Oleh
Bella Alicia 4151181409
Disya Fariha Dimyati 4151181435
Pembimbing
dr. Lina Marlinawati, Sp.OG., M.Kes
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
2.1 Definisi Kanker Ovarium................................................................................2
2.2 Ilmu Kedokteran Dasar Terkait Ovarium........................................................2
2.2.1 Anatomi Ovarium..................................................................................2
2.2.2 Histologi Ovarium.................................................................................3
2.3 Epidemiologi Kanker Ovarium.......................................................................4
2.4 Klasifikasi Tumor Ovarium.............................................................................5
2.5 Stadium Kanker Ovarium................................................................................10
2.6 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Ovarium...................................................11
2.6.1 Faktor genetik........................................................................................12
2.6.2 Jumlah Paritas .......................................................................................12
2.6.3 Usia Menarche.......................................................................................12
2.6.4 Usia .......................................................................................................12
2.6.5 Alat Kontrasepsi....................................................................................13
2.7 Gambaran Klinis Kanker Ovarium..................................................................13
2.8 Deteksi Dini Kanker Ovarium.........................................................................14
2.8.1 Skrining Genetik....................................................................................14
2.8.2 Pemeriksaan Tumor Marker..................................................................15
2.8.3 Pencitraan..............................................................................................14
2.9 Diagnosa Kanker Ovarium..............................................................................15
2.10 Patogenesis Kanker Ovarium........................................................................16
2.11 Penatalaksanaan kanker ovarium.................................................................17
2.11.1 Penatalaksanaan Kanker Ovarium Stadium 1.....................................17
2.11.2 Penatalaksanaan Kanker Ovarium Stadium II,III dan IV....................18
ii
2.11.3 Pengawasan Setelah Terapi.................................................................20
2.12 Pencegahan ...................................................................................................20
2.12.1 Pencegahan Primer .............................................................................20
2.12.2 Pencegahan Sekunder..........................................................................21
2.13 Prognosis.......................................................................................................21
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
diterapi dengan tepat maka angka harapan hidup dapat meningkat hingga 92%
selama 5 tahun.2-5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
Menurut data National Cancer Institute 2019, kasus baru kanker ovarium sekitar
22.530 dengan angka mortalitas sekitar 13.980. Diperkirakan pada tahun 2020,
kasus baru kanker ovarium sekitar 21.750 dengan angka mortalitas sekitar
13.940.1-3
Berdasarkan data Globocan pada tahun 2018, kasus baru kanker ovarium di
Indonesia mencapai 13.310 kasus setiap tahunnya. Jumlah ini mewakili 4,3% dari
total kasus kanker baru dan menempati urutan nomor 10 kasus kanker baru
terbanyak. Sedangkan jika diurutkan dalam kategori kanker yang diderita oleh
wanita, kanker ovarium menempati urutan nomor 3 kanker terbanyak setelah
kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia.4,5
b. Karsinoma musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa.
Sebagian besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam
kista berisi musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area
solid berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi
rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi tiga gradasi, di
mana yang berdiferensiasi baik dan sedang memiliki struktur grandular
jelas, percabangan papila epitel rapat, terdpat dinding bersama grandular,
atipia inti sel jelas, terdapat invasi intersisial. Pada kanker diferensiasi
buruk struktur grandular tidak jelas, mitosis atipikal bertambah banyak,
produksi musin dari sel sangat sedikit. Sebanyak 8-10% kasus terjadi
bilateral.
c. Karsinoma endometroid
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid.
Sebagian besar tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista.
Arsitek histopatologi mirip dengan karsinoma endometrium dan sering
disertai metaplasia sel skuamos. Lebih dari 30 % karsinoma endometroid
dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma endometrium.
Endometroid borderline dan endometroid adenofibroma jarang dijumpai.
Prognosis karsinoma endometroid lebih baik dari karsinoma serosa dan
musinosa.
d. Clear cell tumor
Sekitar 4-5% dari seluruh kasus tumor ganas epitelial. Tumor ini berasal
dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid, sebagian ada juga
berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Gambaran histopatologi
terdiri dari kelenjar solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan
sering dijumpai hopnail appearance yaitu inti yang terletak di ujung sel
epitel kelenjar atau tubulus. Dua pertiga dari wanita yang mengalami
tumor ganas clear cell tidak akan bisa melahirkan dan 50-70% penderita
akan mengalami endometriosis. Sekitar 15-20% bersifat bilateral.
e. Tumor ganas Brenner
7
Tumor ini mengandung area padat dan juga kistik dengan benjolan
polipoid ataupun internal papillary. Tumor ganas Brenner mempunyai
prognosis yang baik dan telah dilaporkan bahwa tumor ini dapat merespon
kemoterapi dengan baik dibandingkan dengan jenis tumor epitel
lainnya.Tumor ini sering dijumpai insidentil saat dilakukan histerektomi.
2. Tumor ganas sel germinal
Tumor ini lebih banyak pada wanita usia dibawah 30 tahun.
a. Disgerminoma
Merupakan tumor ganas sel germinal ytang paling sering ditemukan, yaitu
30-40% dari semua tumor ganas germinal. Karena disgerminoma
terutama pada usia reproduksi, 20-30 kasus kehamilan dengan kanker
ovarium adalah kehamilan dengan disgerminoma. Ukuran diameter sekitar
5-15cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu putih
sampai abu-abu coklat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel
yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan
infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran histopatologi mirip dengan
seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini sensitif terhadap radiasi.
Tumor marker untuk disgerminoma adalah serum Lactic Dehydrogenase
(LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase (PLAP). Lebih sering
ditemukan bilateral.
b. Teratoma immatur
Mengandung unsur-unsur jaringan yang berasal dari embrio. Hanya
ditemukan kurang dari 1% dari semua kasus kanker ovarium. Massa tumor
sangat besar dan unilateral, penampang irisan bersifat padat dan kistik,
berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum
berdiferensiasi umumnya berupa neuroepitel. Tumor ini mempunyai angka
rekurensi dan metastasis tinggi, tapi tumor rekuren dapat bertransformasi
dan immatur ke arah matur, regularitasnya condong menyerupai
pertumbuhan embrio normal. Tumor marker untuk teratoma immatur
adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic gonadotropin (HCG).
c. Tumor sinus endodermal
8
- Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata
penderita tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan
kekuning-kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin
dan kistik. Khas untuk tumor sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri
perut dan pelvis yang dialami oleh 75% penderita. Tumor marker untuk
tomor sinus endodermal adalah alfa fetoprotein (AFP).
d. Embrional karsinoma
Merupakan tumor sel germinal yang terbentuk dari sel yang mirip dengan
sel pada perkembangan embrio. Tumor ini sangat langka dan dapat
dibedakan dari koriokarsinoma dengan tidak adanya sinsitiotropoblas dan
sitotropoblas. Tumor ini dapat berukuran besar, kebanyakan tumor bersifat
padat dengan berbagai macam bentuk dan kebanyakan unilateral. Tumor
ini dapat memproduksi alpha-feto-protein atau human chorionic
gonadotropin. Biasanya dijumpai pada anak-anak dan wanita dewasa
muda. Dapat menyebabkan precocious puberty dan perdarahan abnormal
uterus.
e. Koriokarsinoma
Merupakan tumor langka sel germinal yang terbentuk dari sel plasenta
(tropoblastik). Biasanya padat dan terlihat seperti berdarah. Kebanyakan
bersifat unilateral.
3. Tumor ganas sex-cord dan stromal
a. Tumor sel granulosa
Tumor sel granulosa merupakan tumor ovarium sex-cord yang jarang terjadi.
Tumor ini terbentuk dari sel yang berasal dari sel germinal yang melapisi folikel
ovarium. Tumor sel granulosa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Tumor sel granulosa adult type
Mencakup 95% kasus dari semua tumor sel granulosa. Keluhan yang
paling sering dialami adalah perdarahan abnormal vagina, distensi
abdomen dan nyeri abdomen. Distensi dan nyeri abdomen biasanya
dialami oleh pasien yang sudah menderita tumor yang besar, biasanya
dengan diameter 10-15 cm. Sekitar 12% kasus disertai asites. Pada
9
Sarkoma ovarium dibedakan atas low grade (mitosis < 10 mitosis per hpf)
dan high grade ( mitosis > 10 mitosis per `10 hpf ). Berdasarkan jenis selnya,
sarkoma dibedakan menjadi sarcoma of purely mullerian origin dan
heterologous sarcoma yang mengandung nonovarian elemen. Sarkoma
ovarium ditemukan kurang dari 1% kasus dari seluruh tumor ganas ovarium.
6. Tumor metastasis
Cara metastasisnya terjadi karena :
a. Perikontinuitatum berdekatan, terjadi kontak metastase.
b. Penyebaran melalui kelenjar atau aliran limfe.
c. Penyebaran melalui hematogen.
d. Penyebaran transcoelomic dengan implantasi pada permukan ovarium.
kanker ovarium pada anggota keluarga yang lain. Dengan persentase 1,6% pada
keseluruhan populasi. Risiko meningkat menjadi 4 sampai 5% apabila anggota
keluarga derajat 1 (ibu atau saudara kandung) terkena kanker ovarium. Risiko
meningkat menjadi 7%, bila ada 2 anggota keluarga yang menderita kanker
ovarium.2,14
Idan II, ini dikarenakan kanker mempunyai pertumbuhan yang lambat dan sering
terdiagnosis setelah mencapai stadium lanjut, akan tetapi usia bukan parameter
yang tepat untuk dijadikanfaktor penyebab terjadinya kanker ovarium karena
kanker ovarium dapat mengenai segala jenis usia, dibutuhkan juga faktor
tambahan lainnya untuk menjelaskan seseorang memiliki faktor risiko terjadinya
kanker ovarium.17,18
2.6.5 Alat Kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi hormonal dapat menekan ovulasi sehingga dapat
memberikan perlindungan terhadap pertumbuhan sel-sel kanker. Penggunaan alat
kontrasepsi hormonal ini juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium
pada wanita yang memiliki risiko tinggi seperti, wanita yang tidak pernah hamil
dan wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. 19
irreguler dan terfiksir ke dinding panggul, keganasan ovarium perlu dicurigai. Bila
di abdomen atas ditemukan massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat
dipastikan. Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan
karsinomatous atau penurunan clearance oleh obstruksi saluran limfatik..12,20
Kadar CA-125 juga dapat normal pada keadaan ganas seperti tumor ganas
ovarium epitel tipe musinosum, tumor ganas ovarium germinal dan pada tumor
ganas yang masih terbatas di ovarium.12,20
2.8.3 Pencitraan
Skrining dengan ultrasonografi real time merupakan suatu cara untuk mendeteksi
secara dini perubahan struktur organ genitalia, khususnya ovarium dalam proses
karsinogenesis. Ultrasonografi transvaginal merupakan suatu teknik pemeriksaan
yang sering dilakukan karena hasilnya yang lebih akurat.20
dengan massa adneksal dan kadar CA-125 serum sangat tinggi (>200U/mL),
kemunginan 96% nilai prediksi positif untuk keganasan. Sedangkan pada pasien
premenopasue, spesifitas rendah karena kadar CA-125 cenderung meningkat pada
kondisi jinak. Dibutuhkan observasi berkala untuk pasien premenopause dengan
massa pada adneksa, untuk mementukan sebuah keganasan atau bukan.12,20
Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat,
berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. USG bersifat non invasive dan
relative murah danmudah.Tumor ovarium dengan bagian padat kemungkinan
keganasan meningkat. Sebaliknya, tumor kistik tanpa echo-internal kemungkinan
keganasan rendah. USG transvaginal dapat meningkatkan akurasi diagnosis
karena mampu menjabarkan morfologi dengan baik. Diagnosis pasti kanker
ovarium membutuhkan eksplorasi oleh ahli onkologi ginekologi melalu
laparotomy atau laparoskopi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi sehingga
diketahui jenis dan stadium kanker.12
2.12 Pencegahan
2.12.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai kanker ovarium, upaya
pencegahan seperti :
1. Pemakaian pil pengontrol kehamilan
Menurut ACS, perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral
(pil KB) untuk tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi risiko
terkena kanker indung telur hingga 30 sampai 50 persen lebih rendah.1
2. Operasi sterilisasi atau hysterectomy (pengangkatan rahim)
Dari penelitian ACS, operasi sterilisasi, berupa pengikatan saluran indung
telur untuk mencegah kehamilan, mengurangi 67 persen risiko terkena
kanker indung telur. Sementara untuk pengangkatan rahim, memang
terbukti efektif untuk mencegah kanker rahim.1
2.12.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit,
pencegahan ini dapat dilakukan dengan deteksi dan diagnosa dini lalu lakukan
pengobatan yang tepat.13
2.13 Prognosis
Prognosis kanker ovarium tergantung dari stadium penyakit. FIGO membagi
beberapa stadium dan angka harapan hidup dalam 5 tahun untuk masing-masing
stadium.14,20
22
a. Stadium I
Kanker ovarium stadium I dibagi menjadi IA, IB dan IC dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium I memiliki angka harapan hidup
dalam 5 tahun sebesar 89% dengan terapi adjuvant kemoterapi.
b. Stadium II
Kanker ovarium stadium II dibagi menjadi IIA dam IIB dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium II memiliki angka harapan hidup
dalam 5 tahun sebesar 65% dengan terapi adjuvant kemoterapi.
c. Stadium III
Kanker ovarium stadium III dibagi menjadi IIIA, IIIB dan IIIC dari
semua wanita yang terdiagnosis pada stadium III memiliki angka
harapan hidup dalam 5 tahun sebesar 5-75% tergantung pada terapi
modalitas.
d. Stadium IV
Kanker ovarium stadium IV dibagi menjadi IVA dan IVB dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium IV memiliki angka harapan hidup
dalam 5 tahun sebesar 18% tergantung pada terapi modalitas.
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
7. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis : teks dan atlas. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC; 2015. Hal 241-50.
10. Mescher A. Junqueira's basic histology: text and atlas. 14th ed.
Philadelphia: McGraw-Hill Education; 2016. p. 254-7.
24
25
11. Kumar V, Abbas A., Aster J. Robbins, Cotran. Basic Pathology. 9th
ed. Philadelpha: Elsevier; 2013. p.628-37.
15. Guire VMC, Hartge P, Liao LM, Sinha R, Bernstein L, Cancola AJ, et
al. Parity and oral contraceptive use in relation to ovarian cancer risk
in older women. Cancer Epidemiol Biomakers 2016; 25(7): 1059-63.
16. Cohen CA, Shea AA, Heffron L, Schmelz EM, Roberts PC. The parity
associated microenvironmental niche in the omental fat band is
refractory to ovarian cancer metastasis. Cancer prev res. 2013; 6(11):
1-19.
17. Gong TT, Wu QJ, Vogtmann E, Lin B, Wang YL. Age at menarche
and risk of ovarian cancer. Int J Cancer 2014;132(12): 2894-900.