Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

OBAT PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

DI SUSUN OLEH :

1. ANA SETIANI
2. CHORIDAH
3. DELVIANA
4. DESMA RAHMA SARI
5. DWI TRISNAWATI
6. ELLIA AYU K.S
7. ERTHA RIZKI R

DOSEM PEMBIMBING : ROHANI, SST, M.KES

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia, taufik dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Obat
Preeklampsia dan Eklampsia”.
Kami mengetahui makalah kami ini jauh dari sempurna, karena di dunia
ini tidak ada yang sempurna, maka dari itu, kritik dan saran dari para dosen dan
teman-teman sangat kami harapkan, agar terciptanya makalah yang lebih baik.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Harapan kami agar makalah ini dapat
menambah pengetahuan mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi .............................................................................. 4
2.2 Macam-macam obat preeklampsia dan eklampsia ............. 5
2.3 Indikasi dan kontra indikasi .............................................. 7
2.4 Dosis yang digunakan ....................................................... 7
2.5 Mekanisme kerja obat ........................................................ 9
2.6 Efek samping dan cara mengatasi ..................................... 11
2.7 Merek dagang .................................................................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yang

termasuk dalam komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung

kehamilan. Istilah kesatuan penyakit harus diartikan bahwa kedua

peristiwa dasarnya sama dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan

yang lebih berat dan berbahaya dari preeklampsia dengan tambahan

gejala-gejala tertentu. Oleh karena itu, diagnosis dini preeklampsia yang

merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu

segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi,

edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh

wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu yang

singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Preeklampsia

merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi pada ante, intra,

dan postpartum (Saifuddin, 2008).

Data WHO memperkirakan angka total kematian ibu di dunia

mencapai 536.000 meninggal dunia akibat masalah persalinan, sedangkan

kematian perinatal sebanyak 10.000.000 orang setiap tahun. Penyebab

utama kematian maternal adalah perdarahan, gestosis, infeksi dan

kematian perinatal adalah asfiksia, trauma persalinan, infeksi dan

prematuritas (Manuaba, 2007).

1
Menurut Sumardi dari Biro Informasi dan Penerangan Departemen

Kesehatan pada tahun 2006 laporan Badan Pusat Statistik (BPS)

menyebutkan AKI menjadi 248 per 100.000 kelahiran. Dibandingkan

dengan angka kematian ibu dinegara tetangga, seperti Thailand, Malaysia,

dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal,

karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai

suatu keadaan yang sangat ideal.

Menurut Direktur Bina Kesehatan Ibu Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Sri Hermiyanti mengatakan,

dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Angka Kematian Ibu

(AKI) tercatat sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab

langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah

perdarahan (28 persen). Sebab lain, yaitu eklampsia (24 persen), infeksi

(11 Persen), partus lama (5 persen), dan (5 persen) abortus.

Adapun salah satu faktor penting dalam upaya pemerintah untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) adalah dengan menyediakan pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat dan difokuskan pada

tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan

neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur

mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan

dan penanganan komplikasi.(Saifuddin, 2008)

2
Dari data-data statistik diatas dapat disimpulkan bahwa Preeklampsia

Berat sebagai salah satu tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan

nifas, oleh sebab itu penulis ingin membahas lebih dalam tentang “Obat

Preeklampsia dan Eklampsia ”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari pre eklampsia dan eklampsia?

2. Apa saja macam-macam obat pre eklampsia dan eklampsia?

3. Apa indikasi dan kontraindikasi obat pre eklampsia dan eklampsia?

4. Bagaimana dosis yang digunakan obat pre eklampsia dan eklampsia?

5. Bagaimana mekanisme kerja obat pre eklampsia dan eklampsia?

6. Apa saja efek samping obat pre eklampsia dan eklampsia?

7. Apa saja merek dagang obat pre eklampsia dan eklampsia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari pre eklampsia dan eklampsia.

2. Untuk mengetahui macam-macam obat pre eklampsia dan eklampsia.

3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat pre eklampsia dan

eklampsia.

4. Untuk mengetahui dosis yang digunakan obat pre eklampsia dan

eklamsia.

5. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat pre eklampsia dan eklampsia.

6. Untuk mengetahui efek samping obat pre eklampsia dan eklampsia.

7. Untuk mengetahui merek dagang obat pre eklampsia dan eklampsia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan oedema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu pada penyakit trofoblas. (Anggraini, 2014)

Peeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disetai

proteinuria dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Anggraini,

2014).

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang

tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada

wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang-kejang.

Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum,

saat atau setelah melahirkan. (Anggraini, 2014).

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan

timbul akibat kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah

menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. (Anggraini, 2014).

4
2.2 Macam-Macam Obat Preeklampsia Dan Eklampsia

Kategori obat-obatan antikonvulsan

Mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri aktivitas klinik dan elektrik

kejang

1. Magnesium sulfat

Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat

merupakandrug of choice untuk mengobati kejang eklamptik

(dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin). Merupakan anti

konvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuh dan

mempertahankan aliran darah keuterus dan aliran darah kefetus.

Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada 95%

kasus. selain itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus

dengan meningkatkan aliran darah ke uterus.(Anggraini, 2014)

2. Fenotinin

Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik,

namun diduga menyebabkan bradikardi dan hipotensi. Fenitoinbekerja

menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di sebrang

membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan

secara oral untuk beberapa hari beberapa hari sampai risiko kejang

eklamptik berkurang. Fenitoin juga memiliki kadar terapetik dan

penggunaannya dalam jangka pendek sampai sejauh ini tidak

memberikan efek samping yang buruk pada neonates.(Anggraini,

2014)

5
3. Diazepam

Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pasa

kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek

depresi SSP yang signifikan.(Anggraini, 2014)

4. Hidralazin

Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan

takikardi dan peningkatan cardiac output. Hidralazin membantu

meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi.

Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada

95% pasien dengan eklampsia.(Anggraini, 2014)

5. Labetalol

Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan

peoral. Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari hidralazin pada

penderita eklampsia. Aliran darah ke uteroplasenta tidak dipengaruhi

oleh pemberian labetalol IV.(Anggraini, 2014)

6. Nifedipin

Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek

vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat

oral.(Anggraini, 2014)

7. Klonidin

Menstimulasi adrenoreseptor alfa-2 stem otak, sehingga mengaktivasi

penghambatan neuron, menghasilkan penurunan aliran simpatetik dari

6
SPP, penurunkan resistensi perifer, resistensi vaskuler, resistensi

vaskuler renal, denyut jantung dan tekanan darah.

Merupakan agonis selektif reseptor 2 (2-agonis). Obat ini merangsang

adrenoreseptor 2 di SPP dan perifer, tetapi efek antihipertensinya

terutama akibat perangsangan reseptor 2 di SPP.(Anggraini, 2014)

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi : Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis

kronis dan emphysema, hipertensi, dapat digunakan tunggal atau

kombinasi dengan deuritika golongan tiazi,

Ibu

- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan

terapi. Konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi

kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada

gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).(Anggraini, 2014)

Kontra indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, hamil dan laktasi,

anak.(Anggraini, 2014)

2.4 Dosis yang digunakan

Dosis:

1. Magnesium sulfat

Inisial: 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit, bila kejang timbul setelah

pemberian bolus, dapat ditambahkan 2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang

7
lebih 10-15% pasien mengalami kejang lagi setelah pemberian loading

dosis. Dosis rumatan: 2-4 g/jam IV perdrib. Bila kadar magnesium >10

mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberian per bolus maka dosis

rumatan dapat diturunkan. Pada Magpie Study, untuk keamanan, dosis

magnesium dibatasi. Dosis awal terbatas pada 4 g. Bolus IV,

dilanjutkan dengan dosis rumatan 1 g./jam. Jika diberikan IM,dosisnya

10 g. dilanjutkan 5 g.Setiap 4 jam. Terapi diteruskan hingga 24

jam.(Anggraini, 2014)

2. Fenotinin

Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drib dengan kecepatan <50 mg/min,

diikuti dengan dosis rumatan 5 mg/kgbb. 2 jam kemudian.(Anggraini,

2014)

3. Diazepam

Dosis : 5 mg IV.(Anggraini, 2014)

4. Hidralazin

Dosis : 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah

<110 mmHg. Aksi obat mulai dalam 15 menit, puncaknya 30-60

menit, durasi kerja 4-6 jam.(Anggraini,2014)

5. Labetalol

Dosis: Dosis awal 20 mg,dosis kedua ditingkatkan hingga 40 mg, dosis

berikutnya hingga 80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg.

Dapat diberikan secara konstan melalui infus, aksi obat dimulai

8
setelah 5 menit, efek puncak pada 10-20 menit, durasi kerja obat 45

menit sampai 6 jam.(Anggraini, 2014)

6. Nifedipin

Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120

mg/hari.(Anggraini, 2014)

7. Klonidin

Dosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan 0.1-

0.2 mg/hari sampai 2.4 mg/hari. Penggunaan klonidin menurunkan

tekanan darah sebesar 30-60 mmHg, dengan efek puncak 2-4 jam dan

durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang sering terjadi adalah mulut

kering dan sedasi. Gejala ortostatik kadang terjadi. Penghentian

mendadak dapat menimbulkan reaksi putus obat.(Anggraini, 2014)

2.5 Mekanisme kerja obat

1. Maknesium sulfat

Mekanisme kerja magnesium sulfat adalah menekan pengeluaran

asetilkolin pada motor endplate. Magnesium sebagai kompetisi

antagonis kalsium juga memberikan efek yang baik untuk otot skelet.

Magnesium sulfat dikeluarkan secara eksklusif oleh ginjal dan

mempunyai efek antihipertensi.(Anggraini, 2014)

2. Fenotinin

Fenotinin bekerja dengan cara menstabilkan aktivitas elektrik tersebut

sehingga kejang dapat dicegah.(khabib, 2016).

9
3. Diazepam

Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi

hambatan neuron GABA.

Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat

dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan

oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil.

Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis.

Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai

benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya

interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan

meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat.

Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka

sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam

sel.

Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel

bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang

akan berkurang.(Anggraini, 2014)

4. Nifedipine

Nifedipine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat

arus ion kalsium masuk kedalam otot jantung dari luar sel. Karena

kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka

dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik

negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio

10
Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan

perlambatan konduksi AV.(Anggraini, 2014)

5. Hidralazin

Hidralazin memiliki mekanisme kerja yang masih belum di mengerti

sepenuhnya. Hidralazin diduga dapat menurunkan tekanan darah

dengan aksi langsung pada otot polos arterial, sehingga menyebabkan

vasodilatasi. Selain itu, dengan mengubah metabolisme kalsium

seluler,hidralazin menghambat pergerakan kalsium,yang berakibat

pada pengurangan kontraktilitas otot polos vaskuler.(Anggraini, 2014)

6. Labetalol

Labetalol meningkatkan kondisi pasien dengan melakukan fungsi-

fungsi berikut:

 Merelaksasi pembuluh darah dan mengurangi denyut

jantung.(Anggraini, 2014)

7. Klonidin

Klonidin bekerja dengan cara mengurangi efek berbagai zat kimia

yang terdapat di pembuluh darah dan membuat aliran darah lebih

lancar dengan cara mengendurkan pembuluh darah.(Khabib, 2016).

2.6 Efek samping dan cara mengatasi

1. Penanganan aktif

Penderita harus segera dirawat,sebaiknya dirawat di ruang khusus di

daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.

11
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :

- Ada tanda-tanda impending eklampsia

- Ada HELLP syndrome

- Ada kegagalan penanganan konservatif

- Ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR

- Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

(Prof.Gul : 34 minggu berani terminasi. Pernah ada kasus 31

minggu,berhasil,kerjasama dengan perinatologi,bayi masuk

inkubator dan NICU)

JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL,4-6

L/menit.

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam

infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian

MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10

menit,dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per

jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).

Syarat pemberian MgSO4 :

- Frekuensi nafas lebih dari 16 kali permenit

- Tidak ada tanda-tanda gawat nafas

- Diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya

- Refleks patella positif

MgSO4 dihentikan bila :

- Ada tanda-tanda intoksikasi

12
- Atau setelah 24 jam pasca persalinan atau bila baru 6 jam pasca

persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.

Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10

cc NaCl 0.9% diberikan intravena dalam 3 menit). Obat anti hipertensi

diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau

tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg,obat yang dipakai

umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2

jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi

kehamilan : bila penderita belum inpartu,dilakukan induksi persalinan

dengan amniotomi,oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin

E2, Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidsk terpenuhi atau

ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan pervaginan kala

2, bila perlu di bantu ekstraksi vakum atau cunam.(Anggraini, 2014)

2. Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda

impending eklampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan

penanganan konservatif.

Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif MgSO4 dihentikan

bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre eklampsia ringan,

selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada

perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan

dan harus segera dilakukan terminasi. Jangan lupa oksigen dengan

nasal kanul, 4-6 L/menit.

13
Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada

indikasi,langsung terminasi.(Anggraini, 2014)

2.7 Merek Dagang

1. Magnesium sulfat

MgSO4

2. Fenotinin

Dilantin,phenytek

3. Diazepam

Valium,decaze diazepam,mentalium,prozepam injek stesolid,trazep

rectal,valdimex,valid valisanbe,vodi.

4. Hidralazin

Adelphane

5. Labetalol

6. Nifedipine

Adalat,Procardia,Afeditab CR, Nifediac CC,Nifedical XL,Nifedipine

7. Klonidin

Catapres,Kapvay,Nexiclon.(Khabib, 2016)

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan oedema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu pada penyakit trofoblas.(Anggraini, 2014)

Peeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disetai

proteinuria dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Anggraini,

2014)

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,dalam

persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan

timbul akibat kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah

menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.(Anggraini, 2014)

Macam-macam

1. Magnesium sulfat

2. Fenitoin

3. Diazepam

4. Hidralazin

5. Labetalol

6. Nifedipin

15
7. Klonidin

Indikasi

Indikasi : Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis

kronis dan emphysema, Hipertensi,dapat digunakan tunggal atau

kombinasi dengan deuritika golongan tiazi,

Ibu

- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,kegagalan

terapi.Konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi

kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal,ada

gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).(Anggraini, 2014)

Kontra indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini,hamil dan

laktasi,anak.(Anggraini, 2014)

Merek dagang

1. Magnesium sulfat

MgSO4

2. Fenotinin

Dilantin,phenytek

3. Diazepam

Valium,decaze diazepam,mentalium,prozepam injek stesolid, trazep

rectal, valdimex, valid valisanbe, vodi.

16
4. Hidralazin

Adelphane

5. Labetalol

6. Nifedipine

Adalat, Procardia, Afeditab CR, Nifediac CC, Nifedical XL,

Nifedipine

7. Klonidin

Catapres,Kapvay,Nexiclon.(Khabib, 2016)

17
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Chandranita. (2007). Gawat darurat, obstetri-ginekologi dan obstetri-


genekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta : EGC

Saifuddin. Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anggraini.(2014).Farmakologi (Obat Preeklampsi dan Eklampsi ). Jurnal


Kedokteran.

18

Anda mungkin juga menyukai