ABDOMINAL PAIN
Oleh
ADELIA MUHLIFA SAPUTRI NIM. 1910027007
BARA NIM. 1910027014
FAUZIAH BAHAR NIM. 1910027016
GUSTI PUTRI DESTI PRATAMA NIM. 1910027008
MITA ELLYANA ASHADI NIM. 1910027011
NIA RAMADANURROSITA NIM. 1910027002
WIDIA RAHMADHANI NIM. 1910027026
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutoral klinik tentang “Abdominal Pain”. Laporan ini
disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Yudanti Riastiti, M.Kes.,
Sp.Rad selaku dosen tutorial klinik yang telah memberikan banyak bimbingan dan saran kepada
kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari masih terdapat
banyak ketidaksempurnaan dalam laporan kami ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan ini menjadi
ilmu bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Abdominal pain atau nyeri perut, dapat berupa nyeri visceral maupun nyeri somatik
dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau diluar rongga
perut, misalnya rongga dada. Nyeri visceral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau
struktur dalam rongga perut, misalnya karena cedera atau radang. Sedangkan, nyeri somantik
terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan
pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.
Berdasarkan letak dan penyebarannya, nyeri dapat bersifat nyeri alih dan nyeri yang
diproyeksi. Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Nyeri proyeksi ialah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibat cedera
ataupun peradangan.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala nyeri
perut, pemeriksaan penunjang berupa radiografi pada abdomen dapat dilakukan. Pemeriksaan
yang biasa dilakukan ialah foto abdomen untuk memastikan adanya tanda kalsifikasi,
peritonitis, udara bebas, obstruksi ataupun paralisis usus.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai abdominal pain. Adapun tujuan khusus yaitu untuk mengetahui gambaran
radiologi apa saja yang dapat terlihat dan khas pada penyakit yang dapat menyebabkan
abdominal pain sehingga memudahkan penegakkan diagnosis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
4. Apa ada persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan foto polos abdomen?
5. Bagaimana syarat foto abdomen yang baik? Apakah foto pada skenario sudah memenuhi
kriteria foto yang baik untuk dibaca?
6. Apa saja kelainan yang dapat dinilai dari foto polos abdomen?
7. Apa interpretasi foto pada skenario?
8. Apa saja yang dapat menyebabkan terbentuknya gambaran seperti pada foto skenario?
9. Apa kesimpulan atau diagnosis foto pada kasus di skenario?
6
5. Foto pada skenario sudah layak untuk dibaca, karena memenuhi kriteria foto yang baik,
yaitu:
- Diafragma terlihat
- Vertebra tepat berada di tengah
- Crista iliaca simetris
- Proc.spinosus berada di tengah
- Batas usus – costae jelas
- Terlihat pseudo psoas line
- Marker jelas
- Dapat memperlihatkan batas hepar
7
- Intususepsi
9. Diagnosis atau kesimpulan foto:
- Kemungkinan dicurigai adanya Small Bowel Obstruction
2.5 Sintesis
2.5.1 Indikasi dan kontraindikasi foto konvensional abdomen
1. Foto Polos Abdomen
Indikasi:
Abdomen akut yang dicurigai disebabkan oleh peradangan mendadak salah satu organ di
dalam kavum abdomen, perforasi, perdarahan intra abdominal, ileus obstruktif dan
paralitik.
Abdomen akut yang disebabkan oleh kelainan di rongga thoraks yang dapat menyebabkan
ileus paralitik.
Kontraindikasi:
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk foto polos abdomen, tetapi lebih baik dihindari pada
wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita hamil untuk paparan radiasi.
2. Foto Kontras
Indikasi:
8
Tiap-tiap jenis foto kontras memiliki indikasi masing-masing dalam pemeriksaannya,
seperti:
a. Esofagografi, diindikasikan jika terdapat klinis disfagia, odinofagia, fistula trakeoesofageal
dan penilaian perforasi, vasises esofagus, benda asing, GERD, divertikulum zenker,
Barret’s esofagus, akalasia, dan tumor esofagus.
b. Oesofagomaagduodenografi, diindikasikan pada dyspepsia, massa di abdomen bagian atas,
perdarahan gastrointestinal, obstruksi parsial, penilaian lokasi perforasi, diverticulum,
tumor gaster, gastritis, ulkus peptikum, hernia esofagus, dan hipertrofi pilorik stenosis.
c. Barrium Follow Through, diinkasikan pada pasien dengan klinis sakit perut, diare,
perdarahan, obstruksi parsial, massa abdomen, enema usus halus yang tidak berhasil,
enteritis, diverticulum, malabsorbsi.
d. Pemeriksaan Colon In Loop, diindikasikan pada pasien dengan perubahan pola BAB, nyeri
perut, massa intraabdomen, obstruksi, melena, colitis, diverticulum, intususepsi, polip, dan
volvulus.
e. Pemeriksaan Intravena Pielografi (IVP), diindikasikan jika terdapat kista ginjal, tumor
ginjal, urolitiasis, pielonefritis, glomerulonephritis, hidronefrosis, evaluasi trauma, evaluasi
preoperative.
Kontraindikasi:
Alergi zat kontras.
Hamil.
Kecurigaan perforasi (gunakan zat kontras water soluble).
Obstruksi total dari saluran cerna.
9
- Kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
- Kontur ginjal kanan dan kiri.
- Gambaran udara usus.
- Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan di luar usus atau massa tumor.
2. Posisi erect atau duduk, sinar horizontal, proyeksi AP, untuk melihat:
- Gambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus.
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma.
- Gambaran cairan di rongga pelvis atau abdomen bawah.
3. Posisi left lateral decubitus (LLD), sinar horizontal, posisi AP, untuk melihat:
- Hampir sama pada posisi erect, hanya saja udara bebas letaknya berada diantara hati
dengan dinding abdomen.
10
2.5.5 Syarat foto konvensional abdomen yang baik
Foto polos abdomen masih merupakan pemeriksaan yang sangat berguna terutama
pada pasien akut abdomen. Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
1. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
2. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan panggul baik.
3. Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak simetris
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas gambar costae
dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral muskulus psoas
dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
- Penilaian Kualitas: nama pasien yang sebenanya, pajanan yang baik, tanpa rotasi
dan penanda anatomis (L atau R) pada foto. Foto telentang (AP) termasuk foto
abdomen yang rutin dilakukan. Foto tegak atau dekubitus abdomen diperlukan untuk
mendeteksi batas cairan (fluid level). Untuk medeteksi udara bebas intraperitoneum
dapat digunakan foto tegak thorak atau foto dekubitus kiri abdomen.
- Penilaian gambaran gas usus: normalnya, lambung dan usus besar mengandung
gas. Satu-satunya gambaran batas cairan yang normal terdapat didalam lambung dan
kadang-kadang di dalam duodenum proksimal.
- Tentukan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yang membingkai tepi-tepi
abdomen pada foto terlentang. Pada foto tegak, kolon dilekatkan pada fleksura
hepatic dan splenik oleh ligamentum hepatokolikum dan frenikokolikum yang
bersifat konstan.
11
intraperitoneum dapat digunakan foto tegak thorak atau foto dekubitus kiri
abdomen.
- Penilaian gambaran gas usus: normalnya, lambung dan usus besar mengandung
gas. Satu-satunyagambaran batas cairan yang normal terdapat didalam lambung
dan kadang-kadang di dalam duodenum proksimal.
- Tentukan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yang membingkai
tepi-tepi abdomen pada foto terlentang. Pada foto tegak, kolon dilekatkan pada
fleksura hepatic dan splenik oleh ligamentum hepatokolikum dan frenikokolikum
yang bersifat konstan.
Bila terdapat gas di dalam usus halus atau dicurigai terdapat dilatasi usus halus,
dianjurkan melakukan foto tegak atau dekubitus abdomen untuk memperlihatkan
batas cairan.
Jejenum mengalami dilatasi bila diameternya >3,5 cm, usus halus pertengahan
mengalami dilatasi bila diameternya >3 cm dan ileum dilatasi bila diameter yang
terdilatasi terdapat plika sirkularis (valvulae coniventes) atau lipatan yang menyilang
diameter jejunum secara transversal.
Bila kolon tampak dilatasi, haustra harus ditemukan untuk memastikan bahwa
kolon tersebut mengalami dilatasi. Haustra tampak saling mengunci (interdigitasi)
dan tidak menyilang diameter kolon, berbeda dengan plika sirkulasi
12
radioopak dan kalsifikasi di daerah kandung empedu, ginjal dan ureter. Hati-hati
dengan phlebolith vena pelvis yang dapat menyerupai batu. Phlebolith berbentuk
oval, halus dan terdapat bayangan lusen kecil di dalamnya. Batu tampak padat
dengan tepi tidak teratur. Kalsifikasi pancreas berbentuk titik-titik dan aksis oblik.
Kalsifikasi vascular sering ditemukan di aorta pada pasien usia lanjut, penderita
diabetes dan penderita aortitis yang disebabkan oleh penyakit Takayashu.
Carilah adanya massa jaringan lunak dan gas ekstraluminal. Udara akan
terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan menyebabkan
kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang dominan akan
menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan tampak putih.
Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian besar
sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah
bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X.
Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar
sedangkan dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit udara
dan cairan juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal bukan
merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada lumen usus
besar, dan tiga sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih
dalam batas normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air
fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber
merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus
baik obstruktif atau paralitik.
Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar tergantung
banyaknya udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara, tertawa, merokok
dan lain sebagainya. Pada keadaan tertentu misalnya asma atau pneu-monia akan
terjadi peningkatan jumlah udara dalam lumen usus halus dan usus besar secara
dramatik sehingga untuk pasien bayi dan anak kecil dengan keluhan perut kembung
sebaiknya juga difoto kedua paru sekaligus karena sangat besar kemungkinan
penyebab kembungnya berasal dari pneu-monia di paru. Beberapa penyebab lain
yang mempunyai gambaran mirip dengan ileus antara lain pleuritis, pulmonary
13
infarct, myocardial infarct, kebocoran atau diseksi aorta torakalis, payah jantung,
perikarditis dan pneumotoraks.
Selain komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua ginjal
dan muskulus psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi kontur dari ginjal
atau m.psoas dapat menujukkan keadaan patologis di daerah ret-roperitoneal. Foto
radiografi polos abdmen biasa dikerjakan dalam posisi pasien terlentang (supine).
Apabila keadaan pasien memungkinkan akan lebih baik lagi bila ditambah posisi
berdiri. Untuk kasus tertentu dilakukan foto radiografi polos tiga posisi yaitu posisi
supine, tegak dan miring kekiri (left lateral decubitus). Biasanya posisi demikian
dimintakan untuk memastikan adanya udara bebas yang berpindah-pindah bila difoto
dalam posisi berbeda.
Foto terlentang abdomen (AP) dan foto toraks tegak merupakan pemeriksaan
pencitraan terbaik untuk akut abdomen. Foto tegak abdomen digunakan untuk
mendeteksi batas cairan (fluid level), walaupun pemeriksaan tersebut dapat digantikan
dengan foto dekubitus bila pasien sulit untuk berdiri.
Penyebab tersering gambaran ini adalah perforasi usus akibat luka atau trauma
tembus dan infark dinding usus. Foto thorax tegak dan foto dekubitus kiri abdomen
bebas intraperitoneum dalam volume kecil (<5 ml).
Pada foto thorax tegak didapatkan gambaran udara berbentuk bulan sabit tampak
dibawah hemidiafragma. Udara subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumothorax
subpulmonal. Bila tidak yakin apakah terdapat udara bebas intraperitoneum atau tidak,
14
foto decubitus kiri pada abdomen bagian atas akan menunjukkan udara bebas dalam
bentuk bulan sabit dengan densitas rendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kanan
hati. Pada foto terlentang abdomen udara sulit untuk terdeteksi. Ada dua tanda yang
membantu: tanda Rigler dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis.
15
Tanda Rigler
Cupola sign
16
Football sign
17
Penyebab obstruksi usus besar tersering adalah karsinoma kolon, diikuti oleh
striktur inflamatorik dan volvulus sigmoid. Kolon dapat diidentifikasi karena haustra
tidak menyilang lumen dan lain halnya dengan plika sirkularis pada jejunum. Pada
volvulus sigmoid, ditemukan dilatasi yang berlebihan pada kolon sigmoid dengan lilitan
(volvulus) pada sambungan rektosigmoid.
18
Obstruksi usus besar akibat caecal volvulus (kiri) dan sigmoid volvulus (kanan)
- Batu radioopak
Batu radiooapak yang dapat ditemukan pada foto polos abdomen berupa batu
empedu opak, batu ginjal opak, batu ureter opak, dan batu buli opak serta batu pankreas.
Batu empedu
19
Batu Pankreas
Nefrolithiasis
20
Vesicolithiasis
- Esofagus
1. Akalasia esophagus
Akalasia adalah gangguan motilitas berupa hilangnya peristaltik esophagus dan
gagalnya sfingter esofagokardia berelaksasi sehingga makanan tertahan di esophagus.
Akibatnya terjadi hambatan masuknya makanan ke dalam lambung sehingga esophagus
berdilatasi membentuk megaesofagus.
21
Tampak kontras masuk ke esophagus sampai ke lambung dengan esophagus yang
tampak melebar dengan bagian distal menyempit memberikan gambaran bird beak
appearance
2. Karsinoma Esofagus
Tumor ganas memiliki gejala utama disfagia progresif yang berangsur-angsur
menjadi berat. Keluhan berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Gambaran esofagografi berupa mukosa tidak teratur dan permukaan kasar yang ulseratif
atau polypoid serta penyempitan lumen akibat tumor.
Carcinoma esofagus
3. Refluks esophagitis
Esofagitis peptic disebabkan oleh refluks isi lambung ke esophagus, dapat atau
tidak disertai dengan sliding hiatus hernia. Seringkali terdapat ulkus mukosa yang halus,
dan bila berat, dapat menyebabkan penyempitan/striktur halus pada esophagus distal.
Pola penyempitan esophagus:
- Web esophagus: berupa web (selaput) halus di dinding anterior esophagus
servikalis. Keadaan ini terlihat pada pasien dengan anemia defisiensi besi.
- Karsinoma: berupa striktur yang tidak rata, biasanya dengan penonjolan
proksimal, paling sering pada sepertiga tengah esophagus torakalis
22
- Struktur benigna: terjadi sesudah refluks esofagiitis biasanya berupa striktur halus
pada sepertiga bawah esophagus torakalis
- Striktur korosif: terutama disebabkan oleh konsumsi soda
- Kompresi ekstrinsik: disebabkan oleh nodus limfatikus mediastinum, tumor
mediastinum dan aneurisma.
4. Varises esophagus
Saat ini diagnosis varises esophagus ditegakkan dengan endoskopi. Namun,
penelanan barium dengan posisi pasien tengkurap pada meja fluoroskopi, dapat
memperlihatkan multiple defek pengisian (filling defect) mukosa serpiginosa vertical
yang disebabkan varises. Varises harus dicari dalam keadaan esophagus yang kosong
dan tidak terdistensi karena varises dapat dengan mudah terkompresi dan tidak
terdeteksi jika esophagus terdistensi oleh udara atau bolus barium.
- Lambung
1. Massa lambung tunggal
Suatu massa dapat berasal dari lapisan otot lambung, submucosa, mukosa atau
didalam lumen lambung atau dapat disebabkan oleh suatu massa ekstrinsik atau massa
yang menginvasi lambung. Massa dikenali sebagai defek pengisian pada penelanan
barium atau sebagai densitas jaringan lunak. Massa soliter didalam lambung sering
disebabkan oleh:
- Polip: adenomatosa atau karsinoma (primer atau sekunder)
- Leiomioma atau leiomiosarkoma
- Bezoar
- Tumor ekstrinsik: adenokarsinoma pancreas
2. Massa lambung multiple
Massa lambung multiple yaitu polips, varises fundus, kanker lambung, limfoma,
sarcoma Kaposi.
3. Penebalan lipatan lambung
Rugae atau lipatan lambung terutama menonjol di sepanjang kurvatura mayor dan
korpus lambung. Rugae yang berdiameter lebih dari 1 cm dianggap membesar atau
menebal. Penyebab penebalan rugae antara lain:
23
- Inflamasi: gastrititis, sindrom Zollinger Ellison
- Tumor: limfoma, adenokarsinoma
- Penyakit Menetrier
4. Ulkus
Ulkus lambung sering terjadi di kurvatura minor dan antrum. Ulkus tampak
sebagai kumpulan barium di luar batas lumen lambung. Ulkus jinak atau ganas tidak
dapat dibedakan hanya dengan menggunakan pemeriksaan barium meal. Walaupun
demikian, ulkus pada kurvatura mayor selalu jinak. Ulkus duodenum tampak sebagai
deformitas duodenum pars superior yang tidak teratur. Bagian pertama duodenum
biasanya berbentuk triangular, namun setelah ulserasi, duodenum pars superior menjadi
berubah bentuk.
- Usus halus
1. Striktur usus halus
Striktur dapat tunggal atau multiple. Penyebab striktur usus halus adalah:
- Penyebab paling sering adalah adhesi fibrosa akibat pembedahan abdomen
sebelumnya atau peritonitis.
- Inflamasi: tuberculosis dan penyakit Chron
- Neoplasma: adenokarsinoma, limfoma
- Striktur radiasi terutama sesudah iradiasi kanker pelvis.
Untuk mendeteksi derajat dan luasnya striktur, pemeriksaan barium follow
through merupakan pemeriksaan terbaik. Penyebab striktur sering kali sulit dibedakan,
namun striktur akibat penyakit TB dan Chron cenderung terjadi lebih sering di daerah
ileosekum.
24
- Kolon
Pemeriksaan barium enema tetap merupakan metode pencitraan yang paling
mudah.
1. Kolitis
Yang terpenting adalah membedakan colitis ulseratif dengan colitis Crohn karena
kedua penyakit ini dalam perjalanannya sangat berbeda baik dalam komplikasi maupun
prognosisnya. Kolitis ulseratif dimulai dari rectum kearah proksimal. Mukosanya
memperlihatkan gambaran granuler dengan bitnik-bintik halus barium di antaranya.
Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris. Kolitis Crohn terbanyak di kolon
sisi kanan dan ileum terminal. Ulkus aptosa memperlihatkan perubahan khas pada
mukosanya disamping kerancuan dinding kolon. Perubahan pada Crohn bersifat terbatas
dan asimetris.
2. Karsinoma
Karsinoma kolon secara radiologic memberikan penampilan sebagai berikut:
o Penonjolan ke dalam lumen (protuded lesion)
Bentuk klasik tipe ini adalah polip. Polip dapat bertangkai (pedunculated) atau tak
betangkai (sessile). Dinding kolon seringkali masih baik.
o Kerancuan dinding kolon (colonic wall deformity)
Dapat bersifat simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core). Lumen kolon
sempit dan ireguler. Kerapkali hal ini sukar dibedakan dengan kolitis Crohn.
25
BAB III
KESIMPULAN
- Pada skenario tutorial didapatkan foto polos abdomen jaringan soft tissue dextra dan
sinistra terlihat. Bagian atas diafragma terpotong dan os sympisis pubis terlihat dengan
penetrasi cukup. Terdapat dilatasi usus halus dengan gambaran coiled spring sign pada
bagian atas dan tengah abdomen. Terdapat gambaran multiple air fluid level yang
membentuk step ladder. Gambaran tulang-tulang intak.
- Pada foto radiologi abdomen, pasien dalam posisi erect atau berdiri tegak dengan kaset
menempel pada bagian belakang abdomen dan sinar diberikan secara horizontal dari
anterior abdomen. Untuk membaca hasil foto radiologi, kita dapat melihat kelainan-
kelainan dimulai dari bagian luar abdomen ke dalam abdomen.
- Pada skenario, abdominall pain kemungkinan dapat disebabkan oleh small bowel
obstruction karena gambaran radiologi yang didapatkan berupa dilstensi usus halus
dengan gambaran coiled spring sign dan juga multiple air fluid level yang membentuk
gambaran step ladder.
- Nyeri abdomen yang disebabkan dapat disebabkan oleh obstruksi, perforasi, kalsifikasi
dan adanya benda asing.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bell, G.A 1986. Basic Radiographic Positioning and Anatomy, Bailliere Tindall, England
Siswanto, T. A. 2009. Abdomen Akut. In I. Ekayuda, Radiologi Diagnostik Edisi 5 (pp. 269-
277). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sjamsuhidajat, R. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong (4th ed., Vol. II). Jakarta:
EGC.
Sudarmo, Pulunggano dan Irdam, Ade Indrawan. 2008. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen
pada Kasus Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia Vol 58 (12) : 537-541
27