Anda di halaman 1dari 32

P-TREATMENT ANTI MIKROBA

Adelia Muhlifa Saputri 1910027007


Widia Rahmadhani 1910027026

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

• Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi dalam


saluran kemih yang umumnya menunjukkan keberadaan
mikroorganisme atau bakteri di dalam urin.
• Sekitar 150 juta orang terdiagnosis menderita ISK setiap tahunnya.
• Prevalensinya bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin,
tercatat perempuan lebih banyak menderita ISK daripada laki-laki
yang disebabkan oleh perbedaan anatomi.
Tujuan
• Memilih jenis terapi yang sesuai dengan diagnosis
pasien yaitu berdasarkan efek farmakodinamik,
farmakokinetik, efek samping, indikasi, kontraindikasi
dan biaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi
dalam saluran kemih yang umumnya menunjukkan
keberadaan mikroorganisme atau bakteri di dalam urin.

ISK biasanya dibedakan menjadi:


1. Infeksi saluran kemih atas : seperti pada ginjal (pielonefritis).
2. Infeksi saluran kemih bawah : sistisis atau urethritis.
3. Infeksi genitalia : prostatitis, epididimitis, vesikulitis, dan orkitis.
(Sjamsuhidajat & deJong, 2016).
Etioepidemiologi
Pada kemunculannya infeksi saluran kemih (ISK)
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
• Usia dan jenis kelamin
• Prevalensi bakteriuria
• Faktor predisposisi ISK

Penyebab ISK umumnya disebabkan oleh E. coli, Proteus sp.,


Klebsiella sp., Stafilokokus, dan Pseudomonas sp.,
pada urethritis akut dapat pula disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
Patogenesis
Manifestasi Klinik
• ISK Atas: demam sampai menggigil, kram, nyeri punggung
sampai ke pinggang, muntah, penurunan berat badan, tampak
sakit berat, syok, dysuria, polakisuria, bakteriura, dan biakan
kemih positif.
• ISK Bawah: nyeri suprapubik, dysuria, hematuria, miksi sering
yang tidak dapat ditunda (urgensi), nokturia, inkontinensia pada
orang tua, dan enuresis pada anak-anak.
Diagnosis
• Presentasi Klinis
• Pemeriksaan Urin
• Pemeriksaan Darah
• Pencitraan: USG, foto polos abdomen,
CT Scan, Voiding sistouretrografi, dan PIVA.
Tatalaksana
Infeksi Saluran Kemih Atas
• Dirawat inap dan terapi antibiotik parenteral selama
48-72 jam.
• Terapi antibiotik intravena yang dapat digunakan sebagai
terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikro
organisme penyebanya adalah golongan fluorokuinolon,
amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin, dan sefalospo
rin dengan atau tanpa aminoglikosida.
Tatalaksana
Infeksi Saluran Kemih Bawah
• Terapi pada ISK bawah dapat berupa pemberian anibiotika
atas dasar biakan kuman pada urin yang diambil dari urin
aliran tengah.
• Antibiotik tunggal yang dapat diberikan adalah ampisilin
atau trimethoprim.
• Lama pemberian antibiotik tergantung dari obat yang
digunakan dan berkisar dari 1-7 hari.
• Pasien dianjurkan untuk minum banyak dan menjaga
kebersihan urogenital.
Komplikasi
• Gagal ginjal akut
• Urosepsis
• Nekrosis papilla ginjal
• Terbentuknya batu saluran kemih
• Supurasi atau terbentuknya abses
• Granuloma
Prognosis
Penggunaan antibiotik sesuai indikasi sangatlah
penting untuk mencegah resistensi. Pada mereka yang
gejalanya berhenti tapi muncul kembali dalam 2 minggu,
sebaiknya juga dilakukan kultur urin dan uji sensitivitas
antimikroba.
BAB III
ANALISA KASUS & P-TREATMENT
KASUS
Pasien Tn. P, laki-laki, usia 32 tahun. Bertempat tinggal di Samarinda dan telah menikah.
Pasien datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie diantarkan oleh keluarga dengan
keluhan nyeri ketika berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakan kira-kira 3 hari sebelum
dibawa ke RS. Keluhan nyeri ketia berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi
berkemih, perasaan panas ketika di akhir berkemih, nyeri pada daerah suprapubik dan
punggung bawah. Pasien juga mengeluhkan demam dan nafsu makan menurun.
Keluhan lain seperti pusing, batuk, pilek, sesak napas tidak dirasakan dan BAB dalam
batas normal.
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah laboratorium darah rutin, urinalisis,
kultur urine, dan foto polos abdomen. Pada hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin
yang dilakukan Hb (14,0 g/dL), Leukosit (11 x 103), Trombosit (325 x103 g/dL), GDS 99.
Dari urinalisis didapatkan urin berwarna kekuningan dan keruh, Berat jenis (1015), pH (8)
Leukosit (9-10/LPB), Eritrosit (35-45/LPB), epitel sel (+). Dari pemeriksaan kultur urine
ditemukan koloni bakteri basil gram negative (>105 cfu/ml). Dari foto polos abdomen tidak
ditemukan adanya kelainan.
P-TREATMENT
Menentukan Problem Pasien
• Problem utama : nyeri ketika berkemih
• Problem tambahan : peningkatan frekuensi berkemih,
perasaan panas ketika di akhir berkemih, nyeri pada
daerah suprapubik dan punggung bawah, demam, dan
nafsu makan menurun.
• Diagnosis : Infeksi Saluran Kemih Bawah (ISK Bawah)
P-TREATMENT
Tujuan Terapi
• Menghilangkan gejala dan bakteriuria dalam episode
akut.
• Pencegahan pembentukan jaringan parut saluran kemih.
• Pencegahan ISK berulang.
• Koreksi terhadap kelainan urologi.
P-TREATMENT
Terapi Non-Farmakologis
• Menjaga kebersihan area urogenital dengan
membersikannya setiap selesai BAK dan BAB
dari arah depan ke belakang.
• Banyak minum air putih dari biasanya sehingga
diuresis cukup dan mengosongkan kandung
kemih sampai tuntas setiap kali miksi.
P-TREATMENT
Terapi Farmakologis
• Paracetamol 500 mg, untuk mengobati demam.
• Antimikroba;
P-TREATMENT

Pemberian Terapi
Non Farmakologis
• Menjelaskan kepada pasien untuk mengonsumsi
banyak air putih.
• Menjelaskan kepada pasien cara menjaga kebersihan
urogenital setelah buang air kecil dan buang air besar.
P-TREATMENT
Pemberian Terapi
Farmakologis
P-TREATMENT
• Komunikasi Terapi
1. Informasi Penyakit
2. Informasi Terapi
3. Informasi Obat
P-TREATMENT
• Monitoring dan Evaluasi
Pasien diminta datang kembali ke
dokter dalam 2 hari atau lebih cepat
bila keadaan semakin memburuk.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kasus pasien diatas antara lain:
• Pasien menderita penyakit Infeksi Saluran Kemih
(ISK) Bawah.
• Terapi farmakologis yang diberikan adalah antimikrob
a Cotrimoxazole adult dengan dosis 2 x 2 tablet per
hari dan Paracetamol dengan dosis 3 x 1 tablet per
hari.
• Antimikroba harus dihabiskan selama 7 hari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai