Februari 2023
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
Ca Mammae
Disusun Oleh:
Yayang Minansal
N 111 21 071
Pembimbing :
dr. Alfreth Langitan, Sp.B, FINACS, FICS
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
ii
DAFTAR ISI
Ca Mammae.......................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
iii
h) Komposisi Air Susu dan Pengeluaran Metabolik pada Ibu yang Disebabkan
oleh Laktasi.............................................................................................................16
2.13 Skreaning.......................................................................................................47
2.14 Prognosis........................................................................................................48
BAB III LAPORAN KASUS..........................................................................................49
iv
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................56
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara adalah kanker paling umum yang didiagnosis pada wanita,
terhitung lebih dari 1 dari 10 diagnosis kanker baru setiap tahun. Ini adalah penyebab
kematian paling umum kedua akibat kanker di kalangan wanita di dunia. Kanker
payudara berkembang secara diam-diam, dan sebagian besar penyakit ditemukan pada
skrining rutin. Kegiatan ini meninjau patofisiologi, presentasi dan diagnosis kanker
payudara dan menyoroti peran tim interprofesional dalam manajemennya.1
Secara anatomis, payudara memiliki kelenjar penghasil susu di depan dinding
dada. Payudara berada di otot utama pektoralis, dan terdapat ligamen yang menopang
payudara dan menempelkannya ke dinding dada. Lima belas hingga 20 lobus diatur
secara melingkar untuk membentuk payudara. Lemak yang menutupi lobus menentukan
ukuran dan bentuk payudara. Setiap lobus dibentuk oleh lobulus yang mengandung
kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi susu sebagai respons terhadap
stimulasi hormon. Kanker payudara selalu berkembang secara diam-diam. Sebagian
besar pasien penyakit ditemukan melalui skrining rutin mereka. Orang lain mungkin
hadir dengan benjolan payudara yang ditemukan secara tidak sengaja, perubahan bentuk
atau ukuran payudara, atau keluarnya cairan dari puting susu. Namun, mastalgia tidak
jarang terjadi. Pemeriksaan fisik, pencitraan, terutama mamografi, dan biopsi jaringan
harus dilakukan untuk mendiagnosis kanker payudara. Tingkat kelangsungan hidup
membaik dengan diagnosis dini. Tumor cenderung menyebar secara limfatik dan
hematologis, menyebabkan metastasis jauh dan prognosis yang buruk. Ini menjelaskan
dan menekankan pentingnya program skrining kanker payudara. 1
Mayoritas payudara terdiri dari kelenjar (penghasil susu) dan jaringan lemak.
Namun, rasio kelenjar terhadap jaringan lemak bervariasi di antara individu. Payudara
sangat dipengaruhi oleh hormon seks estrogen. Saat menopause mendekat, kadar
estrogen menurun yang juga menurunkan jaringan kelenjar. 2
4
Otot utama pektoralis membentuk pangkal payudara, yang memanjang dari tulang
rusuk kedua hingga keenam di awal kehidupan tetapi dapat meluas hingga di bawah
tulang rusuk keenam saat payudara matang dan melorot. Payudara berlabuh ke fasia
pektoralis mayor oleh ligamen Cooper. Namun, ligamen ini fleksibel dan
memungkinkan gerakan di payudara. Pada kebanyakan wanita, ligamen Cooper menjadi
meregang seiring waktu dan usia, akhirnya menghasilkan payudara ptotik. Karena
gravitasi, kutub bawah payudara lebih penuh dari kutub atas. Di tepi lateral payudara,
ekor Spence memanjang di aksila. 2
Puting biasanya terletak lebih unggul dari lipatan inframammary dan secara
konsisten ditemukan rata di sepanjang garis midclavicular dan tulang rusuk keempat. 2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Dua pertiga atas mammae terletak di atas otot pektoralis mayor, sedangkan
sepertiga bawahnya terletak di atas otot seratus anterior, otot oblikus eksternus
abdominis, dan otot rektus abdominis. Kelainan kongenital berupa tidak
dijumpainya kaput sternokostalis otot pektoralis mayor dijumpai pada sindorm
Poland.4
7
C. Persarafan
Sisi superior payudara dipersarafi oleh nervus supraklavikular yang berasal
dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikalis. Sisi medial payudara dipersarafi
oleh cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7. Papila mamma
terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4,
sedangkan areola dan mamma sisi lateral dipersarafi cabang kutaneus lateral
dari nervus interkostalis lainnya. Kulit daerah payudara dipersarafi oleh
cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara
sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis. Ada beberapa saraf lagi yang perlu
dingat sehubungan dengan timbulnya penyulit berupa paralisis dan mati rasa
pascabedah, yakni nervus interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakius
medialis, yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan
atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin dipertahankan sehingga
tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. Nervus pektoralis yang mengurus
otot pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang mengurus otot
latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus yang mengurus otot seratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi
aksila.2
D. Kelenjar Limfe
Terdapat enam kelompok kelenjar limfe yang harus dikenali oleh ahli
bedah, yaitu kelompok vena aksila, mamaria interna, skapula, sentral,
subklavikula, dan interpektoral (Rotter's group). Sekitar 75% aliran limfe
payudara mengalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar
8
parasternal (mamaria interna), terutama dari bagian sentral dan medial, dan ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila, terdapat rata-rata 50 (berkisar antara 10
sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan
vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara aksila, mengalir ke
kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, dan kelenjar aksila bagian
dalam, yang berjalan sepanjang vena aksilaris dan berlanjut langsung ke
kelenjar servikalis bagian kaudal dalam di fossa supraklavikular. Jalur life
lainnya berasal dari daerah sentral dan medial, yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mamaria interna juga menuju ke aksila kontralateral, ke
otot rektus abdominis melalui ligamentum falsiformis hepatis ke hati, pleura,
dan payudara kontralateral.2
Untuk membakukan luasnya diseksi aksila, kelenjar aksila dibagi menjadi
tiga level Berg. Level Berg I terletak di sebelah lateral otot pektoralis minor.
Level Berg II terletak di balik otot pektoralis minor. Level Berg III mencakup
kelenjar limfatik subklavikula di sebelah medial otot pektoralis minor. 2
9
a) Kelenjar mamma perempuan dewasa tidak hamil tidak aktif, dengan
saluran kecil dan sedikit lobulus (L) mem-punyai alveoli sekretori yang
belum berkembang baik. Struktur dengan lumen besar dalam setiap
lobulus adalah bagian dari saluran; struktur yang lebih kecil adalah
alveoli kecil yang belum berkembang. Payudara terdiri terutama atas
jaringan ikat (CT), dengan banyak lemak.
b) Kelenjar menjadi aktif selama kehamilan, sistem salurannya cepat
bertumbuh dan unit sekretori tiap lobulus menjadi jauh lebih besar dan
banyak bercabang. Pada mikrograf ini adiposit (A) dimasukkan, tetapi
hanya tampak sedikit dari yang sebenarya ada.
c) Selama laktasi, lobuli sangat membesar dan lumen alveoli (A) kelenjar
yang sangat banyak dan duktus ekskretorius (D) penuh terisi susu.
Jaringan ikat intra-lobular lebih jarang dan sukar dilihat, kecuali septa
kecil (panah). (Semua 60X; H&E)4
B. Alveoli dalam keadaan laktasi dan perkembangan aktif
10
mengandung sel sekretori; sel non-sekretori, dan sel plasma, lumen yang
lebih besar mungkin berisi susu (panah). (400X; H&E)
b) Sel-sel sekretori kelenjar dalam keadaan laktasi lebih silindris dan
mengandung tetes lipid dengan berbagai ukuran, yang juga tampak dalam
susu (LD).Jaringan ikat (CT) mengandung pembuluh darah kecil (V). Sel-
sel sekretori dalam kotak secara diagram di-tunjukkan dalam Gambar 22-
28. (400X; PT).4
Sel alveolar dari kelenjar mamma laktasi sangat aktif dalam menyintesis
protein dan lipid. Sebagian besar protein terbungkus dalam vesikel sekretori
dalam aparatus Golgi dan disekresi dari ujung apikal sel-sel melalui eksositosis
biasa atau sekresi merokrin. Lipid bergabung sebagai tetes sitoplasma bebas dan
kemudian mengalami sekresi apokrin, tempat mereka dilepaskan dari sel bersama
sebagian mem-bran sel apikal (dan sering bersama sebagian kecil sitoplasma).
Kedua jenis sekresi ini tampak di sini berturut-turut dari kiri ke kanan.4
2.3 Fisiologi of the female breast
a) Perkembangan Payudara
Payudara, tampak pada Gambar, mulai berkembang saat pubertas.
Perkembangan ini dirangsang oleh estrogen yang berasal dari siklus seks bulanan
perempuan; estrogen yang merangsang pertumbuhan kelenjar mamma payudara
dan deposit lemak membentuk massa payudara.5
Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar terjadi selama keadaan estrogen
tinggi pada kehamilan, dan pada saat itulah jaringan kelenjar berkembang
sempurna untuk pembentukan air susu.5
11
Payudara dan lobulus sekretoriknya, alveoli, dan duktus laktiferus (duktus
susu) yang membentuk kelenjar mamaria (A). Pembesaran menunjukkan satu
lobulus (B) dan sel-sel penyekresi susu sebuah alveolus (C).5
b) Estrogen Merangsang Pertumbuhan Sistem Duktus Payudara.
Sepanjang masa kehamilan, sejumlah besar estrogen yang disekresi oleh
plasenta menyebabkan sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara
bersamaan, jumiah stroma payudara meningkat dan sejumlah besar lemak
terbentuk dalam stroma. Sedikitnya terdapat empat hormon lain yang juga penting
untuk pertumbuhan system duktus: hormone pertumbuhan, prolaktin,
glukokortikoid adrenal, dan insulin. Masing-masing hormon ini diketahui
setidaknya sedikit berperan dalam metabolisme protein, yang agaknya
menjelaskan fungi hormon-hormon tersebut dalam perkembangan payudara.5
c) Progesteron Dibutuhkan untuk Perkembangan Lengkap Sistem Lobulus Alveolus.
Perkembangan akhir payudara menjadi organ penyekresi air susu juga
memerlukan progesteron. Segera setelah system duktus berkembang, progesteron-
bersinergi dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain tersebut di
atas menyebabkan pertumbuhan lebih lanjut lobulus payudara, dengan pertunasan
alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi sel-sel alveoli. Perubahan-
perubahan ini analog dengan efek sekretorik progesteron pada endometrium
uterus selama paruh akhir siklus seks perempuan. 5
d) Prolaktin Merangsang Laktasi
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik
payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah
menghambat sekresi air susu yang sesungguhnya. Sebaliknya, hormon prolaktin
mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu-yaitu merangsangnya.
Hormon ini disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya
12
dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu kelima kehamilan sampai
kelahiran bayi, meningkat menjadi 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak
hamil. 5
Konsentrasi prolaktin yang tinggi pada akhir kehamilan ini digambarkan pada
Gambar berikut.
13
memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar hormon-
hormon ibu lainnya, tetapi yang paling penting adalah hormon pertumbuhan,
kortisol, hormon paratiroid, dan insulin. Hormon-hormon ini dibutuhkan untuk
menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan
untuk pembentukan air susu. 5
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolactin kembali ke kadar sewaktu
tidak hamil, seperti yang tampak pada Gambar diatas. Namun, setiap kali ibu
menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan
lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat yang berlangsung kira-
kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk periode laktasi
berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak Ada atau dihambat Karena kerusakan
hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak berlanjut, payudara akan
kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam waktu sekitar 1
minggu. Akan tetapi, produk air susu dapat berlangsung selama beberapa tahun
bila anak terus mengisap, walaupun kecepatan pembentukan air susu biasanya
jauh berkurang setelah 7 sampai 9 bulan. 5
e) Hipotalamus Menyekresi Hormon Penghambat Prolaktin.
Hipotalamus berperan penting dalam mengatur sekresi prolaktin, seperti pada
hampir semua hormon-hormon hipofisis anterior lain. Akan tetapi, pengaturan ini
berbeda dalam satu aspek: Hipotalamus terutama merangsang pembentukan
semua hormone yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin.
Akibatnya, kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistem portal
hipotalamus-hipofisis sering meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi
menekan sekresi hormon-hormon hipofisis anterior lain. Oleh karena itu, diyakini
bahwa sekresi prolactin oleh hipofisis anterior diatur seluruhnya atau hamper
seluruhnya oleh suatu faktor penghambat yang dibentuk di hipotalamus dan
diangkut ke hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis. Faktor
ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa
hormon ini sama dengan katekolamin dopamin, yang diketahui disekresi oleh
14
nukleus arkuatus dari hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolactin
sebanyak 10 kali lipat. 5
f) Penekanan Siklus Ovarium Perempuan pada Ibu Menyusui Beberapa Bulan
Setelah Persalinan.
Pada sebagian besar ibu yang menyusui, siklus ovarium (dan ovulasi) tidak
kembali seperti semula sampai beberapa minggu setelah penyapihan. Keadaan ini
tampakya disebabkan sinyal-sinyal saraf yang sama dari payudara ke hipotalamus
yang menyebabkan sekresi prolaktin selama pengisapan-baik karena sinyal-sinyal
saraf tersebut sendiri atau karena efek peningkatan prolaktin-menghambat sekresi
hormon-hormon pelepas gonadotropin oleh hipotalamus. Hal ini selanjutnya
menekan pembentukan hormon-hormon gonadotropik hipofisis-hormon
luteinisasi, dan hormon perangsang folikel. Namun. setelah beberapa bulan
menyusui, pada beberapa ibu, khususnya yang menyusui hanya sementara waktu,
hipofisis mulai menyekresi hormon-hormon gonadotropik cukup untuk
mengembalikan siklus seks bulanan, walaupun menyusui dilanjutkan. 5
g) Proses Ejeksi (atau "Let-Down") dalam Sekresi Air Susu- -Fungsi Oksitosin
Air susu secara kontinu disekresi ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu
tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan, oleh
karena itu, tidak bocor secara kontinu dari puting susu. Sebaliknya, air susu harus
disemprotkan (diejeksikan) dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat
memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan
hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior oksitosin, yaitu sebagai
berikut. 5
Ketika bayi mengisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk sekitar
setengah menit pertama. Mula-mula impuls sensorik harus ditransmisi melalui
saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu lalu ke hipotalamusnya,
sehingga menyebabkan sinyal-sinyal saraf yang meningkatkan sekresi oksitosin
pada saat yang bersamaan yang menyebabkan sekresi prolaktin. 5
Oksitosin kemudian dibawa dalam darah ke payudara, untuk menyebabkan
sel-sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar alveoli) berkontraksi, dengan
15
demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan + 10
sampai 20 mm Hg. Pada saat itu isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan
air susu, Jadi, dalam waktu 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mulai mengisap
payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu atau
pengaliran (let-down) air susu. 5
Pengisapan pada satu sisi payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu
pada payudara tersebut melainkan juga pada payudara sisi yang lain. Yang cukup
menarik ialah bahwa dengan ibu membelai bayi atau mendengar bayi menangis
sering memberi cukup sinyal emosional ke hipotalamus ibu untuk menyebabkan
penyemprotan air susu. 5
Penghambatan Ejeksi Air Susu. Masalah khusus dalam menyusui bayi
adalah kenyataan bahwa banyak faktor psikogenik atau bahkan perangsangan
sistem saraf simpatis umum di seluruh tubuh ibu dapat menghambat sekresi
oksitosin dan akibatnya menekan ejeksi air susu. Oleh karena alasan ini, banyak
ibu harus mendapat masa penyesuaian setelah melahirkan yang tidak boleh
terganggu jika ibu ingin berhasil menyusui bayinya. 5
h) Komposisi Air Susu dan Pengeluaran Metabolik pada Ibu yang Disebabkan oleh
Laktasi
Tabel dibawah, mencantumkan kandungan air susu manusia dan air susu
sapi. Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira 50 persen lebih banyak
daripada air susu sapi, tetapi konsentrasi protein dalam air susu sapi biasanya dua
kali lebih besar daripada dalam air susu manusia. Akhirnya, hanya sepertiga abu,
yang mengandung kalsium dan mineral-mineral lain ditemukan pada air susu
manusia jika dibandingkan air susu sapi. 5
Pada puncak laktasi seorang ibu, 1,5 liter air susu dapat terbentuk setiap hari
(dan bahkan lebih lagi bila ibu mempunyai anak kembar). Dengan derajat laktasi
ini, sejumlah besar energi dialirkan dari ibu; sekitar 650 sampai 750 Kal/L (atau
19 sampai 22 Kal/ons) terkandung dalam air susu ibu, meskipun komposisi dan
kandungan kalori air susu tersebut bergantung kepada diet ibu dan berbagai faktor
seperti kemontokan payudara. Sejumlah besar zat metabolik juga keluar dari ibu.
16
Misalnya, sekitar 50 gram lemak masuk ke air susu setiap hari di samping sekitar
100 gram laktosa, yang harus diperoleh melalui konversi glukosa ibu. Selain itu, 2
sampai 3 gram kalsium fosfat mungkin hilang setiap hari; pengeluaran kalsium
dan fosfat oleh payudara yang menyusui sering akan jauh lebih besar dari pada
asupan zat-zat ini kecuali bila ibu minum susu dalam jumlah besar dan mendapat
asupan vitamin D yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfat,
kelenjar paratiroid menjadi sangat membesar, dan tulang secara progresif
mengalami dekalsifikasi. Dekalsifikasi tulang ibu biasanya bukan masalah besar
selama kehamilan, tetapi dapat menjadi lebih penting selama laktasi. 5
17
(tabung tipis yang membawa susu dari lobulus payudara ke puting). Jenis kanker
payudara lainnya adalah karsinoma lobular, yang dimulai di lobulus (kelenjar
susu) payudara. Kanker payudara invasif adalah kanker payudara yang telah
menyebar dari tempat asalnya di saluran payudara atau lobulus ke jaringan normal
di sekitarnya. Kanker payudara terjadi pada pria dan wanita, meskipun kanker
payudara pria jarang terjadi. Kanker payudara disebut juga dengan Carcinoma
Mammae adalah sebuah tumor (benjolan abnormal) ganas yang tumbuh dalam
jaringan payudara.6
2.5 Epidemiologi Ca Mammae Female
Kejadian kanker payudara sangat berkorelasi dengan perkembangan
manusia. Negara dengan tingkat pembangunan manusia tertinggi memiliki insiden
kanker payudara tertinggi. Insiden standar usia global tingkat pada wanita
diperkirakan 48/100.000, bervariasi dari di bawah 30/100.000 di Afrika sub-
Sahara hingga lebih dari 70/100.000 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Meskipun
kejadian relatif kanker payudara paling tinggi di daerah paling maju di dunia,
populasi yang jauh lebih besar di daerah kurang berkembang berarti bahwa lebih
dari separuh kasus kanker payudara didiagnosis di negara berpenghasilan rendah
dan menengah, menciptakan beban yang signifikan terhadap penyakit.7
Variasi global yang diamati dalam kejadian kanker payudara perlu
dipertimbangkan dalam konteks faktor risiko penyakit yang diketahui. Usia adalah
faktor risiko yang paling penting dan tingkat kejadian spesifik usia tertinggi
diamati pada wanita tertua. Di Inggris, lebih dari sepertiga kanker payudara terjadi
pada wanita di atas usia 70 tahun, dan kurang dari satu dari lima wanita adalah di
bawah usia 50 tahun saat didiagnosis. Di negara kurang berkembang, sebaliknya,
lebih dari separuh kanker payudara terjadi pada wanita di bawah usia 50 tahun.
Populasi yang lebih muda dan harapan hidup satu dekade lebih pendek adalah
pendorong utama rata-rata usia lebih muda pada presentasi di negara kurang
berkembang. Sebagai kehidupan harapan meningkat seiring dengan
perkembangan ekonomi di wilayah ini, kita dapat mengharapkan untuk melihat
peningkatan kejadian kanker payudara.7
18
2.6 Etiologi dan Faktor Resiko Ca Mammae Female
Mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan peningkatan insiden
perkembangan kanker payudara adalah penting dalam pemeriksaan kesehatan
umum untuk wanita. Faktor risiko kanker payudara dapat dibagi menjadi 7
kategori besar:
1. Usia: Insiden kanker payudara yang disesuaikan dengan usia terus meningkat
seiring bertambahnya usia populasi wanita. usia > 25 tahun tetapi < 40 tahun
2. Jenis kelamin: Sebagian besar kanker payudara terjadi pada wanita.
3. Riwayat pribadi kanker payudara: Riwayat kanker pada satu payudara
meningkatkan kemungkinan kanker primer kedua di payudara kontralateral.
4. Faktor risiko histologis: Kelainan histologis yang didiagnosis dengan biopsi
payudara merupakan kategori penting dari faktor risiko kanker payudara.
Kelainan ini termasuk karsinoma lobular in situ (LCIS) dan perubahan
proliferasi dengan atypia.
5. Riwayat keluarga kanker payudara dan faktor risiko genetik: Kerabat tingkat
pertama pasien dengan kanker payudara memiliki risiko kelebihan 2 kali lipat
hingga 3 kali lipat untuk mengembangkan penyakit ini. Lima persen hingga
10% dari semua kasus kanker payudara disebabkan oleh faktor genetik, tetapi
mereka dapat mencapai 25% kasus pada wanita di bawah 30
tahun. BRCA1 dan BRCA2 adalah 2 gen terpenting yang bertanggung jawab
atas peningkatan kerentanan kanker payudara.
6. Faktor risiko reproduksi: Tonggak reproduksi yang meningkatkan paparan
estrogen seumur hidup wanita diperkirakan meningkatkan risiko kanker
payudaranya. Ini termasuk timbulnya menarche sebelum usia 12 tahun,
persalinan hidup pertama setelah usia 30 tahun, multiparitas, dan menopause
setelah usia 55 tahun.
7. Penggunaan hormon eksogen: Estrogen dan progesteron terapeutik atau
tambahan diambil untuk berbagai kondisi, dengan dua skenario paling umum
adalah kontrasepsi pada wanita premenopause dan terapi penggantian hormon
pada wanita pascamenopause.8
19
2.7 Patofisiologi Ca Mammae Female
Kanker payudara berkembang karena kerusakan DNA dan mutasi genetik
yang dapat dipengaruhi oleh paparan estrogen. Terkadang akan ada warisan cacat
DNA atau gen pro-kanker seperti BRCA1 dan BRCA2. Dengan demikian riwayat
keluarga kanker ovarium atau payudara meningkatkan risiko perkembangan
kanker payudara. Pada individu normal, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel dengan DNA abnormal atau pertumbuhan abnormal. Ini gagal pada mereka
yang menderita penyakit kanker payudara yang menyebabkan pertumbuhan dan
penyebaran tumor.1
Tumorigenesis kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap
tahapnya berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor
atau mayor.
Terdapat dua jenis sel utama pada kanker payudara orang dewasa yaitu sel
mioepitel dan sel sekretorik lumen. Secara klinis dan histopatologis, terjadi
beragam tahap morfologis dalam perjalanan menuju keganasan.
- Terjadi hiperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel epitel poliklonal
yang tersebar tidak rata, yang pola kromatin dan bentuk intinya saling
tumpang tindih, dan lumen duktus yang tidak teratur; semua itu sering
menjadi tanda awal keganasan. Sel-sel tersebut relatif memiliki sedikit
sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara sitologis jinak.
- Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal) yang sitoplasma
selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, serta
lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker
payudara.
Timbulnya karsinoma in situ, baik karsinoma duktal maupun lobuler.
Pada karsinoma in situ terjadi proliferasi sel yang memiliki gambaran
sitologi sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum
menginvasi stroma dan menembus membran basal.
20
- Karsinoma in situ lobuler biasanya menyebar ke seluruh jaringan
payudara (bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat
pada pencitraan.
- Sebaliknya, karsinoma in situ duktal merupakan lesi duktus segmental
yang dapat mengalami kalsifikasi sehingga memberikan penampilan
yang beragam.
21
a) KARSINOMA DUKTAL INVASIF
Karsinoma duktal invasif merupakan bentuk keganasan payudara
yang paling sering ditemukan. Metastasis makro- maupun mikroskopik
ke kelenjar getah bening aksila terjadi pada 60% kasus. Keganasan ini
paling sering dijumpai pada wanita perimenopause dan pascamenopause,
pada usia dekade kelima dan keenam, sebagai massa tunggal yang padat.2
22
karsinoma meduler payudara yang memiliki reseptor hormon. Penderita
karsinoma meduler memiliki angka harapan hidup 5 tahun yang lebih
baik dibanding penderita kanker duktal invasif atau kanker lobular
invasif.2
- Karsinoma Musinosus.
Karsinoma musinosus yang disebut juga karsinoma koloid,
merupakan jenis kanker payudara yang biasanya timbul pada orang lanjut
usia berupa massa yang cukup besar. Tumor ini berupa kumpulan musin
ekstraseluler yang di dalamnya terdapat sel kanker grade rendah. Kadang
terjadi fibrosis dalam massa tumor sehingga tumor teraba sebagai massa
yang agak kenyal. Sekitar 66% tumor ini memiliki reseptor hormon.
Metastasis ke kelenjar getah bening terjadi pada 33% kasus dan rata-rata
harapan hidup 5 dan 10 tahunnya sebesar 73% dan 59%.2
- Karsinoma Papiler.
Karsinoma papiler merupakan kanker payudara yang biasanya
muncul pada wanita usia 70 tahunan dan banyak dijumpai pada wanita
non-kaukasia. Karsinoma papiler biasanya kecil dan diameternya tidak
lebih dari 3 cm. Metastasis ke kelenjar getah bening aksila jarang terjadi.
Angka harapan hidup 5 tahun dan 10 tahun penderita karsinoma papiler
payudara setara dengan karsinoma tubuler dan musinosus.2
- Karsinoma Tubuler.
23
Karsinoma tubuler ditemukan pada 20% wanita yang menjalani
skrining mamografi pada periode perimenopause dan awal
pascamenopause.2
Pada 10% penderita karsinoma tubuler atau kribiformis invasif, jenis
kanker payudara yang berkerabat dekat dengan karsinoma tubuler,
ditemukan metastasis aksila yang biasanya terbatas di kelenjar getah
bening paling bawah (level I); namun, adanya metastasis pada level I dan
III tidak memperburuk angka harapan hidup. Metastasis jauh jarang
terjadi pada karsinoma tubuler dan karsinoma kribiformis.2
b) KARSINOMA LOBULER INVASIF
Karsinoma lobuler invasif yang berasal dari epitel lobus payudara ini
merupakan 10% dari seluruh keganasan payudara. Gambaran
histopatologinya berupa sel kecil dengan nukleus yang bulat, nukleolus
yang tidak jelas dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus
mengonfirmasi adanya musin intrasitoplasma yang menggantikan
nukleus (signet ring cell carcinoma). Gambaran klinis karsinoma lobuler
invasif bervariasi mulai dari asimtomatik hingga berupa massa tumor
yang bersifat multifokal, multisentrik dan bilateral. Karena
pertumbuhannya yang ganas, dan gambaran mamografinya sering
menunjukkan lesi tumor yang lebih kecil dari yang sebenarnya,
karsinoma lobuler invasif kadang sulit dideteksi.2
c) ANGIOSARKOMA
Keganasan payudara ini berasal dari pembuluh darah dan limfe.
Kadang angiosarkoma timbul 5-10 tahun setelah radioterapi
pascamastektomi keganasan kanker payudara sebelumnya. Tidak seperti
hemangioma, angiosarkoma cenderung mengalami nekrosis sentral.
Gambaran klinis angiosarkoma berupa ruam merah hingga ungu
pada kulit yang diradiasi. Angiosarkoma derajat tinggi dapat menonjol
keluar ke permukaan kulit. Metastasis ke kelenjar getah bening regional
jarang terjadi sehingga diseksi aksila jarang diperlukan; namun,
24
metastasis hematogen dapat terjadi karena angiosarkoma memang
menyebar secara hematogen. jika tidak ada metastasis, reseksi bedah
harus mencapai margin bebas sel tumor. Kemoterapi tidak banyak
memberi manfaat. Rata-rata harapan hidup penderita angiosarkoma
dengan metastasis sekitar dua tahun.2
d) KARSINOMA LOBULAR IN SITU (LCIS)
LCIS dianggap sebagai faktor risiko untuk perkembangan kanker
payudara. LCIS diakui oleh kesesuaiannya dengan garis besar lobulus
normal, dengan acini yang diperluas dan diisi.1
25
luas membagi kanker payudara invasif menjadi tipe histologis duktal dan
lobular.1
26
27
28
29
30
31
2.9 Penyebaran Ca Mammae Female (Komplikasi)
Komplikasi kanker payudara berupa metastasis kanker yang dapat terjadi
melalui dua jalan.
a. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB
regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes) merupakan KGB
aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis sedangkan KGB
mammaria eksterna adalah yang paling jarang terkena. Ca mamma juga dapat
bermetastasis ke KGB aksila kontralateral tapi jalannya masih belum jelas,
diduga melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral
melalui kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi
metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke payudara
kontralateral.
b. Metastasis melalui sistem vena
Melalui sistem vena Ca mamma dapat bermetastasis ke paru-paru,
vertebra, dan organ-organ lain. mammaria interna merupakan jalan utama
metastasis Ca mamma ke paru-paru melalui sistem vena sedangkan metastasis
ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v.interkostalis
yang selanjutnya bermuara ke dalam v. vertebralis.
Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenja r subklavikula
tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung melalui sentinel
nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus yang
menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran balik menuju ke KGB
supraklavikula. Metastasis ke hepar selain melalui sistem vena dapat juga
terjadi melalui sistem limfe. Keadaan ini dapat terjadi bila tumor primer
terletak di tepi medial bagian bawah payudara dan terjadi metastasis ke
kelenjar preperikardial. Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang berakibat
adanya aliran balik limfe ke hepar. Banyak penderita yang datang berobat
pada stadium lanjut. Hal ini dikarenakan sering tidak disadari atau di rasakan
32
dengan jelas gejala awal kanker payudara. Oleh karena itu skrining sangat
diperlukan untuk mendeteksi dini
Setelah sel-sel tumor menembus membran basal dan menginvasi stroma,
tumor tumbuh menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen
sehingga menimbulkan metastasis.2
33
2.10 Penegakan diagnosis Ca Mammae Female
Diagnosis kanker payudara ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fiisk dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Anamnesis bertujuan unutk mengidentifikasi identitas penderita, faktor
resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat
pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Keluhan utama yang
sering umumnya berupa timbulnya benjolan di payudara. Nyeri payudara dan
nipple discharge adalah keluhan yang jarang pada kanker payudara dan
keadaan ini sering ditemukan pada kelainan jinak seperti penyakit fibrokistik
dan papiloma intraduktal. Malaise, nyeri tulang, sesak napas dan kehilangan
berat badan adalah keluhan yang jarang, tapi merupakan inidkasi adanya
metastase jauh.8
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat
reproduksi dan ginekologi, mencakup menarche, jumlah kehamilan, jumlah
anak yang lahir hidup, usia melahirkan anak pertama, riwayat laktasi, riwayat
keluarga yang mcndcrita kanker payudara, ovarium, usia saat terkena, kanker
payudara pada laki-laki, serta riwayat biopsi payudara. Untuk Wanita
pramenopause ditanyakan tanggal menstruasi terakhir, keteraturan siklus
menstruasi, dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Untuk wanita
pascamenopause ditanyakan kapan menopausenya dan adanya penggunaan
terapi sulih hormone.2
Keluhan-keluhan kanker payudara pada umumnya adalah:
a) Sebagian besar berupa benjolan yang padat keras
b) Perubahan bentuk puting
Retraksi puting
Puting mengeluarkan darah (nipple discharge)
Eksem sekitar puting (penyakit paget)
34
c) Perubahan kulit
Lesung pada kulit (dimpling)
Berkerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)
Borok (ulkus), Eritema, edema
Nodul satelit
d) Benjolan di aksila
Keluhan tambahan pada kanker payudara stadium lanjut
merupakan manifestasi adanya metastasis regional, metastasis jauh
ataupun komplikasi. Keluhan tambahan ini meliputi:8
1) Tangan bengkak
2) Nyeri pinggang/punggung atau tulang belakang, lemah atau
kelumpuhan tungkai, atau patah tulang
3) Batuk-batuk kering yang tidak kunjung sembuh
4) Sesak napas bila sudah timbul pleural efusi atau metastasis di
parenkim paru yang luas
5) Rasa penuh, mual, dan mata kuning
6) Nyeri kepala yang hebat, kejang, kesadaran menurun
7) Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
B. Pemeriksaan Fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan
35
disaat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi
lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi.
1. Inspeksi
Inspeksi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan,
kemerahan, edema,erosi, nodul satelit, dll), apakah terdapat edema (peau
d’orange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema, perhatikan kedua
papila mammae apakah simetri, ada retraksi, distorsi, erosi, dan kelainan
lain9
2. Palpasi
Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi
duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung
dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam.
Kemudian dengan lembut pijat areola mammae, lihat apakah keluar sekret
maupun massa, termasuk palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula,
dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu lymphadenopathy,
harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas atau
fiksasinya, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan. Ketika
memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan
pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika
tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan
kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila mammae, harus buat
sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe
regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan
36
tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh
fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya,
dan terakhir periksa kelenjar supraklavikular. 9
37
Penderita berbaring dan di usahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal
terutama pada penderita yang payudaranya besar.Palpasi dilakukan dengan
mempergunakan falang distal dan falang medial jari II,III dan IV, yang
dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke 6 sampai daerah
sentral subareolar dan papil atau dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir
didaerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan
menekan daerah sekitar papil. Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor
berdasarkan kuadran, ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, batas tumor
dan mobilitasnya terhadap kulit dan dinding dada.9
C. Pemeriksaan Penunjang
1) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG dalam mendeteksi massa kistik. Seerupa
dengan mammografi, American College of Radiolgy juga menyusun bahasa
standar untuk pembacaan dan pelaporan USG.
Karakteristik yang dideskripsikan adalah:
1.Bentuk massa
2.Margin
3. Orientas
4. Jenis posterior akustik
5. Batas lesi
6. Pola echo
38
2) MRI
MRI (Magnetic resonance imaging) merupakan instrumen sensitif untuk
deteksi kanker payudara, oleh karena itu MRI sangat baik untuk deteksi
rekurensi lokal pasca BCT, deteksi multifokal kanker dan sebagai tambahan
terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI juga bermanfaat dalam
memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara,
menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.10
3) Mamografi
Mamografi memegang peran dalam mendeteksi kanker payudara, lesi
berukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi untuk
predileksi malignansi 70-80%. Namun akurasi pada pasien usia muda (<30
tahun) dengan payudara padat kurang akurat. Terdapat 2 tipe pemeriksaan:
skrining dan diagnosis. Skrining dilakukan pada wanita asimptomatik.
Skrining mamografi direkomendasikan 1 kali sebagai basal mamogram untuk
wanita usia 35-39 tahun, setiap 2 tahun untuk wanita usia 40-49 tahun, setiap
1 tahun untuk wanita usia 50-60 tahun, dan setiap 1 tahun untuk wanita > 60
tahun (compliance rendah). Pada konsisi tertentu direkomendasikan sebelum
usia 40 tahun (wanita dengan keluarga tingkat pertama penderita kanker
payudara). Skrining mamografi dibuat dalam posisi cranio-caudal (CC) dan
medio-lateral oblique (MLO). Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita
yang simptomatik. Lebih rumit dan waktu lebih lama dibandingkan
mamografi skrining dan untuk mementukan ukuran tepat, lokasi
abnormalitas, evaluasi jaringan serta kelenjar getah bening sekitar.
Mammografi diagnosis foto diambil dalam posisi cranio-caudal (CC), medio-
lateraloblique (MLO) ditambah latero-medial (LM) atau medio- lateral
(ML).8
Pemeriksaan mamografi untuk dilakukan untuk tumor yang berukuran ≤
3 cm, namun MD. Anderson Cancer Center menganjurkan mamografi dengan
ukuran berapapun yang bertujuan untuk skrining lesi non palpable pada kedua
39
payudara (ipsilateral dan kontralateral) dan untuk mengevaluasi resiko
malignansi lesi tumor. Gambaran mamografi untuk lesi ganas dibagi atas
tanda primer dan sekunder.8
Tanda primer:
Densitas meninggi pada tumor
Batas tidak teratur karena proses infiltrasi kejaringan sekitarnya
atau batas tidak tegas (comet sign)
Gambaran translusen disekitar tumor
Gambaran stelata
Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
Ukuran klinis lebih besar dari radiologis.8
Tanda sekunder
Retraksi kulit
Bertambahnya vaskularisasi
Perubahan posisi putting
KGB aksila (+)
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas.8
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah
kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran < 0,5 mm, jumlah > 5
dan bentuk stelata. Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi dibagi 2
kategori: mikrokalsifikasi dan perubahan densitas. Mikrokalsifikasi dapat
berkelompok (clustered) atau menyebar (scattered). Perubahan densitas
mencakup masa terpisah-pisah (discrete masses). Gambaran mamografi
paling prediktif untuk malignansi adalah massa berspekula (stelata),
mikrokalsifikasi berkelompok dan mikrokalsifikasi di dalam massa. Sistem
pelaporan hasil mamografi mengacu pada sistem ACR (American Collage of
Radiology) atau BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System).
Sistem pelaporan ini disamping memberikan informasi hasil juga tentang
40
tindakan yang sesuai. Negatif palsu menurut data Breast Cancer Detection
Demonstration Project berkisar 8-10%.8
4) Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.
Beberapa teknik biopsi, antara lain fine needle aspiration biopsy (FNA), core
needle biopsy, dan biospi eksisi. Teknik biopsi tertutup (FNA/core biopsy)
lebih disukai karena biayanya yang lebih murah dan efek kosmetiknya lebih
baik dibanding biopsi eksisi. FNA lebih mudah dilakukan namun
membutuhkan ahli patologi anatomi (PA) yang terlatih dan memiliki
kelemahan untuk diagnosis DCIS. Core biopsy memiliki beberapa
keuntungan daripada FNA, namun membutuhkan spesimen histologi yang
tepat untuk diinterpretasi oleh ahli PA. Hasil negatif palsu dapat terjadi pada
teknik biopsi tertutup. Masa persisten atau rekuren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun, FNA
merupakan biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi
standar baku (gold standart) untuk diagnosis definitif.8
Dianjurkan triple diagnosis (klinis, mamografi, FNA). Biopsi yang
memberikan informasi histopatologi adalah biopsi core, biopsi insisi, biopsi
eksisi, potong beku dan ABBI (advance breast biopsy instrument). Hasil
biopsi ini merupakan standar baku untuk diagnosis dan terapi. Masing–
masing biopsi ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Biopsi eksisi
direkomendasikan untuk tumor ukuran kurang dari 3 cm. Biopsi insisi
dilakukan pada tumor operable dengan ukuran lebih dari 3 cm atau
41
inoperable. Ketika terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis FNA atau core
biopsy, serta tidak didapatkannya hasil dari pemeriksaan klinis dan imaging,
diperlukan sampel tambahan biopsi eksisi. Potong beku dilakukan saat
operasi, teknis pengambilan spesimen bisa insisi atau eksisi. Dari biopsi ini
dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan immunohistokimia dari estrogen
reseptor (ER), progesteron reseptor (PR), CerbB2, p53 dan cathepsin D.
Disamping diagnosis histopatologi ditentukan juga grading histopatologi
kanker payudara Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau
histopatologi.8
2.11 Tatalaksana Ca Mammae Female
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara, terutama untuk kanker payudara stadium awal. Mastektomi adalah
operasi pengangkatan payudara. Berbagai jenis operasi pembedahan pada
kanker payudara adalah sebagai berikut.11
a) Classic Radical Mastectomy (CRM)/Halstedt Radical Mastectomy, CRM
adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta
diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke
fasia atau otot pektoralis tanpa adanya metastasis jauh.
42
Tindakan mastektomi Radikal Halsted. 12
b) Modified Radical Mastectomy (MRM)
- Pattey (memotong muskulus pektoralis minor untuk dapat melakukan
diseksi aksila sampai level 3
- Unchincloss & Maaden (mempertahankan muskulus pektoralis mayor
dan minor)
43
Langkah-langkah Teknik mastektomi radikal modifikasi.13
c) Breast Conserving Surgery (BCS), BCS adalah terapi dengan melakukan
eksisi tumor primer dengan atau tanpa diseksi aksila dan radioterapi.
Terapi ini memberikan survival yang sama dengan MRM namun
rekurensinya lebih besar.
44
adalah tumor sentral, multisentrik, intraduktal ekstensif, T1 dan tidak
layak untuk konservasi payudara
45
pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan
sebelum pembedahan pada Ca mamma yang besar namun masih operabel
pada stadium lokal lanjut (neoadjuvant). Kemoterapi neoadjuvant ini dapat
mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan. Kemoterapi
paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita metastasis sistemik.
Obat kemoterapi diberikan dalam bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF
dan AC. Kemoterapi adjuvan diberikan sebanyak 6 siklus, neoadjuvan 3
siklus, paliatif diberikan jangka panjang dengan tujuan paliatif, terapeutik
diberikan sampai metastasis hilang atau terjadi intoksikasi. Pemberian
kemoterapi sebaiknya diberikan pada fase eksponensional dari kurva
Gompertz, pada saat jaringan kanker ada fase Dorman. 8,11
Dosis kombinasi:
a) Kombinasi CAF
b) Kombinasi CEF
c) Kombinasi CMF
46
d) Kombinasi AC
e) Taxan + Doxurubicin
47
dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun
menopause, dan pascamenopause). Setelah itu ditentukan apakah terapi
hormonal akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa
pemberian obat-obatan (antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate
dan androgen atau estrogen) yang dilakukan pada pasien pascamenopause.
Yang tergolong antiestrogen yaitu tamoxifen citrate, toremifene, dan
raloxifene, tapi raloxifene lebih banyak digunakan untuk pengobatan
osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti anastrozole dan letrozole
menghambat.11
5) Terapi Sesuai Stadium
Stadium I
a. Breast Conserving Treatment
b. Modified Mastectomy Radical
c. Mastectomy + Reconstruction
Stadium II
Stadium II A
a. Breast Conserving Treatment +kemoterapi
b. Modified Mastectomy Radical +kemoterapi
c. Mastectomy + Reconstruction +kemoterapi
Stadium II B (Terapi hormon bila ER dan PR positif)
a. Modified Mastectomy Radical+ kemoterapi adjuvan
b. Kemoterapi neoadjuvan/radioteapi Pre Op + MRM + kemoterapi
c. adjuvan Her2 inhibtors
Stadium III (Terapi hormone bila ER dan PR positif)
Stadium III A
a. Kemoterapi neoadjuvan/radioterapi Pre Op + MRM + kemoterapi
adjuvant
Stadium III B
a. Kemoterapi neoadjuvant + Mastektomi simple + Kemoterapi adjuvant
b. Radioterapi
48
Stadium III C
a. Kemoterapi neoadjuvan + Mastektoi simple + kemoterapi adjuvant
b. Radioterapi.11
2.12 Follow up
Beberapa hal yang dilakukan:
a. Jadwal kontrol: tiap 2 bulan pada tahun I dan II, tiap 3 bulan pada
tahun III-V, dan tiap 6 bulan setelah tahun V c. Pemeriksaan fisik: tiap
kali control
b. Thorax foto: tiap 6 bulan
c. Laboratorium dan marker: tiap 2-3 bulan
d. Mammografikontralateral:tiaptahunatauadaindikasi
e. USG abdomen atau hepar: tiap 6 bulan atau ada indikasi
f. Bone scanning: tiap 2 tahun atau ada indikasi.11
2.13 Skreaning
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
SADARI sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi
wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk
melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi; karena saat ini
pengaruh hormonal estrogen progesterone sangat rendah dan jaringan kelenjar
payudara saat itu dalam keadaan tidak oedeme/membengkak sehingga lebih
mudah meraba adanya tumor atau kelainan. Bagi wanita pasca menopause,
SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan
(misalnya setiap awal bulan). Selain itu, deteksi dini juga dapat dilakukan dengan
cara mammografi, USG, ataupun MRI. Langkah melakukan SADARI yaitu:
49
2.14 Prognosis
Survival rate (%) pada pasien dengan Ca mamma berdasarkan stadium
TNM yaitu sebagai berikut
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. M.S.K Pekerjaan : IRT
Umur : 35 Tahun Tanggal Masuk : 21/01/2023
50
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pemeriksaaan : 23/01/2023
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri area payudara kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan usia 35 tahun masuk dengan keluhan nyeri area
payudara sebelah kiri. Keluhan dirasakan pertamakali tahun 2020, muncul
pembengkakan 0.5 x 0.5 cm lalu memberat + 1 minggu SMRS. Didaerah
payudara kiri, warna kemerahan, kulit kasar, muncul pembengkakakan kecil dan
keluar nanah disertai demam naik turun, nyeri pinggang, mual muntah dan sakit
kepala. Nyeri yang ditimbulkan area payudara membuat pasien tidak bisa tidur.
Pasien menstruasi pertamakali usia 18 tahun, pasien menikah usia 18 tahun
dan jumlah kehamilan 3x, 2 anak lahir hidup (anak pertama (2009) ASI sampai
usia 5 tahun dan anak kedua (2019) ASI 4 tahun), anak kedua meninggal
sewaktu masih didalam kandungan dan pasien mengalami perdarahan hebat pada
tahun 2012. Usia pasien melahirkan anak pertama 22 tahun, selama + 10 tahun
pasien menggunakan kontrasepsi hormonal dan menstruasi tidak teratur. 1 tahun
belakangan pasien berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal dan menstruasi
kembali sesuai siklus.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien memiliki gejala yang sama ditahun 2020 dan
mendapatkan penanganan berupa evakuasi abses dan perawatan luka.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat penyakit diabetes mellitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit yang sama (-)
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis E4M6V5 (GCS 15)
51
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 Mmhg
Nadi : 80 x/m
Pernafasan : 20 X/m
Suhu Badan : 36.5 0c
Spo2 : 98 %
Pemeriksaan Kepala
Bentuk : Normocephal
Wajah : Simetris, Tampak Pucat (-), Edema (-)
Rambut : Warna Hitam, Distribusi Normal
Deformitas : Tidak Ada
THT (Telinga, Hidung Dan Tenggorokan)
Telinga : Nyeri Tekan (-), Edema (-), Jejas (-), Tumor (-)
Hidung : Edema (-), Deformitas (-), Jejas (-) Tumor (-)Nyeri Tekan (-)
Mata :
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bentuk Bulat, Isokor (+/+), Refleks Pupil (+/+)
Mulut
Bibir : Bentuk Dan Warna Kesan Normal
Lidah : Bentuk Kesan Normal, Warna Merah Muda, Lidah Kotor (-)
Mukosa Mulut : Kesan Normal, Lesi (-), Stomatitis (-)
Faring : Warna Merah Muda Kesan Normal
Tonsil : Ukuran T1/T1
Pemeriksaan Leher
KGB : Pembesaran Tidak Ada
Kelenjar Tiroid : Pembesaran Tidak Ada
JVP : Peningkatan (-)
Massa Lain : Tidak Ada
Thorax (Paru-Paru)
52
Inspeksi : Simetris Bilateral (+/+), Retraksi Interkosta (-), Jejas (-),
Tampak Ulkus (+), Pus (+) Dimammae Sinistra, (Status
Lokalis)
Palpasi : Vokal Fremitus Melemah (-/+), Nyeri Tekan (-)
Perkusi : Bunyi Sonor Di Semua Lapang Paru
Auskultasi : Vesikuler Di SIC I Dan II, Ronkhi(-/-) , Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Tampak
Palpasi : Ictus Cordis Tidak Teraba
Perkusi : Batas Jantung Normal, Batas Atas : Sic II Linea Sternalis
Sinistra, Batas Kanan : Sic IV Linea Sternalis Dextra, Batas
Kiri : Sic V Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung S1 Dan S2 Murni Regular, Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak Datar
Auskultasi : Bunyi Peristaltik Usus Terdengar, Frekuensi Kesan Normal
Perkusi : Bunyi Tympani (+), Pembesaran Lien (-), Hepatomegaly (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Palpasi Hepar Tidak Teraba, Palpasi Lien
Tidak Teraba, Palpasi Ginjal Tidak Teraba, Nyeri Tumbuk
Ginjal (-/-)
Ekstremitas
Atas : Akral Dingin (-/-), Edema (-/-)
Bawah : Akral Dingin (-/-), Edema (-/-)
53
a. Laboratorium: (12/01/2023)
Indikator Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12.3 14-18 g/dl
Leukosit 16.4 4.0-11.0 ribu/ul
Eritrosit 4.85 4.1-5.1 juta/ul
Hematokrit 37.7 36-47 %
Thrombosit 342 150-450 ribu/ul
BT 2’30” 1-5 menit
HT 6’ 1-15 menit
Ureum 20 <50 mg/dl
Kreatinin 0.90 0.6-1.1 mg/dl
SGOT 18 < 34 U/L
SGPT 27 < 31 U/L
GDS 110 70-200 mg/dl
Na 142 136-146 Mmol/l
K 3.4 3.5-5.0 Mmol/l
Cl 101 98-106 Mmol/l
HBsAg Qualitative No Reaktif Non reaktif
3.5 Resume
Pasien perempuan usia 35 tahun masuk dengan keluhan nyeri area
Mammae sinistra. Keluhan dirasakan pertamakali tahun 2020 muncul tumor
axila ukuran 0.5 x 0.5 cm dan memberat + 1 minggu terakhir, kulit kasar dan
keluar pus disertai febris fluktuatif, Back pain, anoreksia, dan cephalgia. Skor
Nyeri 6
Pasien menstruasi pertamakali usia 18 tahun, menikah usia 18 tahun dan
jumlah kehamilan 3x, 2 anak lahir hidup (anak pertama (2009) ASI sampai usia
5 tahun dan anak kedua (2019) ASI 4 tahun), anak kedua meninggal sewaktu
masih didalam kandungan dan pasien mengalami perdarahan hebat pada tahun
54
2012. Usia pasien melahirkan anak pertama 22 tahun, selama + 10 tahun pasien
menggunakan kontrasepsi hormonal dan menstruasi tidak teratur. 1 tahun
belakangan pasien berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal dan menstruasi
kembali sesuai siklus.
Pasien pernah mengalami gejala yang sama ditahun 2020 dan
mendapatkan penanganan berupa evakuasi abses dan perawatan luka.
Keadaan sakit sedang, kesadaran compos mentis dan tanda-tanda vital
didapatkan td: 120/80 MmHg, Nadi : 80 x/m, Pernafasan : 20 X/m, Suhu Badan
:36.5 0c, Spo2 : 98 %.pada pemeriksaan status lokalis pada mammae sinistra
tampak hiperemis (+), peau d’orange (+), Ulkus (+), Pus (+), dan teraba padat
(+), Hangat (+), Nyeri tekan (+)
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan leukosit: 16.4
ribu/ul,
3.6 Diagnosis
Abses Mammae sinistra dd Ca Mammae sinisttra
3.7 Anjuran Pemeriksaan
- Mammografi
- USG Mammae
- FNAB (Fine Needly Aspiration Biopsy)
- Biosi terbuka/Biospsi insisional
3.8 Terapi
- Medikamentosa
1) Anbacim 1gr dalam 100 cc Nacl 0.9%/ 12 jam
2) Ketorolac 30mg/8jam
3) Ranitidin 50mg/12 jam
- Non-Medikamentosa
1) Diet bebas
2) Biopsy insisi mammae sinistra
3.9 Dokumentasi Klinis Pasien
55
56
BAB IV
PEMBAHASAN
57
DAFTAR PUSTAKA
58