BRONKOPNEUMONIA
Disusun oleh :
Mandasari Mansur
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
Agama
Tanggal masuk RS
Ruangan
: An. AA
: 7 bulan 6 hari
: Jl.Kramat Sawah 4
No E35
: Laki-laki
: Islam
: 10 April 2016
: Anggrek
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
1 minggu.
Riwayat makan
: Sebelum sakit pasien makan banyak 3 kali
sehari atau lebih, porsi cukup dan bervariasi. Namun, saat sakit
nafsu makan pasien berkurang.
Riwayat BAB
: Lancar, bewarna kuning kecoklatan.
Konsistensi lembek.
Riwayat BAK
: Lancar, banyak, kuning, tidak nyeri sewaktu
BAK.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat
Tidak ada riwayat penyakit kejang, asma, maupun TB
Riwayat Perkembangan
Tengkurap
: 5 bulan
Gigi pertama
: Belum
Duduk
: Belum
Jalan sendiri
: Belum
Berbicara
: Belum
Kesan: Riwayat tumbuh kembang baik
Riwayat Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar sesuai usia sudah lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 11 April 2016
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Berat Badan
: 7,5 kg
Tinggi Badan
: 6,6 cm
Tanda vital
:
Frekuensi nadi : 140x / menit
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
Frekuensi napas : 58x / menit
Suhu tubuh
: 37,20C
Jam : 14.00
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : Normocephal
Rambut dan kulit kepala : hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : palpebra superior tidak edema, mata tidak cekung, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak anemis, pupil bulat isokor, diameter 3mm, refleks cahaya
+/+
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, secret +/+, pernapasan
cuping hidung (+)
Mulut : bentuk normal, bibir tidak kering, tidak ada sianosis, tidak keluar darah
dari mulut, tidak ditemukan adanya stomatitis, Faring tampak hiperemis.
Tenggorokan : faring hiperemis, tonsil T1-TI tenang
Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, kelenjar submandibula,
supra-infra clavicula dan cervical tidak teraba
THORAX
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
ABDOMEN
- Inspeksi
: tampak datar, tidak ada benjolan.
- Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba pembersaran,
nyeri tekan (-),
- Perkusi
: timpani di seluruh kuadran, shifting dullness
(-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
GENITALIA
ANUS REKTUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 10 April 2016
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI REFERENSI
SATUAAN
Hemoglobin
12,1
10,7 - 14,7
g/dL
Jumlah Leukosit
17,4*
5 - 14,5
ribu/L
Jumlah Hematokrit
37
31 43
Jumlah Trombosit
322
184 440
ribu/L
HEMATOLOGI
LENGKAP
11 April 2016
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI REFERENSI
SATUAAN
Hemoglobin
12,7
10,7 - 14,7
g/dL
Jumlah Leukosit
25*
5 - 14,5
ribu/L
Jumlah Hematokrit
39
31 43
Jumlah Trombosit
384
184 440
ribu/L
35*
<20
mm/jam
Basofil
<1
Eosinofil
<4
Batang
<6
Segmen
71*
17-60
Limfosit
24
20-70
Monosit
<6
HEMATOLOGI LENGKAP
13 April 2016
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI REFERENSI
SATUAAN
Hemoglobin
11,8
10,7 - 14,7
g/dL
Jumlah Leukosit
7,2
5 - 14,5
ribu/L
Jumlah Hematokrit
36
31 43
Jumlah Trombosit
289
184 440
ribu/L
19
<20
mm/jam
Basofil
<1
Eosinofil
<4
Batang
<6
Segmen
61*
17-60
Limfosit
37
20-70
Monosit
<6
HEMATOLOGI LENGKAP
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax
Pulmo :
jantung
Corakan bronkoveskuler bertambah. Dan tampak bercak
infiltrat di kedua lapang paru.
Kesan:
Suspek Bronkopneumoni
Tak tampak kardiomegali.
RESUME
Tanda vital :
Tanda vital
:
Frekuensi nadi : 140x / menit
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
Frekuensi napas : 58x / menit
Suhu tubuh
: 37,20C
Pada pemeriksaan sistematis didapatkan faring tampak hiperemis .
Pada thorax terdapat retraksi + dan pada pulmo terdengar bunyi
rhonki +/+. Pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboatorium pada tanggal 10 dan 11 april 2016
didapatkan hasil yang menonjol pada leukosit yaitu pada tanggal 10;
Leukosit disebutkan 17500 sedangkan pada tanggal 11; 25000. Laju
endap darah pada tanggal 11 yaitu 35mm/jam.
DIAGNOSA BANDING
- Asma bronkial - Demam dengue
- Bronkiolitis
- Demam Typhoid
- TB
PENATALAKSANAAN
O2 2L/ menit
IVFD RL 40 tpm (mikro)
Inj. Cefotaxime 2x30mg iv
Syr Ambroxol 3x cth
Syr. Paracetamol 3x cth
Nebulisasi 2x/hari
ANJURAN PEMERIKSAAN
Darah Lengkap
Pemeriksaan rontghen thorax
PROGNOSA
Ad vitam
Ad fungtionam
Ad sanationam
: bonam
: bonam
: bonam
ANALISA KASUS
Berdasarkan pedoman WHO bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan :
Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis
sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus
dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi,
tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru
yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada
paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit ini pada negara berkembang
hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan
di
Amerika
pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2
tahun
ETIOLOGI
Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory
Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi :
1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia
trachomatis,Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetellapertusis.
c.
1)
2)
3)
Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus,Adenovirus, RSV
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIK
Pada Bayi
Hidung tersumbat
Rewel/irritabel
Nasu makan kurang
Demam (39C)
Gelisah
Distress pernapasan
(grunting,pernapasan
cuping hidung, retraksi
supraklavikuler,interkosta
l dan subkostal, takikardi,
takipnu)
Demam
Menggigil
Gelisah
Pernapasan cepat
Batuk
Sianosis sekitar
mulut
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
: retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal
Palpasi : vocal fremitus suara melemah
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi bronkial, crakles (ronki
basah nyaring halus atau sedang) +/+,
wheezing -/-,
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala
klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan
retraksi dinding dada.
2. Demam dengan suhu 39-40oC
3. Ronkhi basah, halus, nyaring (crackles)
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.00040.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri dan peningkatan LED.
Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Serologi
- Tes mantoux
- Foto thoraks
FOTO THORAKS
DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis
Hanya pada penderita usia < 2 tahun
Disebabkan oleh virus, tersering adalah respiratory
synctial virus.
Perjalanan singkat (48-72 jam)
Gambaran klinis tanpa disertai kenaikan suhu atau
hanya subfebris, sesak napas disertai serangan
batuk, pada pemeriksaan terdapat suara perkusi
hipersonor, ekspirium memanjang disertai dengan
mengi (wheezing).
Asma Bronkial
TBC Paru
KOMPLIKASI
Empiema torasis
Perikarditis purulenta
Pneumotoraks
Infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta
Miokarditis
PENATALAKSANAAN
Antibiotik merupakan drug of choice untuk kuman yang
dicurigai
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
terapi :
Kuman yang dicurigai atas dasar klinis,
etiologis dan epidemiologis
Berat ringannya penyakit
Riwayat pengobatan sebelumnya serta respon
klinis
Ada / tidaknya penyakit yang mendasari
PENCEGAHAN
Personal hygine
Menggunakan masker
Penyuluhan kepada masyarakat
Vaksinasi
Vaksinasi campak
Vaksinasi Hib
Vaksinasi pneumococcus
Vaksinasi DTP
PROGNOSIS
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa
lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zatzat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan
memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak
negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak
oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri