dihina.

v. Afek

Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah-ubah, kesepian,

apatis, depresi atau sedih dan cemas.

vi. Interaksi saat wawancara

Respon klien saat wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung,

kontak kurang serta curiga yang menunjukkan sikap ataupun peran

tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.

8
vii. Persepsi

Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap hal-hal kebersihan

diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan dan perabaan yang

membuat klien tidak ingin membersihkan diri dan klien mengalami

depersonalisasi.

viii. Proses pikir

Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik, sirkumtansial, terkadang

tangensial, kehilanagn asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik dann

terkadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.

i. Kebutuhan Klien Pulang

1. Makan

Klien kurang makan, cara makan klien yang terganggu serta pasien

tidak memiliki kemampuan untuk menyiapkan dan membersihkan alat

makan.

2. Berpakaian

Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa memakai pakaian yang

sesuai dan berdandan.

3. Mandi

Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, mencuci

rambut, menggunting kuku, tubuh klien tampak kusan dan badan klien

mengeluarkan aroma bau.

4. BAB/BAK

Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di temoat tidur dan

klien tidak dapat membersihkan BAB/BAK nya.

5. Istirahat

Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun setelah

bangun tidur.
9
6. Penggunaan obat

Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum obat tidak teratur.

7. Aktivitas di Rumah

Klien tidak mampu melakukan semua aktifitas di dalam rumah karena

klien selalu merasa malas.

2.3.10 Mekanisme Koping

2.3.10.1Adaptif

Klien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa

menyelesaikan masalah yangada, klien tidak mampu berolahraga

karena klien selalu malas.

2.3.10.2Maladaptif

Klien bereaksi sangat lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau

bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.

2.3.10.3Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan

orang lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan

sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.

2.3.10.4 Pengetahuan

Klien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif

sehingga tidak mampu mengambil keputusan.

2.3.11 Sumber Koping

Merupakan evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.

Individu dapat mengatasi stress da ansietas dengan menggunakan sumber

koping yang terdapat di lingkungannya. Sumber koping ini dijadikan

modal untuk menyelesaikan masalah.

10
1. Asuhan Keperawatan Teorotis
1.1 PengkajianKeperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri
sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya

penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan


pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya
faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu,
menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang
mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda
vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan
head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-
acakan.
e. Psikososial

11
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien
sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta
harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan
orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan
dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
g) spiritual

12
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental

13
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu
cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien
tidak mau membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,

14
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan
kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan bdan pasien mengeluarkan
aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC
setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat
tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di
dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa
malas.

15
j) Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak
mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga,
pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi
dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil
keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif

16
1.1.1 Pohon Masalah

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan Affect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Isolasi Sosial: Menarik diri

Causa

Harga Diri Rendah

Gambar 2.2 Pohon masalah. Sumber: (Keliat et al., 2006)

17
1.1.2 Analisa Data

Tabel 2.1 Analisa Data

Data Masalah
Subjektif: Defisit Perawatan
 Klien mengatakan malas untuk merawat dirinya Diri
karena menurutnya mandi ataupun tidak mandi
tetap tidak ada yang memperhatikannya.
 Klien hanya mengganti baju jika merasa ingin,
dan ketika disuruh. Jika tidak maka klien tidak
akan ganti pakaiannya
 Klien mengatakan tidak pernah mencuci tangan
saat makan dan ketika selesai makan klien
hanya melap di pakaiannya saja,
 Klien mengatakan jika BAB/BAK hanya
menyiramnya begitu saja.

Objektif:
1. Klien tampak kotor
2. Klien sering memakai pakaian yang sama tiap
harinya dan berbau
3. Kuku klien tampak sangat kotor dan panjang
4. Mulut klien tampak kotor dan giginya kuning

18
30

Subjektif: Harga Diri Rendah


Klien mengatakan malu saat bertemu orang lain
karena merasa kotor dan dirinya bau

Objektif:
1. Klien tampak sedih dan murung
2. Klien hanya berbicara saat ada yang orang
mengajaknya berbicara

Subjektif: Isolasi Sosial


Klien mengatakan lebih senang menyendiri saja

Objektif:
1. Klien tampak melamun
2. Klien sering menghindari orang sekitar

19
1.1.3 Rencana Keperawatan

Tabel 2.2 Rencana keperawatan. Sumber: (Keliat et al., 2006)

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Defisit Perawatan TUM:
Diri Klien dapat memelihara
berhubungan kebersihan diri
dengan secara mandiri
Gangguan TUK:
Psikologis 1. Klien dapat Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya dengan prinsip
membina menunjukkan rasa senang, komunikasi terapeutik
hubungan saling klien bersedia berjabat 1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal
percaya tangan, klien bersedia maupun nonverbal
menyebutkan nama, ada 2. Perkenalkan diri dengan sopan
kontak mata, klien bersedia 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
duduk berdampingan panggilan klien
dengan perawat, klien 4. Jelaskan tujuan pertemuan
bersedia mengutarakan 5. Jujur dan menepati janji
masalah yang dihadapinya. 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
7. Beri perhatian pada pemenuhan
kebutuhan dasar klien

