Anda di halaman 1dari 22

15/02/2016

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT MATERNITAS:
EKLAMPSIA

NIKEN ANDALASARI

Pengertian
Eklampsia
€ Eklampsia adalah
suatu keadaan dimana didiagnosis ketika
preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;
2007)
€ Kesimpulan dari kelompok; eklampsia adalah suatu keadaan
dimana preeklampsia tidak dapat diatasi sehingga mengalami
gangguan yang lebih lanjut yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria serta kejang.

1
Etiolo
gi

€ Penyebab eklampsia belum diketahui secara pasti.


Salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia
disebabkan iskemia rahim dan placenta (ischaemia
uteroplacentae).

Manifestasi
Klinis

€ Tanda-tanda atau gejala sebelum kejang meliputi:


€ Sakit kepala

€ Hiperaktif refleks

€ Proteinuria

€ Generalized edema

€ Visual gangguan
€ Kuadran kanan atas rasa sakit atau nyeri epigastrium
Komplika
si

€ Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi


akut.
€ Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait
nekrosis periportal hati pada penderita pre- eklampsia
€ Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia
€ Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat
terjadi. Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan
merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri

€ Edema paru
€ Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat
vasospasme arteriol umum. Diketahui dengan pemeriksaan
fungsi hati, terutama dengan enzim
€ Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low
platelet)
€ Prematuritas
Pencegaha
n
€ Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan
mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan
diri sejak hamil muda
€ Mencari pada setiap pemeriksaan tanda- tanda
preeklampsia dan mengobatinya segera apabila
ditemukan
€ Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat
tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan


Penatalaksanaa
nDi saat kejang:

€ Pelihara jalan nafas
€ Miring dan ektensikan kepala
€ suction
€ Berikan MgSO4

€ Perhatikan juga:
€ Ruang perawatan harus tenang
€ Jalan nafas, suction, terapi oksigen
€ Pasang infus dengan cairan RL
€ Tensi dan nadi diukur tiap 15 menit
€ Keseimbangan cairan tubuh
€Pengakhiran
kehamilan:
€ Pertimbangkan pengakhiran kehamilan bila:

€ Keadaan umum penderita membaik dan telah sadar

€ Bila persalinan telah mulai dan tak ada disproporsi sefalopelvik,


lakukan amniotomi dan bila syarat telah dipenuhi.
€ Bila persalinan belum mulai, setelah 12 jam bebas kejang dapat
dipilih:
€ Partus pervaginam

€ Section caesare bila serviks masih kaku atau pada


persangkaan disproporsi aefalopelvik

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklampsia


€ Pengkajian primer
€ Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :

€ Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal


€ Bersihkan jalan nafas

€ Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas

€ Distress pernafasan

€ Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

€ Breathing dan ventilasi


€ Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada

€ Suara pernafasan melalui hidung atau mulut

€ Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

€ Circulation dengan kontrol perdarahan


€ Denyut nadi karotis

€ Tekanan darah

€ Warna kulit, kelembaban kulit

€ Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal


€ Pengkajian sekunder
€ Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
€ Data subyektif
€ Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
€ Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
€ Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
€ Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
€ Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
€ Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

€Pemeriksaan penunjang ;
€Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur
2 kali dengan interval 6 jam
€Laboratorium : protein uri (+) atau (++)
€Beratbadan:peningkatannyalebihdari1 kg/minggu

€Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya


kelainan pada otak
€USG ; untuk mengetahui keadaan janin
ASKEP EKLAMSIA
Posted by Unknown

A.    Konsep Dasar Penyakit


1.      Definisi / Pengertian
Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya
kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia (Hipertensi,
oedema, proteinuria).
Eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg
ditandai dengan peningkatan TD  (S > 180 mmHg, D >
110 mmHg), proteinuria, oedema, kejang dan/atau
penurunan kesadaran.
Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan
hipertensi, edema, dan proteinuria. (Obsetri
Patologi ; UNPAD).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana
didiagnosis ketika pre eklampsia memburuk menjadi
kejang (Helen Varney ; 2007).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka
dapat disimpulkan yaitu eklampsia adalah suatu
keadaan dimana pre eklampsia tidak dapat diatasi
sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu
hipertensi, edema, dan proteinuria serta kejang.

2.      Epidemiologi / Insiden Kasus


Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius,
bahkan merupakan salah satu keadaan paling berbahaya
dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika
Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai
kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir,
dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 1991 –
1997 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di
Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya
mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu
dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu
hamil. Eklampsia di Indonesia masih merupakan
penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar
dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,
diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni
42,2%-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di
negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan
anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan
oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan
natal. Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas. Berlawanan dengan yang
sering diduga, eklampsia tidak menyebabkan
hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita
yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama,
frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian/lebih, tidak
lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa
eklampsia.

3.      Etiologi / Penyebab
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,
tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini,
antara lain: 
a.       Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan
penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak
wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b.      Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang
fisiologis. Janin yang merupakan benda asing karena
ada faktor dari suami secara imunologik dapat
diterima dan ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda
asing dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem
imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon
imunologi dan terjadilah adaptasi. Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan.
c.       Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan
iskhemia utero placenta menimbulkan bahan vaso
konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini
mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin
dan aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan
vasokonstriksi general, termasuk oedem pada
arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap
angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan
permeabilitas  pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.

d.      Teori Radikal Bebas


Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta
adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk
sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil,
sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal
bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron
dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila   ikatan pasangan elektron
rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan
mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel. Pada  eklamsia sumber
radikal bebas yang utama adalah placenta, karena
placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh
yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga
radikal bebas merusak sel. Pada eklamsia kadar lemak
lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi
radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar
anti oksidan juga menurun.
e.       Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi
darah, melindungi pembuluh darah agar tidak banyak
terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh
vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu
peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak
tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam
jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang
rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel
endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel ini sangat
spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu
berupa “glumerulus endotheliosis”.
Gambaran  kerusakan endotel pada ginjal yang
sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre
eklamsia.
f.       Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat
prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang
yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero
placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang
menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan
jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang
terjadi menurunkan pembentukan derivat prostaglandin
(tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan
sehingga berbanding  7 : 1 dengan prostasiklin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi
kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g.      Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari.
Bila terjadi kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin,
kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan
dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan
kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan
menurunnya strike volume sehingga aliran darah
menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot
pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga
terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan
darah.
4.      Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta
yang diduga berhubungan dengan berbagai faktor. Satu
diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan
peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh
janin yang besar pada primipara, anak kembar atau
hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya
vasokonstriksor yang bila memasuki sirkulasi
menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini
mengakibatkan peningkatan produksi rennin,
angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin
menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin
memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron
mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan udema
generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam
sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ, termasuk ke utero plasental fatal unit.
Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Eklamsi yang berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta
dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.

5.      Pathway
6.      Tanda dan Gejala Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau
lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang dalam
eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
a.       Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka
tanpa melihat (pandangan kosong), kelopak mata dan
tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke
kiri.
b.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan
menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan
berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c.       Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar
ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.
Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti
dan penderita tidak sadar, menarik  nafas seperti
mendengkur.
d.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai
berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan
baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma
(Muchtar Rustam, 1998: 275).

7.      Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapt dibagi:
a.       Eklampsia gravidarum
  Kejadian 50% sampai 60%
  Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b.      Eklampsia parturientum
  Kejadian sekitar 30% sampai 35%
  Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saat mulai inpartu
c.       Eklampsia puerperium
  Kejadian jarang yaitu 10%
  Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir

8.      Komplikasi
Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan
janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di bawah
ini biasanya terjadi pada eklampsia :
a.       Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu
yang  menderita hipertensi akut dan lebih sering
terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-
eklampsia.
b.      Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemukan 23% hipofibrinogenemia.
Maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen
secara berkala.
c.       Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal
karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah
ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau destruksi
sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang
sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
d.      Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.
e.       Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
f.       Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69
kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah
jantung.
g.      Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga
khas untuk eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan
pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga
dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnyz.
h.      Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet.
i.        Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal
tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j.        Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh
akibat kejang-kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC
(dessiminated intravaskuler coogulation)
k.      Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-
uterin.

9.      Pemeriksaan Diagnostik / penunjang


Pada umumnya diagnosa pre eklamsia didasarkan atas
adanya 2 dari trias gejala utama. Uji diagnostik
yang dilakukan pada pre eklamsia menurut
Prawirohardjo, S, 1999  adalah :
  Uji Diagnostik Dasar diukur melalui :
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam
urine, pemeriksaan oedem, pengukuran tinggi fundus
uteri dan pemeriksaan funduskopi.
  Uji Laboratorium Dasar

a.       Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi

eritrosit pada sediaan hapus darah tepi).

b.      Pemeriksaan fungsi hati (billirubin, protein serum, aspartat amino

transferase, dan lain-lain).

c.       Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).


  Uji Untuk Meramalkan Hipertensi

a.             Roll over test.


