WIDIA RAHMADHANI
1510015031
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MEI 2019
SKRIPSI
WIDIA RAHMADHANI
1510015031
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MEI 2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan proposal skripsi ini yang berjudul “Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan
Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda”.
Dalam penulisan proposal ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
serta bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ii
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani pendidikan maupun dalam
proses penyusunan laporan proposal skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan doa yang telah diberikan kepada penulis dapat
dibalas dengan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Widia Rahmadhani
iii
1 ABSTRAK
Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker dan
juga kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan Indonesia. Tingginya
angka kematian akibat kanker payudara disebabkan karena banyak penderita
kanker payudara yang terdiagnosis saat stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh
keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di pelayanan
kesehatan. Banyak faktor risiko yang berperan dalam mempengaruhi rentang
waktu pemeriksaan pederita kanker payudara di pelayanan kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang terkait dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional dengan sampel penelitian
yaitu sebanyak 46 penderita kanker payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji fisher. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan rentang
waktu pemeriksaan (p=0,022) dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,000). Faktor-faktor risiko lain yang tidak
berhubungan adalah keluhan awal, riwayat keluarga kanker payudara, faktor
ekonomi, dan pengobatan alternatif. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat
hubungan antara usia dan (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan
penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda dan tidak terdapat
hubungan antara faktor risiko yang lainnya dengan rentang waktu pemeriksaan
penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
Kata Kunci : Rentang waktu pemeriksaan, kanker payudara, faktor risiko.
iv
2 ABSTRACT
Breast cancer is the most common cancer in women and it is the first leading
cause of cancer death in Indonesian. High mortality rate of breast cancer is caused
by many patients who were diagnosed in advanced stage. This occurs due to the
delay in seeking medical attention for breast cancer symptoms. Many risk factors
which are significant in patient’s screening interval at health care. The research
aimed to identify the correlation of risk factors which related to screening interval
at Samarinda health care. The research design was analytic cross-sectional and the
samples were 46 breast cancer patients in RSUD Abdul Wahab Sjahranie. The
data analysis used chi-square test and fisher test. The result of this research
showed that there was a correlation between age and screening interval (p=0,022)
and also there was a correlation between breast self examination and screening
interval (p=0,000). Other unrelated risk factors were initial complaint, family
history of breast cancer, economic factors and alternative treatment. Based on the
result, it could be concluded that there was a correlation between age and breast
self examination with screening interval at Samarinda health care. There was no
correlation between initial complaint, family history of breast cancer, economic
factors and alternative treatment with screening interval at Samarinda health care.
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuam Penelitian..............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
2.1 Anatomi dan Fisiologi........................................................................................6
2.2 Kanker Payudara................................................................................................8
2.2.1 Definisi……………........................................................................................8
2.2.2 Epidemiologi...................................................................................................9
2.2.3 Faktor Risiko...................................................................................................9
2.2.4 Patogenesis....................................................................................................13
2.2.5 Tanda dan Gejala..........................................................................................15
2.2.6 Diagnosis.......................................................................................................15
2.2.7 Tatalaksana....................................................................................................21
2.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Rentang Waktu Pemeriksaan
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan.............................................................22
2.4 Kerangka Teori................................................................................................25
3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS......................................................26
4. METODE PENELITIAN...................................................................................28
5. HASIL PENELITIAN........................................................................................35
6. PEMBAHASAN................................................................................................44
7. PENUTUP..........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................61
vi
DAFTAR TABEL
Hal
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
ix
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1
dideteksinya tumor/benjolan pada payudara wanita dengan rentang usia 30-50
tahun yang tersebar di 24 puskesmas Samarinda.
Sebagian besar kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara yang
terdiri dari kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi ASI ataupun duktus yang
menghubungan antara lobus dengan puting susu . Pada awal pertumbuhan kanker
payudara tidak memiliki gejala dikarenakan ukuran tumor yang kecil tetapi lama-
kelamaan akan timbul gejala berupa adanya benjolan pada daerah tersebut. Tanda
dan gejala kanker payudara lainnya adalah nyeri pada payudara; adanya
perubahan pada payudara seperti, pembengkakan, penebalan, dan kemerahan pada
kulit; dan abnormalitas dari puting susu seperti keluarnya cairan abnormal, erosi
ataupun retraksi. Tanda dan gejala tersebut terjadi biasanya mengikuti dari
stadium kanker payudara itu sendiri. Dimana stadium I dan II adalah stadium awal
dan stadium III dan IV disebut stadium lanjut (American Cancer Society, 2017).
Prognosis suatu kanker payudara tergantung dari beberapa variabel, antara
lain adanya faktor risiko, stadium kanker payudara saat diagnosis ditegakkan, sifat
biologis kanker itu sendiri, dan juga keadaan umum pasien saat didiagnosis.
Kanker payudara yang didiagnosis saat stadium dini memiliki prognosis yang baik
daripada didiagnosis saat stadium lanjut (Lumintang, Susanto, Gadri, & Djatmiko,
2015). Tingginya angka kejadian kanker sebagai penyebab kematian adalah akibat
dari banyaknya jumlah pasien kanker yang baru datang dengan stadium lanjut
(Kementerian Kesehatan RI,2015). Diagnosis dalam stadium lanjut menyebabkan
berkurangnya pilihan terapi dan makin kecil kesempatan keberhasilan terapi
kanker payudara. Hal ini yang nantinya akan menyebabkan makin tingginya
angka kematian akibat kanker payudara. Selain itu, terapi yang dilakukan pada
stadium lanjut tidak banyak mempengaruhi survival penderita kanker payudara.
Kanker payudara yang ditangani pada stadium lanjut juga akan mempengaruhi
bidang ekonomi, yaitu apabila penanganan kanker payudara dilakukan pada saat
stadium dini biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan pada stadium
lanjut[ CITATION Dja13 \l 1033 ].
Jumlah kasus baru penderita kanker payudara yang datang dengan stadium
lanjut disebabkan oleh keterlambatan penderita melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan dan keterlambatannya kanker payudara itu terdiagnosis.
2
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya adalah usia, pemeriksaan payudara
sendiri, dan keluhan awal yang ditimbulkan kanker payudara tersebut [ CITATION
Erm12 \l 1033 ]. Menurut hasil penelitian Maghous et al., (2016) faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi ialah area tempat tinggal yang meliputi rural
atau urban, jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan dasar maupun
spesialistik, pemeriksaan payudara sendiri, dan riwayat keluarga pernah menderita
kanker payudara. Keterjangkauan biaya ataupun faktor ekonomi dan melakukan
pengobatan alternatif juga menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi
rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan[ CITATION Bah15 \l 1033 ].
Dengan adanya fakta bahwa angka kejadian kanker payudara dan kematian
akibat kanker payudara yang meningkat setiap tahunnya yang disebabkan oleh
keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan, maka peneliti ingin menganalisis mengenai faktor-faktor
yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan samarinda.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-
faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
3
b) Mengetahui hubungan antara adanya keluhan awal kanker payudara
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda.
c) Mengetahui hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di
pelayanan kesehatan Samarinda .
d) Mengetahui hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan rentang
waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda..
e) Mengetahui hubungan antara faktor ekonomi dengan rentang waktu
pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan
Samarinda.
f) Mengetahui hubungan antara melakukan pengobatan alternatif dengan
rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudra di pelayanan
kesehatan Samarinda.
4
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
5
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Anatomi
Payudara atau mamma merupakan organ seks sekunder yang terdiri dari
glandula mammaria dan stroma fibrosa yang terisi oleh jaringan lemak[CITATION
Pau12 \l 1033 ]. Kelenjar payudara atau yang disebut glandula mammaria
merupakan sekumpulan kelenjar aksesoris kulit khusus yang berfungsi
menghasilkan air susu[ CITATION Sne11 \l 1033 ]. Batas payudara yang normal
adalah terletak pada costa 2 di superior dan costa 6 pada inferior-nya, tetapi pada
usia tua batas inferior payudara bisa mencapai costa 7. Taut sternocostal
merupakan batas medial-nya dan linea aksilaris anterior menjadi batas lateral
payudara normal [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Sebagian besar kelenjar terletak di
dalam fascia superficialis. Sebagian kecil lagi meluas ke superior dan lateral
menembus fascia profunda pada pinggir caudal m.pectoralis major dan sampai
ke axilla, bagian kecil ini disebut dengan axillary tail. Di belakang mamma
terdapat ruang yang berisi jaringan ikat jarang yang disebut spatium
retromammariae[ CITATION Sne11 \l 1033 ].
6
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mammaria. Setiap lobus ini memiliki saluran utama atau yang
disebut dengan ductus lactiferus yang bermuara ke papilla mamamaria, dan
mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar dari papilla
mammaria dikelilingi oleh areola, dan tonjolan-tonjolan halus pada areola
diakibatkan oleh kelenjar areola dibawahnya. Lobus-lobus kelenjar payudara
dipisahkan oleh septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentum
suspensorium[ CITATION Sne11 \l 1033 ].
2.1.2 Fisiologi
7
untuk membentuk massa payudara. Selain itu, pada saat kehamilan kadar estrogen
tinggi sehingga membuat pertumbuhan payudara yang jauh lebih besar dan pada
saat itulah jaringan kelenjar payudara berkembang sempurna untuk pembentukan
air susu[CITATION Guy14 \l 1033 ].
2.2.1 Definisi
Kanker payudara merupakan suatu keganasan yang dapat berasal dari sel
kelenjar, saluran dari kelenjar itu sendiri maupun jaringan penunjang payudara,
tetapi tidak termasuk kulit payudara[CITATION Dep09 \l 1033 ]. Sebagaian besar
kanker payudara dapat dimulai dari jaringan payudara yang terdiri dari kelenjar
yang berfungsi untuk menghasilkan susu atau yang disebut dengan lobulus, atau
8
dari ductus yang menghubungkan antara kelenjar payudara dengan puting
susu[CITATION Ame17 \l 1033 ].
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3.1 Usia
9
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang berperan dalam kejadian
kanker payudara. Seiring bertambahnya usia, risiko menderita kanker payudara
pun akan meningkat [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Faktor risiko ini meningkat
khususnya setelah seorang perempuan mengalami menopause, yang memuncak
saat usia 80 tahun. Sekitar 75% dari wanita yang menderita kanker payudara
memiliki usia yang lebih dari 50 tahun, dan hanya 5% penderita kanker payudara
yang memiliki usia dibawah 40 tahun.[CITATION kum15 \l 1033 ]. Selama periode
2010 - 2014, usia rata-rata seseorang terdiagnosis kanker payudara adalah 62
tahun. Selain risiko menderita kanker payudara lebih tinggi pada usia tua, insiden
kematian akibat kanker payudara juga meningkat seiring dengan peningkatan usia
tersebut[CITATION Ame17 \l 1033 ].
10
sering terhadap kelompok etnis tertentu atau kelompok yang terisolasi secara
geografis seperti Ashkenazi(Eropa timur)[CITATION Ame17 \l 1033 ].
Aktivitas fisik yang sering dilakukan seperti olahraga selama 4 jam setiap
minggunya dapat menurunkan risiko kanker payudara sebesar 30%. Pada saat
pascamenopause, risiko kanker payudara dapat diturunkan sebesar 30-40% jika
melakukan olahraga rutin.[CITATION Sja17 \l 1033 ]. Penurunan risiko kanker
payudara tidak hanya lebih besar oleh karena aktivitas fisik yang kuat, tetapi
aktivitas fisik seperti berjalan pun bermanfaat. Aktivitas fisik ini bermanfaat
mungkin karena berefek pada hormon dan juga keseimbangan energi [CITATION
Ame17 \l 1033 ]. Selain aktivitas fisik, diet yang tinggi lemak dapat meningkatkan
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Sebaliknya, peningkatan konsumsi serat
seperti pada buah dan sayur dapat menurunkan risiko terjadinya kanker
payudara[ CITATION Ras10 \l 1033 ].
12
lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan dengan yang bukan
peminum [CITATION Ame17 \l 1033 ]. Risiko ini meningkat dikarenakan alkohol
dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga dapat mempengaruhi
responsivitas terhadap hormon[CITATION Sja17 \l 1033 ].
2.2.3.5 Lingkungan
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Salah satu contohnya adalah pestisida yang
sering kali mencemari bahan makanan sehari-hari. Ada beberapa profesi yang
dapat berisiko terkena kanker payudara, seperti penata radiologi, penata
kecantikan kuku yang setiap hari menghirup zat untuk pewarna kuku, ataupun
tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan catnya[CITATION Sja17 \l
1033 ]. Seorang yang bekerja pada malam hari yang mengalami gangguan irama
sirkadian memiliki peningkatan risiko kanker payudara yang terkait dengan
pekerjaan jangka panjang. Paparan cahaya saat malam hari dapat mengganggu
produksi melatonin yang fungsinya sebagai hormon tidur dan yang mencegah
pertumbuhan tumor baru berkembang[CITATION Ame17 \l 1033 ].
2.2.4 Patogenesis
Secara genetik, BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen supresor tumor, kanker
dapat tumbuh apabila kedua alel ini mengalami inaktivasi atau defektif. Sekitar
sepertiga wanita dengan kanker payudara herediter mempunyai mutasi pada gen
ini. Kanker payudara diawali dengan adanya perubahan genetik , terjadinya
mutasi pada gen proto-onkogen dan gen supresor tumor pada epitel payudara yang
13
mendasari onkogenesis. Mutasi pada gen proto-onkogen menyebabkan
berlebihannya ekspresi dari proto-onkogen HER2/NEU, sehingga protein reseptor
yang bermutasi menyampaikan sinyal mitogenik secara terus menerus ke sel,
walaupun tidak terdapat faktor pertumbahan di lingkungannya. Ekspresi
berlebihan ini menyebabkan sel kanker lebih responsif terhadap kadar faktor
pertumbuhan yang dalam keadaan normal tidak memicu proliferasi. Selain itu,
mutasi pada gen supresor tumor RB dan TP53 menyebabkan gen ini tidak dapat
menjalankan fungsinya untuk memperbaiki DNA yang rusak bahkan sebagai
pemicu apoptosis sel yang rusak. Mutasi pada gen ini menyebabkan kerusakan
DNA yang terjadi tidak dapat diperbaiki, mutasi akan tetap pada sel yang
membelah, dan sel akan bertransformasi menjadi keganasan[CITATION kum15 \l
1033 ].
14
menginvasi stroma, sel tumor tumbuh menjadi invasif yang dapat menyebar
secara hematogen maupun limfogen sehingga menimbulkan metastasis kanker
payudara[CITATION Sja17 \l 1033 ].
2.2.6 Diagnosis
2.2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama terkait kanker payudara dapat digali dari
pasien kanker payudara. Keluhan utama yang biasanya banyak terjadi adalah
adanya benjolan yang tidak disertai rasa sakit[CITATION Ame17 \l 1033 ]. Apabila
keluhannya berupa benjolan, anamnesis dapat diperdalam meliputi ukuran dan
letak benjolan payudara, kecepatan benjolan itu tumbuh, dan apakah disertai rasa
sakit. Selain itu perlu juga ditanyakan mengenai tanda dan gejala lain seperti
apakah ada kelainan pada puting susu seperti nipple discharge ; kelainan pada
kulit payudara dimpling, peau d’orange, ulserasi, atau venektasi; apakah ada
benjolan pada ketiak atau edema pada lengan atas. Apabila dicurigai adanya
15
metastasis dari kanker payudara, dapat ditanyakan beberapa keluhan seperti nyeri
pada tulang ( untuk mencari kemungkinan metastasis pada tulang seperti femur
ataupun vertebra), rasa sesak nafas dan lain sebagainya yang menurut klinisi
terkait dengan penyakitnya[ CITATION Kem17 \l 1033 ].
16
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar x pada jaringan payudara yang
dikompresi. Mamografi yang dikerjakan pada usia dibawah 35 tahun sulit untuk
diinterpretasikan karena padatnya kelenjar payudara, maka untuk hasil yang baik
sebaiknya mamografi dikerjakan pada usia > 40 tahun atau pascamenopause
karena kelenjar payudara sudah mengalami regresi. Pemeriksaan ini dilakukan
pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama saat mesntruasi agar mengurangi rasa
tidak nyaman pada waktu dikompresi dan akan memberikan hasil yang optimal.
Untuk hasil interpretasi hasil mamografi digunakan BIRADS (Breast Imaging
Reporting and Data System) yang dikembangkan oleh American College of
Radiology[ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Ultasonografi juga dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang kanker payudara yang berguna untuk membedakan lesi
kistik atau solid. Mirip dengan mamografi, interpertasi hasil USG juga sesuai
dengan BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System) [CITATION Sja17 \l
1033 ]
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dalam beberapa hal lebih baik
daripada mamografi karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas daripada
mamografi apabila dilakukan pada wanita usia muda. Namun secara umum MRI
tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena waktu pemeriksaan yang
cukup lama dan biaya yang mahal[ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Selain itu, ada
pemeriksaan histokimia yang merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
merencanakan pengobatan kanker payudara sesuai dengan biologis kanker yang
dihadapi[CITATION Sja17 \l 1033 ].
Apabila ada kecurigaan kanker payudara setelah melakukan pemeriksaan
fisik ataupun pemeriksaan penunjang lainnya, maka biopsi harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian pada sitologi ataupun
histopatologi dan melakukan grading jika terbukti kanker payudara. Jenis biopsi
yang dapat dilakukan adalah biopsi jarum halus (fine needle aspiration biopsy,
FNAB), jarum besar (core biopsy), dan biopsi bedah[CITATION Sja17 \l 1033 ].
2.2.6.4 Stadium
Kategori Kriteria
cNX KGB regional tidak dapat dinilai (mis. sudah diangkat).
cN0 Tidak ada metastasis ke KGB regional (dari pemeriksaan
klinis maupun imaging)
cN1 Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang masih
dapat digerakkan.
- cN1mi Mikrometastasis >0,2 mm tapi tidak > 2 mm.
cN2 Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang terfiksir
atau bergerombol; atau KGB mamaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat metastasis aksila
secara klinis.
18
- cN2a Metastasis KGB aksila level I,II ipsilateral yang terfiksasi
satu sama lain atau terfiksasi ke struktur lain.
- cN2b Hanya metastasis KGB mamaria interna ipsilateral dan
tidak terdapat metastasis KBG aksila.
cN3 Metastasis KGB infraklafikula ipsilateral (level III)
dengan/tanpa keterlibatan KGB aksila level I,II ; atau
KGB mamaria interna level I,II ipsilateral dengan
Tabel 2.2 (Sambungan)
Metastasis KGB aksila level I,iII; metastasis KGB
supraklavikula dengan/tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna.
- cN3a Metastasis KGB infraklavikula ipsilateral.
- cN3b Metastasis KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila.
- cN3c Metastasis KGB supraklavikula ipsilateral.
Kategori Kriteria
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (mis. tidak diangkat
untuk studi patologi atau sudah diangkat).
pN0 Tidak ada metastasis KGB regional yang diidentifikasi
atau hanya ITCs ( isolated tumor cells)
- pN0(i+) Hanya ITCs ( sel ganas tidak > 0.2 mm) pada KGB
regional.
- pN0(mol+) Temuan molecular RT-PCR ( reverse transcriptase
polymerase chain reaction) positif; ITCs tidak terdeteksi.
pN1 Mikrometastasis; atau metastasis pada 1-3 KGB aksila;
dan/atau KGB mamaria negatif secara klinis dengan
mikrometastasis atau makrometastasis oleh biopsi KGB.
- pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm tapi tidak > 2 mm.
- pN1a Metastasis pada 1-3 KGB aksila, setidaknya satu
metastasis > 2 mm.
- pN1b Metastasis KGB mamaria interna, tidak termasuk ITCs.
- pN1c Kombinasi pN1a dan pN1b.
pN2 Metastasis pada 4-9 KGB aksila; atau positif metastasis
KGB mamaria interna ipsilateral oleh imaging tanpa
metastasis KGB aksila.
- pN2a Metastasis 4-9 KGB aksila.
- pN2b Metastasis KGB mamaria interna yang terdeteksi secara
klinis dengan/tanpa konfirmasi mikroskopis dan tidak
terdapat metastasis KGB aksila.
pN3 Metastasis 10 atau lebih KGB aksila; atau KGB
infraklavikula; atau positif metastasis KGB mamaria
internal ipsilateral oleh imaging dengan satu atau lebih
19
metastasis KGB aksila level I.II; atau lebih dari 3
metastais KGB aksila dan mikrometastasis atau
makrometastasis KGB mamaria interna ipsilateral yang
negative berdasarkan biopsi; atau metastasis KGB
supraklavikula ipsilateral.
- pN3a Metastasis 10 atau lebih KGB aksila; metastasis KGB
inftaclavikula.
Tabel 2.3 (Sambungan)
- pN3b pN1a atau pN2a dengan cN2b ( positif metastasis KGB
mamaria interna ipsilateral oleh imaging).
- pN3c Metastasis KGB supraklavikula ipsilateral.
M = Metastasis
Kategori Kriteria
M0 Tidak ada bukti klinis atau radiografik dari metastasis jauh.
- cM0(i+) Tidak ada bukti klinis / radiografik dari metastasis jauh,
tidak terdapat deposit sel tumor secara molecular atau
mikroskopis pada sirkulasi darah, sumsum tulang, atau
jaringan KGB regional lain tidak >0.2 mm pada pasien
tanpa gejala dan tanda metastasis.
cM1 Terdapat metastasis jauh berdasarkan tanda klinis dan
radiografik.
pM1 Setiap metastasis yang terbukti secara histopatologi pada
organ yang jauh; atau jika pada KGB non regional,
metastasis > 0.2mm.
TNM
T N M Stadium
Tis N0 M0 0
T1 N0 M0 IA
T0 N1mi M0 IB
T1 N1mi M0 IB
T0 N1 M0 IIA
T1 N1 M0 IIA
T2 N0 M0 IIA
T2 N1 M0 IIB
T3 N0 M0 IIB
T0 N2 M0 IIIA
T1 N2 M0 IIIA
T2 N2 M0 IIIA
T3 N1 M0 IIIA
20
T3 N2 M0 IIIA
T4 N0 M0 IIIB
T4 N1 M0 IIIB
T4 N2 M0 IIIB
T apapun N3 M0 IIIC
T apapun N apapun M1 IV
2.2.7 Tatalaksana
2.2.7.1 Pembedahan
21
dilakukan semaksimal mungkin untuk menjaga tampilan kosmetik payudara
tetap ada.
- Rekontruksi.
- Bedah paliatif[CITATION Sja17 \l 1033 ].
2.2.7.2 Radioterapi
22
gejala kanker payudara sampai memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan
terdiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan histopatologi di rumah
sakit. Diagnosis kanker payudara dianggap terlambat jika memerlukan waktu
lebih lama dari 3 bulan setelah timbul gejala untuk sampai terdiagnosis kanker
payudara berdasarkan pemeriksaan histopatologi , begitupun sebaliknya (Ermiah
et al.,2012).
23
yang rutin melakukan pemeriksaan kanker payudara sendiri cenderung memiliki
rentang waktu yang lebih cepat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesahatan. Hal ini dikarenakan apabila rutin melakukan pemeriksaan payudara
sendiri, seorang wanita akan lebih cepat untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah ke kanker payudara sehingga cepat untuk mencari bantuan
medis[ CITATION Erm12 \l 1033 ].
24
2.4 Kerangka Teori
Perubahan Gen
Pengaruh Hormonal
Pengaruh Lingkungan
Hiperplasia Sel
Hiperplasia Atipik
Terdiagnosis Kanker Payudara
Tanda dan Gejala berdasarkan pemeriksaan
histopatologi
Karsinnoma in situ
Metastasis
Faktor yang Mempengaruhi
Usia
Keluhan Awal
Pemeriksaan payudara sendiri
Riwayat keluarga
Faktor ekonomi
Pengobatan Alternatif
Area tempat tinggal
Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan.
25
3 BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Usia
Keluhan Awal
Riwayat Keluarga
Rentang Waktu
Faktor Ekonomi Pemeriksaan
Pengobatan Alternatif
Keterangan :
26
3.2 Hipotesis Penelitian
27
4 BAB 4
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah semua pasien wanita yang terdiagnosis kanker
payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang didiagnosis kanker
payudara dan sedang menjalani pengobatan kemoterapi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
28
2
( 1,96 √ 2 x 0,36 x 0,64+ 0,842 √ 0,51 x 0,49+0,21 x 0,79 )
N1 = N2 =
( 0,3 )2
N1 = N2 = 39
Keterangan :
N1= N2 : Besar sampel
Zα : Deviat baku alfa = 1,96 untuk α =0,05
Zβ : Deviat baku beta = 0,842
P2 : Proporsi pada kelempok yang sudah diketahui nilainya
yaitu sebesar 21% = 0,21 [CITATION NgC11 \l 1033 ]
Q2 : 1- P2 = 1- 0.21 = 0,79
P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement sebesar 51% = 0,51.
Q1 : 1- P1 = 1- 0.51= 0.49
P : ½ (P1+P2) = 0,36
Q : 1-P = 0,64
P1 – P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
sebesar 0.3
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka
besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 39 orang.
29
4.3.5.2 Kriteria Ekslusi
Variabel bebaas dari penelitian ini adalah usia, keluhan awal, pemeriksaan
payudara sendiri, riwayat keluarga, faktor ekonomi, dan melakukan pengobatan
alternatif.
30
Tabel 4.1 (Sambungan)
Keluhan awal Keluhan awal kanker - Benjolan Nominal
kanker payudara yang terdapat - Lainnya : Keluhan
payudara pada penderita kanker kanker payudara
payudara. selain benjolan
meliputi; nyeri,
bengkak, perubaan
kulit, keluarnya
cairan abnormal,
deman, dan yang
lainnya [ CITATION
Erm12 \l 1033 ]
Pemeriksaan Pasien kanker payudara - Dilakukan Nominal
payudara yang rutin melakukan - Tidak dilakukan
sendiri pemeriksaan SADARI
satu kali setiap
bulannya(minimal 6
bulan terakhir)
Riwayat Pasien kanker payudara - Ada Nominal
keluarga yang memiliki anggota - Tidak ada
keluarga tingkat pertama
(orang tua,saudara
kandung, dan anak
kandung) yang pernah
menderita kanker
payudara sebelumnya.
Faktor Kemampuan finansial - Tidak mampu : Ordinal
Ekonomi pasien kanker payudara pasien kanker
untuk mengakses pelayan payudara dengan
kesehatan. pendapatan rendah
(Rp.≤1.500.000/
bulan)
- Mampu : pasien
kanker payudara
dengan
pendapatan
sedang- tinggi
(>Rp.1.500.000/
bulan) (Badan
Pusat Statistik)
Pengobatan Pengobatan non medis - Ada Nominal
Alternatif yang dilakukan penderita - Tidak ada
kanker payudara sebelum
melakukan pemeriksaan
di pelayanan kesehatan.
31
4.6 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data
yang didapatkan langsung dari pasien dengan cara melakukan wawancara kepada
penderita kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable bebas dengan
variable terikat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Tingkat kemaknaan
dalam penelitian ini menggunakan nilai alfa sebesar 0.05. Jadi, hubungan antara
variable dapat dikatakan bermakna jika p < 0.05 dan sebaliknya dikatakan tidak
bermakna jika p >0.05. bila terdapat expected count kurang dari 5 maka akan
menggunakan uji Fisher.
32
4.10 Alur Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Wawancara Responden
Pengolahan, Penyajian
dan Analisis Data
33
4.11 Jadwal Penelitian
Bulan
Okt 2018-
Kegiatan Feb 2019 Maret 2019 Apr 2019 Mei 2019
Jan 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Penelitian
Revisi
Permohonan
Izin
Penelitian
Pengambilan
dan
Pengolahan
Data
Penyusunan
Skripsi
Seminar
Hasil
Penelitian
Revisi
Skripsi
Tabel 4.0.7 Jadwal Penelitian
34
5 BAB 5
HASIL PENELITIAN
35
Dari 46 responden yang telah diwawancarai terdapat sebanyak 25 orang
(54,3%) yang memiliki pendidikan dasar, 15 orang (32,6%) dengan pendidikan
menengah dan 6 orang (13%) berpendidikan tinggi.
Pekerjaan terbanyak dari responden yang diteliti ialah IRT yaitu terdapat
sekitar 34 orang (79,3%). Pekerjaan lainnya juga yang terdapat pada responden
ialah petani sebanyak 2 orang (4,3%), pedagang 2 orang (4,3%), swasta 5 orang
(10,9%), dan PNS sebanyak 3 orang (6,5%).
Min-
Rentang Frekuens Persentase Mean Median SD
No Max
Waktu i (%) (Bulan) (Bulan) (Bulan)
(Bulan)
1. Terlamba 30 65,2
2. t 16 34,8
10,35 6 12,96 1-61
Dini
Jumlah 46 100
36
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat sekitar 30
orang (62,5%) penderita kanker payudara yang memiliki rentang waktu terlambat
dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesahatan dan sebanyak 16 orang
(34,8%) penderita kanker payudara yang memiliki rentang waktu dini dalam
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesahatan Samarinda. Menurut distribusi
frekuensi, rentang waktu yang paling banyak didapatkan adalah rentang waktu
terlambat atau rentang waktu > 3 bulan sebanyak 30 orang (65,2%) dari sampel.
Dari 46 responden yang telah diwawancara, didapatkan rata-rata rentang waktu
ialah sebesar 10,35 bulan (SD±12,96) dengan median 6 bulan. Rentang waktu
tercepat adalah sekitar 1 bulan sejak awalnya timbul tanda dan gejala sampai
terdiagnosis, sedangkan rentang waktu terlama ialah sekitar 61 bulan.
37
Tabel 5.12 Gambaran Distribusi Frekuensi Keluhan Awal Kanker Payudara
Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019
Menurut hasil pada tabel 5.6 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat
sebanyak 29 orang (63,0%) dari penderita kanker payudara yang tidak melakukan
pemeriksaan sendiri (SADARI) dan juga terdapat sebanyak 17 orang (37,0%)
dari penderita kanker payudara yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri .
Hasil distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari sampel kanker payudara
banyak yang tidak melakukan pemeriksaan awal SADARI yaitu 29 orang dari 46
sampel yang diwawancarai.
38
No Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak Ada 41 89,1
2. Ada 5 10,9
Jumlah 46 100
39
Jumlah 46 100
Menurut hasil pada tabel 5.9 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 27
orang (58,7%) penderita kanker payudara yang menggunakan pengobtan
alternatif dan juga terdapat 19 orang (41,3%) penderita kanker payudara yang
tidak melakukan pengobatan alternatif dan hanya berobat ke dokter. Hasil
distribusi frekuensi diatas, sebagian besar dari sampel kanker payudara banyak
diantaranya yang masih menggunakan pengobatan alternatif yaitu 27 orang dari
46 responden yang diwawancarai.
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Usia dengan Rentang Waktu Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019
P- 95%
Rentang Waktu
Tota value CI
Usia PR
Terlambat % Din l
%
i
≥ 50 20 66,7 5 31,2 25
Tahu
n
1,030-
< 50 10 33,3 11 68,8 21 0,022 1,680
2,741
Tahu
n
Total 30 100 16 100 46
40
5.4.2 Analisa Hubungan Antara Keluhan Awal dengan Rentang Waktu
Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan
Samarinda
Tabel 5.18 Tabulasi Silang Keluhan Awal dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019
Tabel 5.19 Tabulasi Silang SADARI dengan Rentang Waktu Penderita Kanker
Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019
P- 95%
Rentang Waktu Total valu PR CI
SADARI
e
Terlambat % Dini %
Tidak 25 83, 4 25 29
Dilakuka 3
n 1,384-
0,000 2,931
Dilakuka 5 16, 12 75 17 6,209
n 7
Total 30 100 16 100 46
41
dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan
kesehatan Samarinda. Pada perhitungan Prevalence Risk (PR) didapatkan hasil
2,931 dengan 95% Confidence Interval sebesar 1,384-6,209 yang artinya
penderita kanker payudara yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) berisiko untuk terlambat dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan sebesar 2,931 kali dibandingkan dengan penderita kanker payudara
yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Tabel 5.20 Tabulasi Silang Riwayat Keluarga dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda 2019
Rentang Waktu
Riwayat Tota P-
Keluarga Din l value
Terlambat % %
i
Tidak Ada 28 93,3 13 81,2 41
Ada 2 6,7 3 18,8 5 0,325
Total 30 100 16 100 46
Tabel 5.21 Tabulasi Silang Faktor Ekonomi dengan Rentang Waktu Penderita
Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda
P-
Faktor Rentang Waktu Total
value
Ekonomi
Terlambat % Dini %
Tidak Mampu 11 36,7 3 18,8 14 0,316
Mampu 19 63,3 13 81,2 32
42
Total 30 100 16 100 46
Total P-
Rentang Waktu
Pengobatan value
Alternatif Terlamba
% Dini %
t
Ada 20 66,7 7 43,8 27
Tidak Ada 10 33,3 9 56,2 19 0,133
Total 30 100 16 100
43
6 BAB 6
PEMBAHASAN
Proporsi menurut kelompok usia yang telah dipaparkan pada tabel 5.3,
didaptakan bahwa banyak penderita kanker payudara yang berusia ≥50 tahun
yaitu sekitar 54,3% dibandingkan dengan usia < 50 tahun sekitar 45,7%. Rata-rata
usia penderita kanker payudara dalam hasil penelitian ini adalah 49,46 atau sekitar
49 tahun (SD ±8,12). Djatmiko, Octovianus, Fortunata, & Andaru, ( 2013) juga
melakukan penelitian yang sama di RS Onkologi Surabaya dan didapatkan hasil
yang tidak jauh berbeda yaitu ada sekitar 56,58% penderita kanker payudara
44
memiliki usia ≥50 tahun dan sekitar 43,42% penderita kanker payudara berusia
<50 tahun. Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda juga didapatkan dalam
penelitian Ermiah, et al., (2012) yaitu frekuensi penderita kanker payudara
terbanyak adalah pada usia ≥50 tahun sekitar 66,5% daripada usia <50 tahun yaitu
hanya sekitar 33,5% dengan rata-rata usia 45,4 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ermiah,
et al., (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,004 (p<0,05).
Penderita kanker payudara yang berusia ≥50 tahun lebih banyak dan sering
terlambat dalam melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan. Penelitian
sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Khan, Shafique, Khan,
Shahzad, & Iqbal, (2015) dengan hasil uji statistik p=0,005 (p<0,05) dengan nilai
Odds Ratio OR= 0,0506 yang berarti terdapat hubungan antara usia penderita
kanker payudara dengan rentang waktu pemeriksaanya dengan penderita kanker
payudara yang memiliki usia sudah tua lebih memiliki risiko sebesar 0,0506 kali
untuk terlambat dalam memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
45
dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan
di pelayanan kesehatan.
Wanita dengan usia tua memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker
payudara dan juga memiliki risiko lebih besar untuk terlambat dalam melakukan
pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
wanita usia muda.[ CITATION Erm12 \l 1033 ]. Seiring bertambahnya usia, risiko
menderita kanker payudara pun akan meningkat [CITATION Sja17 \l 1033 ]. Faktor
risiko ini meningkat khususnya setelah seorang perempuan mengalami
menopause, yang memuncak saat usia 80 tahun. Sekitar 75% dari wanita yang
menderita kanker payudara memiliki usia yang lebih dari 50 tahun, dan hanya 5%
penderita kanker payudara yang memiliki usia dibawah 40 tahun. [CITATION
kum15 \l 1033 ].
Wanita yang lebih tua menunggu lebih lama atau memiliki rentang waktu
yang lama dari wanita yang lebih muda untuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan keluhan yang dirasakannya[ CITATION Erm12 \l 1033 ]. Wanita yang
berusia lebih tua cenderung kurang peduli mengenai risiko mereka terkena kanker
payudara dan juga kurang peduli dengan tanda dan gejala kanker payudara yang
muncul. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan
mengenai kanker payudara pada wanita usia tua dibandingkan usia muda.
Kurangnya pengetahuan ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang
didapatkan baik dari media massa dan lainnya pada wanita usia tua [CITATION
Inn13 \l 1033 ]. Faktor lain yang dapat menyebabkan wanita usia tua mengalami
keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan yaitu jarak antara rumah dengan
pelayanan kesehatan dan juga dukungan dari keluarga. Wanita usia tua cenderung
memiliki mobilitas yang terbatas, oleh karena itu jarak dan dukungan keluarga
untuk mengantar penderita ke pelayanan kesehatan juga berpengaruh [ CITATION
Des17 \l 1033 ]. Dukungan keluarga juga berpengaruh dikarenakan dukungan
keluarga merupakan instrumental sumber pertolongan dalam hal pengawasan dan
kebutuhan individu, yaitu misalnya untuk membantu pekerjaan sehari-hari
maupun menjaga dan merawat saat sakit (Friedman,2010). Karena usia yang lebih
tua adalah faktor risiko untuk pengembangan kanker payudara dan juga risiko
46
untuk mengalami keterlambatan pemeriksaan, sebaiknya program intervensi apa
pun menargetkan wanita yang lebih tua khususnya[ CITATION Erm12 \l 1033 ].
Interpretasi pasien terhadap gejala ataupun keluhan awal yang mereka alami
sebagai tanda kanker memiliki pengaruh penting akan sikap mereka dalam
mencari bantuan medis. Pengetahuan mengenai gejala kanker payudara
mempengaruhi pasien dalam menafsirkan keluhannya serta keputusan untuk
mencari perawatan medis[ CITATION Gul19 \l 1033 ]. Hasil penelitian diatas tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ermiah, et al., (2012) yang menyatakan ,
penemuan benjolan payudara pada penderita dapat mengurangi keterlambatan
diagnosis pasien dikarenakan kanker payudara di identifikasikan dengan adanya
massa atau tumor. Sebaliknya, gejala dan tanda kanker payudara yang tidak
termasuk benjolan lebih terkait dengan keterlambatan diagnosis. Gulzar, et al.,
(2019) menyatakan bahwa sebagian besar gejala kanker payudara ringan, tidak
spesifik, tidak jelas, membingungkan, tidak memerlukan perhatian segera dan
dapat diabaikan sementara. Montazeri, Ebrahimi, Mehrdad, Ansari, & Sajadian,
(2003) juga menyatakan bahwa akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai
47
kanker payudara dan pemikiran bahwa tanda awal kanker payudara hanya
didahului dengan benjolan, banyak tanda ataupun gejala kanker payudara yang
lainnya hanya diabaikan bila tidak disertai dengan timbulnya benjolan sehingga
dapat mempengaruhi lama rentang waktu pemeriksaan kanker payudara ke
pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuswar & Nurlisis, (2018) di RSUD Arifin Achmad Riau yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai
p=0,000 (p<0,05) dengan PR sebesar 3,668 dan 95% CI 1,800-7,473. Penelitian
sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Despitasari & Nofrianti,
(2017) di RSUP DR. M.Djamil Padang dengan hasil uji statistik p=0,000 (p<0,05)
yang berarti terdapat hubungan antara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan
kesehatan.
49
ke kanker payudara sehingga cepat untuk mencari bantuan medis[ CITATION
Erm12 \l 1033 ].
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuswar & Nurlisis, (2018) di RSUD Arifin Achmad Riau yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga kanker payudara dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,190 (p>0,05).
Penelitian sejalan lainnya juga didapatkan dari hasil penelitian Dyanti &
Suariyani, (2016) di Denpasar dengan hasil uji statistik p=0,800 (p>0,05) dengan
nilai Odds Ratio OR= 1,14 dan 95% CI 0,37-3,49 yang berarti tidak terdapat
hubungan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara dengan rentang
waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan. Tetapi hasil
penelitian diatas juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maghous, et al., (2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara dengan dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p= <0,0001.
50
mengurangi rentang waktu terlambat dalam melakukan pemeriksaan sekaligus
pengobatan kanker payudara di pelayanan kesehatan.
Tetapi faktor risiko ini juga dapat tidak berhubungan dikarenakan riwayat
keluarga yang pernah menderita kanker payudara menyebabkan timbulnya
ketakutan akan diagnosis sekaligus pengobatan kanker payudara yang muncul
akibat hasil dari pemikiran dan informasi yang negatif. Hal ini menyebabkan
seorang wanita takut untuk memeriksakan keluhan awal yang ada ke pelayanan
kesehatan sehingga menyebabkan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan terlambat [CITATION Mag16 \l 1033 ]. Seperti hasil penelitian
dari Bahar & Anwar (2015) di Banyumas bahwa terdapat hubungan rasa takut
berobat dengan keterlambatan pemeriksaan kanker payudara di pelayanan
kesehatan dikarenakan faktor psikologis dapat mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukan pemeriksaan maupun pengobatan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini dapat dikarenakan dari karakteristik
responden yang umumnya lebih banyak berada pada tingkat pendidikan dasar dan
juga sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mambudiyanto & Maharani, (2016) di Puskesmas Lumbir Banyumas yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor ekonomi dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p=0,504 (p>0,05)
dengan OR sebesar 0,758 dan 95% CI 0,336-1,710. Penelitian sejalan lainnya juga
didapatkan dari hasil penelitian Bahar & Anwar, (2015) dengan hasil uji statistik
p=0,904 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara faktor ekonomi
51
maupun penghasilan dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan. Tetapi hasil penelitian diatas juga berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yuswar & Nurlisis, (2018) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara faktor ekonomi atau pendapatan dengan dengan
rentang waktu pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p= 0,000 (p<0,05).
Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian Yuswar & Nurlisis,
(2018) yang menyatakan bahwa faktor ekonomi dari segi pendapatan memiliki
hubungan dengan rentang waktu keterlambatan pemeriksaan kanker payudara di
pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk ke pelayanan kesehatan baik biaya pengobatan maupun biaya
transportasi dan biaya yang tidak terduga lainnya. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan pernayataan diatas dikarenakan sebagian responden atau sampel yang
melakukan pengobatan memiliki asuransi kesehatan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Menurut Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2017, sekitar 55% dari seluruh penduduk Kalimantan Timur sudah memiliki
jaminan kesehatan penduduk yang mana ini dapat mempengaruhi hasil dari faktor
risiko yang diteliti oleh peneliti.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hikmanti
& Nur Adriani, (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
penggunaan pengobatan alternatif dengan rentang waktu pemeriksaan kanker
payudara dengan nilai p=0,214 (p>0,05). Tetapi hasil penelitian diatas juga
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Bahar & Anwar, (2015) dan
Mambudiyanto & Maharani, (2016) di banyumas yang menyatakan bahwa
52
terdapat hubungan antara pengobatan alternatif dengan rentang waktu
pemeriksaan kanker payudara dengan nilai p masing-masing p=0,002 dan p=
0,001.
53
3. Banyak responden yang merupakan penderita kanker payudara yang
residif sehingga sampel yang didapatkan relatif sedikit.
54
7 BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2017). Breast Cancer Facts & Figures 2017-2018.
Atlanta: American Cancer Society, Inc.
Anwar, M. (2014). Ilmu Kandungan (3th ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Bahar, Y., & Anwar, I. (2015). Frekuensi Pemakaian Obat-obatan Herbal Sebagai
Faktor Penyebab Keterlambatan Pengobatan Medis pada Pasien Kanker
Payudara. MEDISAINS : Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, 13, 37-47.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI.
Djatmiko, A., Octovianus, J., Fortunata, N., & Andaru, I. (2013). Profil Cancer
Delay pada Kasus Kanker Payudara di RS Onkologi Surabaya. Indonesian
Journal of Cancer, 7, 47-52.
Elkum, N., Al-Tweigeri, T., Ajarim, D., Al-Zahrani, A., Bin Amer, S. M., &
Aboussekhra, A. (2014). Obesity is a Significant Risk Factor for Breast
Cancer in Arab Women. BMC Cancer, 14, 1-10.
57
Ermiah, E., Abdalla, F., Buhmeida, A., Larbesh, E., Pyrhonen, S., & Collan, Y.
(2012). Diagnosis Delay in Libyan Famale Breast Cancer. BMC Research
Notes, 5, 1-8.
Ferreira, N. A., de Carvalho, S. M., Valenti, V. E., Bezerra, I. M., Batista, H. M.,
de Aberu, L. C., . . . Adami, F. (2017). Treatment Delays Among Women
with Breast Cancer in a Low Socio-economic Status Region in Brazil.
BMC Women's Health, 17, 1-8.
Gulzar, F., Akhtar, M. S., Sadiq, R., Bashir, S., Jamil, S., & Baiq, S. M. (2019).
Identifying the Reason for Delayed Presentation of Pakistan Breast Cancer
Paients at a Tertiary Care Hospital. Cancer Management and Research,
11, 1087-1096.
Guyton, A. C. (2014). Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th
ed.). Jakarta: EGC.
Innos, K., Padrik, P., Valvere, V., Eelma, E., Kutner, R., Lehtsaar, J., & Mare, T.
(2013). Identifying Women at Risk fpr Delayed Presentation of Breast
Cancer; a Cross-Sectional Study in Estonia. BMC Public Health, 13, 1-7.
Kaminska, M., Ciszewski, T., Szatan, K. T., Miotla, P., & Starolawska, E. (2015).
Breast Cancer Risk Factors. Prz Menopauzalny.
Khan, M. A., Shafique, S., Khan, M. T., Shahzad, M. F., & Iqbal, S. (2015).
Presentation Delay in Breast Cancer Patients, Identifying the Barriers in
North Pakistan. Research Article, 16, 1-4.
58
Khanjani, N., Rastad, H., Saber, M., Khandani, B. K., & Tavakollli, L. (2018).
Causes of Delay in Seeking Treatment in Iranian Patients with Breast
Cancer Based on the Health Belief Model (HBM). Int J Cancer Manag, 6,
1-10.
Kumar, V., Abbas, A. k., & Aster, J. c. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins (9th
ed.). Singapore: elsevier.
Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian
Journal of Cancer, 9, 105-109.
Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian
Journal of Cancer.
Maghous, A., Rais, F., Ahid, S., Benhmidou, N., Bellahamou, K., Loughlimi, H., .
. . Benjaafar, N. (2016). Factors Influencing Diagnosis Delay of Advance
Breast Cancer in Moroccan Women. BMC Cancer, 16, 1-8.
Montazeri, A., Ebrahimi, M., Mehrdad, N., Ansari, M., & Sajadian, A. (2003).
Delayed Presentation in Breast Cancer : a Study in Iranian Women. BMC
Women,s Health, 3, 1-6.
Ng, C., Pathy, N. B., Taib, N., Teh, Y., Mun, K., Amiruddin, A., . . . Yip, C.
(2011). Comparison of Breast Cancer in Indonesia and Malaysia- a
Clinico-Pathological Study Between Dharmis Cancer Centre Jakarta adn
University Malay Medical Centre, Kuala Lumpur. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention, 12, 2943-2946.
Norsa'dah, B., Rampal, K. G., Rahmah, M. A., Naing, N. N., & Biswal, B. M.
(2011). Diagnosis Delay of Breast Cancer and its Associated Factors in
Malaysian Women. BMC Cancer, 11, 1-8.
59
Odongo, J., Makumbi, T., Kalungi, S., & Galukande, M. (2015). Patient Delay
Factors in Women Presenting with Breast Cancer in a Low Income
Country. BMC Research Notes, 8, 1-6.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sobotta : Atlas Anatomi Manusia (23rd ed.,
Vol. I). Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta:
EGC.
Sjamsuhidajat, R. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong (4th ed.,
Vol. II). Jakarta: EGC.
60
8 LAMPIRAN
Samarinda,………………………2019
Peneliti Responden
61
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
No Formulir :
Hari/Tanggal Pengambilan Data :
Latar Belakang Responden
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan:
Pendidikan Terakhir:
1. Berapa lama rentang waktu (durasi) antara sejak anda pertama kali
merasakan tanda/gejala awal sampai pergi mengunjungi dokter ?
Jawaban : …………….Bulan
2. Berapa lama rentang waktu (durasi) antara anda mengunjungi dokter
sampai melakukan pemeriksaan histopatologi (didiagnosis kanker
payudara) ?
Jawaban : …………….Bulan
3. Apa tanda / gejala awal kanker payudara yang anda alami?
Jawaban :………………………………………..
4. Apakah anda rutin melakukan pemeriksaan SADARI satu kali setiap
bulannya ? (minimal dilakukan selama 6 bulan terakhir).
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda memiliki anggota keluarga tingkat pertama (orang
tua,saudara kandung, dan anak kandung) yang pernah menderita kanker
payudara sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda sebelumnya pernah menderita tumor jinak payudara?
a. Ya
b. Tidak
62
7. Tumor jinak payudara apa yang pernah anda derita sebelumnya?
Jawab :………………………………………………
8. Berapakah pendapatan anda dan keluarga per bulannya ?
a. ≤ Rp.1.500.000
b. > Rp.1.500.000
9. Apakah anda sekeluarga menggunakan jaminan kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan anda
mendapatkan dukungan dari suami/keluarga?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah sebelum memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan anda ada
menggunakan pengobatan alternatif?
a. Ya
b. Tidak
12. Apa jenis pengobatan alternatif yang anda gunakan?
Jawab :……………………………….
63
Lampiran 3. Tabel Master Respondeen
Rentang Keluhan Pemeriksaan Riwayat Faktor Pengobatan
No Nama Usia
Waktu Awal Payudara Sendiri Keluarga Ekonomi Alternatif
1 Ny. K 42 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
2 Ny.SR 43 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
3 Ny.HN 43 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
4 Ny.AN 33 tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
5 Ny. SA 60 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
6 Ny.NH 55 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
7 Ny. D 48 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
8 Ny. SL 49 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
9 Ny.RB 36 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
10 Ny. SK 52 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
11 Ny.TK 54 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
12 Ny.EN 53 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
13 Ny.RD 59 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
14 Ny.WE 49 Tahun Terlambat Benjolan Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
15 Ny. S 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
16 Ny. SP 47 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
17 Ny. NS 39 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
18 Ny. SG 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
19 Ny. R 50 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
20 Ny. SL 48 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
21 Ny. SD 55 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
22 Ny.RB 73 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
64
(Sambungan)
23 Ny. EF 57 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
24 Ny. SL 50 Tahun Terlambat Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
25 Ny.RD 44 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
26 Ny.YH 48 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
27 Ny.SKL 53 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
28 Ny. RD 55 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Ada Mampu Ada
29 Ny. DS 62 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
30 Ny. J 34 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
31 Ny.SDW 44 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
32 Ny. FW 48 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
33 Ny. M 46 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
34 Ny. NA 45 Tahun Dini Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
35 Ny. NH 53 Tahun Terlambat Lainnya Dilakukan Ada Mampu Tidak Ada
36 Ny. SN 50 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
37 Ny. TM 46 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
38 Ny. SD 46 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
39 Ny. RA 30 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
40 Ny. A 60 Tahun Terlambat Lainnya Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
41 Ny. M 63 Tahun Dini Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
42 Ny.MR 44 Tahun Dini Lainnya Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Tidak Ada
43 Ny. N 56 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
44 Ny. IA 50 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Mampu Ada
45 Ny. MS 55 Tahun Terlambat Benjolan Tidak Dilakukan Tidak Ada Tidak Mampu Ada
46 Ny. SR 44 Tahun Dini Benjolan Dilakukan Tidak Ada Mampu Tidak Ada
65
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS
Statistics
Rentang Waktu Usia
N Valid 46 46
Missing 0 0
Mean 10.3913 49.4565
Median 6.0000 50.0000
Std. Deviation 12.91077 8.12324
Minimum 1.00 30.00
Maximum 61.00 73.00
Crosstabs
Usia * Rentang Waktu Crosstabulation
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Usia ?50 tahun Count 20 5 25
% within Usia 80.0% 20.0% 100.0%
<50 tahun Count 10 11 21
% within Usia 47.6% 52.4% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Usia 65.2% 34.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.275 1 .022
b
Continuity Correction 3.945 1 .047
Likelihood Ratio 5.356 1 .021
Fisher's Exact Test .031 .023
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.30.
b. Computed only for a 2x2 table
66
(Sambungan)
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Usia (?50 tahun / 4.400 1.197 16.168
<50 tahun)
For cohort Rentang Waktu = 1.680 1.030 2.741
Terlambat
For cohort Rentang Waktu = .382 .158 .924
Dini
N of Valid Cases 46
Crosstab
Rentang Waktu
Terlambat Dini Total
Keluhan Awal Lainnya Count 8 6 14
% within Keluhan Awal 57.1% 42.9% 100.0%
Benjolan Count 22 10 32
% within Keluhan Awal 68.8% 31.3% 100.0%
Total Count 30 16 46
% within Keluhan Awal 65.2% 34.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .578a 1 .447
b
Continuity Correction .180 1 .671
Likelihood Ratio .569 1 .451
Fisher's Exact Test .512 .332
N of Valid Cases 46
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table
67
(Sambungan)
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sadari (Tidak 15.000 3.401 66.162
Dilakukan / Dilakukan)
For cohort Rentang Waktu = 2.931 1.384 6.209
Terlambat
For cohort Rentang Waktu = .195 .075 .510
Dini
N of Valid Cases 46
(Sambungan)
68
Riwayat Keluarga dengan Rentang Waktu Pemeriksaan
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.573a 1 .210
b
Continuity Correction .573 1 .449
Likelihood Ratio 1.489 1 .222
Fisher's Exact Test .325 .221
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.74.
b. Computed only for a 2x2 table
(Sambungan)
Chi-Square Tests
69
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.582a 1 .208
b
Continuity Correction .849 1 .357
Likelihood Ratio 1.662 1 .197
Fisher's Exact Test .316 .179
N of Valid Cases 46
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.260 1 .133
Continuity Correctionb 1.414 1 .234
Likelihood Ratio 2.250 1 .134
Fisher's Exact Test .209 .117
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.61.
b. Computed only for a 2x2 table
70