1
2. Klien dapat Klien dapat menyebutkan 2) Kaji pengetahuan klien tentang
mengidentifikasi kebersihan dirinya kebersihan diri dan tandanya
kebersihan diri 3) Beri kesempatan klien untuk menjawab
klien pertanyaan

3. Klien dapat Klien dapat memahami 1. Jelaskan pentingnya kebersihan diri


menjelaskan pentingnya kebersihan 2. Minta klien menjelaskan kembali
pentingnya dirinya pentingnya kebersihan diri
kebersihan diri 3. Diskusikan dengan klien tentang
kebersihan diri
4. Beri penguatan positif atas jawabannya

4. Klien dapat Klien dapat menyebutkan dan 1. Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara
menjelaskan dapat mendemonstrasikan membersihkan diri
peralatan yang dengan alat kebersihan 2. Peragakan cara membersihkan diri dan
digunakan untuk mempergunakan alat untuk
menjaga membersihkan diri
kebersihan diri 3. Minta klien untuk memperagakan ulang
dan cara alat dan cara kebersihan diri
melakukan 4. Beri pujian positif terhadap klien
kebersihan diri

2
5. Klien dapat Klien dapat mengerti cara makan 1. Jelaskan cara makan yang benar
menjelaskan cara yang benar 2. Beri kesempatan klien untuk bertanya
makan yang benar dan mendemonstrasikan cara yang
benar
3. Beri pujian positif pada klien
6. Klien dapat Klien dapat mengerti cara mandi 1. Jelaskan cara mandi yang benar
menjelaskan cara yang benar 2. Beri kesempatan klien untuk bertanya
mandi yang benar dan mendemonstrasikan cara yang
benar
3. Beri pujian positif pada klien
7. Klien dapat Klien dapat mengerti cara 1. Jelaskan cara berdandan yang benar
menjelaskan cara berdandan yanag benar 2. Beri kesempatan klien untuk bertanya
berdandan yang dan mendemonstrasikan cara yang
benar benar
3. Beri pujian positif pada klien
8. Klien dapat Klien dapat mengerti cara 1. Jelaskan cara toileting yang benar
menjelaskan cara toileting yanag benar 2. Beri kesempatan klien untuk bertanya
toileting yang dan mendemonstrasikan cara yang
benar benar
3. Beri pujian positif pada klien

3
34

2.1.2 Implementasi

Tindakan keperawatan menurut (Keliat et al., 2010)

1. Tujuan keperawatan:

a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

b) Pasien mampu melakukan berhias secara baik.

c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.

d) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.

2. Tindakan keperawatan:

a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara menjelaskan

pentingnya menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat untuk menjaga

kebersihan diri, menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri, dan

melatih klien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.

b) Membantu klien latihan berhias dengan cara latihan berhias, pada pria

dengan melatih cara berpakaian, menyisir rambut dan bercukur, sedangkan

pada klien perempuan meliputi cara berpakaian, menyisir rambut dan

berhias/berdandan.

c) Melatih klien cara makan secara mandiri dengan cara menjelaskan tempat

untuk BAK/BAB yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan diri

setelah BAB dan BAK, dan menjelaskan cara membersihkan tempat

setelah BAB dan BAK.

3. Strategi Pelaksanaan

a. SP 1: Mendiskusikan dengan klien pentinnyakebersihan diri, cara- cara

merawat diri dan melatih klien cara-cara perawatan kebersihan diri.

4
35

b. SP 2: Melatih cara untuk berhias dan berapakaian, untuk laki-laki dengan

berpakaian, menyisir rambut dan bercukur. Perempuan dengan

berpakaian, menyisir rambut dan berdandan.

c. SP 3: Melatih pasien makan secara mandiri dengan menjelaskan cara

mempersiapkan makan, menjelaskan cara mmenjelaskan cara merapikan

peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan

makan yang baik.

d. SP 4: Mengajarkan klien melakukan BAK/BAB secara mandiri dengan

menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, mejelaskan cara

membersihkan diri setelah BAB/BAK, menjelaskan cara membersihkan

tempat setelah BAB/BAK.akan yang tertib.

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan

masih dibutuhkan dan sesuai kondisi pasien saat ini (Mukhripah & Iskandar, 2014).

2.1.3 Evaluasi

Menurut (Mukhripah & Iskandar, 2014) Evaluasi merupakan proses yang

berkelanjutan dilakukan terus menerus untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat di bagi menjadi 2, sebagai

berikut:

1) Evaluasi proses (formatik) yang dilakukan setiap setelah melaksanakan tindakan

keperawatan.

5
2) Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan respons pasien

dengan tujuan yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.

S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

O: Respon objektif pasien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

A: Analisa terhadap data subjektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.

P: Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon pasien.

Evaluasi yang diharapkan setelah memberikan asuhan keperawatan adalah agar

pasien dapat mengetahui dan bisa melakukan perawatan diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai