Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER JUNI 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EKLAMPSIA

OLEH
Nur Azizah
111 2020 2136

DOKTER PENDIDIK KLINIK


dr. Basyar, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR

1
2023

2
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Nur Azizah

NIM : 111 2020 2136

Referat : Eklamsia

Telah menyelesaikan tugas Referat yang berjudul “Eklamsia” dan telah

disetujui dan dibacakan dihadapan Dokter Pendidik Klinik dalam rangka

kepaniteraan klinik pada Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 15 Juni 2023

Menyetujui,

Dokter Pendidik Klinik Mahasiswa

dr. Basyar,Sp.OG Nur Azizah

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat ini dengan judul “Eklamsia” sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan
Ginekologi.
Selama persiapan dan penyusunan referat ini rampung, penulis
mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan,
saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya referat ini dapat
terselesaikan serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala
dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan referat ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan referat ini. Saya berharap sekiranya referat
ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Makassar, 15 Juni 2023


Hormat Saya,

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.................................................................................................2

2.2 Etiologi..................................................................................................2

2.3 Epidemiologi.........................................................................................3

2.4 Patofisiologi..........................................................................................3

2.5 Diagnosis.............................................................................................4

2.6 Tatalaksana..........................................................................................4

2.7 Diagnosis Banding...............................................................................6

2.8 Komplikasi............................................................................................7

2.9 Prognosis.............................................................................................8

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Eklamsia merupakan kelainan yang terjadi pada masa kehamilan, saat

persalinan, maupun setelah persalinan. Kondisi ini merupakan komplikasi

berat dari pre-eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan

dapat disertai koma. Ini merupakan kondisi langka namun serius, di mana
1
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kejang selama kehamilan.

Kejang sendiri yakni periode aktivitas otak yang terganggu dan dapat

menyebabkan kondisi penurunan kesadaran dan kejang hebat.

Faktanya, eklamsia dapat memengaruhi sekitar 1 dari setiap 200

wanita dengan pre-eklamsia. Bahkan, siapapun dapat berisiko mengalami

eklamsia meskipun tidak memiliki riwayat kejang. 2 Eklamsia sering terjadi

setelah pre-eklamsia, yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi

yang terjadi pada kehamilan. Temuan lainnya mungkin juga ada seperti

adanya protein dalam urine. Apabila pre-eklamsia memburuk dan

memengaruhi otak, tentunya dapat menyebabkan kejang. Kondisi tersebut


3
juga menandakan adanya potensi risiko eklamsia.

Preeklampsia merupakan hipertensi pada kehamilan dengan tekanan

darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan/atau tekanan

darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg setelah 20 minggu

kehamilan dengan proteinuria dan/atau disfungsi organ akhir (ginjal),

disfungsi hati, gangguan sistem saraf pusat, edema paru, dan

trombositopenia. 3

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, saat persalinan, atau

setelah persalinan yang timbul akibat komplikasi dari preeklampsia.

Umumnya, eklampsia ditandai dengan timbulnya kejang dan dapat disertai

koma. Pada preeklamsia, tingkat tekanan darah tinggi pada ibu akan

mengurangi suplai darah ke janin. Efeknya, janin tidak menerima oksigen

dan nutrisi sebanyak yang seharusnya. Sebagian besar kasus eklampsia

terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dengan sekitar 80 persen kejang

eklampsia terjadi intrapartum atau dalam 48 jam pertama setelah

melahirkan. Kasus yang jarang dilaporkan terjadi sebelum usia kehamilan


4
20 minggu atau hingga 23 hari pasca-persalinan.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini, para ahli belum mengetahui penyebab eklampsia secara

pasti. Namun, diduga kondisi tersebut disebabkan oleh pembentukan dan

fungsi plasenta yang tidak normal. Karena eklampsia adalah kelanjutan

dari preeklampsia, sebagian besar penelitian terbaru berfokus pada

penentuan faktor risiko preeklampsia di awal kehamilan. Hal tersebut

dilakukan untuk mencegah atau memprediksi perkembangan eklampsia di

kemudian hari. Dikatakan bahwa ada peningkatan permeabilitas sawar

darah-otak selama preeklampsia, yang menyebabkan perubahan aliran


5
darah otak karena gangguan autoregulasi.

2
2.3 Epidemiologi

Gangguan hipertensi, termasuk hipertensi kronis, hipertensi gestasional,

preeklampsia, eklampsia, dan superimpose preeklamsia, memengaruhi

sebanyak 10% dari semua kehamilan di seluruh dunia yang bertanggung

jawab atas sekitar 10% dari semua kematian ibu di Amerika

Serikat. Insiden preeklampsia telah meningkat selama beberapa dekade

terakhir, meningkatkan morbiditas dan mortalitas di antara ibu dan

neonatus. Di Amerika Serikat, wanita Afrika-Amerika memiliki insiden

preeklampsia yang lebih tinggi dengan tingkat kematian ibu 3 kali lipat

lebih tinggi dibandingkan dengan rekan kulit putih mereka. Faktor risiko

tambahan yang terkait dengan preeklampsia termasuk peningkatan usia

ibu di atas 40 tahun, riwayat preeklamsia sebelumnya, kehamilan

multifetal, obesitas, hipertensi kronis, diabetes pregestasional, penyakit


1,2
ginjal, sindrom antifosfolipid, trombofilia, lupus, dan fertilisasi in vitro.

2.4 Patofisiologi

Patogenesis preeklampsia terkait dengan plasentasi abnormal. Pada

kehamilan normal, sitotrofoblas janin bermigrasi ke dalam rahim ibu dan

menyebabkan remodeling pembuluh darah endometrium untuk memasok

darah ke plasenta. Pada preeklampsia, terdapat invasi sitotrofoblas yang

tidak adekuat, sehingga menyebabkan remodeling arteri spiralis yang

buruk, yang mengurangi suplai darah ke plasenta. 6 

Pasokan darah yang tidak normal menyebabkan peningkatan

resistensi arteri uterin dan vasokonstriksi, yang pada akhirnya

3
menghasilkan iskemia plasenta dan stres oksidatif. Radikal bebas dan

sitokin, seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular 1 atau VEGF,

dilepaskan sebagai akibat langsung dari stres oksidatif. Selain itu, protein

angiogenik atau pro-inflamasi berkontribusi negatif terhadap fungsi

endotel ibu.  Gangguan endotel terjadi tidak hanya di lokasi rahim tetapi

juga di endotel serebral, yang menyebabkan gangguan neurologis,

termasuk eklampsia. 7 

2.5 Diagnosis

Wanita dengan eklamsia umumnya muncul setelah usia kehamilan 20

minggu, dengan sebagian besar kasus terjadi setelah usia kehamilan 28

minggu. Tanda pemeriksaan fisik yang ditemukan untuk eklampsia adalah

kejang yang bersifat tonik-klonik umum, yang biasanya berlangsung

selama 60 hingga 90 detik. Keadaan postictal sering muncul setelah

aktivitas kejang. Pasien dapat mengalami gejala peringatan seperti sakit

kepala, perubahan penglihatan, sakit perut, dan peningkatan tekanan

darah sebelum timbulnya aktivitas kejang. 1,3

2.6 Tatalaksana

Eklampsia adalah keadaan darurat medis dan memerlukan perawatan

segera untuk mencegah kematian baik pada ibu maupun janin. MgSO4

atau Magnesium sulfat harus diberikan untuk mengontrol kejang dan

merupakan pengobatan lini pertama untuk kejang eklampsia. Dosis

pemuatan 4 hingga 6 gram harus diberikan secara intravena selama 15

hingga 20 menit. Dosis pemeliharaan 2 g per jam selanjutnya harus

4
diberikan. Pengobatan magnesium harus dilanjutkan setidaknya 24 jam

setelah kejang terakhir pasien. Perhatian khusus harus diberikan saat

memberikan obat ini karena dapat menyebabkan toksisitas dan

menyebabkan kelumpuhan pernapasan, depresi sistem saraf pusat, dan

serangan jantung. 8

Wanita dengan preeklamsia berat, dengan usia kehamilan lebih dari 34

minggu dan tidak stabil baik dari sudut pandang ibu maupun janin, harus

menjalani persalinan segera setelah ibu stabil.  Kortikosteroid harus

diberikan kepada wanita dengan usia kehamilan janin kurang dari 34

minggu jika waktu dan keadaan memungkinkan untuk membantu

pematangan paru.  Pada akhirnya, pengobatan definitif untuk

preeklampsia/eklampsia adalah melahirkan janin. Rute persalinan, serta

waktu, didasarkan pada faktor ibu dan janin. 8

Pengobatan farmakologi lini pertama hipertensi pada wanita hamil meliputi

labetalol, nifedipine, dan hydralazine. Dosis awal labetalol adalah 20 mg

IV. Dosis ini dapat digandakan menjadi 40 mg dan kemudian 80 mg

dengan interval sepuluh menit sampai target tekanan darah

tercapai. Hidralazin IV diberikan dengan dosis 5 hingga 10 mg selama dua

menit. Tambahan 10 mg IV dapat diberikan setelah dua puluh menit jika

tekanan darah sistolik lebih besar dari 160 mmHg atau darah diastolik

lebih besar dari 110 mmHg. Nifedipine diberikan secara oral dengan dosis

awal 10 mg. Jika tekanan darah sistolik lebih besar dari 160 mmHg atau

diastolik lebih besar dari 110 setelah tiga puluh menit, berikan tambahan

5
nifedipin 20 mg. Dosis kedua nifedipin 20 mg dapat diberikan setelah 30

menit tambahan. 9

2.7 Diagnosis Banding

Daftar diagnosis banding harus didasarkan pada riwayat pasien dan

temuan pemeriksaan fisik. Diagnosis banding yang harus dipertimbangkan

meliputi kelainan elektrolit, toksin, infeksi, trauma kepala, pecahnya

aneurisma, dan keganasan otak. Jika pasien mengalami gejala neurologis

yang persisten, seseorang juga harus mempertimbangkan stroke dan

perdarahan intrakranial.

 Hipertensi kronis

 Penyakit ginjal kronis

 Gangguan kejang primer

 Penyakit kandung empedu

 Sindrom antifosfolipid

 Sindrom hemolitik-uremik.

 Aneurisma pecah

 Tumor otak

 Stroke

 Perdarahan intrakranial

2.8 Komplikasi

Komplikasi eklamsia biasanya diakibatkan oleh kejang yang berulang dan

tidak ditangani. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah 10:

6
 Kerusakan sistem saraf pusat permanen akibat kejang berulang

 Perdarahan intrakranial

 Abrupsio plasenta

 Edema paru akut

 Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome/ PERS

 Insufisiensi renal atau acute renal failure

 Oligohidramnion

 Kerusakan organ hati, ruptur hepar (mungkin bisa terjadi walaupun

jarang)

 Gangguan hematologi dan disseminated intravascular

coagulation (DIC)

 Risiko mengalami penyakit kardiovaskular dan renal di masa

mendatang

 Kematian

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah:

 Intrauterine growth restriction (IUGR)

 Prematur

 Hipoksia fetal

 Kematian janin

2.9 Prognosis

Prognosis eklamsia sangat berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan

terapi serta diagnosis. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan

kejang yang refrakter yang berujung pada komplikasi-komplikasi eklamsia

7
pada ibu dan janin. Berdasarkan hasil studi, prognosis jangka panjang dari

eklamsia dapat berupa peningkatan tekanan darah dan defisit neurologis.

Selain itu, sebuah studi juga melaporkan bahwa pasien yang multipara

memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan renal. 11

BAB III

KESIMPULAN

Eklamsia merupakan kelainan yang terjadi pada masa kehamilan, saat

persalinan, maupun setelah persalinan. Sampai saat ini, para ahli belum

mengetahui penyebab eklampsia secara pasti. Namun, diduga kondisi

tersebut disebabkan oleh pembentukan dan fungsi plasenta yang tidak

normal. Faktor risiko tambahan yang terkait dengan preeklampsia

8
termasuk peningkatan usia ibu di atas 40 tahun, riwayat preeklamsia

sebelumnya, kehamilan multifetal, obesitas, hipertensi kronis, diabetes

pregestasional, penyakit ginjal, sindrom antifosfolipid, trombofilia, lupus,

dan fertilisasi in vitro. Wanita dengan eklamsia umumnya muncul setelah

usia kehamilan 20 minggu, dengan sebagian besar kasus terjadi setelah

usia kehamilan 28 minggu. Eklampsia adalah keadaan darurat medis dan

memerlukan perawatan segera untuk mencegah kematian baik pada ibu

maupun janin. MgSO4 atau Magnesium sulfat harus diberikan untuk

mengontrol kejang dan merupakan pengobatan lini pertama untuk kejang

eklampsia. Dosis pemuatan 4 hingga 6 gram harus diberikan secara

intravena selama 15 hingga 20 menit. Prognosis eklamsia sangat

berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan terapi serta diagnosis.

Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan kejang yang refrakter

yang berujung pada komplikasi-komplikasi eklamsia pada ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilkerson, R. G., & Ogunbodede, A. C. (2019). Hypertensive disorders of


pregnancy. Emergency Medicine Clinics, 37(2), 301-316.
2. Salzer, E. A. (2022). Hypertensive Disorders of Pregnancy. Physician Assistant
Clinics, 7(3), 533-544.
3. Coggins, N., & Lai, S. (2023). Hypertensive Disorders of Pregnancy. Emergency
Medicine Clinics, 41(2), 269-280.
4. Fujita, Y., Nakanishi, T. O., Sugitani, M., & Kato, K. (2019). Placental elasticity as a
new non-invasive predictive marker of pre-eclampsia. Ultrasound in medicine &
biology, 45(1), 93-97.

9
5. Bergman, L., Torres-Vergara, P., Penny, J., Wikström, J., Nelander, M., Leon, J., ... &
Escudero, C. (2019). Investigating maternal brain alterations in preeclampsia: the
need for a multidisciplinary effort. Current hypertension reports, 21, 1-13.
6. Uzan J, Carbonnel M, Piconne O, Asmar R, Ayoubi JM. Pre-eclampsia:
pathophysiology, diagnosis, and management. Vasc Health Risk Manag. 2011;7:467-
74.
7. Burton, G. J., Redman, C. W., Roberts, J. M., & Moffett, A. (2019). Pre-eclampsia:
pathophysiology and clinical implications. Bmj, 366.
8. Waters, J. (2019). Management of myasthenia gravis in pregnancy. Neurologic
Clinics, 37(1), 113-120.
9. Lai, C., Coulter, S. A., & Woodruff, A. (2017). Hypertension and pregnancy. Texas
Heart Institute Journal, 44(5), 350-351.
10. Ngwenya, S. (2017). Severe preeclampsia and eclampsia: incidence, complications,
and perinatal outcomes at a low-resource setting, Mpilo Central Hospital, Bulawayo,
Zimbabwe. International journal of women's health, 353-357.
11. Magley, M., & Hinson, M. R. (2020). Eclampsia.

10

Anda mungkin juga menyukai