Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

ANALISIS RENTANG WAKTU PEMERIKSAAN


PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PELAYANAN
KESEHATAN SAMARINDA

WIDIA RAHMADHANI

1510015031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

MEI 2019
SKRIPSI

ANALISIS RENTANG WAKTU PEMERIKSAAN


PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PELAYANAN
KESEHATAN SAMARINDA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kedokteran

WIDIA RAHMADHANI

1510015031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

MEI 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan proposal skripsi ini yang berjudul “Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan
Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda”.

Dalam penulisan proposal ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
serta bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Mulawarman.
2. dr. Siti Khotimah, M.Kes selaku Ketua Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Sulistiawati, M.Med.Ed selaku sekretaris Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. Dr. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM dan dr. Eko Nugroho, Sp.PA selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan banyak ilmu,
bimbingan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga laporan proposal
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. dr. Hadi Irawiraman, M.Kes., Sp.PA dan Dr. Krispinus Duma, SKM.,
M.Kes selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan arahan,
nasehat dan kesediaan waktu di tengah kesibukan yang diberikan kepada
penulis.
6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama penulis
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran ini.
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Aminuddin dan Ibu Wiwik Sunarti,
ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas doa, kasih sayang dan
dukungan dan segala pengorbanan yang telah diberikan untuk penulis.
8. Seluruh keluarga dekat penulis, yang selalu memberi doa, semangat dan
motivasi untuk penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
9. Sahabat penulis yang tercinta, Indri,Andi Nur, Astrid, Ajeng, Yasmiin, dan
Rahma yang tidak pernah letih mendengar keluh kesah penulis dan selalu
memberi bantuan dan support kepada penulis.
10. Sahabat seperjuanga , Wulan,Tian,Ferdi, dan Joerdy terima kasih atas
banyak ilmu yang diberi dan diajarkan kepada penulis selama menjalani
pendidikan.
11. Seluruh teman-teman Acromion angkatan 2015 terima kasih telah menjadi
keluarga dan telah mewarnai kehidupan penulis.

ii
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani pendidikan maupun dalam
proses penyusunan laporan proposal skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan doa yang telah diberikan kepada penulis dapat
dibalas dengan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Samarinda, Februari 2019


Penulis,

Widia Rahmadhani

iii
1 ABSTRAK

Nama : Widia Rahmadhani


Program Studi : Kedokteran
Judul : Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara
di Pelayanan Kesehatan Samarinda

Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker dan
juga kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan Indonesia. Tingginya
angka kematian akibat kanker payudara disebabkan karena banyak penderita
kanker payudara yang terdiagnosis saat stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh
keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di pelayanan
kesehatan. Banyak faktor risiko yang berperan dalam mempengaruhi rentang
waktu pemeriksaan pederita kanker payudara di pelayanan kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang terkait dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional dengan sampel penelitian
yaitu sebanyak 46 penderita kanker payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji fisher. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan rentang
waktu pemeriksaan (p=0,022) dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,000). Faktor-faktor risiko lain yang tidak
berhubungan adalah keluhan awal, riwayat keluarga kanker payudara, faktor
ekonomi, dan pengobatan alternatif. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat
hubungan antara usia dan (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan
penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda dan tidak terdapat
hubungan antara faktor risiko yang lainnya dengan rentang waktu pemeriksaan
penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
Kata Kunci : Rentang waktu pemeriksaan, kanker payudara, faktor risiko.

iv
2 ABSTRACT

Name : Widia Rahmadhani


Study Program: Medical Education
Title : A Screening Interval Analysis by Breast Cancer Patients
at Samarinda Health Care

Breast cancer is the most common cancer in women and it is the first leading
cause of cancer death in Indonesian. High mortality rate of breast cancer is caused
by many patients who were diagnosed in advanced stage. This occurs due to the
delay in seeking medical attention for breast cancer symptoms. Many risk factors
which are significant in patient’s screening interval at health care. The research
aimed to identify the correlation of risk factors which related to screening interval
at Samarinda health care. The research design was analytic cross-sectional and the
samples were 46 breast cancer patients in RSUD Abdul Wahab Sjahranie. The
data analysis used chi-square test and fisher test. The result of this research
showed that there was a correlation between age and screening interval (p=0,022)
and also there was a correlation between breast self examination and screening
interval (p=0,000). Other unrelated risk factors were initial complaint, family
history of breast cancer, economic factors and alternative treatment. Based on the
result, it could be concluded that there was a correlation between age and breast
self examination with screening interval at Samarinda health care. There was no
correlation between initial complaint, family history of breast cancer, economic
factors and alternative treatment with screening interval at Samarinda health care.

Keywords : Screening interval, breast cancer, risk factors.

v
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuam Penelitian..............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
2.1 Anatomi dan Fisiologi........................................................................................6
2.2 Kanker Payudara................................................................................................8
2.2.1 Definisi……………........................................................................................8
2.2.2 Epidemiologi...................................................................................................9
2.2.3 Faktor Risiko...................................................................................................9
2.2.4 Patogenesis....................................................................................................13
2.2.5 Tanda dan Gejala..........................................................................................15
2.2.6 Diagnosis.......................................................................................................15
2.2.7 Tatalaksana....................................................................................................21
2.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Rentang Waktu Pemeriksaan
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan.............................................................22
2.4 Kerangka Teori................................................................................................25
3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS......................................................26
4. METODE PENELITIAN...................................................................................28
5. HASIL PENELITIAN........................................................................................35
6. PEMBAHASAN................................................................................................44
7. PENUTUP..........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................61

vi
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1Ukuran Tumor (T) berdasarkan AJCC...................................................17


Tabel 2.2 KGB Regional Klinis (cN) berdasarkan AJCC.....................................18
Tabel 2.3 KGB Regional Patologis (pN) berdasarkan AJCC................................19
Tabel 2.4 Metastais (M) berdasarkan AJCC..........................................................20
Tabel 2.5 Penilaian Stadium berdasarkan AJCC...................................................20
Tabel 4.1 Definisi Operasional..............................................................................30
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian...................................................................................34
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Rentang Waktu..................................36
Tabel 5.2 Rentang Waktu.......................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Sampel........................................37
Tabel 5.4 Usia Sampel...........................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Frekuensi Keluhan Awal Kanker Payudara........37
Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Payudara Sendiri...........38
Tabel 5.7 Gambaran Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Kanker Payudara..38
Tabel 5.8 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Ekonomi..................................39
Tabel 5.9 Gambaran Distribusi Frekuensi Pengobatan Alternatif.........................39
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Usia dengan Rentang Waktu......................................40
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Keluhan Awal dengan Rentang Waktu......................40
Tabel 5.12 Tabulasi Silang SADARI dengan Rentang Waktu..............................41
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Riwayat Keluarga dengan Rentang Waktu................42
Tabel 5.14Tabulasi Silang Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu....................42
Tabel 5.15 Tabulasi Silang Pengobatan Alternatif dengan Rentang Waktu..........43

vii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Snell,2011)...........................................................6


Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori.......................................................................25
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep...................................................................26
Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian........................................................................33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Informed Consent...............................................................................61


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian...........................................................................62
Lampiran 3.Tabel Master Respondeen..................................................................64
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS..............................................66

ix
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh perubahan dan penyebaran


sel-sel di dalam tubuh yang terjadi di luar kendali. Sel-sel kanker kemudian akan
membentuk benjolan atau massa yang disebut tumor, dan diberi nama sesuai
bagian tubuh tempat tumor itu berasal (American Cancer Society, 2017).
Berdasarkan data dari Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International
Agency for Research on Cancer, pada tahun 2018 terdapat sebanyak 18.078.975
kasus baru kanker dan 9.555.027 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker
dapat menyerang hampir semua bagian tubuh termasuk payudara. Kanker
payudara menduduki peringkat kedua terbanyak setelah kanker paru yaitu sekitar
2.088.849 kasus baru pada tahun 2018. Angka kejadian kanker di Asia pada tahun
2018 terdapat sekitar 8.750.932 kasus baru kanker dan sekitar 5.477.064 kematian
yang terjadi akibat kanker. Kejadian kanker yang paling banyak terjadi pada
perempuan Asia tahun 2018 ialah kanker payudara dengan insiden sebanyak
911.014 kasus baru kanker payudara. Kejadian kanker payudara di Asia Tenggara
juga menjadi kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan dengan insiden
sebanyak 137.514 kasus baru kanker payudara.
Menurut data dari Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International
Agency for Research on Cancer pada tahun 2018 di Indonesia kanker payudara
merupakan insiden kanker yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 58.256 kasus
baru kanker payudara. Kanker payudara menduduki peringkat pertama sebagai
penyebab kematin terbanyak yang disebabkan oleh kanker diikuti dengan kanker
serviks dan paru pada peringkat selanjutnya. Kanker payudara juga menduduki
peringkat pertama sebagai kasus kanker terbanyak yang terjadi pada perempuan di
negara-negara tetangga Malaysia, Singapore, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, Provinsi Yogyakarta
memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker payudara yang terjadi di
Indonesia, yaitu sebesar 2,4 ‰. Kejadian kanker payudara di Kalimantan Timur
sebesar 1,0‰ atau diperkirakan sebanyak 1.879 penderita. Berdasarkan Profil
Kesehatan Kota Samarinda tahun 2016, terdapat sekitar 11,72% kasus

1
dideteksinya tumor/benjolan pada payudara wanita dengan rentang usia 30-50
tahun yang tersebar di 24 puskesmas Samarinda.
Sebagian besar kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara yang
terdiri dari kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi ASI ataupun duktus yang
menghubungan antara lobus dengan puting susu . Pada awal pertumbuhan kanker
payudara tidak memiliki gejala dikarenakan ukuran tumor yang kecil tetapi lama-
kelamaan akan timbul gejala berupa adanya benjolan pada daerah tersebut. Tanda
dan gejala kanker payudara lainnya adalah nyeri pada payudara; adanya
perubahan pada payudara seperti, pembengkakan, penebalan, dan kemerahan pada
kulit; dan abnormalitas dari puting susu seperti keluarnya cairan abnormal, erosi
ataupun retraksi. Tanda dan gejala tersebut terjadi biasanya mengikuti dari
stadium kanker payudara itu sendiri. Dimana stadium I dan II adalah stadium awal
dan stadium III dan IV disebut stadium lanjut (American Cancer Society, 2017).
Prognosis suatu kanker payudara tergantung dari beberapa variabel, antara
lain adanya faktor risiko, stadium kanker payudara saat diagnosis ditegakkan, sifat
biologis kanker itu sendiri, dan juga keadaan umum pasien saat didiagnosis.
Kanker payudara yang didiagnosis saat stadium dini memiliki prognosis yang baik
daripada didiagnosis saat stadium lanjut (Lumintang, Susanto, Gadri, & Djatmiko,
2015). Tingginya angka kejadian kanker sebagai penyebab kematian adalah akibat
dari banyaknya jumlah pasien kanker yang baru datang dengan stadium lanjut
(Kementerian Kesehatan RI,2015). Diagnosis dalam stadium lanjut menyebabkan
berkurangnya pilihan terapi dan makin kecil kesempatan keberhasilan terapi
kanker payudara. Hal ini yang nantinya akan menyebabkan makin tingginya
angka kematian akibat kanker payudara. Selain itu, terapi yang dilakukan pada
stadium lanjut tidak banyak mempengaruhi survival penderita kanker payudara.
Kanker payudara yang ditangani pada stadium lanjut juga akan mempengaruhi
bidang ekonomi, yaitu apabila penanganan kanker payudara dilakukan pada saat
stadium dini biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan pada stadium
lanjut[ CITATION Dja13 \l 1033 ].
Jumlah kasus baru penderita kanker payudara yang datang dengan stadium
lanjut disebabkan oleh keterlambatan penderita melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan dan keterlambatannya kanker payudara itu terdiagnosis.

2
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya adalah usia, pemeriksaan payudara
sendiri, dan keluhan awal yang ditimbulkan kanker payudara tersebut [ CITATION
Erm12 \l 1033 ]. Menurut hasil penelitian Maghous et al., (2016) faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi ialah area tempat tinggal yang meliputi rural
atau urban, jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan dasar maupun
spesialistik, pemeriksaan payudara sendiri, dan riwayat keluarga pernah menderita
kanker payudara. Keterjangkauan biaya ataupun faktor ekonomi dan melakukan
pengobatan alternatif juga menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi
rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan[ CITATION Bah15 \l 1033 ].
Dengan adanya fakta bahwa angka kejadian kanker payudara dan kematian
akibat kanker payudara yang meningkat setiap tahunnya yang disebabkan oleh
keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan, maka peneliti ingin menganalisis mengenai faktor-faktor
yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan samarinda.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan faktor-faktor yang terkait dengan rentang waktu


pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda?

1.3 Tujuam Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-
faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Mengetahui hubungan antara faktor usia dengan rentang waktu


pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda.

3
b) Mengetahui hubungan antara adanya keluhan awal kanker payudara
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
c) Mengetahui hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda .
d) Mengetahui hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan rentang
waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda..
e) Mengetahui hubungan antara faktor ekonomi dengan rentang waktu
pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda.
f) Mengetahui hubungan antara melakukan pengobatan alternatif dengan
rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudra di pelayanan
kesehatan Samarinda.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

1. Sebagai tambahan informasi dan wawasan di bidang Ilmu Kesehatan


Masyarakat serta pada bidang Onkologi.
2. Meningkatkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai kanker
payudara.
3. Sebagai dasar untuk penelitian ilmiah selanjutnya.

1.4.2 Manfaat bagi Institusi

1. Sebagai dasar teori dan informasi secara ilmiah mengenai gambaran


rentang waktu penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di
pelayanan kesehatan dan hubungannya dengan faktor terkait.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan


penyuluhan kesehatan mengenai kanker payudara sehingga bisa dideteksi
secara dini dan dapat mengurangi angka kejadian kanker payudara.

4
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengetahui faktor yang


mempengaruhi rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dan dapat
melakukan pemeriksaan sedini mungkin dan secara berkala

2. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai mengenai


kanker payudara agar dapat melakukan pemeriksaan sedini mungkin.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian


ilmiah.
2. Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu pengetahuan yang yang
telah dipelajari selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman, khususnya tentang kanker payudara.

5
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

2.1.1 Anatomi

Payudara atau mamma merupakan organ seks sekunder yang terdiri dari
glandula mammaria dan stroma fibrosa yang terisi oleh jaringan lemak[CITATION
Pau12 \l 1033 ]. Kelenjar payudara atau yang disebut glandula mammaria
merupakan sekumpulan kelenjar aksesoris kulit khusus yang berfungsi
menghasilkan air susu[ CITATION Sne11 \l 1033 ]. Batas payudara yang normal
adalah terletak pada costa 2 di superior dan costa 6 pada inferior-nya, tetapi pada
usia tua batas inferior payudara bisa mencapai costa 7. Taut sternocostal
merupakan batas medial-nya dan linea aksilaris anterior menjadi batas lateral
payudara normal [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Sebagian besar kelenjar terletak di
dalam fascia superficialis. Sebagian kecil lagi meluas ke superior dan lateral
menembus fascia profunda pada pinggir caudal m.pectoralis major dan sampai
ke axilla, bagian kecil ini disebut dengan axillary tail. Di belakang mamma
terdapat ruang yang berisi jaringan ikat jarang yang disebut spatium
retromammariae[ CITATION Sne11 \l 1033 ].

Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Snell,2011)

6
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mammaria. Setiap lobus ini memiliki saluran utama atau yang
disebut dengan ductus lactiferus yang bermuara ke papilla mamamaria, dan
mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar dari papilla
mammaria dikelilingi oleh areola, dan tonjolan-tonjolan halus pada areola
diakibatkan oleh kelenjar areola dibawahnya. Lobus-lobus kelenjar payudara
dipisahkan oleh septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentum
suspensorium[ CITATION Sne11 \l 1033 ].

Vaskularisasi payudara utamanya berasal dari cabang-cabang rami


perforantes arteri thoracica interna, arteri intercostales, arteri thoracica lateralis
dan arteri thoracoacromialis, serta cabang-cabang dari arteri axillaris. Untuk
vena-vena pada payudara mengikuti arteri-nya[ CITATION Sne11 \l 1033 ]. Untuk
persarafan payudara, sisi superior-nya dipersarafi oleh nervus supraclavicular
yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus cervikalis. Sisi medial payudara
dipersarafi oleh cabang cutaneous anterior dari nervus intercostalis 2-7. Papilla
mammae terutama dipersarafi oleh cabang dari cutaneous lateral dari nervus
intercostalis 4, sedangkan areola dan mammae sisi lateral dipersarafi dari cabang
nervus cutaneous lateral dari nervus intercostalis lainnya. Kulit daerah payudara
dipersarafi oleh cabang pleksus cervikalis dan nervus intercostalis. Jaringan
kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis[CITATION Sja17 \l 1033 ].
Ada beberapa aliran limfe yang terdapat pada payudara, kuadran lateral glandula
mammaria mengalirkan limfenya ke nodi lymphoidei axillares anterior atau
kelempok pectorails. Kuadran medial mengalirkan limfenya melalui pembuluh-
pembuluh yang menembus ruangan intercostal dan masuk ke dalam nodi
lymphoidei thoracales interna. Beberapa pembuluh limfe mengikuti arteri
intercostal posterior dan mengalirkan limfenya ke posterior ke dalam nodi
lymphoidei intercostal posterior[ CITATION Sne11 \l 1033 ].

2.1.2 Fisiologi

Payudara mulai berkembang saat mengalami pubertas. Estrogen yang


berasal dari siklus seks bulanan perempuan ini merangsang perkembangan
payudara yakni merangsang pertumbuhan kelenjar payudara dan deposit lemak

7
untuk membentuk massa payudara. Selain itu, pada saat kehamilan kadar estrogen
tinggi sehingga membuat pertumbuhan payudara yang jauh lebih besar dan pada
saat itulah jaringan kelenjar payudara berkembang sempurna untuk pembentukan
air susu[CITATION Guy14 \l 1033 ].

Selama kehamilan, perubahan hormonal menyebabkan kelenjar payudara


mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk
menghasilkan susu. Estrogen yang tinggi mendorong perkembangan ekstensif
ductus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-
lobulus. Peningkatan konsentrasi prolactin dan human chorionic
somatomammotropin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar payudara
dengan menginduksi sintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi
susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki anyaman ductus yang
semakin kecil dan bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus. Setiap
lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar yang dilapisi oleh epitel dan
menghasilkan susu. Susu dibentuk oleh sel epitel dan kemudian disekresikan ke
dalam lumen alveolus, lalu dialirkan oleh ductus pengumpul susu dan
membawanya ke permukaan puting payudara[CITATION She14 \l 1033 ].

Saat menopause, terjadi penurunan fungsi dari ovarium dan sebagai


akibatnya akan berpengaruh pula pada payudara yaitu berupa regresi terhadap
struktur epitel dan stroma jaringan payudara. Sistem ductus tetap tidak mengalami
perubahan, akan tetapi lobulus-lobulusnya menjadi kolaps[CITATION Anw14 \l
1033 ].

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Definisi

Kanker payudara merupakan suatu keganasan yang dapat berasal dari sel
kelenjar, saluran dari kelenjar itu sendiri maupun jaringan penunjang payudara,
tetapi tidak termasuk kulit payudara[CITATION Dep09 \l 1033 ]. Sebagaian besar
kanker payudara dapat dimulai dari jaringan payudara yang terdiri dari kelenjar
yang berfungsi untuk menghasilkan susu atau yang disebut dengan lobulus, atau

8
dari ductus yang menghubungkan antara kelenjar payudara dengan puting
susu[CITATION Ame17 \l 1033 ].

2.2.2 Epidemiologi

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada


perempuan yaitu sekitar 22% dari semua kasus baru kanker pada perempuan
[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Berdasarkan data dari Global Burden Cancer
(GLOBOCAN), International Agency for Research on Cancer, pada tahun 2018
terdapat sebanyak 18.078.975 kasus baru kanker dan 9.555.027 kematian akibat
kanker di seluruh dunia. Kanker dapat menyerang hampir semua bagian tubuh
termasuk payudara. Kanker payudara menduduki peringkat kedua terbanyak
setelah kanker paru yaitu sekitar 2.088.849 kasus baru pada tahun 2018. Kejadian
kanker payudara di Asia Tenggara juga menjadi kanker yang paling banyak terjadi
pada perempuan dengan insiden sebanyak 137.514 kasus baru kanker payudara.
Menurut data dari Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International
Agency for Research on Cancer pada tahun 2018 di Indonesia kanker payudara
merupakan insiden kanker yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 58.256 kasus
baru kanker payudara. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, Provinsi
Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker payudara yang
terjadi di Indonesia, yaitu sebesar 2,4 ‰. Kejadian kanker payudara di
Kalimantan Timur sebesar 1,0‰ atau diperkirakan sebanyak 1.879 penderita.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Samarinda tahun 2016, terdapat sekitar
11,72% kasus dideteksinya tumor/benjolan pada payudara wanita dengan rentang
usia 30-50 tahun yang tersebar di 24 puskesmas Samarinda.

2.2.3 Faktor Risiko

Penyebab spesifik terjadinya kanker payudara sekarang masih belum dapat


ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko untuk
menderita kanker payudara, sejumlah besar faktor risiko telah ditetapkan sebagai
berikut.

2.2.3.1 Usia

9
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang berperan dalam kejadian
kanker payudara. Seiring bertambahnya usia, risiko menderita kanker payudara
pun akan meningkat [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Faktor risiko ini meningkat
khususnya setelah seorang perempuan mengalami menopause, yang memuncak
saat usia 80 tahun. Sekitar 75% dari wanita yang menderita kanker payudara
memiliki usia yang lebih dari 50 tahun, dan hanya 5% penderita kanker payudara
yang memiliki usia dibawah 40 tahun.[CITATION kum15 \l 1033 ]. Selama periode
2010 - 2014, usia rata-rata seseorang terdiagnosis kanker payudara adalah 62
tahun. Selain risiko menderita kanker payudara lebih tinggi pada usia tua, insiden
kematian akibat kanker payudara juga meningkat seiring dengan peningkatan usia
tersebut[CITATION Ame17 \l 1033 ].

2.2.3.2 Genetik dan Familial

Adanya riwayat keluarga yang menderita kanker payudara juga berperan


sebagai faktor risiko terkena kanker payudara. Seorang wanita atau laki-laki yang
memiliki riwayat keluarga tingkat pertama yang menderita kanker payudara
mempunyai risiko 2 kali lebih besar daripada yang tidak memiliki riwayat
keluarga yang menderita kanker payudara. Risiko ini meningkat 3-4 kali lebih
besar jika riwayat keluarga tingkat pertama yang menderita kanker payudara lebih
dari satu orang[CITATION Ame17 \l 1033 ]. Walaupun faktor riwayat keluarga
merupakan faktor risiko yang sangat berpengaruh, sekitar 70-80% kanker
payudara timbul secara tidak merata[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Selain riwayat
keluarga yang menderita kanker payudara, ternyata riwayat keluarga yang
menderita kanker ovarium pun memiliki hubungan dengan peningkatan risiko
terjadi kanker payudara baik pada perempuan maupun laki-laki [CITATION Ame17 \l
1033 ].

Selain faktor riwayat keluarga, sekitar 5-10% kanker payudara dapat


terjadi akibat adanya predisposisi genetik. Hasil dari pemetaan gen, mutasi
germ-line pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan
sebagai predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium herediter. [CITATION
Sja17 \l 1033 ]. Mutasi gen jarang terjadi pada populasi umum, tatapi terjadi lebih

10
sering terhadap kelompok etnis tertentu atau kelompok yang terisolasi secara
geografis seperti Ashkenazi(Eropa timur)[CITATION Ame17 \l 1033 ].

2.2.3.3 Reproduksi dan Hormonal

Faktor reproduksi dan juga hormonal berperan besar dalam menimbulkan


kejadian kanker payudara pada seseorang. Usia menarche yang lebih dini dari usia
12 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada sesorang 3 kali lebih
besar[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Usia menopause yang lebih tua dari 50 tahun juga
meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker payudara. Untuk setiap satu tahun
usia menopause terlambat berarti meningkatkan sebesar 3% risiko kanker
payudara terjadi[ CITATION Ras10 \l 1033 ]. Peningkatan faktor risiko kanker
payudara dapat terjadi dikarenakan apabila terjadi menarche pada usia dini
ataupun menopause diatas usia 50 tahun dapat menyebabkan sesorang
mendapatkan paparan hormon reproduksi yang lebih lama, sehingga rentan
terkena kanker payudara[CITATION Ame17 \l 1033 ].

Banyak penelitian menunjukkan, bahwa ketika seorang ibu menyusui


selama setahun atau lebih dapat mengurangi faktor risiko terkenanya kanker
payudara dibandingkan yang tidak menyusui[CITATION Ame17 \l 1033 ]. Semakin
lama menyusui, semakin besar efek proteksi diri terhadap kanker payudara dan
risiko kanker payudara menurun sebesar 4,3% tiap tahunnya pada wanita yang
menyusui. Efek proteksi ini dikarenakan saat menyusui terjadi penurunan level
estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui [ CITATION
Ras10 \l 1033 ]. Pendapat lain mengenai penurunan faktor risiko ini yaitu dikarena
masa menyusui dapat mengurangi masa menstruasi seseorang[CITATION Sja17 \l
1033 ].

Selain pengaruh hormon didalam tubuh, faktor risiko kanker payudara


juga dapat meningkat oleh karena akibat pengaruh hormon eksogen, salah satu
contohnya yaitu dengan penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen. Penggunaan
kontrasepsi oral dapat meningkatankan risiko kanker payudara 1,24 kali. Selain
11
itu penggunaan terapi hormone pascamenopause dapat meningkatkan risiko
kanker payudara sebesar 1.35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun [CITATION
Sja17 \l 1033 ].

2.2.3.4 Gaya Hidup

Obesitas yang terjadi pada masa pascamenopause meningkatkan risiko


terjadinya kanker payudara yang diduga disebabkan oleh efek kadar hormon
endogen dalam tubuh saat obesitas [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Orang yang
mengalami kelebihan berat badan atau overweight memiliki risiko kanker
payudara 2 kali lebih tinggi dari wanita yang memiliki berat badan normal (Elkum
et al.,2014) Kejadian ini mungkin disebabkan oleh karena jaringan lemak adalah
sumber estrogen terbesar pada wanita pascamenopause, sehingga menyebabkan
kadar estrogen lebih tinggi pada orang yang obesitas dibandingkan dengan orang
yang kurus[CITATION Ame17 \l 1033 ]

Aktivitas fisik yang sering dilakukan seperti olahraga selama 4 jam setiap
minggunya dapat menurunkan risiko kanker payudara sebesar 30%. Pada saat
pascamenopause, risiko kanker payudara dapat diturunkan sebesar 30-40% jika
melakukan olahraga rutin.[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Penurunan risiko kanker
payudara tidak hanya lebih besar oleh karena aktivitas fisik yang kuat, tetapi
aktivitas fisik seperti berjalan pun bermanfaat. Aktivitas fisik ini bermanfaat
mungkin karena berefek pada hormon dan juga keseimbangan energi [CITATION
Ame17 \l 1033 ]. Selain aktivitas fisik, diet yang tinggi lemak dapat meningkatkan
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Sebaliknya, peningkatan konsumsi serat
seperti pada buah dan sayur dapat menurunkan risiko terjadinya kanker
payudara[ CITATION Ras10 \l 1033 ].

Merokok dan juga konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko


terjadinya kanker payudara[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Menurut penelitian, wanita
yang mulai merokok sebelum kelahinan anak pertama memiliki risiko kanker
payudara 21% lebih tinggi daripada wanita yang tidak pernah merokok. Wanita
yang 2-3 kali meminum minuman berakohol selama sehari, memiliki 20% risiko

12
lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan dengan yang bukan
peminum [CITATION Ame17 \l 1033 ]. Risiko ini meningkat dikarenakan alkohol
dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga dapat mempengaruhi
responsivitas terhadap hormon[CITATION Sja17 \l 1033 ].

2.2.3.5 Lingkungan

Radiasi pengion atau radiasi dengan elektromagnetik pada dada dapat


meningkatkan resiko kanker payudara. Risiko ini bergantung dari dosis radiasi,
jangka waktu sejak pajanan, dan juga usia. Kanker payudara terjadi pada 20-30%
pada wanita yang mengalami iradiasi untuk limfoma Hodgkin saat remaja atau
usia sekitar 20 tahun[CITATION kum15 \l 1033 ]. Risiko kanker payudara ini
terutama meningkat jika radiasi dilakukan pada usaha dewasa muda, khususnya
saat payudara sedang berkembang[CITATION Sja17 \l 1033 ].

Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Salah satu contohnya adalah pestisida yang
sering kali mencemari bahan makanan sehari-hari. Ada beberapa profesi yang
dapat berisiko terkena kanker payudara, seperti penata radiologi, penata
kecantikan kuku yang setiap hari menghirup zat untuk pewarna kuku, ataupun
tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan catnya[CITATION Sja17 \l
1033 ]. Seorang yang bekerja pada malam hari yang mengalami gangguan irama
sirkadian memiliki peningkatan risiko kanker payudara yang terkait dengan
pekerjaan jangka panjang. Paparan cahaya saat malam hari dapat mengganggu
produksi melatonin yang fungsinya sebagai hormon tidur dan yang mencegah
pertumbuhan tumor baru berkembang[CITATION Ame17 \l 1033 ].

2.2.4 Patogenesis

Secara genetik, BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen supresor tumor, kanker
dapat tumbuh apabila kedua alel ini mengalami inaktivasi atau defektif. Sekitar
sepertiga wanita dengan kanker payudara herediter mempunyai mutasi pada gen
ini. Kanker payudara diawali dengan adanya perubahan genetik , terjadinya
mutasi pada gen proto-onkogen dan gen supresor tumor pada epitel payudara yang

13
mendasari onkogenesis. Mutasi pada gen proto-onkogen menyebabkan
berlebihannya ekspresi dari proto-onkogen HER2/NEU, sehingga protein reseptor
yang bermutasi menyampaikan sinyal mitogenik secara terus menerus ke sel,
walaupun tidak terdapat faktor pertumbahan di lingkungannya. Ekspresi
berlebihan ini menyebabkan sel kanker lebih responsif terhadap kadar faktor
pertumbuhan yang dalam keadaan normal tidak memicu proliferasi. Selain itu,
mutasi pada gen supresor tumor RB dan TP53 menyebabkan gen ini tidak dapat
menjalankan fungsinya untuk memperbaiki DNA yang rusak bahkan sebagai
pemicu apoptosis sel yang rusak. Mutasi pada gen ini menyebabkan kerusakan
DNA yang terjadi tidak dapat diperbaiki, mutasi akan tetap pada sel yang
membelah, dan sel akan bertransformasi menjadi keganasan[CITATION kum15 \l
1033 ].

Selain perubahan genetik, pengaruh hormonal dan pengaruh lingkungan


berperan dalam perjalanan penyakit ini. Estrogen yang berlebihan akan
menstimulus produksi faktor pertumbuhan, seperti transforming growth factor-α,
platelet derived growth factor, fibroblast growth factor, dan lainnya yang akan
memicu perkembangan tumor melalui mekanisme parakrin dan
autrokrin[CITATION kum15 \l 1033 ].

Setelah terjadi perubahan genetik dengan pengaruh hormonal dan


lingkungan, terjadi beberapa tahap morfologi perubahan sel normal menjadi
ganas. Awalnya terjadi hiperplasia duktal, yang ditandai proliferasi sel epitel
poliklonal yang tersebar tidak rata, yang pola kromatin dan bentuk intinya saling
tumpeng tindih, dan lumen ductus yang tidak teratur. Hiperplasia sel berubah ke
hiperplasia atipik yang ditandai dengan sitoplasma sel jernih, intinya lebih jelas
tidak tumpeng tindih, dan lumennya teratur[CITATION Sja17 \l 1033 ]

Setelah hiperplasi atipikal, tahap berikutnya yang terjadi adalah timbulnya


karsinoma in situ, baik yang lobuler maupun duktal. Proliferasi sel pada tahap ini
belum menginvasi stroma dan menembus membran basal. Karsinoma in situ
lobuler biasanya dapat menyebar ke seluruh jaringan payudara. sebaliknya,
karsinoma insitu duktal merupakan lesi ductus segmental yang dapat mengalami
klasifikasi. Setelah sel-sel tumor dapat menembus membrane dasar dan

14
menginvasi stroma, sel tumor tumbuh menjadi invasif yang dapat menyebar
secara hematogen maupun limfogen sehingga menimbulkan metastasis kanker
payudara[CITATION Sja17 \l 1033 ].

2.2.5 Tanda dan Gejala

Kanker payudara biasanya tidak menghasilkan gejala saat tumor masih


berukuran kecil. Tanda yang paling umum ditemukan pada kebanyakan penderita
kanker payudara adalah adanya benjolan yang tidak nyeri. Tanda dan gejala yang
dapat timbul lainnya adalah rasa nyeri pada payudara; perubahan payudara yang
persisten seperti pembengkakan, penebalan, atau kemerahan pada kulit; kelainan
pada puting susu juga dapat terjadi seperti erosi, retraksi, atau keluarnya cairan
abnormal[CITATION Ame17 \l 1033 ]. Saat kanker telah sampai pada stadium lanjut
bahkan sudah terjadi metastasis, biasanya akan terdapat beberapa gejela sistemik
seperti menurunnya berat badan tanpa sebab yang tak jelas. Selain itu akan timbul
gejala sesuai dengan daerah tempat sel kanker bermetastasis seperti adannya
gejala nyeri tulang bila terjadi metastasis pada tulang ataupun adanya gejala pada
saluran pernapasan bila sel kanker bermetastasis pada paru-paru [ CITATION
Kem17 \l 1033 ].

2.2.6 Diagnosis

2.2.6.1 Anamnesis

Pada anamnesis keluhan utama terkait kanker payudara dapat digali dari
pasien kanker payudara. Keluhan utama yang biasanya banyak terjadi adalah
adanya benjolan yang tidak disertai rasa sakit[CITATION Ame17 \l 1033 ]. Apabila
keluhannya berupa benjolan, anamnesis dapat diperdalam meliputi ukuran dan
letak benjolan payudara, kecepatan benjolan itu tumbuh, dan apakah disertai rasa
sakit. Selain itu perlu juga ditanyakan mengenai tanda dan gejala lain seperti
apakah ada kelainan pada puting susu seperti nipple discharge ; kelainan pada
kulit payudara dimpling, peau d’orange, ulserasi, atau venektasi; apakah ada
benjolan pada ketiak atau edema pada lengan atas. Apabila dicurigai adanya
15
metastasis dari kanker payudara, dapat ditanyakan beberapa keluhan seperti nyeri
pada tulang ( untuk mencari kemungkinan metastasis pada tulang seperti femur
ataupun vertebra), rasa sesak nafas dan lain sebagainya yang menurut klinisi
terkait dengan penyakitnya[ CITATION Kem17 \l 1033 ].

2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesia, dilakukan pemeriksaan fisik yang ditujukan


untuk mendapatkan tanda-tanda adanya kelainan yang diperkirakan melalui hasil
anamnesis. Pemeriksaan fisik diawali dengan menilai status generalis pasien.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada payudara untuk
menilai status lokalis dan regionalis. Inspeksi dilakukan dengan posisi pasien
duduk dan lengan berada di samping dan juga pakaian atas yang dilepas. Inspeksi
ini dilakukan pada kedua payudara dan juga sekitar axilla maupun clavicula untuk
melihat kelainan pada payudara dan kelenjar getah bening[ CITATION Kem17 \l 1033
]. Pada saat inspeksi, dilihat apakah ada perubahan warna kulit, radang, ulserasi,
retraksi kulit ataupun puting susu, keluarnya cairan abnormal pada puting
susu[CITATION Sja17 \l 1033 ].

Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang dengan


punggung diganjal bantal dan kedua lengan diatas kepala. Kedua payudara
dipalpasi secara radial ataupun sirkular dengan sistematis dan
menyeluruh[ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Pada palpasi dirasakan apakah ada terasa
benjolan, dan apakah benjolan itu terasa nyeri atau tidak. Biasanya benjolan yang
berukuran kurang dari 1cm tidak teraba , dan benjolan yang superfisial lebih
mudah diraba dibanding dengan yang lebih dalam susah dirasakan[CITATION
Sja17 \l 1033 ]. Setelah itu dilakukan palpasi pada axilla, infralcavicula dan
supraclavicula untuk mencari adanya pembersaran kelenjar getah
bening[ CITATION Kem17 \l 1033 ].

2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mamografi dapat bertujuan untuk skrining kanker payudara,


diagnosis kanker payudara, maupun untuk follow up dalam pengobatan.

16
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar x pada jaringan payudara yang
dikompresi. Mamografi yang dikerjakan pada usia dibawah 35 tahun sulit untuk
diinterpretasikan karena padatnya kelenjar payudara, maka untuk hasil yang baik
sebaiknya mamografi dikerjakan pada usia > 40 tahun atau pascamenopause
karena kelenjar payudara sudah mengalami regresi. Pemeriksaan ini dilakukan
pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama saat mesntruasi agar mengurangi rasa
tidak nyaman pada waktu dikompresi dan akan memberikan hasil yang optimal.
Untuk hasil interpretasi hasil mamografi digunakan BIRADS (Breast Imaging
Reporting and Data System) yang dikembangkan oleh American College of
Radiology[ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Ultasonografi juga dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang kanker payudara yang berguna untuk membedakan lesi
kistik atau solid. Mirip dengan mamografi, interpertasi hasil USG juga sesuai
dengan BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System) [CITATION Sja17 \l
1033 ]
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dalam beberapa hal lebih baik
daripada mamografi karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas daripada
mamografi apabila dilakukan pada wanita usia muda. Namun secara umum MRI
tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena waktu pemeriksaan yang
cukup lama dan biaya yang mahal[ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Selain itu, ada
pemeriksaan histokimia yang merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
merencanakan pengobatan kanker payudara sesuai dengan biologis kanker yang
dihadapi[CITATION Sja17 \l 1033 ].
Apabila ada kecurigaan kanker payudara setelah melakukan pemeriksaan
fisik ataupun pemeriksaan penunjang lainnya, maka biopsi harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian pada sitologi ataupun
histopatologi dan melakukan grading jika terbukti kanker payudara. Jenis biopsi
yang dapat dilakukan adalah biopsi jarum halus (fine needle aspiration biopsy,
FNAB), jarum besar (core biopsy), dan biopsi bedah[CITATION Sja17 \l 1033 ].

2.2.6.4 Stadium

AJCC ( American Joint Committee on Cancer) edisi 8 tahun 2018


menyusun panduan penentuan stadium dan derajat kanker payudara menurut
sistem TNM. Klasifikasi stadiumnya adalah sebagai berikut.
17
 T = Ukuran tumor primer – Klinis dan Patologis

Tabel 2.0.1Ukuran Tumor (T) berdasarkan AJCC


Kategori Kriteria
TX Tumor primer tidak dapat dinilai.
T0 Tumor primer tidak terbukti.
Tis (DCIS) Karsinoma duktal in situ.
Tabel 2.1 (Sambungan)
T1 (Paget) Penyakit paget pada puting payudara tidak berkaitan dengan
karsinoma invasif dan/atau karsinoma in situ. Karsinoma
parenkim payudara yang berkaitan dengan penyakit paget yang
dikategorikan berdasarkan ukuran dan karakteristik penyakur
parenkimnya.
T1 Diameter terbesar tumor ≤ 20 mm.
- T1mi Diameter terbesar tumor ≤ 1 mm.
- T1a Diameter terbesar tumor > 1 mm tetapi ≤ 5 mm.
- T1b Diameter terbesar tumor > 5 mm tetapi ≤ 10 mm.
- T1c Diameter terbesar tumor > 10 mm tetapi ≤ 20 mm.
T2 Diameter terbesar tumor > 20 mm tetapi ≤ 50 mm.
T3 Diameter terbesar tumor > 50 mm.
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung pada
dinding dada atau kulit (ulkus atau nodul makroskopik); invasi
pada dermis saja tidak termasuk T4
- T4a Ekstensi pada dinding dada; invasi atau perlekatan pada
m.pektoralis tanpa adanya invasi pada struktur dinding dada
tidak termasuk sebagai T4
- T4b Ulkus dan/atau nodul satelit ipsilateral dan/atau edema
(termasuk peau d’orange) pada kulit yang tidak memenuhi
kriteria karsinoma inflamatorik.
- T4c Gabungan T4a dan T4b
- T4d Karsinoma inflamatorik.

 cN = Kelenjar getah bening regional – Klinis

Tabel 2.0.2 KGB Regional Klinis (cN) berdasarkan AJCC

Kategori Kriteria
cNX KGB regional tidak dapat dinilai (mis. sudah diangkat).
cN0 Tidak ada metastasis ke KGB regional (dari pemeriksaan
klinis maupun imaging)
cN1 Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang masih
dapat digerakkan.
- cN1mi Mikrometastasis >0,2 mm tapi tidak > 2 mm.
cN2 Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang terfiksir
atau bergerombol; atau KGB mamaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat metastasis aksila
secara klinis.
18
- cN2a Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang terfiksasi
satu sama lain atau terfiksasi ke struktur lain.
- cN2b Hanya metastasis KGB mamaria interna ipsilateral dan
tidak terdapat metastasis KBG aksila.
cN3 Metastasis KGB infraklafikula ipsilateral (level III)
dengan/tanpa keterlibatan KGB aksila level I,II ; atau
KGB mamaria interna level I,II ipsilateral dengan
Tabel 2.2 (Sambungan)
Metastasis KGB aksila level I,iII; metastasis KGB
supraklavikula dengan/tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna.
- cN3a Metastasis KGB infraklavikula ipsilateral.
- cN3b Metastasis KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila.
- cN3c Metastasis KGB supraklavikula ipsilateral.

 pN = Kelenjar getah bening – Patologis

Tabel 2.0.3 KGB Regional Patologis (pN) berdasarkan AJCC

Kategori Kriteria
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (mis. tidak diangkat
untuk studi patologi atau sudah diangkat).
pN0 Tidak ada metastasis KGB regional yang diidentifikasi
atau hanya ITCs ( isolated tumor cells)
- pN0(i+) Hanya ITCs ( sel ganas tidak > 0.2 mm) pada KGB
regional.
- pN0(mol+) Temuan molecular RT-PCR ( reverse transcriptase
polymerase chain reaction) positif; ITCs tidak terdeteksi.
pN1 Mikrometastasis; atau metastasis pada 1-3 KGB aksila;
dan/atau KGB mamaria negatif secara klinis dengan
mikrometastasis atau makrometastasis oleh biopsi KGB.
- pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm tapi tidak > 2 mm.
- pN1a Metastasis pada 1-3 KGB aksila, setidaknya satu
metastasis > 2 mm.
- pN1b Metastasis KGB mamaria interna, tidak termasuk ITCs.
- pN1c Kombinasi pN1a dan pN1b.
pN2 Metastasis pada 4-9 KGB aksila; atau positif metastasis
KGB mamaria interna ipsilateral oleh imaging tanpa
metastasis KGB aksila.
- pN2a Metastasis 4-9 KGB aksila.
- pN2b Metastasis KGB mamaria interna yang terdeteksi secara
klinis dengan/tanpa konfirmasi mikroskopis dan tidak
terdapat metastasis KGB aksila.
pN3 Metastasis 10 atau lebih KGB aksila; atau KGB
infraklavikula; atau positif metastasis KGB mamaria
internal ipsilateral oleh imaging dengan satu atau lebih

19
metastasis KGB aksila level I.II; atau lebih dari 3
metastais KGB aksila dan mikrometastasis atau
makrometastasis KGB mamaria interna ipsilateral yang
negative berdasarkan biopsi; atau metastasis KGB
supraklavikula ipsilateral.
- pN3a Metastasis 10 atau lebih KGB aksila; metastasis KGB
inftaclavikula.
Tabel 2.3 (Sambungan)
- pN3b pN1a atau pN2a dengan cN2b ( positif metastasis KGB
mamaria interna ipsilateral oleh imaging).
- pN3c Metastasis KGB supraklavikula ipsilateral.

 M = Metastasis

Tabel 2.0.4 Metastais (M) berdasarkan AJCC

Kategori Kriteria
M0 Tidak ada bukti klinis atau radiografik dari metastasis jauh.
- cM0(i+) Tidak ada bukti klinis / radiografik dari metastasis jauh,
tidak terdapat deposit sel tumor secara molecular atau
mikroskopis pada sirkulasi darah, sumsum tulang, atau
jaringan KGB regional lain tidak >0.2 mm pada pasien
tanpa gejala dan tanda metastasis.
cM1 Terdapat metastasis jauh berdasarkan tanda klinis dan
radiografik.
pM1 Setiap metastasis yang terbukti secara histopatologi pada
organ yang jauh; atau jika pada KGB non regional,
metastasis > 0.2mm.

 TNM

Tabel 2.0.5 Penilaian Stadium berdasarkan AJCC

T N M Stadium
Tis N0 M0 0
T1 N0 M0 IA
T0 N1mi M0 IB
T1 N1mi M0 IB
T0 N1 M0 IIA
T1 N1 M0 IIA
T2 N0 M0 IIA
T2 N1 M0 IIB
T3 N0 M0 IIB
T0 N2 M0 IIIA
T1 N2 M0 IIIA
T2 N2 M0 IIIA
T3 N1 M0 IIIA

20
T3 N2 M0 IIIA
T4 N0 M0 IIIB
T4 N1 M0 IIIB
T4 N2 M0 IIIB
T apapun N3 M0 IIIC
T apapun N apapun M1 IV

2.2.7 Tatalaksana

Tatalaksana kanker payudara sebelumnya harus didahului dengan diagnosis


yang lengkap dan termasuk penetapan stadium. tujuan terapi kanker payudara
dapat bersifat kuratif atau menyembuhkan maupun paliatif dan simptomatik.
Terapi ini dilakukan dengan sesuai kebutuhan dan keadaan pasien kanker
payudara tersebut[ CITATION Kem17 \l 1033 ].

2.2.7.1 Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi awal yang dikenal sebagai penanganan


untuk kanker payudara. indikasi untuk pembedahan ialah tumor tis-3. N0-2, dan
M0. Pada tumor T4 diberikan terapi sistemik seperti kemoterapi [CITATION Sja17 \l
1033 ]. Bebeapa macam jenis pembedahan yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :

- Mastektomi Radikal Klasik, pembedahan ini meliputi pengangkatan seluruh


kelenjar payudara dengan m. pectoralis mayor dan minor, sebagian besar
kulitnya dan juga kelenjar getah bening level I,II,III.
- Mastektomi Radikal Dimodifikasi, pembedahan ini dilakukan dengan
mengangkat seluruh kelenjar payudara dan kulit diatasnya. Tetapi m.
pectoralis mayor dan minor dipertahankan dengan syarat otot tersebut
terbebas dari tumor payudara sehingga hanya kelenjar getah bening level I
dan II yang diangkat.
- Mastektomi simpel, pengangkatan dilakukan pada seluruh kelenjar payudara
termasuk puting susu, tetapi tidak menyertakan pengangkatan kelenjar getah
bening dan juga m. pectoralis.
- Breast Conserving Surgery (BCS), pembedahan ini bertujuan untuk
membuang massa dan jaringan payudara yang mungkin terkena tumor namun

21
dilakukan semaksimal mungkin untuk menjaga tampilan kosmetik payudara
tetap ada.
- Rekontruksi.
- Bedah paliatif[CITATION Sja17 \l 1033 ].

2.2.7.2 Radioterapi

Radioterapi dapat dilakukan sebagai terapi kuratif maupun adjuvant.


Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan pada pasien pascamastektomi, rekuren
dan metastatis. Radiasi selalu dipertimbangkan pada kanker payudara yang tak
mampu diangkat atau jika terdapat metastatis. Radioterapi ini dapat diberikan
dengan cara penyinaran dari luar ataupun dari dalam. Luasnya daerah yang
dilakukan radioterapi tergantung ada atau tidaknya keterlibatan kelejar getah
bening, apabila ada seluruh payudara dengan kelenjar axilla dan supraclavicula
diradiasi[CITATION Sja17 \l 1033 ].

2.2.7.3 Terapi Sistemik

Berbagai macam terapi sistemik yang dapat dilakukan, salah satunya


terapi hormonal yang terdiri atas obat-obatan anti-estrogen, analog LHRH,
inhibitor aromatase selektif, zat progestasional, zat androgen, dan prosedur
oovorektomi. Selain itu ada terapi sistemik yang dapat dilakukan ialah
kemoterapi. Kemoterapi yang dilakukan berguna untuk mengecilkan ukuran
tumor sebelum pembedahan (kemoterapi neoadjuvan) maupun untuk membunuh
sel-sel tumor yang mungkin tertinggal pasca operasi ataupun yang menyebar
secara mikroskopik (kemoterapi adjuvant). Kemoterapi adjuvan paling baik
diberikan dimulai dalam 4 minggu pascabedah. Selain itu, kemoterapi dapat
diberikan sebagai terapi paliatif jika terdapat metastasis yang jelas secara klinis.
[CITATION Sja17 \l 1033 ]

2.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Rentang Waktu


Pemeriksaan Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan.

Rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan


adalah waktu antara saat penderita kanker pertama kali merasakan tanda dan/atau

22
gejala kanker payudara sampai memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan
terdiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan histopatologi di rumah
sakit. Diagnosis kanker payudara dianggap terlambat jika memerlukan waktu
lebih lama dari 3 bulan setelah timbul gejala untuk sampai terdiagnosis kanker
payudara berdasarkan pemeriksaan histopatologi , begitupun sebaliknya (Ermiah
et al.,2012).

Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan rentang waktu


pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah
faktor usia, peningkatan risiko terjadinya keterlambatan diagnosis kanker
payudara berhubungan dengan usia yang lebih tua atau usia pascamenopause.
Wanita dengan usia yang lebih tua cenderung meremehkan risiko mereka terkena
kanker payudara dan memiliki pengetahuan dan kesadaran yang rendah mengenai
kanker payudara (Innos et al., 2013).

Tanda dan gejala awal kurang berpengaruh, karena pasien sering


menghubungkan gejala baru dengan kondisi yang kurang serius daripada penyakit
yang mengancam jiwa. Penderita berasumsi bahwa gejala yang dialami adalah
gejala biasa dan akan memudar tanpa gangguan. Akan tetapi, penemuan benjolan
payudara pada penderita dapat mengurangi keterlambatan diagnosis pasien
dikarenakan kanker payudara diidentifikasikan dengan adanya massa atau tumor.
Sebaliknya, gejala dan tanda kanker payudara yang tidak termasuk benjolan lebih
terkait dengan keterlambatan diagnosis (Ermiah et al.,2012). Benjolan pada
payudara dapat mengurangi waktu keterlambatan pasien karena seorang wanita
takut akan kanker ketika menemukan benjolan di tubuhnya ataupun pada
payudara. Akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai kanker payudara dan
pemikiran bahwa tanda awal kanker payudara hanya didahului dengan benjolan,
banyak tanda ataupun gejala kanker payudara yang lainnya hanya diabaikan bila
tidak disertai dengan timbulnya benjolan. Sehingga apabila tanda dan gejala awal
kanker payudara bukan sebuah benjolan dapat memperlambat diagnosis kanker
payudara tersebut[ CITATION Mon03 \l 1033 ].

Wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur


cenderung untuk mencari perawatan medis yang lebih cepat yang berarti wanita

23
yang rutin melakukan pemeriksaan kanker payudara sendiri cenderung memiliki
rentang waktu yang lebih cepat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesahatan. Hal ini dikarenakan apabila rutin melakukan pemeriksaan payudara
sendiri, seorang wanita akan lebih cepat untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah ke kanker payudara sehingga cepat untuk mencari bantuan
medis[ CITATION Erm12 \l 1033 ].

Riwayat keluarga yang pernah menderita kanker payudara dapat


mengurangi risiko keterlambatan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan. Dikarenakan pasien memiliki riwayat keluarga pernah
menderita kanker payudara menjadi lebih paham dan tahu mengenai gejala kanker
payudara dan juga konsekuensi yang terjadi apabila terlambat dalam melakukan
pengobatannya sehingga dapat mengurangi rentang waktu terlambat dalam
melakukan pemeriksaan sekaligus pengobatan kanker payudara di pelayanan
kesehatan[ CITATION Kha18 \l 1033 ]. Faktor ekonomi dari segi pendapatan dapat
mempengaruhi dengan rentang waktu keterlambatan pemeriksaan kanker
payudara di pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk ke pelayanan kesehatan baik biaya pengobatan maupun
biaya transportasi dan biaya yang tidak terduga lainnya[ CITATION Yus18 \l 1033 ].

Penggunaan pengobatan alternatif berpengaruh dengan rentang waktu


pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
saat timbul gejala awal kanker payudara yang ringan seperti benjolan, penderita
biasanya memilih untuk menggunakan pengobatan alternatif terlebih dahulu
sampai gejalanya memburuk dan akhirnya masuk dalam stadium yang lebih
lanjut. Pemilihan pengobatan alternatif ini didasari oleh rasa takut dan persepsi
negatif penderita oleh penangan kanker payudara meliputi operasi ataupun
kemoterapi dan lainnya. Selain itu alasan lainnya adalah bahwa pengobatan
alternatif lebih tersedia dan terjangkau dibandingkan pengobatan medis. [CITATION
Nor11 \l 1033 ].

24
2.4 Kerangka Teori

Perubahan Gen
Pengaruh Hormonal
Pengaruh Lingkungan

Perubahan Sel Normal

Hiperplasia Sel

Hiperplasia Atipik
Terdiagnosis Kanker Payudara
Tanda dan Gejala berdasarkan pemeriksaan
histopatologi
Karsinnoma in situ

Karsinnoma invasif Rentang Waktu

Metastasis
Faktor yang Mempengaruhi
Usia
Keluhan Awal
Pemeriksaan payudara sendiri
Riwayat keluarga
Faktor ekonomi
Pengobatan Alternatif
Area tempat tinggal
Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan.

Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori

25
3 BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Usia

Keluhan Awal

Pemeriksaan Payudara Sendiri

Riwayat Keluarga

Rentang Waktu
Faktor Ekonomi Pemeriksaan

Pengobatan Alternatif

Area Tempat tingggal

Jarak Tempat Tinggal dengan


Pelayanan Kesehatan dasar dan
Spesialistik

Gambar 3.3 Skema Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti.

26
3.2 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara faktor usia dengan rentang waktu pemeriksaan


penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

2. Ada hubungan antara adanya keluhan awal kanker payudara dengan


rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda.

3. Ada hubungan antara faktor melakukan pemeriksaan payudara sendiri


dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda.

4. Ada hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan rentang waktu


pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

5. Ada hubungan antara adanya faktor ekonomi dengan rentang waktu


pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

6. Ada hubungan antara adanya pengobatan alternatif dengan rentang waktu


pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

27
4 BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross


sectional. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara faktor-faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker
payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang kemoterapi RSUD Abdul Wahab Sjahranie


Samarinda.

4.2.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini akan dilaksanakan selama periode


Maret-April 2019.

4.3 Subjek Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien wanita yang terdiagnosis kanker
payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang didiagnosis kanker
payudara dan sedang menjalani pengobatan kemoterapi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan


menggunakan rumus besar sampel analitik kategorikal tidak berpasangan. Berikut
adalah rumusnya :
2
( Zα √ 2 PQ + Zβ √ P₁ Q ₁+ P ₂ Q₂ )
N1 = N2 =
( P ₁−P ₂ )2

28
2
( 1,96 √ 2 x 0,36 x 0,64+ 0,842 √ 0,51 x 0,49+0,21 x 0,79 )
N1 = N2 =
( 0,3 )2
N1 = N2 = 39

Keterangan :
N1= N2 : Besar sampel
Zα : Deviat baku alfa = 1,96 untuk α =0,05
Zβ : Deviat baku beta = 0,842
P2 : Proporsi pada kelempok yang sudah diketahui nilainya
yaitu sebesar 21% = 0,21 [CITATION NgC11 \l 1033 ]
Q2 : 1- P2 = 1- 0.21 = 0,79
P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement sebesar 51% = 0,51.
Q1 : 1- P1 = 1- 0.51= 0.49
P : ½ (P1+P2) = 0,36
Q : 1-P = 0,64
P1 – P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
sebesar 0.3
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka
besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 39 orang.

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan


teknik non random secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan atas pertimbangan peneliti.

4.3.5 Kriteria Sampel

4.3.5.1 Kriteria Inklusi

Pasien yang didiagnosis kanker payudara, merupakan pasien kanker


payudara yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie.

29
4.3.5.2 Kriteria Ekslusi

1. Pasien kanker payudara yang melakukan pemeriksaan kanker payudara


diluar wilayah Samarinda.
2. Pasien kanker payudara yang melakukan pemeriksaan kanker payudara
pada dua wilayah yang mana salah satunya diluar wilayah Samarinda.
3. Pasien kanker payudara yang tidak menjalani pengobatan kemoterapi.
4. Pasien kanker payudara yang residif.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebaas dari penelitian ini adalah usia, keluhan awal, pemeriksaan
payudara sendiri, riwayat keluarga, faktor ekonomi, dan melakukan pengobatan
alternatif.

4.4.2 Variabel Terikat

Variable terikat dari penelitian ini adalah rentang waktu pemeriksaan


penderita kanker payudara.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.0.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala


Rentang waktu Lamanya waktu antara - Dini : jika pasien Ordinal
pasien kanker payudara didiagnosis dalam
merasakan tanda rentang waktu < 3
dan/atau gejala awal bulan
sampai terdiagnosis - Terlambat : jika
kanker payudara pasien didiagnosis
dengan pemeriksaan dalam rentang
histopatologi. waktu > 3 bulan
(Ermiah et al.,
2012
Usia Usia pasien kanker - Usia penderita < Ordinal
payudara yang 50 tahun.
didapatkan dari hasil - Usia penderita ≥
wawancara. 50 tahun.

30
Tabel 4.1 (Sambungan)
Keluhan awal Keluhan awal kanker - Benjolan Nominal
kanker payudara yang terdapat - Lainnya : Keluhan
payudara pada penderita kanker kanker payudara
payudara. selain benjolan
meliputi; nyeri,
bengkak, perubaan
kulit, keluarnya
cairan abnormal,
deman, dan yang
lainnya [ CITATION
Erm12 \l 1033 ]
Pemeriksaan Pasien kanker payudara - Dilakukan Nominal
payudara yang rutin melakukan - Tidak dilakukan
sendiri pemeriksaan SADARI
satu kali setiap
bulannya(minimal 6
bulan terakhir)
Riwayat Pasien kanker payudara - Ada Nominal
keluarga yang memiliki anggota - Tidak ada
keluarga tingkat pertama
(orang tua,saudara
kandung, dan anak
kandung) yang pernah
menderita kanker
payudara sebelumnya.
Faktor Kemampuan finansial - Tidak mampu : Ordinal
Ekonomi pasien kanker payudara pasien kanker
untuk mengakses pelayan payudara dengan
kesehatan. pendapatan rendah
(Rp.≤1.500.000/
bulan)
- Mampu : pasien
kanker payudara
dengan
pendapatan
sedang- tinggi
(>Rp.1.500.000/
bulan) (Badan
Pusat Statistik)
Pengobatan Pengobatan non medis - Ada Nominal
Alternatif yang dilakukan penderita - Tidak ada
kanker payudara sebelum
melakukan pemeriksaan
di pelayanan kesehatan.

31
4.6 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data
yang didapatkan langsung dari pasien dengan cara melakukan wawancara kepada
penderita kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner


yang dimodifikasi dari kuesioner penelitian Diagnosis delay in Libyan female
breast cancer dari Ermiah et al., 2012.

4.8 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

4.8.1 Teknik Pengolahan

Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan software Microsoft


Excel 2010 dan IBM SPSS Statistic 25.0 .

4.8.2 Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis ini mendeskripsikan masing-masing variable dan juga mengenai


karakteristik dari pasien kanker payudara dengan gambaran distribusi frekuensi
dan presentasi dari tiap variabelnya.

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable bebas dengan
variable terikat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Tingkat kemaknaan
dalam penelitian ini menggunakan nilai alfa sebesar 0.05. Jadi, hubungan antara
variable dapat dikatakan bermakna jika p < 0.05 dan sebaliknya dikatakan tidak
bermakna jika p >0.05. bila terdapat expected count kurang dari 5 maka akan
menggunakan uji Fisher.

32
4.10 Alur Penelitian

Pengajuan Ijin Penelitian


dan Pengambilan Data

Pelaksanaan Penelitian

Mengunjungi Ruang Kemoterapi


RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Wawancara Responden

Pengolahan, Penyajian
dan Analisis Data

Gambar 4.4 Skema Alur Penelitian

33
4.11 Jadwal Penelitian

Bulan
Okt 2018-
Kegiatan Feb 2019 Maret 2019 Apr 2019 Mei 2019
Jan 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Penelitian
Revisi
Permohonan
Izin
Penelitian
Pengambilan
dan
Pengolahan
Data
Penyusunan
Skripsi
Seminar
Hasil
Penelitian
Revisi
Skripsi
Tabel 4.0.7 Jadwal Penelitian

34
5 BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor risiko yang


terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer
yaitu dengan melakukan wawancara pada pasien kanker payudara di ruang
Kemoterapi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Tempat penelitian ini
dilakukan di ruang kemoterapi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
dikarenakan hampir seluruh penderita kanker payudara yang telah didiagnosis
kanker akan melakukan kemoterapi sebagai pengobatan lanjutan setelah
melakukan operasi. Unit kemoterapi yang tersedia di Samarinda hanya berada di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tahun 2019 saat penelitian ini
dilakukan. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di ruang Kemoterapi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Waktu penelitian kurang lebih
berlangsung selama 1 bulan yaitu pada pertengahan bulan maret sampai dengan
bulan april. Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 46 orang yang telah
memenuhi kriteria inklusi maupun ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

5.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini didapatkan respondenl sebanyak 46 orang yang telah


memenuhi kriteria inklusi maupun ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.8 Gambaran Distribusi Frekuensi Pendidikan Penderita Kanker Payudara


di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1. Pendidikan Dasar 25 54,3
2. Pendidikan Menengah 15 32,6
3. Pendidikan Tinggi 6 13,0
Jumlah 46 100

35
Dari 46 responden yang telah diwawancarai terdapat sebanyak 25 orang
(54,3%) yang memiliki pendidikan dasar, 15 orang (32,6%) dengan pendidikan
menengah dan 6 orang (13%) berpendidikan tinggi.

Tabel 5.9 Gambaran Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penderita Kanker Payudara di


Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1. IRT 34 79,3
2. Petani 2 4,3
3. Pedagang 2 4,3
4. Swasta 5 10,9
5. PNS 3 6,5
Jumlah 46 100

Pekerjaan terbanyak dari responden yang diteliti ialah IRT yaitu terdapat
sekitar 34 orang (79,3%). Pekerjaan lainnya juga yang terdapat pada responden
ialah petani sebanyak 2 orang (4,3%), pedagang 2 orang (4,3%), swasta 5 orang
(10,9%), dan PNS sebanyak 3 orang (6,5%).

5.3 Analisis Univariat

5.3.1 Gambaran Rentang Waktu

Tabel 5.10 Gambaran Distribusi Frekuensi Rentang Waktu Pemeriksaan


Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

Min-
Rentang Frekuens Persentase Mean Median SD
No Max
Waktu i (%) (Bulan) (Bulan) (Bulan)
(Bulan)
1. Terlamba 30 65,2
2. t 16 34,8
10,35 6 12,96 1-61
Dini
Jumlah 46 100

36
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat sekitar 30
orang (62,5%) penderita kanker payudara yang memiliki rentang waktu terlambat
dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesahatan dan sebanyak 16 orang
(34,8%) penderita kanker payudara yang memiliki rentang waktu dini dalam
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesahatan Samarinda. Menurut distribusi
frekuensi, rentang waktu yang paling banyak didapatkan adalah rentang waktu
terlambat atau rentang waktu > 3 bulan sebanyak 30 orang (65,2%) dari sampel.
Dari 46 responden yang telah diwawancara, didapatkan rata-rata rentang waktu
ialah sebesar 10,35 bulan (SD±12,96) dengan median 6 bulan. Rentang waktu
tercepat adalah sekitar 1 bulan sejak awalnya timbul tanda dan gejala sampai
terdiagnosis, sedangkan rentang waktu terlama ialah sekitar 61 bulan.

5.3.2 Gambaran Distribusi Usia

Tabel 5.11 Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Penderita Kanker Payudara di


Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

Mean Median Min-


Frekuens Persentase
No Usia (Tahun (Tahun SD Max
i (%)
) ) (Tahun)
1. ≥50 Tahun 25 54,3
8,1
2. <50 Tahun 21 45,7 49,46 50 30-73
2
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 25


orang (54,3%) penderita kanker payudara yang memiliki usia ≥50 tahun dan
terdapat 21 orang (45,7%) penderita kanker payudara yang memiliki usia <50
tahun. Menurut distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari sampel banyak
yang memiliki usia ≥50 tahun yaitu dengan frekuensi 25 orang (54,3%) dari 46
sampel yang didapatkan. Dari 46 sampel yang telah diwawancara, didapatkan
rata-rata usia sekitar 49,46 (49 tahun) (SD±8,12) dengan median 50,00 tahun.
Usia termuda dari sampel kanker payudara yang didapatkan ialah 30 tahun
sementara usia tertua dari sampel penderita kanker payudara yang didapatkan
ialah sekitar 73 tahun.

5.3.3 Gambaran Distribusi Keluhan Awal Kanker Payudara

37
Tabel 5.12 Gambaran Distribusi Frekuensi Keluhan Awal Kanker Payudara
Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Keluhan Awal Frekuensi Persentase (%)


1. Lainnya 14 30,4
2. Benjolan 32 69,6
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 14


orang (30,4%) penderita kanker payudara yang memiliki keluhan awal selain
benjolan dan terdapat 32 orang (69,6%) penderita kanker payudara yang memiliki
keluhan awal berupa benjolan. Menurut distribusi frekuensi diatas, sebagian besar
dari sampel banyak penderita kanker payudara yang memiliki keluhan awal
berupa benjolan yaitu dengan frekuensi 32 orang (69,6%) dari 46 sampel yang
didapatkan.

5.3.4 Gambaran Distribusi Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI)

Tabel 5.13 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI) Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Pemeriksaan Frekuensi Persentase (%)


Payudara Sendiri
1. Tidak Dilakukan 29 63,0
2. Dilakukan 17 37,0
Jumlah 46 100

Menurut hasil pada tabel 5.6 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat
sebanyak 29 orang (63,0%) dari penderita kanker payudara yang tidak melakukan
pemeriksaan sendiri (SADARI) dan juga terdapat sebanyak 17 orang (37,0%)
dari penderita kanker payudara yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri .
Hasil distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari sampel kanker payudara
banyak yang tidak melakukan pemeriksaan awal SADARI yaitu 29 orang dari 46
sampel yang diwawancarai.

5.3.5 Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Kanker Payudara

Tabel 5.14 Gambaran Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Kanker Payudara


Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

38
No Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak Ada 41 89,1
2. Ada 5 10,9
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 41 orang


(89,1%) penderita kanker payudara yang tidak memiliki riwayat keluarga pernah
menderita kanker payudara dan terdapat sebanyak 5 orang (10,9%) penderita
kanker payudara yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita kanker
payudara. Menurut distribusi frekuensi diatas, hanya sedikit yang memiliki
riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara, yaitu 5 orang dari 46 sampel
yang telah diwawancarai.

5.3.6 Gambaran Distribusi Faktor Ekonomi

Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Ekonomi Penderita Kanker


Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Faktor Ekonomi Frekuensi Persentase (%)


1. Tidak Mampu 14 30,4
2. Mampu 32 69,6
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 14 orang


(30,4%) penderita kanker payudara yang memiliki pendapatann rendah yang
tergolong dalam klasifikasi tidak mampu dan terdapat 32 orang (69,6%) penderita
kanker payudara yang memiliki pendapatan sedang-tinggi yaitu yang tergolong
dalam klasifikasi mampu. Menurut distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari
sampel banyak yang memiliki pendapatan sedang-tinggi yang tergolong dalam
mampu dengan frekuensi 32 orang (69,6%) dari 46 responden yang didapatkan.

5.3.7 Gambaran Distribusi Pengobatan Alternatif

Tabel 5.16 Gambaran Distribusi Frekuensi Pengobatan Alternatif Penderita


Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

No Pengobatan Frekuensi Persentase (%)


Alternatif
1. Ada 27 58,7
2. Tidak Ada 19 41,3

39
Jumlah 46 100

Menurut hasil pada tabel 5.9 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 27
orang (58,7%) penderita kanker payudara yang menggunakan pengobtan
alternatif dan juga terdapat 19 orang (41,3%) penderita kanker payudara yang
tidak melakukan pengobatan alternatif dan hanya berobat ke dokter. Hasil
distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari sampel kanker payudara banyak
diantaranya yang masih menggunakan pengobatan alternatif yaitu 27 orang dari
46 responden yang diwawancarai.

5.4 Analisis Bivariat

5.4.1 Analisa Hubungan Antara Usia dengan Rentang Waktu Pemeriksaan


Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda

Tabel 5.17 Tabulasi Silang Usia dengan Rentang Waktu Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

P- 95%
Rentang Waktu
Tota value CI
Usia PR
Terlambat % Din l
%
i
≥ 50 20 66,7 5 31,2 25
Tahu
n
1,030-
< 50 10 33,3 11 68,8 21 0,022 1,680
2,741
Tahu
n
Total 30 100 16 100 46

Tabel 5.10 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara usia dengan


rentang waktu menggunakan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0,022
(p<0,05). Nilai p menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia penderita
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda. Pada perhitungan Prevalence Risk (PR) didapatkan hasil
1,680 dengan 95% Confidence Interval sebesar 1,030-2,741 yang artinya
penderita kanker payudara yang berusia ≥50 tahun berisiko untuk terlambat dalam
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan sebesar 1,680 kali dibandingkan
dengan usia penderita yang <50 tahun.

40
5.4.2 Analisa Hubungan Antara Keluhan Awal dengan Rentang Waktu
Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda

Tabel 5.18 Tabulasi Silang Keluhan Awal dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

Keluhan Rentang Waktu P-


Total
Awal Terlambat % Dini % Value
Lainnya 8 26,7 6 37,5 14
Benjolan 22 73,3 10 62,5 32 0,512
Total 30 100 16 100

Tabel 5.11 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara keluhan awal


penderita kanker payudara dengan rentang waktu menggunakan uji Fisher dan
didapatkan nilai p=0,512 (p>0,05). Nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara keluhana awal penderita kanker payudara dengan rentang waktu
pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

5.4.3 Analisa Hubungan Antara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI) dengan Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda

Tabel 5.19 Tabulasi Silang SADARI dengan Rentang Waktu Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

P- 95%
Rentang Waktu Total valu PR CI
SADARI
e
Terlambat % Dini %
Tidak 25 83, 4 25 29
Dilakuka 3
n 1,384-
0,000 2,931
Dilakuka 5 16, 12 75 17 6,209
n 7
Total 30 100 16 100 46

Tabel 5.12 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara melakukan


pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan rentang waktu menggunakan uji
chi-square dan didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai p menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

41
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda. Pada perhitungan Prevalence Risk (PR) didapatkan hasil
2,931 dengan 95% Confidence Interval sebesar 1,384-6,209 yang artinya
penderita kanker payudara yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) berisiko untuk terlambat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan sebesar 2,931 kali dibandingkan dengan penderita kanker payudara
yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

5.4.4 Analisa Hubungna Antara Riwayat Keluarga Kanker Payudara


dengan Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di
Pelayanan Kesehatan Samarinda

Tabel 5.20 Tabulasi Silang Riwayat Keluarga dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019

Rentang Waktu
Riwayat Tota P-
Keluarga Din l value
Terlambat % %
i
Tidak Ada 28 93,3 13 81,2 41
Ada 2 6,7 3 18,8 5 0,325
Total 30 100 16 100 46

Tabel 5.13 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara riwayat


keluarga pernah menderita kanker payudara dengan rentang waktu menggunakan
uji Fisher dan didapatkan nilai p=0,325 (p>0,05). Nilai p menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga pernah menderita kanker
payudara dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.

5.4.5 Analisa Hubungan Antara Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu


Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda

Tabel 5.21 Tabulasi Silang Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda

P-
Faktor Rentang Waktu Total
value
Ekonomi
Terlambat % Dini %
Tidak Mampu 11 36,7 3 18,8 14 0,316
Mampu 19 63,3 13 81,2 32

42
Total 30 100 16 100 46

Tabel 5.14 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara faktor ekonomi


penderita kanker payudara dengan rentang waktu menggunakan uji Fisher dan
didapatkan nilai p=0,316 (p>0,05). Nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara faktor ekonomi penderita kanker payudara dengan rentang waktu
pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

5.4.6 Analisa Hubungan Antara Pengobatan Alternatif dengan Rentang


Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan
Kesehatan Samarinda

Tabel 5.22 Tabulasi Silang Pengobatan Alternatif dengan Rentang Waktu


Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2015

Total P-
Rentang Waktu
Pengobatan value
Alternatif Terlamba
% Dini %
t
Ada 20 66,7 7 43,8 27
Tidak Ada 10 33,3 9 56,2 19 0,133
Total 30 100 16 100

Tabel 5.15 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara penggunaan


pengobatan alternatif dengan rentang waktu menggunakan uji chi-square dan
didapatkan nilai p=0,133 (p>0,05). Nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara penggunaan pengobatan alternatif dengan rentang waktu
pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

43
6 BAB 6
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini akan diuraikan


pembahasan mengenai analisis hubungan faktor risiko yang terkait dengan rentang
waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda dalam
bentuk analisa deskriptif dan analitik sesuai dengan tujuan penelitian yang
diharapkan.

6.1 Hubungan Antara Usia dengan Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita


Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 65,2% penderita kanker


payudara memiliki rentang waktu terlambat dalam melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan dan terdapat 34,8% penderita kanker payudara yang
memiliki rentang waktu dini dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan. Dengan rata-rata rentang waktu selama 10,35 bulan (SD±12,96) . Pada
penelitian ini didapatkan frekuensi penderita kanker payudara dengan rentang
waktu terlmabat lebih banyak dari dini. Hal ini sejalan dengan penelitian Odongo,
Makumbi, Kalungi, & Galukande, (2015) yang frekuensi terbesarnya adalah
penderita kanker payudara dengan rentang waktu terlambat yaitu sekitar 89%
dibanding dengan rentang waktu dini sebesar 11% dengan rata-rata sebesar 22,6
bulan (SD ±26). Ermiah, et al., (2012) juga melakukan penelitian yang sama dan
didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu penderita kanker payudara dengan
rentang waktu terlambat memiliki frekuensi lebih besar sebanyak 60% dari
rentang waktu dini dengan median 7,5 bulan.

Proporsi menurut kelompok usia yang telah dipaparkan pada tabel 5.3,
didaptakan bahwa banyak penderita kanker payudara yang berusia ≥50 tahun
yaitu sekitar 54,3% dibandingkan dengan usia < 50 tahun sekitar 45,7%. Rata-rata
usia penderita kanker payudara dalam hasil penelitian ini adalah 49,46 atau sekitar
49 tahun (SD ±8,12). Djatmiko, Octovianus, Fortunata, & Andaru, ( 2013) juga
melakukan penelitian yang sama di RS Onkologi Surabaya dan didapatkan hasil
yang tidak jauh berbeda yaitu ada sekitar 56,58% penderita kanker payudara

44
memiliki usia ≥50 tahun dan sekitar 43,42% penderita kanker payudara berusia
<50 tahun. Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda juga didapatkan dalam
penelitian Ermiah, et al., (2012) yaitu frekuensi penderita kanker payudara
terbanyak adalah pada usia ≥50 tahun sekitar 66,5% daripada usia <50 tahun yaitu
hanya sekitar 33,5% dengan rata-rata usia 45,4 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara usia dengan rentang waktu, diperoleh nilai p=0,022 (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat adanya hubungan antara usia
penderita kanker payudara dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda. Nilai Prevalence Risk didapatkan PR sebesar
1,680 dengan 95% CI 1,030-2,741 yang berarti penderita kanker payudara yang
berusia ≥50 tahun berisiko untuk terlambat dalam melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan sebesar 1,680 kali dibandingkan dengan usia penderita yang
<50 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ermiah,
et al., (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,004 (p<0,05).
Penderita kanker payudara yang berusia ≥50 tahun lebih banyak dan sering
terlambat dalam melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan. Penelitian
sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Khan, Shafique, Khan,
Shahzad, & Iqbal, (2015) dengan hasil uji statistik p=0,005 (p<0,05) dengan nilai
Odds Ratio OR= 0,0506 yang berarti terdapat hubungan antara usia penderita
kanker payudara dengan rentang waktu pemeriksaanya dengan penderita kanker
payudara yang memiliki usia sudah tua lebih memiliki risiko sebesar 0,0506 kali
untuk terlambat dalam memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Djatmiko, Octovianus,


Fortunata, & Andaru (2013) di RS Onkologi Surabaya, dengan hasil uji statistik
p=0,84 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Penelitian
lain yang tidak sejalan juga didapatkan dari hasil penelitian Ferreira, et al., (2017)
dengan hasil p=0,492 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara usia

45
dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan
di pelayanan kesehatan.

Wanita dengan usia tua memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker
payudara dan juga memiliki risiko lebih besar untuk terlambat dalam melakukan
pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
wanita usia muda.[ CITATION Erm12 \l 1033 ]. Seiring bertambahnya usia, risiko
menderita kanker payudara pun akan meningkat [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Faktor
risiko ini meningkat khususnya setelah seorang perempuan mengalami
menopause, yang memuncak saat usia 80 tahun. Sekitar 75% dari wanita yang
menderita kanker payudara memiliki usia yang lebih dari 50 tahun, dan hanya 5%
penderita kanker payudara yang memiliki usia dibawah 40 tahun. [CITATION
kum15 \l 1033 ].

Wanita yang lebih tua menunggu lebih lama atau memiliki rentang waktu
yang lama dari wanita yang lebih muda untuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan keluhan yang dirasakannya[ CITATION Erm12 \l 1033 ]. Wanita yang
berusia lebih tua cenderung kurang peduli mengenai risiko mereka terkena kanker
payudara dan juga kurang peduli dengan tanda dan gejala kanker payudara yang
muncul. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan
mengenai kanker payudara pada wanita usia tua dibandingkan usia muda.
Kurangnya pengetahuan ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang
didapatkan baik dari media massa dan lainnya pada wanita usia tua [CITATION
Inn13 \l 1033 ]. Faktor lain yang dapat menyebabkan wanita usia tua mengalami
keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan yaitu jarak antara rumah dengan
pelayanan kesehatan dan juga dukungan dari keluarga. Wanita usia tua cenderung
memiliki mobilitas yang terbatas, oleh karena itu jarak dan dukungan keluarga
untuk mengantar penderita ke pelayanan kesehatan juga berpengaruh [ CITATION
Des17 \l 1033 ]. Dukungan keluarga juga berpengaruh dikarenakan dukungan
keluarga merupakan instrumental sumber pertolongan dalam hal pengawasan dan
kebutuhan individu, yaitu misalnya untuk membantu pekerjaan sehari-hari
maupun menjaga dan merawat saat sakit (Friedman,2010). Karena usia yang lebih
tua adalah faktor risiko untuk pengembangan kanker payudara dan juga risiko

46
untuk mengalami keterlambatan pemeriksaan, sebaiknya program intervensi apa
pun menargetkan wanita yang lebih tua khususnya[ CITATION Erm12 \l 1033 ].

6.2 Hubungan Antara Keluhan Awal dengan Rentang Waktu


Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara keluhan awal dengan rentang waktu pemeriksaan, diperoleh nilai p=0,512
(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat adanya
hubungan antara keluhan awal penderita kanker payudara dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan


Maghous, et al., (2016) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
keluhan awal dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai
p=0,655 (p>0,05). Tetapi hasil penelitian diatas juga berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ermiah, et al., (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara keluhan awal dengan rentang waktu pemeriksaan kanker
payudara dengan nilai p= <0,0001.

Interpretasi pasien terhadap gejala ataupun keluhan awal yang mereka alami
sebagai tanda kanker memiliki pengaruh penting akan sikap mereka dalam
mencari bantuan medis. Pengetahuan mengenai gejala kanker payudara
mempengaruhi pasien dalam menafsirkan keluhannya serta keputusan untuk
mencari perawatan medis[ CITATION Gul19 \l 1033 ]. Hasil penelitian diatas tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ermiah, et al., (2012) yang menyatakan ,
penemuan benjolan payudara pada penderita dapat mengurangi keterlambatan
diagnosis pasien dikarenakan kanker payudara di identifikasikan dengan adanya
massa atau tumor. Sebaliknya, gejala dan tanda kanker payudara yang tidak
termasuk benjolan lebih terkait dengan keterlambatan diagnosis. Gulzar, et al.,
(2019) menyatakan bahwa sebagian besar gejala kanker payudara ringan, tidak
spesifik, tidak jelas, membingungkan, tidak memerlukan perhatian segera dan
dapat diabaikan sementara. Montazeri, Ebrahimi, Mehrdad, Ansari, & Sajadian,
(2003) juga menyatakan bahwa akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai

47
kanker payudara dan pemikiran bahwa tanda awal kanker payudara hanya
didahului dengan benjolan, banyak tanda ataupun gejala kanker payudara yang
lainnya hanya diabaikan bila tidak disertai dengan timbulnya benjolan sehingga
dapat mempengaruhi lama rentang waktu pemeriksaan kanker payudara ke
pelayanan kesehatan.

Sebaliknya, Khanjani, Rastad, Saber, Khandani, & Tavakollli, (2018)


menyatakan bahwa tidak semua penemuan benjolan di payudara sebagai keluhan
awal dapat mengurangi rentang waktu keterlambatan pemeriksaan pasien. Karena
dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa tidak semua penderita kanker
payudara dengan gejala benjolan pada payudara mau melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan , Beberapa dari mereka tidak melakukan pemeriksaan dan
memilih diam dengan keluhan awal mereka dikarenakan takut akan terdiagnosis
menderita penyakit kanker dan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit kanker
payudara sehingga menimbulkan persepsi yang negatif mengenai penyakit
tersebut. Seperti hasil penelitian dari Bahar & Anwar (2015) di Banyumas bahwa
terdapat hubungan rasa takut berobat dengan keterlambatan pemeriksaan kanker
payudara di pelayanan kesehatan dikarenakan faktor psikologis dapat
mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan pemeriksaan maupun
pengobatan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini dapat
dikarenakan dari karakteristik responden yang umumnya lebih banyak berada
pada tingkat pendidikan dasar dan juga sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga.

6.3 Hubungan Antara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI) dengan Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan rentang
waktu pemeriksaan, diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa secara statistik terdapat adanya hubungan antara melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara
di pelayanan kesehatan Samarinda. Nilai Prevalence Risk didapatkan PR sebesar
2,931 dengan 95% CI 1,384-6,209 yang berarti penderita kanker payudara yang
48
tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) lebih berisiko untuk
terlambat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan sebesar 2,931
kali dibandingkan dengan penderita kanker payudara yang melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuswar & Nurlisis, (2018) di RSUD Arifin Achmad Riau yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai
p=0,000 (p<0,05) dengan PR sebesar 3,668 dan 95% CI 1,800-7,473. Penelitian
sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Despitasari & Nofrianti,
(2017) di RSUP DR. M.Djamil Padang dengan hasil uji statistik p=0,000 (p<0,05)
yang berarti terdapat hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan
kesehatan.

Pencegahan untuk menangani masalah kanker payudara dapat dilakukan


melalui pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer berupa
mengurangi ataupun meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga erat kaitannya
dengan kanker payudara. Pencegahan sekunder ialah melakukan skrining kanker
payudara untuk menemukan abnormalitas yang megarah pada kanker payudara.
beberapa tindakan skrining meliputi periksa payudara sendiri (SADARI), periksa
payudara klinis (SADANIS) maupun mammografi skrining[ CITATION Kem17 \l
1033 ]. Mammografi adalah cara sensitif untuk deteksi dini kanker payudara,
tetapi SADARI dan SADANIS memiliki potensi unuk memanjukan diagnosis
kanker payudara yang lebih mudah tanpa biaya fasilitas mammografi. Wanita
yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur cenderung untuk
mencari perawatan medis yang lebih cepat yang berarti wanita yang rutin
melakukan pemeriksaan kanker payudara sendiri cenderung memiliki rentang
waktu yang lebih cepat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesahatan.
Hal ini dikarenakan apabila rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri,
seorang wanita akan lebih cepat untuk menemukan abnormalitas yang mengarah

49
ke kanker payudara sehingga cepat untuk mencari bantuan medis[ CITATION
Erm12 \l 1033 ].

6.4 Hubungna Antara Riwayat Keluarga Kanker Payudara dengan


Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di
Pelayanan Kesehatan Samarinda

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara dengan rentang waktu
pemeriksaan, diperoleh nilai p=0,325 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terdapat adanya hubungan antara riwayat keluarga pernah
menderita kanker payudara dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara
di pelayanan kesehatan Samarinda.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuswar & Nurlisis, (2018) di RSUD Arifin Achmad Riau yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga kanker payudara dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,190 (p>0,05).
Penelitian sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Dyanti &
Suariyani, (2016) di Denpasar dengan hasil uji statistik p=0,800 (p>0,05) dengan
nilai Odds Ratio OR= 1,14 dan 95% CI 0,37-3,49 yang berarti tidak terdapat
hubungan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara dengan rentang
waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Tetapi hasil
penelitian diatas juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maghous, et al., (2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara dengan dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p= <0,0001.

Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian Khanjani, Rastad,


Saber, Khandani, & Tavakollli, (2018) yang menyatakan bahwa riwayat keluarga
yang pernah menderita kanker payudara dapat mengurangi risiko keterlambatan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan dikarenakan
pasien memiliki riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara menjadi
lebih paham dan tahu mengenai gejala kanker payudara dan juga konsekuensi
yang terjadi apabila terlambat dalam melakukan pengobatannya sehingga dapat

50
mengurangi rentang waktu terlambat dalam melakukan pemeriksaan sekaligus
pengobatan kanker payudara di pelayanan kesehatan.

Tetapi faktor risiko ini juga dapat tidak berhubungan dikarenakan riwayat
keluarga yang pernah menderita kanker payudara menyebabkan timbulnya
ketakutan akan diagnosis sekaligus pengobatan kanker payudara yang muncul
akibat hasil dari pemikiran dan informasi yang negatif. Hal ini menyebabkan
seorang wanita takut untuk memeriksakan keluhan awal yang ada ke pelayanan
kesehatan sehingga menyebabkan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan terlambat [CITATION Mag16 \l 1033 ]. Seperti hasil penelitian
dari Bahar & Anwar (2015) di Banyumas bahwa terdapat hubungan rasa takut
berobat dengan keterlambatan pemeriksaan kanker payudara di pelayanan
kesehatan dikarenakan faktor psikologis dapat mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukan pemeriksaan maupun pengobatan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini dapat dikarenakan dari karakteristik
responden yang umumnya lebih banyak berada pada tingkat pendidikan dasar dan
juga sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

6.5 Hubungan Antara Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu


Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara faktor ekonomi dengan rentang waktu pemeriksaan, diperoleh nilai
p=0,316 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat
adanya hubungan antara faktor ekonomi dengan rentang waktu pemeriksaan
kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mambudiyanto & Maharani, (2016) di Puskesmas Lumbir Banyumas yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor ekonomi dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,504 (p>0,05)
dengan OR sebesar 0,758 dan 95% CI 0,336-1,710. Penelitian sejalan lainnya juga
didapatkan dari hasil penelitian Bahar & Anwar, (2015) dengan hasil uji statistik
p=0,904 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara faktor ekonomi

51
maupun penghasilan dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan. Tetapi hasil penelitian diatas juga berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yuswar & Nurlisis, (2018) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara faktor ekonomi atau pendapatan dengan dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p= 0,000 (p<0,05).

Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian Yuswar & Nurlisis,
(2018) yang menyatakan bahwa faktor ekonomi dari segi pendapatan memiliki
hubungan dengan rentang waktu keterlambatan pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk ke pelayanan kesehatan baik biaya pengobatan maupun biaya
transportasi dan biaya yang tidak terduga lainnya. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan pernayataan diatas dikarenakan sebagian responden atau sampel yang
melakukan pengobatan memiliki asuransi kesehatan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Menurut Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2017, sekitar 55% dari seluruh penduduk Kalimantan Timur sudah memiliki
jaminan kesehatan penduduk yang mana ini dapat mempengaruhi hasil dari faktor
risiko yang diteliti oleh peneliti.

6.6 Hubungan Antara Pengobatan Alternatif dengan Rentang Waktu


Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan untuk menilai hubungan


antara pengobatan alternatif dengan rentang waktu pemeriksaan, diperoleh nilai
p=0,133 ( p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat
adanya hubungan antara pengobatan alternatif dengan rentang waktu pemeriksaan
kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hikmanti
& Nur Adriani, (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
penggunaan pengobatan alternatif dengan rentang waktu pemeriksaan kanker
payudara dengan nilai p=0,214 (p>0,05). Tetapi hasil penelitian diatas juga
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Bahar & Anwar, (2015) dan
Mambudiyanto & Maharani, (2016) di banyumas yang menyatakan bahwa

52
terdapat hubungan antara pengobatan alternatif dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p masing-masing p=0,002 dan p=
0,001.

Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian Norsa'dah, Rampal,


Rahmah, Naing, & Biswal, (2011) di Malaysia yang menyatakan bahwa
penggunaan pengobatan alternatif memiliki hubungan dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
saat timbul gejala awal kanker payudara yang ringan seperti benjolan, penderita
biasanya memilih untuk menggunakan pengobatan alternatif terlebih dahulu
sampai gejalanya memburuk dan akhirnya masuk dalam stadium yang lebih
lanjut. Pemilihan pengobatan alternatif ini didasari oleh rasa takut dan persepsi
negatif penderita oleh penangan kanker payudara meliputi operasi ataupun
kemoterapi dan lainnya. Selain itu alasan lainnya adalah bahwa pengobatan
alternatif lebih tersedia dan terjangkau dibandingkan pengobatan medis.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan diatas dikarenakan


hampir sebagian besar responden atau sampel yang melakukan pemeriksaan dan
pengobatan medis juga menggunakan pengobatan alternatif. Hal ini disebabkan
karena pengobatan alternatif dijadikan sebagai terapi pelengkap dari terapi utama
yang diberikan oleh tenaga medis. Kegunaan pengobatan alternatif sebagai terapi
pelengkap ialah untuk memperbaiki kualitias hidup dan meningkatkan kekebalan
tubuh [ CITATION Rah08 \l 1033 ].

6.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi


penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini ialah :

1. Ada beberapa responden yang kesulitan dalam mengingat rentang waktu


antara adanya tanda dan gejala awal sampai terdiagnosis kanker payudara
sehingga dapat digunakan metode penelitian lain agar dapat mengurangi
bias dalam penelitian ini.
2. Banyak responden yang berasal dari luar wilayah samarinda sehingga
sampel yang didapatkan relatif lebih sedikit.

53
3. Banyak responden yang merupakan penderita kanker payudara yang
residif sehingga sampel yang didapatkan relatif sedikit.

54
7 BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data, maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat adanya hubungan antara usia penderita kanker dengan rentang


waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda.
2. Tidak terdapat hubungan antara keluhan awal penderita kanker payudara
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
3. Terdapat adanya hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker
payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
4. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga pernah menderita kanker
payudara dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
5. Tidak terdapat hubungan antara faktor ekonomi penderita kanker payudara
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
6. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan pengobatan alternatif dengan
rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pemmbahasan yang telah diuraikan,


peneliti menyarankan :

1. Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat dari tenaga kesehatan


mengenai melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI agar
tercipta kesadaran dan kewaspadaan masyarakat dan kanker payudara
dapat dideteksi saat dini.
55
2. Perlu program intervensi seperti penyuluhan dan penyampaian informasi
mengenai kanker payudara yang khususnya ditergetkan pada wanita
dengan usia lebih tua agar menambah pengetahuan dan kesadaran
wanita usia tua akan kanker payudara.
3. Wanita yang berusia ≥50 tahun dianjurkan untuk lebih rutin melakukan
SADARI agar dapat mendeteksi kanker payudara secara dini.
4. Dapat dilakukan penelitian yang serupa dengan menggunakan variabel
lain yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.

56
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2017). Breast Cancer Facts & Figures 2017-2018.
Atlanta: American Cancer Society, Inc.

Anwar, M. (2014). Ilmu Kandungan (3th ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Bahar, Y., & Anwar, I. (2015). Frekuensi Pemakaian Obat-obatan Herbal Sebagai
Faktor Penyebab Keterlambatan Pengobatan Medis pada Pasien Kanker
Payudara. MEDISAINS : Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, 13, 37-47.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI.

Despitasari, L., & Nofrianti, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dan


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan Keterlambatan
Pemeriksaan Kanker Payudara pada Penderita Kanker Payudara di Poli
Bedah RSUP DR.M. Djamil Padang. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 2, 166-175.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018. (2017). Profil


Kesehatan Tahun 2017.

Djatmiko, A., Octovianus, J., Fortunata, N., & Andaru, I. (2013). Profil Cancer
Delay pada Kasus Kanker Payudara di RS Onkologi Surabaya. Indonesian
Journal of Cancer, 7, 47-52.

Dyanti, G. A., & Suariyani, N. P. (2016). Faktor-Faktor Keterlambatan Penderita


Kanker Payudara dalam Melakukan Pemeriksaan Awal ke Pelayanan
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2, 96-104.

Elkum, N., Al-Tweigeri, T., Ajarim, D., Al-Zahrani, A., Bin Amer, S. M., &
Aboussekhra, A. (2014). Obesity is a Significant Risk Factor for Breast
Cancer in Arab Women. BMC Cancer, 14, 1-10.

57
Ermiah, E., Abdalla, F., Buhmeida, A., Larbesh, E., Pyrhonen, S., & Collan, Y.
(2012). Diagnosis Delay in Libyan Famale Breast Cancer. BMC Research
Notes, 5, 1-8.

Ferreira, N. A., de Carvalho, S. M., Valenti, V. E., Bezerra, I. M., Batista, H. M.,
de Aberu, L. C., . . . Adami, F. (2017). Treatment Delays Among Women
with Breast Cancer in a Low Socio-economic Status Region in Brazil.
BMC Women's Health, 17, 1-8.

Gulzar, F., Akhtar, M. S., Sadiq, R., Bashir, S., Jamil, S., & Baiq, S. M. (2019).
Identifying the Reason for Delayed Presentation of Pakistan Breast Cancer
Paients at a Tertiary Care Hospital. Cancer Management and Research,
11, 1087-1096.

Guyton, A. C. (2014). Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th
ed.). Jakarta: EGC.

Hikmanti, A., & Nur Adriani, F. H. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan pada Wanita Penderita
Kanker Payudara. Purwokerto: Stikes Harapan Bangsa.

Innos, K., Padrik, P., Valvere, V., Eelma, E., Kutner, R., Lehtsaar, J., & Mare, T.
(2013). Identifying Women at Risk fpr Delayed Presentation of Breast
Cancer; a Cross-Sectional Study in Estonia. BMC Public Health, 13, 1-7.

Kaminska, M., Ciszewski, T., Szatan, K. T., Miotla, P., & Starolawska, E. (2015).
Breast Cancer Risk Factors. Prz Menopauzalny.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Khan, M. A., Shafique, S., Khan, M. T., Shahzad, M. F., & Iqbal, S. (2015).
Presentation Delay in Breast Cancer Patients, Identifying the Barriers in
North Pakistan. Research Article, 16, 1-4.

58
Khanjani, N., Rastad, H., Saber, M., Khandani, B. K., & Tavakollli, L. (2018).
Causes of Delay in Seeking Treatment in Iranian Patients with Breast
Cancer Based on the Health Belief Model (HBM). Int J Cancer Manag, 6,
1-10.

Kumar, V., Abbas, A. k., & Aster, J. c. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins (9th
ed.). Singapore: elsevier.

Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian
Journal of Cancer, 9, 105-109.

Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian
Journal of Cancer.

Maghous, A., Rais, F., Ahid, S., Benhmidou, N., Bellahamou, K., Loughlimi, H., .
. . Benjaafar, N. (2016). Factors Influencing Diagnosis Delay of Advance
Breast Cancer in Moroccan Women. BMC Cancer, 16, 1-8.

Mambudiyanto, & Maharani, P. (2016). Pengaruh Pengobatan Alternatif Sebagai


Faktor Penyebab Keterlambatan Penanganan Medis Penderita Kanker
Payudara di Puskesmas Lumbir Kabupaten Banyumas. Medisains : Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, 14, 1-7.

Montazeri, A., Ebrahimi, M., Mehrdad, N., Ansari, M., & Sajadian, A. (2003).
Delayed Presentation in Breast Cancer : a Study in Iranian Women. BMC
Women,s Health, 3, 1-6.

Ng, C., Pathy, N. B., Taib, N., Teh, Y., Mun, K., Amiruddin, A., . . . Yip, C.
(2011). Comparison of Breast Cancer in Indonesia and Malaysia- a
Clinico-Pathological Study Between Dharmis Cancer Centre Jakarta adn
University Malay Medical Centre, Kuala Lumpur. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention, 12, 2943-2946.

Norsa'dah, B., Rampal, K. G., Rahmah, M. A., Naing, N. N., & Biswal, B. M.
(2011). Diagnosis Delay of Breast Cancer and its Associated Factors in
Malaysian Women. BMC Cancer, 11, 1-8.

59
Odongo, J., Makumbi, T., Kalungi, S., & Galukande, M. (2015). Patient Delay
Factors in Women Presenting with Breast Cancer in a Low Income
Country. BMC Research Notes, 8, 1-6.

Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sobotta : Atlas Anatomi Manusia (23rd ed.,
Vol. I). Jakarta: EGC.

Rahayu, S. (2008). Pengalaman Klien dengan Kanker Payudara yang Telah


Menggunakan Terapi Komplementer di RS Kanker Dharmais Jakarta.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta:
EGC.

Sjamsuhidajat, R. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong (4th ed.,
Vol. II). Jakarta: EGC.

Snell, R. S. (2011). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2015). Breast Cancer. American: WHO.

Yuswar , T., & Nurlisis. (2018). Keterlambatan Pemeriksaan Kanker Payudara di


RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 4(1), 33-34.

60
8 LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent


INFORMED CONSENT

Saya yang bernama Widia Rahmadhani sebagai mahasiswi Fakultas


Kedokteran Universitas Mulawarman dengan ini akan melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara
di Pelayanan Kesehatan Samarinda”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda. Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie, dengan responden pasien kemoterapi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie.
Dalam hal ini responden akan diminta untuk mengisi kuesioner dimana
responden diberi kebebasan yaitu dapat menolak menjadi responden dan dapat
mengundurkan diri kapan saja. Seluruh data informasi yang didapatkan dari
responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Setelah mendapat penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan, maka saya
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Bersedia untuk menjadi responden (sampel penelitian) dalam penelitian ini.
Persetujuan ini diambil dan disepakati dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.

Samarinda,………………………2019

Peneliti Responden

(Widia Rahmadhani) (…………………………)

61
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
No Formulir :
Hari/Tanggal Pengambilan Data :
Latar Belakang Responden
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan:
Pendidikan Terakhir:

1. Berapa lama rentang waktu (durasi) antara sejak anda pertama kali
merasakan tanda/gejala awal sampai pergi mengunjungi dokter ?
Jawaban : …………….Bulan
2. Berapa lama rentang waktu (durasi) antara anda mengunjungi dokter
sampai melakukan pemeriksaan histopatologi (didiagnosis kanker
payudara) ?
Jawaban : …………….Bulan
3. Apa tanda / gejala awal kanker payudara yang anda alami?
Jawaban :………………………………………..
4. Apakah anda rutin melakukan pemeriksaan SADARI satu kali setiap
bulannya ? (minimal dilakukan selama 6 bulan terakhir).
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda memiliki anggota keluarga tingkat pertama (orang
tua,saudara kandung, dan anak kandung) yang pernah menderita kanker
payudara sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda sebelumnya pernah menderita tumor jinak payudara?
a. Ya
b. Tidak

62
7. Tumor jinak payudara apa yang pernah anda derita sebelumnya?
Jawab :………………………………………………
8. Berapakah pendapatan anda dan keluarga per bulannya ?
a. ≤ Rp.1.500.000
b. > Rp.1.500.000
9. Apakah anda sekeluarga menggunakan jaminan kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan anda
mendapatkan dukungan dari suami/keluarga?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah sebelum memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan anda ada
menggunakan pengobatan alternatif?
a. Ya
b. Tidak
12. Apa jenis pengobatan alternatif yang anda gunakan?
Jawab :……………………………….

63
Lampiran 3. Tabel Master Respondeen
Rentang Keluhan Pemeriksaan Riwayat Faktor Pengobatan
No Nama Usia
Waktu Awal Payudara Sendiri Keluarga Ekonomi Alternatif
1 Ny. K 42 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
2 Ny.SR 43 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
3 Ny.HN 43 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
4 Ny.AN 33 tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
5 Ny. SA 60 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
6 Ny.NH 55 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
7 Ny. D 48 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
8 Ny. SL 49 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
9 Ny.RB 36 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
10 Ny. SK 52 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
11 Ny.TK 54 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
12 Ny.EN 53 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
13 Ny.RD 59 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
14 Ny.WE 49 Tahun Terlambat Benjolan Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
15 Ny. S 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
16 Ny. SP 47 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
17 Ny. NS 39 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
18 Ny. SG 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
19 Ny. R 50 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
20 Ny. SL 48 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
21 Ny. SD 55 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
22 Ny.RB 73 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada

64
(Sambungan)
23 Ny. EF 57 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
24 Ny. SL 50 Tahun Terlambat Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
25 Ny.RD 44 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
26 Ny.YH 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
27 Ny.SKL 53 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
28 Ny. RD 55 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Ada Mampu Ada
29 Ny. DS 62 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
30 Ny. J 34 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
31 Ny.SDW 44 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
32 Ny. FW 48 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
33 Ny. M 46 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
34 Ny. NA 45 Tahun Dini Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
35 Ny. NH 53 Tahun Terlambat Lainnya Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
36 Ny. SN 50 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
37 Ny. TM 46 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
38 Ny. SD 46 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
39 Ny. RA 30 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
40 Ny. A 60 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
41 Ny. M 63 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
42 Ny.MR 44 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
43 Ny. N 56 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
44 Ny. IA 50 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
45 Ny. MS 55 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
46 Ny. SR 44 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada

65
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS

Usia dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Statistics
Rentang Waktu Usia
N Valid 46 46
Missing 0 0
Mean 10.3913 49.4565
Median 6.0000 50.0000
Std. Deviation 12.91077 8.12324
Minimum 1.00 30.00
Maximum 61.00 73.00

Crosstabs
Usia * Rentang Waktu Crosstabulation
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Usia ?50 tahun Count 20 5 25
% within Usia 80.0% 20.0% 100.0%
<50 tahun Count 10 11 21
% within Usia 47.6% 52.4% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Usia 65.2% 34.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.275 1 .022
b
Continuity Correction 3.945 1 .047
Likelihood Ratio 5.356 1 .021
Fisher's Exact Test .031 .023
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.30.
b. Computed only for a 2x2 table

66
(Sambungan)
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Usia (?50 tahun / 4.400 1.197 16.168
<50 tahun)
For cohort Rentang Waktu = 1.680 1.030 2.741
Terlambat
For cohort Rentang Waktu = .382 .158 .924
Dini
N of Valid Cases 46

Keluhan Awal dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Keluhan Awal * Rentang Waktu

Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Keluhan Awal Lainnya Count 8 6 14
% within Keluhan Awal 57.1% 42.9% 100.0%
Benjolan Count 22 10 32
% within Keluhan Awal 68.8% 31.3% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Keluhan Awal 65.2% 34.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .578a 1 .447
b
Continuity Correction .180 1 .671
Likelihood Ratio .569 1 .451
Fisher's Exact Test .512 .332
N of Valid Cases 46
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table

67
(Sambungan)

SADARI dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Sadari * Rentang Waktu


Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Sada Tidak Dilakukan Count 25 4 29
ri % within Sadari 86.2% 13.8% 100.0%
Dilakukan Count 5 12 17
% within Sadari 29.4% 70.6% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Sadari 65.2% 34.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 15.240a 1 .000
b
Continuity Correction 12.839 1 .000
Likelihood Ratio 15.574 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.91.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sadari (Tidak 15.000 3.401 66.162
Dilakukan / Dilakukan)
For cohort Rentang Waktu = 2.931 1.384 6.209
Terlambat
For cohort Rentang Waktu = .195 .075 .510
Dini
N of Valid Cases 46

(Sambungan)

68
Riwayat Keluarga dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Riwayat Keluarga * Rentang Waktu


Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Riwayat Keluarga Tidak Ada Count 28 13 41
% within Riwayat Keluarga 68.3% 31.7% 100.0%
Ada Count 2 3 5
% within Riwayat Keluarga 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Riwayat Keluarga 65.2% 34.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.573a 1 .210
b
Continuity Correction .573 1 .449
Likelihood Ratio 1.489 1 .222
Fisher's Exact Test .325 .221
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.74.
b. Computed only for a 2x2 table

Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Faktor Ekonomi * Rentang Waktu


Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Faktor Ekonomi Tidak Mampu Count 11 3 14
% within Faktor Ekonomi 78.6% 21.4% 100.0%
Mampu Count 19 13 32
% within Faktor Ekonomi 59.4% 40.6% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Faktor Ekonomi 65.2% 34.8% 100.0%

(Sambungan)
Chi-Square Tests

69
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.582a 1 .208
b
Continuity Correction .849 1 .357
Likelihood Ratio 1.662 1 .197
Fisher's Exact Test .316 .179
N of Valid Cases 46
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table

Pengobatan alternatif dengan Rentang Waktu Pemeriksaan

Pengobatan Alternatif * Rentang Waktu


Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Pengobatan Alternatif Ada Count 20 7 27
% within Pengobatan Alternatif 74.1% 25.9% 100.0%
Tidak Ada Count 10 9 19
% within Pengobatan Alternatif 52.6% 47.4% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Pengobatan Alternatif 65.2% 34.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.260 1 .133
Continuity Correctionb 1.414 1 .234
Likelihood Ratio 2.250 1 .134
Fisher's Exact Test .209 .117
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.61.
b. Computed only for a 2x2 table

70

Anda mungkin juga menyukai