NIKEN ANDALASARI
Pengertian
Eklampsia
€ Eklampsia adalah
suatu keadaan dimana didiagnosis ketika
preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;
2007)
€ Kesimpulan dari kelompok; eklampsia adalah suatu keadaan
dimana preeklampsia tidak dapat diatasi sehingga mengalami
gangguan yang lebih lanjut yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria serta kejang.
1
Etiolo
gi
Manifestasi
Klinis
€ Hiperaktif refleks
€ Proteinuria
€ Generalized edema
€ Visual gangguan
€ Kuadran kanan atas rasa sakit atau nyeri epigastrium
Komplika
si
€ Edema paru
€ Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat
vasospasme arteriol umum. Diketahui dengan pemeriksaan
fungsi hati, terutama dengan enzim
€ Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low
platelet)
€ Prematuritas
Pencegaha
n
€ Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan
mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan
diri sejak hamil muda
€ Mencari pada setiap pemeriksaan tanda- tanda
preeklampsia dan mengobatinya segera apabila
ditemukan
€ Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat
tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan
€
Penatalaksanaa
nDi saat kejang:
€
€ Pelihara jalan nafas
€ Miring dan ektensikan kepala
€ suction
€ Berikan MgSO4
€ Perhatikan juga:
€ Ruang perawatan harus tenang
€ Jalan nafas, suction, terapi oksigen
€ Pasang infus dengan cairan RL
€ Tensi dan nadi diukur tiap 15 menit
€ Keseimbangan cairan tubuh
€Pengakhiran
kehamilan:
€ Pertimbangkan pengakhiran kehamilan bila:
€ Distress pernafasan
€ Tekanan darah
€Pemeriksaan penunjang ;
€Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur
2 kali dengan interval 6 jam
€Laboratorium : protein uri (+) atau (++)
€Beratbadan:peningkatannyalebihdari1 kg/minggu
3. Etiologi / Penyebab
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,
tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini,
antara lain:
a. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan
penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak
wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang
fisiologis. Janin yang merupakan benda asing karena
ada faktor dari suami secara imunologik dapat
diterima dan ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda
asing dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem
imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon
imunologi dan terjadilah adaptasi. Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan
iskhemia utero placenta menimbulkan bahan vaso
konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini
mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin
dan aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan
vasokonstriksi general, termasuk oedem pada
arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap
angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan
permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
5. Pathway
6. Tanda dan Gejala Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau
lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang dalam
eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
a. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka
tanpa melihat (pandangan kosong), kelopak mata dan
tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke
kiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan
menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan
berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar
ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.
Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti
dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai
berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan
baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma
(Muchtar Rustam, 1998: 275).
7. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapt dibagi:
a. Eklampsia gravidarum
Kejadian 50% sampai 60%
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30% sampai 35%
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saat mulai inpartu
c. Eklampsia puerperium
Kejadian jarang yaitu 10%
Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir
8. Komplikasi
Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan
janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di bawah
ini biasanya terjadi pada eklampsia :
a. Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu
yang menderita hipertensi akut dan lebih sering
terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-
eklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemukan 23% hipofibrinogenemia.
Maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen
secara berkala.
c. Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal
karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah
ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau destruksi
sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang
sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
f. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69
kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah
jantung.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga
khas untuk eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan
pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga
dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnyz.
h. Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet.
i. Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal
tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh
akibat kejang-kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC
(dessiminated intravaskuler coogulation)
k. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-
uterin.
diastole
3
Hasil (+) : > 85
10. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang
aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat
penting bagi penanganan penderita eklampsia,
sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada
pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang
yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejangan ;
penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg
IM. Selain itu, penderita harus disertai seseorang
yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila
terjadi serangan kejangan.
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah
menghentikan kejangan mengurangi vasospasmus, dan
meningkatkan dieresis. Dalam pada itu, pertolongan
yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah
mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan
tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga
agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga
jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya
mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan
beberapa obat, misalnya:
Sodium pentotbal sangat berguna untuk menghentikan
kejang dengan segera bila diberikan secara
intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya
yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan
yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk
intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial dapat
diberikan sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan
perlahan-lahan.
Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf
pusat pada hubungan neuromuscular tanpa mempengaruhi
bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
dieresis, dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis
inisial yang diberikan ialah 8g dalam larutan 40%
secara intramuscular; selanjutnya tiap 6 jam 4g,
dengan syarat bahwa refleks patella masih positif,
pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus
melebihi 600ml per hari; selain intramuskulus,
sulfas magnesikus dapat diberikan secara intravena;
dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40%
MgSO4 dalam larutan 10ml intravena secara perlahan-
lahan, diikuti 8g IM dan selalu disediakan kalsium
gluakonas 1g dalam 10 ml sebagai antidotum.
Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg,
klorpromazin 100 mg, dan prometazin 50 mg dilarutkan
dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara infus
intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan
dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi
diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama
dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat
dijarangkan menurut keadaan penderita.
Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka
penderita eklampsia harus dihindarkan dari semua
rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti
keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus
uteri), letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung
janin) untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai
syarat pemberian SM (jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau
tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar
hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda
adanya kelainan pada otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
b. Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak
terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya
hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta
( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas
janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan
NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
c. Diagnosa keperawatan 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke placenta
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Istirahatkan ibu
dokter
R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan
penurunan after load jantung dengn vasodilatasi
pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan
menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke
placenta menjadi adekuat.
d. Diagnosa keperawatan 4
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan
ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami
sekarang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa
ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan
yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang
maladaptif
3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang
efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme
koping yang dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga
dapat membawa ketenangan hati
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan
5. Evaluasi
Dx 1: Pasien akan mempertahankan pola pernafasan
efektif dengan jalan nafas paten atau aspirasi
dicegah
Dx 2 :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
Dx 3 : agar cedera tidak terjadi pada janin
Dx 4 :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekaran
DAFTAR PUSTAKA