     Cara memeriksa :
Penderita tidur miring kekiri kemudian tensi diukur
diastolik, kemudian tidur terlentang, segera ukur
tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol,
tidur miring dan terlentang, hasil pemeriksaan ; ROT
(+) jika perbedaan > 15 mmHg, ROT (-) jika perbedaan
< 15 mmHg.

b.            Pemberian infus angiotensin II

c.             Mean Arterial Pressure yaitu : tekanan siastole + 2 tekanan

diastole
                                                     
                                                 3
Hasil (+)  : > 85

10.  Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang
aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat
penting bagi penanganan penderita eklampsia,
sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada
pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang
yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejangan ;
penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg
IM. Selain itu, penderita harus disertai seseorang
yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila
terjadi serangan kejangan.
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah
menghentikan kejangan mengurangi vasospasmus, dan
meningkatkan dieresis. Dalam pada itu, pertolongan
yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah
mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan
tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga
agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga
jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya
mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan
beberapa obat, misalnya:
  Sodium pentotbal sangat berguna untuk menghentikan
kejang dengan segera bila diberikan secara
intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya
yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan
yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk
intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial dapat
diberikan sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan
perlahan-lahan.
  Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf
pusat pada hubungan neuromuscular tanpa mempengaruhi
bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
dieresis, dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis
inisial yang diberikan ialah 8g dalam larutan 40%
secara intramuscular; selanjutnya tiap 6 jam 4g,
dengan syarat bahwa refleks patella masih positif,
pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus
melebihi 600ml per hari; selain intramuskulus,
sulfas magnesikus dapat diberikan secara intravena;
dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40%
MgSO4 dalam larutan 10ml intravena secara perlahan-
lahan, diikuti 8g IM dan selalu disediakan kalsium
gluakonas 1g dalam 10 ml sebagai antidotum.
  Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg,
klorpromazin 100 mg, dan prometazin 50 mg dilarutkan
dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara infus
intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan
dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi
diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama
dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat
dijarangkan menurut keadaan penderita. 
Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka
penderita eklampsia harus dihindarkan dari semua
rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti
keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.      Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan
eklampsia adalah :
a.       Data subyektif :
-          Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , <
20 tahun atau > 35 tahun
-          Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi
peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
-          Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal,
anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
-          Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan eklamsia sebelumnya
-          Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik
makanan pokok maupun selingan
-          Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil
dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu
kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b.      Data Obyektif :
-          Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam
-          Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus
uteri), letak janin, lokasi edema
-          Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung
janin) untuk mengetahui adanya fetal distress
-          Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai
syarat pemberian SM (jika refleks + )
-          Pemeriksaan penunjang ;
  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau
tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar
hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
  Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda
adanya kelainan pada otak
  USG ; untuk mengetahui keadaan janin
  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a.       Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
b.      Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
c.       Risiko cedera pada janin  berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke placenta
d.      Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

3.      Rencana Tindakan Keperawatan


a.       Diagnosa keperawatan 1
ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan nafas maksimal.
Kriteria Hasil :
 Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif
dengan jalan nafas paten atau aspirasi dicegah
Intervensi:
1)      Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari
benda atau zat tertentu atau alat yang lain untu
menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi.
R/ menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu
benda asing ke faring.
2)      Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan
datar, miringkan kepala selama serangan kejang.
R/ meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh
dan menyumbat jalan nafas
3)      Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada
dan abdomen.
R/ untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi
dada
4)      Lakukan penghisapan sesuai indikasi
R/ menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia
5)      Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual
sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia cerebral
.

b.      Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak
terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal
Intervensi :
1.      Monitor DJJ sesuai indikasi
      R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya
hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2.      Kaji tentang pertumbuhan janin
      R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3.      Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta
( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang, aktifitas
janin turun )
      R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4.      Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
      R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5.      Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan
NST
      R/. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

c.       Diagnosa keperawatan 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke placenta
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :
Intervensi :
                                                              Istirahatkan ibu

R/ dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism


tubuh menurun dan peredaran darah ke placenta
menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin
dapat dipenuhi
                                                              Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri

R/ dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava


dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang
membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi
lancar
                                                              Pantau tekanan darah ibu

R/ untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta


seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke
placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin
berkurang.
                                                              Memantau bunyi jantung ibu

R/ dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau


menurukan  menandakan suplai O2 ke placenta
berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan
selanjutnya.
Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan
                                                              

dokter
R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan
penurunan after load jantung dengn vasodilatasi
pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan
menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke
placenta menjadi adekuat.

d.      Diagnosa keperawatan 4
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan
ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami
sekarang
Intervensi :
      1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa
ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan
yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang
maladaptif
3.  Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang
efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme
koping yang dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga
dapat membawa ketenangan hati

4.      Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan

5.      Evaluasi
  Dx 1: Pasien akan mempertahankan pola pernafasan
efektif dengan jalan nafas paten atau aspirasi
dicegah
 Dx 2 :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
 Dx 3 : agar cedera tidak terjadi pada janin
 Dx 4 :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekaran

DAFTAR PUSTAKA

Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan


Obstetri. Jakrta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Wiknojosatro, hanifa. 2005. Ilmu
Kebidanan.. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai