DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
JEKICEN 2022-04-14901-030
KIKI SAPUTRA 2022-04-14901-036
OKTAVIA NYAI SAKTI 2022-04-14901-052
OKTAVIONA 2022-04-14901-053
RIA FADLIANI MELINA 2022-04-14901-056
RIVALDO SETYO 2022-04-14901-057
RULY RAMADANA 2022-04-14901-058
SARPIKA YENA 2022-04-14901-060
TETENIA DIYANTI 2022-04-14901-063
THOMAS ERIK HELVIN 2022-04-14901-054
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi Profesi Ners,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar
kasus pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM di Ruang OK
Bedah RSUA Surabaya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas Praktik Profesi Ners Stase KMB II.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. RSUA Surabaya, terima kasih atas kesempatannya, sehingga kelompok
dapat melakukan praktik untuk capaian kompetensi KMB II
5. Ruang OK Bedah RSUA Surabaya, terima kasih atas kesempatannya,
sehingga kelompok dapat melakukan praktik untuk capaian kompetensi
KMB II
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan praktik capaian
kompetensi KMB II ini.
Kelompok menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kelompok mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………………………………………………………………..
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………..…ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Ca Mammae................................................................................
2.1.1 Definisi Ca Mammae....................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi..........................................................................................
2.1.3 Etiologi Ca Mammae....................................................................................
2.1.4 Klasifikasi Ca Mammae..............................................................................
2.1.5 Patofisiologi (WOC)...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis Ca Mammae..................................................................
2.1.7 Komplikasi Ca Mammae.............................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang Ca Mammae.......................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Ca Mammae..........................................................
2.2 Konsep Dasar MRM.............................................................................................
2.2.1 Konsep Dasar MRM...................................................................................
2.3 Keperawatan Perioperatif.......................................................................................
2.4 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................................
2.4.1 Pengkajian...................................................................................................
2.4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................
2.4.3 Intervensi (Perencanaan).............................................................................
2.4.4 Implementasi...............................................................................................
2.4.5 Evaluasi.......................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.............................................................................................................
3.2 Diagnosa...............................................................................................................
3.3 Intervensi...............................................................................................................
3.4 Implementasi dan evaluasi....................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.............................................................................................................
4.2 Diagnosa...............................................................................................................
4.3 Intervensi...............................................................................................................
4.4 Implementasi dan evaluasi....................................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar 2.1
Keterangan: Stadium Ca Mammae
Gambar 2.3
Keterangan: Klasifikasi stage dan penyebaran Ca Mamme
0
Genetik, virus (mammae Sel epitel saluran, Pertumbuhan lokal.
Penyebaran lain Ca Mammae
tumor,mekanisme keluar air susu, gelang Langsung limfogen
hemoroid) susu tampak lain hematogen
Pembedahan
(Mastektomy)
Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi
MK : Resiko Mengigil
MK : Bersihan Perdarahan
Jalan Nafas Tidak
Efektif MK : Hipotermi
Akral Dingin
19
9. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
10. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.
2.1.7 Komplikasi Ca Mammae
Komplikasi pada Ca Mammae menurut (Nurarif & Kusuma, 2018) :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang)
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Hingga kematian
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
1. Morfologi sel darah
2. Laju endap darah
3. Tes faal hati
4. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma 5) Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan
penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari puting payudara,
cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
b. Mammagrafi Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean
gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah
padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari
mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik
panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
21
3. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannta, stadium tumor, apakah telah
mencapai simpul limfe atau 22 belum (Pamungkas, 2011). Setelah mengetahui
faktor penentu di lakukannya jenis mastektomi tertentu, maka berikut ini adalah
beberapa jenis mastektomi yaitu :
1) Mastektomi Preventif
Gambar 2.4
Keterangan: Post pembedahan Ca Mammae
Gambar 2.5
Keterangan: Post pembedahan total Ca Mammae
24
Gambar 2.6
Keterangan: Pembedahan Ca Mammae dengan radikal termodifikasi
6) Kuadrantomi (Quadrantomy)
Kuadrantomi adalah varian lain dari mastektomi parsial. Mastektomi jenis
ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringn
konektif. Pengangkatan beberapa atau seluruh simpul limfe akan di lakukan
dengan prosedur terpisah, dengan penyayatan simpul bawah ketiak dan biopsi
simpul sentinel.menurut (El Manan, 2011) jenis-jenis mastektomi ada 3 yaitu :
a. Mastektomi simplek, pengangkatan seluruh jaringan payudara tetapi otot
bawah payudara di biarkan utuh dan di sisakan kulit yang cukup untuk
menutup luka bekas operasi. Prosedur ini di gunakan untuk mengobati
kanker invasive yang telah menyebar ke dalam saluran air susu. Bila di
lakukan pembedahan breast conserving maka kanker akan sering sekali
kambuh.
b. Mastektomi simplek dan diseksi kelenjar getah bening ataupun modifikasi
mastektomi radikal, pengangkatan seluruh jaringan payudara dengan
menyisakan otot dan kulit, serta pengangkatan getah bening ketiak.
c. Mastektomi radikal, pengangkatan seluruh payudara, otot dada dan jaringan
lainnya diangkat.
2.2.4 Indikasi Operasi Mastectomy
Menurut indikasi operasi mastertomi dilakukan pada kanker payudara
stadium 0 (insitu), keganasan jaringan lunak pada payudara, dan tumor jinak
payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (Yosurantina, 2021).
2.2.5 Kontra Indikasi Operasi Mastectomy
Kontra indikasi operasi mastectomy tumor melekat didinding dada,
edema legan, nodul sateli yang luas, dan mastitis inflmatori.
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu
bedah. Dengan demikian, ilmu bedah yang semakin berkembang akan
memberikan implikasi pada perkembangan keperawatan perioperatif.
2.3.2 Fase Pelayanan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre operatif, intra
operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014).
a. Fase Pre Operatif
dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara
pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan
serta pembedahan (Hipkabi, 2014).
Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan
dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre
operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one
day care), atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di
kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin, 2009).
b. Fase Intra Operatif
dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan
intensif (Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi intravena,
melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal
ini sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi
anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur
posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-
prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).
27
4. Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan
pemeriksaan fisik, mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan
per sistem. Perawat dapat menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan
fisik dengan kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia bekerja.
Pada pelaksanaannya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup
sebagian atau seluruh system, bergantung pada banyaknya waktu yang
tersedia dan kondisi preopratif pasien. Fokus pemeriksaan yang akan
dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan
anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan
dipengaruhi atau memengaruhi respons pembedahan.
5. Pemeriksaan diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta
pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik guna memeriksa adanya
kondisi yang tidak normal. Perawat bertanggung jawab mempersiapkan
dalam klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar
pasien menjalani pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji
kembali hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk
membantu merencanakan terapi yang tepat.
2.4.2 Intra Operatif
Pengkajian intraoperatif secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan
data penunjang laboratorium dan radiologi (Muttaqin & Sari, 2009).
Hal - hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang
diberi anaestesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang
diberi anaesthesilokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis
besar yang perlu dikaji adalah :
1. Pengkajian mental, bila pasien diberi anaestesi lokal dan pasien
masih sadar / terjagamaka sebaiknya perawat menjelaskan
prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya danmemberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur
tersebut.
35
3. Post Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur
operasi) (SDKI D.0077) Hal 172
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka insisi pembedahan.
(D.0083) Hal 186
37