Dosen Pengampu:
Ns. Dedeh Sri Rahayu, S.Pd., MAN
Disusun Oleh:
Candra Irawan
(C.0105.21.125)
2. Etiologi........................................................................................................................................ 1
8. Penatalaksanaan .......................................................................................................................... 9
2) Diet.......................................................................................................................................... 9
3) Mobilisasi................................................................................................................................ 9
4) Katerisasi............................................................................................................................... 10
9. Komplikasi ................................................................................................................................ 10
i
B. KONSEP LETAK JANIN SUNGSANG ...................................................................................... 11
1. Pengertian ................................................................................................................................. 11
5. Patofisiologi .............................................................................................................................. 12
7. Komplikasi ................................................................................................................................ 13
9. Pencegahan ............................................................................................................................... 14
1. Pengkajian ................................................................................................................................. 18
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI LETAK JANIN SUNGSANG
melalui suatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf rahim dalam keadaan
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Etiologi
Manuba (2011) Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri
iminen, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 894.000 gram. Dari beberapa faktor
Sectio Caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio Caesaria sebagai
berikut:
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
1
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
maternal dan parinatal paling penting dalam ilmu kebidanan, Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
2
3. Jenis-Jenis Sectio Caesaria
Secara umum tindakan Sectio Caesaria dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
- Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak
Sectio Korporal atau klasik insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan
ini yang lebih mudah dilakukan, hanya diselengga apabila ada halangan untuk
uterus pada dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah
3
1) kelebihan:
2) Kekurangan:
jarang di lakuakan. Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan
sebagai berikut:
4. Manifestasi Klinis
koprehensif yaitu: Perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi
4
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (Lokhea tidak banyak)
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak sungsang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kongitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
5
maupun ibu anastesi janin sehingga kadang kadang bayi lahir dalam keadaan Upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anastesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
menurun maka peristalstik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
6
Pathway Sectio Caesaria
untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi repture uteri. Risiko ruptur
uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan
beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
7
b. Distosia Persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
antara bagian presentasi janin dan jal;an lahir, kelainan persalinan terdiri dari:
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi
uterus) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.
2) Panggul sempit,
janin,
5) Gawat janin
cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk Sectio
Caesarea.
6) Letak Sungsang
menyelamatkan ibu maupun janin, oleh sebab itu sectiocaesaria dilakukan hanya
8
8. Penatalaksanaan
1) Pemberian Cairan
cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa digunakan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
2) Diet
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi,
3) Mobilisasi
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
c) Hari ke dua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5 menit dan
d) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari
9
4) Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan
c) Obat-obatan lain
6) Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
7) Perawatan rutin
9. Komplikasi
e. Laserasi total,
f. Rupture uterus.
10
B. KONSEP LETAK JANIN SUNGSANG
1. Pengertian
letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
1) Multiparitas
2) Plasenta Previa
3) Panggul sempit
3) Kehamilan kembar
a. Keluhan umum yang sering dikatakan ibu dengan kehamilan letak sungsang
adalah terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak dibagian
bawah.
b. Pada pemeriksaan abdomen, tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat,
yakni kepala, dan kepala teraba teraba di fundus uteri. Kadang kadang bokong
janin teraba bulat dan memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak
11
dapat digerakkan semudah kepala. Auskultasi menunjukkan DJJ lokasinya
c. Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada
tangan ditemukan ibu jari yang letakknya tidak sejajar dengan jari jari lain dan
(Wiknjosastro,2012)
a. Letak bokong murni (frank breech): bokong yang menjadi bagian depan kedua
b. Letak bokong kaki (Complete breech): di samping bokong teraba kaki, biasa
disebut letak bokong kaki sempurna, jika di samping bokong teraba kedua kaki
5. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala. Letak
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
12
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan
6. Diagnosa Banding
dengan letak muka. Pada presentase fisik dengan palpasi leopold masih ditemukan
kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan
didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus
dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi
7. Komplikasi
1) Perdarahan
3) Infeksi
13
2) Trauma Persalinan
8. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak plasenta,
menentukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
9. Pencegahan
d. USG rutin.
14
10. Penatalaksanaan
Karena kita tahu bahwa pragnosa bagi anak tidak begitu baik, maka
usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya adalah untuk merubah
letak menjadi letak kepala. Hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34
minggu, multi dengan usia kehamilan 36 minggu, dan tidak ada panggul sempit,
3) Bokong belum turun atau masuk P.A.P (pintu atas panggul) teknik:
a) Lebih dahulu bokong lepaskan dari P.A.P dan ibu berada dalam posisi
trendelennburg.
d) Lalu tukar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan di kepala
e) Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi tensi, DJJ serta ketuban.
Terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir secara
Bila tangan tidak menjungkit ke atas (nuchee arm), persalinan akan mudah.
15
2) Fase II: Fase untuk bertindak cepat
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu dalam 8
sakrum dan jari lain dilipat paha. Kemudian janin ditarik kearah bawah,
sehingga skapals berada dibawah simphisis, lalu lahirkan bahu dan lengan
2) Cara Lovset
ditarik kebawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang. Setelah itu
3) Cara Mueller
Tarik janin vertikal kebawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan.
Cara melahirkan bahu lengan depan bisa sepontan atau dikait dengan satu jari
menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki keatas lalu
4) Cara Bracht
janin ditarik keatas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara.
16
5) Cara Potter
Dikeluarkan dulu lengan dan bahu dengan menarik janin kebawah dan
menekan dengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat keatas untuk
melahirkan lengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat keatas untuk
d. Melahirkan Kepala
1) Cara Mauriceau
sementara tangan lain memegang pada tengkuk, lalu tarik kebawah sampai
rambut dan kepala dilahirkan. Kegunaan jari dalam mulut, hanya untuk
2) Cara De Snoo
Tangan kiri menandah perut dan dada serta 2 jari diletakkan di leher
vagina.
Satu tangan (Kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulai janin
sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan lain menekan
4) Cara Naujoks
Satu tangan memegang leher janin dari depan, tanagn lain memegang
leher pada bahu, tarik janin kebawah dengan bantuan dorongan dari atas
simfisis.
17
5) Cara Praque Terbalik
tangan memegang bahu janin dari belakang. Tangan lain memegang kaki lalu
Dampak masalah yang terjadi pada letak sunsang adalah cedera lahir, infeksi
akibat tingginya intervensi, hipoksia janin, hal ini dapat terjadi akibat propalps tali
1. Pengkajian
kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat kelompok dan
a. Identitas
Di dalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang
dengan indikasi letak yaitu umur diatas 30 tahun (primiparatua), nama, no RM,
b. Keluhan Utama
Pada kasus kehamilan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu adalah
gerakan janin terasa lebih banyak bagian perut bagian bawah (Winknjosastro,
2012).
18
c. Riwayat Menstruasi
menstruasi teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau tidak (Prawirohardjo,
2011).
d. Riwayat Hamil
jumlah 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-3 tahun (Sujiatini dkk,2011).
f. Riwayat Kesehatan
Kesehatan yang pernah dialami klien, seperti mual, pusing, atau kencing-
h. Pengakajian Nifas
umbilikus.
19
i. Pemeriksaan fisik
a) Keadan Umum
pernafasan, nadi.
c) B1 (Breathing)
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris,pola nafas teratur, tidak ada retraksi otot
bantu nafas.
d) B2 (Blood)
2) Palpasi: palpasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit pada waktu
selesai persalinan.
e) B3 (Brain)
f) B4 (Bladder)
g) B5 (Bowel)
1) Inspeksi –
20
h) B6 (Bone)
1) Inspeksi: tugor kulit elastis, Terdapat luka post op masih dibalut, terdapat
menjol, warna kulit sawo matang atau kuning langsat, tidak ada oedema,
kekuatan otot.
i) B7 (Pengindraan)
1) Inspeksi: Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak
j) B8 (Endokrin)
1) Inspeksi: Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak
j. Pemeriksaan penunjang
4) Urinalisis/kultur urine.
21
k. Analisa Data
22
5) Sulit tidur
23
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-
posterior meningk
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
4. D.0080 Ansietas Sectio Caesaria Ansietas
Objektif :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
24
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
5. D.0054 Gangguan Mobilitas Sectio Caesaria Gangguan
Fisik Mobilitas Fisik
Pacsa Operatif
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Trauma Jaringan
1) Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas Diskontinuitas Jaringan
Objektif :
1) Kekuatan otot menurun Nyeri
2) Rentang gerak (ROM)
menurun Kelemahan Fisik
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Gangguan Mobilitas Fisik
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan
pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
1) Sendi kaku
2) Gerakan dak terkond
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
25
6. D. 0049 Konstipasi Sectio Caesaria Konstipasi
26
8. D.0142 Risiko Infeksi Sectio Caesaria Resiko Infeksi
27
2. Diagnosa Keperawatan Proritas (SDKI)
1) Gangguan Integritas Kulit Dan Jaringan b.d Prosedur Invasif (Operasi Sectio
2) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (Operasi Sectio Caesaria) d.d Mengeluh
Nyeri
3) Pola Napas Tidak Efektif b.d Efek Agen Farmakologis (Anastesi) d.d Pola Napas
Abnormal (Takipnea)
5) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri d.d Nyeri Saat Bergerak, Kekuatan Otot
Menurun
6) Konstipasi b.d Prosedur Invasif (Operasi Sectio Caesaria) d.d Peristaltik Usus
Menurun
28
3. Rencana Asuhan Keperawatan (SIKI)
29
kkal/kgBB/hari
dan protein 1.25
1.5 g/kgBB/hari
5. Berikan suplemen 5. Memenuhi
vitamin dan kebutuhan nutrisi
mineral (mis klien
vitamin A
vitamin C, Zinc
asam amino),
sesuai indikasi
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tanda 1. Agar klien
dan gejala infeksi memahami tanda
dan gejala infeksi
2. Anjurkan 2. Agar membantu
mengkonsumsi untuk
makanan tinggi mempercepat
kalori dan protein proses
penyembuhan luka
3. Ajarkan prosedur 3. Agar mampu
perawatan luka melakukan
secara mandiri perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Membantu proses
pemberian penyembuhan luka
antibiotik, jika
perlu
30
2) Nyeri Akut b.d L. 08066 Tingkat I.08238
Nyeri Manajemen
Agen Pencedera
Setelah dilakukan Nyeri
Fisik (Operasi
tindakan keperawatan Tindakan
Sectio Caesaria) selama 2 x 24 jam Keperawatan
diharapkan Tingkat Observasi: Observasi:
d.d Mengeluh
Nyeri menurun, 1. Indentifikasi 1. Untuk mengetahui
Nyeri
Dengan kriteria hasil: lokasi, lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik, karakteristik,
menurun durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
2. Meringis menurun kualitas, intensitas nyeri
3. Sikap protektif intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi 2. Mengetahui
4. Gelisah menurun skalanyeri tingkat skala nyeri
5. Kesulitan tidur klien
menurun 3. Identifikasi 3. Agar perawat
6. Frekuensi nadi respon nyeri non dapat melihat
membaik verbal respon klien
4. Identifikasi 4. Mengetahui bahwa
faktor yang nyeri dapat
memperberat dan diperberat atau
memperingan dihilangkan oleh
nyeri klien
5. Identifikasi 5. Untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman klien
keyakinan tentang tentang rasa nyeri
nyeri yang dideritanya
Terapeutik: Terapeutik:
1. Berikan teknik 1. Mengurangi
non farmakologis tingkat rasa nyeri
untukmengurangi pada klien atau
rasa nyeri ( mis. membiasakan
TENS,hipnosis, klien dari
31
akupuntur,terapi penderitaan
musik, bio
feedback, terapi
pijat, aroma terapi,
terapi imajinasi
terbimbing,
kompreshangat
atau dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol 2. Dapat mengetahui
lingkungan yang yang memperberat
memperberat atau meringankan
rasa nyeri faktor resiko
penyebab nyeri
3. Fasilitasi 3. Mengabaikan dan
istirahat dan tidur memuaskan
kebutuhan klien
akan istirahat
4. Pertimbangkan 4. Agar perawat
jenis dan sumber dapat menentukan
nyeri dalam tindakan asuhan
pemilihan strategi keperawatan
meredakan nyeri sesuai dengan
jenis nyeri yang
dialami oleh
pasien
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Memberikan
penyebab, informasi
periode, dan berhubungan
pemicu nyeri dengan nyeri yang
dirasakan klien
32
2. Jelaskan strategi 2. Membantu klien
meredakan nyeri mengatasai saat
terjadi nyeri
3. Anjurkan 3. Saat nyeri terjadi,
memonitor nyeri klien mampu
secara mandiri mengetahui
karakteristik,
penyebab dan
lokasinya
4. Anjurkan 4. Untuk mengurangi
menggunakan rasa nyeri yang
analgetik secara dialami klien
tepat
5. Ajarkan teknik 5. Memungkinkan
nonfarmakologis klien untuk
untuk dengan mudah
mengurangi rasa menyesuaikan
nyeri nyeri dengan cara
yang mudah
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Meredakan atau
pemberian menghilamgkan
analgetik, jika nyeri yang
perlu dirasakan klien
3) Pola Napas L.01044 Pola Napas I.01014
Setelah dilakukan Pemantauan
Tidak Efektif b.d
tidakan keperawatan Respirasi
Efek Agen
selama 1 x 24 jam Tindakan
Farmakologis diharapkan Pola Napas Keperawatan
Membaik. Observasi: Observasi:
(Anastesi) d.d
Dengan kriteria hasil: 1. Monitor 1. Acuan untuk
Pola Napas
1. Dispnea menurun frakuensi, irama, mengetahui
Abnormal 2. Penggunaan otot kedalaman dan frekuensi,
33
(Takipnea) bantu napas upaya napas kedalaman dan
menurun usaha napas
3. Frekuensi napas 2. Monitor pola 2. Acuan untuk
membaik napas (seperti mengetahui pola
4. Kedalaman napas bradicines, napas klien
membaik talipnea,
hiperventil,
Kusemaul
Cheyne-Dot,
ataksik)
3. Monitor 3. Mengetahui
kemampuan kemampuan klien
batuk efekif untuk batuk efektif
4. Monilor adanya 4. Mengetahui ada
produksi sputum tidaknya produksi
sputum
5. Monitor adanya 5. Mengetahui ada
sumbatan jalan tidaknya sumbatan
napas pada jalan napas
6. Palpasi 6. Mengetahui
kesimetrisan kesimetrisan
ekspansi paru ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi 7. Mengetahui ada
napas tidanya bunyi
napas tambahan
8. Monitor saturasi 8. Memantau saturasi
oksigen oksigen dalam
tubuh klien
9. Monitor nilai 9. Memantau hasil
AGD AGD
10. Monitor hasil x- 10. Mengetahui ada
ray toraks tidaknya kelainan
hasil x-ray toraks
34
Terapeutik: Terapeutik:
1. Atur interval 1. Melihat sesuai
pemantauan kondisi dan
respirasi sesuai perkembangan
kondisi pasien klien
2. Dokumentasikan 2. Sebagai acuan
hasil pemantauan dalam pemantauan
dari hasil
sebelumnya
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tujuan 1. Agar memahami
dan prosedur tujuan dari
pemantauan pemantauan
respirasi
2. Informasikan 2. Agar mengetahui
hasil pemantauan, data hasil
jika perlu pemantauan
Kolaborasi: Kolaborasi:
- -
4) Ansietas b.d L.09093 Tingkat I.09314 Reduksi
Ansietas Ansietas
Krisis
Setelah dilakukan Tindakan
Situasional d.d
tidakan keperawatan Keperawatan
Tampak Gelisah selama 1 x 24 jam Observasi: Observsi:
diharapkan Tingkat 1. Identifikasi saat 1. Sebagai acuan
Ansietas Menurun tingkat ansietas untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil: berubah (mis. tingkat ansietas
1. Vervalisasi Kondisi, waktu, klien
kebingungan stresor)
menurun 2. Identifikasi 2. Mengetahui
2. Verbalisasi kemampuan kemampuan klien
khawatir terhadap mengambil dalam mengambil
kondisi yang keputusan keputusan
35
dihadapi menurun 3. Monitor tanda- 3. Mengetahui tanda-
3. Perilaku gelisah tanda ansietas tanda ansietas
menurun yang mungkin
4. Perilaku tegang muncul
menurun Terapeutik: Terapeutik:
5. Konsentrasi 1. Ciptakan suasana 1. Membantu klien
membaik terapeutik menjadi lebih
6. Pola tidur membaik relaks
2. Temani pasien 2. Sebagai bentuk
untuk perhatian terhadap
mengurangi klien
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi 3. Agar memahi
yang membuat penyebab klien
ansietas ansietas
4. Dengarkan 4. Agar klien merasa
dengan penuh tidak sendiri
perhatian
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Agar klien
prosedur, memahami
termasuk sensasi tindakan atau
yang mungkin prosedur yang
dialami akan dilakukan
2. Informasikan 2. Agar klien paham
secara faktual akan penyakitnya
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan 3. Agar klien dapat
mengungkapkan mengungkapkan
36
perasaan dan perasaannya
persepsi 4. Membantu klien
4. Latih teknik agar relaks
relaksasi
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Membantu
pemberian obat menurunkan
antiansietas, jika tingkat ansietas
perlu klien
5) Gangguan L.05042 Mobilitas I.05173 Dukungan
Fisik Mobilisasi
Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan Tindakan
b.d Nyeri d.d
tidakan keperawatan keperawatan
Nyeri Saat selama 2 x 24 jam Observasi: Observasi:
diharapkan Mobilitas 1. Identikasi adanya 1. Mengetahui ada
Bergerak,
Fisik Meningkat nyeri atau tidaknya nyeri atau
Kekuatan Otot
Dengan kriteria hasil: keluhan fisik keluhan fisik
Menurun 1. Pergerakan lainnya lainnya
ekstermitas 2. Identifikasi 2. Mengetahui
meningkat toleransi fisik toleransi fisik
2. Kekuatan otot melakukan klien
meningkat pergerakan
3. Rentang gerak 3. Monitor frekuensi 3. Agar mengetahui
(ROM) meningkat jantung dan kondisi klien
4. Nyeri menurun tekanan darah
5. Kecemasan sebelum memulai
menurun mobilisasi
6. Kelemahan fisik 4. Monitor kondisi 4. Melihat kondisi
menurun umum selama klien selama
melakukan melakukan
mobilisasi mobilisasi
37
Terapeutik: Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas 1. Membantu klien
mobilisasi dengan dalam latihan
alat bantu (mis. mobilisasi
pagar tempat
tidur)
2. Fasilitasi 2. Menyediakan
melakukan sarana saat klien
pegarakan, jika melakukan
perlu pergerakan
3. Libatkan keluarga 3. Membantu klien
untuk membantu dalam proses
pasien dalam mobilisasi
meningkatkan
pergerakan
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tujuan 1. Agar klien dapat
dan prosedur melakukan
mobilisasi memahami tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan 2. Agar
melakukan perkembangan
mobilisasi dini klien dilakukan
secara bertahap
3. Ajarkan 3. Agar klien dapat
mobilisasi memulai
sederhana mobilisasi dari hal
kecil
Kolaborasi: Kolaborasi:
- -
38
6) Konstipasi b.d L.04033 Eliminasi I.04155 Manajemen
Fekal Konstipasi
Prosedur Invasif
Setelah dilakukan Tindakan
(Operasi Sectio
tidakan keperawatan Keperawatan
Caesaria) d.d selama 1 x 24 jam Observasi : Observasi :
diharapkan Eliminasi 1. Periksa tanda dan 1. Terpantaunya
Peristaltik Usus
Fekal Membaik gejala konstipasi tanda dan gejala
Menurun
Dengan kriteria hasil: konstipasi
1. Control 2. Periksa 2. Mengetahui
pengeluaran feses pergerakan usus, gerakan usus dan
meningkat karakteristik feses karakteristik feses
2. Keluhan defekasi (konsistensi,
lama dan sulit bentuk, volume,
menurun dan warna)
3. Mengejan saat 3. Identifikasi faktor 3. Mengetahui faktor
defekasi menurun risiko konstipasi resiko konstipasi
4. Distensi abdomen (mis. Obat-
menurun obatan, tirah
5. Teraba massa pada baring, dan diet
rektal menurun rendah serat)
6. Urgency menurun 4. Monitor tanda 4. Mengetahui tanda
7. Nyeri abdomen dan gejala rupture dan gejala rupture
menurun usus dan/atau usus
8. Kram abdomen peritonitis
menurun
9. Konsistensi feses Terapeutik : Terapeutik :
membaik 1. Anjurkan diet 1. Agar klien
10. Frekuensi BAB tinggi serat memahami tentang
membaik diet tinggi serat
11. Peristaltik usus 2. Lakukan evakuasi 2. Membantu
membaik feses secara pengeluaran feses
manual, jika perlu
39
3. Berikan enema 3. Membantu feses
atau irigasi, jika keluar
perlu
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan etiologic 1. Agar klien
masalah dan memahami
alasan tindakan
2. Anjurkan 2. Membantu agar
peningkatan feses menjadi
asupan cairan, lebih lunak
jika tidak ada
kontraindikasi
3. Latih buang air 3. Melatih agar
besar secara buang air besar
teratur agar teratur
4. Ajarkan cara 4. Agar klien
mengatasi memiliki pemahan
konstipasi/ mengenai cara
impaksi mengatasi
konstipasi
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Konsultasi 1. Agar keadaan
dengan tim medis klien selalu
tentang terpantau
penurunan/
peningkatan
frekuensi suara
usus
2. Kolaborasi 2. Membantu
penggunaan obat mengeluarkan
pencahar, jika feses klien
perlu
40
7) Risiko L.03028 Status I.03116 Manajemen
Cairan Hipovolemia
Hipovolemia b.d
Setelah dilakukan Tindakan
Efek Agen
tidakan keperawatan Keperawatan
Farmakologis selama 1 x 24 jam Observasi: Observasi:
diharapkan Status 1. Periksa tanda dan 1. Agar mengetahui
(Anastesi)
Cairan Membaik gejala hipovolmia tanda dan gejala
Dengan kriteria hasil: (mis. Frekuensi terjadinya
1. Kekuatan nadi nadi meningkat, hipovolemia yang
meningkat nadi teraba ada pada klien
2. Output meningkat lemah, tekanan
3. Membran mukosa darah menurun,
lembab meningkat tekanan nadi
4. Ortopnea menurun menyempit,
5. Dipsnea menurun turgor kulit
6. Paroxysmal menurun,
nocturnal dipsnea membran mukosa
(PND) menurun kering, volume
7. Edema anasarka urin menurun,
menurun hematokrit
8. Edema perifer meningkat, haus,
menurun lemah)
9. Perkusi nadi 2. Monitor intake 2. Memantau intake
membaik dan output cairan dan output cairan
10. Tekanan darah Terapeutik: Terapeutik:
membaik 1. Hitung kebutuhan 1. Untuk mengetahui
11. Tekanan nadi cairan kebutuhan cairan
12. Turgor kulit 2. Berikan posisi 2. Membantu
membaik modipied membuat klien
13. Jugular venous trenbelenburg nyaman
presure (JVP) 3. Berikan asupan 3. Membantu
14. Hemoglobin cairan oral memenuhi
membaik kebutuhan cairan
41
15. Hematokrit Edukasi: Edukasi:
membaik 1. Anjurkan 1. Agar kebutuhan
memperbanyak cairan klien tetap
asupan cairan adekuat
oral
2. Anjurkan 2. Agar klien tidak
menghindari nyaman dalam
perubahan posisi mengganti posisi
mendadak
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Membantu
pemberian cairan memenuhi
IV isotonis (mis. kebutuhan cairan
NaCL,RL) dalam tubuh
2. Kolaborasi 2. Membantu
pemberan cairan kebutuhan isotonik
IV hipotonis klien tetap adekuat
(mis. Glukosa
2,5%, NaCL
0,4%)
3. Kolaborasi 3. Membantu
pemberian cairan memenuhi
koloid (mis. kebutuhan tubuh
Albumin, klien
plasmanate)
4. Kolaborasi 4. Menjaga
pemberian keadekuatan
produk darah dalam tubuh klien
42
8) Risiko Infeksi L.14137 Tingkat I.14539 Pencegahan
Infeksi Infeksi
b.d Efek
Setelah dilakukan Tindakan
prosedur
tidakan keperawatan Keperawatan
invasive selama 2 x 24 jam Observasi: Observasi:
diharapkan Tingkat 1. Monitor tanda 1. Mengetahui ada
(Operasi Sectio
Infeksi Menurun dan gejala Infeksi tidaknya tanda
Caesaria)
Dengan kriteria hasil: lokal dan dan gejala infeksi
1. Demam menurun sistemik
2. Kemerahan Terapeutik: Terapeutik:
menurun 1. Batasi jumlah 1. Memberi waktu
3. Nyeri menurun pengunjung klien untuk
4. Bengkak istirahat
menurun 2. Berikan 2. Mempercepat
5. Kadar sel darah perawatan kulit proses
putih membaik pada area edema penyembuhan
3. Cuci tangan 3. Menjaga
sebelum dan kebersihan tangan
sesudah kontak dan diri
dengan pasien
dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan 4. Mencegah infeksi
teknik aseptic yang lebih parah
pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tanda 1. Agar klien
dan gejala infeksi memiliki
pemahaman
tentang tanda dan
gejala infeksi
43
2. Ajarkan cara 2. Agar klien
mencuci tangan memiliki
yang benar pemahaman
tentang cuci
tangan yang baik
dan benar
3. Ajarkan etika 3. Mencegah
batuk terjadinya
penularan penyakit
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Memberikan
pemberian imunitas yang
imunisasi, jika lebih pada klien
perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
b. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
44
DAFTAR PUSTAKA
Mellyna,H. 2009. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Hal 29. Jakarta : Puspa Swara. diakses
Mediaction.
Obak, dkk. 2008. Keperawatan Maternitas. Hal 460. Jakarta : EGC diakses pada tanggal 12
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika diakses
Saryono dyah pramitasari poischa. (2009). Perawatan payudara. Jogjakarta: mitra cendikia.
45
Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Smeltzer & Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner & Suddarath (8th
Suririnah, 2007. ASI menyelamatkan Jiwa Bayi. diakses pada tanggal 12 Mei 2023 pukul
18.35 WIB
46