Kelahiran merupakan sesuatu yang indah, mukjizat dan mungkin merupakan sesuatu kejadian
yang paling berbahaya dalam kehidupan kita. Tubuh kita akan mengalami penyesuaian
fisiologi yang radikal segera setelah lahir yang tidak akan kita alami lagi. Aspek yang luar
biasa dalam persalinan adalah sekitar 90% bayi akan mengalami masa transisi dengan lancar
tanpa memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir, sementara hampir 10%
memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan dan kurang lebih 1% nya memerlukan
resusitasi yang efektif (lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. Walaupun persentasi bayi
yang membutuhkan bantuan pernafasan kecil, akan tetapi jumlah bayi yang sebenarnya
membutuhkan resusitasi cukup banyak, karena banyaknya persalinan. Bayi yang tidak
mendapat pertolongan yang baik mungkin akan mendapat masalah dikemudian hari bahkan
sampai kematian.
Berdasarkan data dari WHO, kejadian asfiksia menyebabkan sekitar 19% dari 5 juta
kematian neonatus setiap tahun di seluruh dunia, sebagian besar kematian tersebut
dikarenakan bayi tidak mendapat resusitasi yang adekuat. Dengan demikian setiap persalinan
sebaiknya dihadiri oleh orang yang telah dilatih untuk melakukan resusitasi neonatus,
disamping itu ada tenaga tambahan lain jika diperlukan untuk memberikan resusitasi lanjut.
Pada saat kelahiran anda harus bertanya pada diri sendiri empat pernyataan mengenai bayi
tersebut, apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih,apakah bayi bernapas atau
menangis dan apakah tonus otot bayi baik atau tidak. Jika ada jawaban “tidak”, anda harus
melanjutkan ke langkah awal resusitasi.
A (air way/ jalan napas)
Ini adalah langkah awal yang dilakukan untuk menjamin terbukanya jalan napas dan
memulai resusitasi bayi baru lahir.
1. Berikan kehangatan
2. Posisikan kepala untuk membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas bila perlu
3. Keringkan bayi, beri rangsangan untuk bernapas dan posisikan lagi untuk mempertahankan
jalan napas terbuka.
Langkah ini harus dilakukan dalam waktu 30 detik dan secara simultan anda
melakukan evaluasi pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit. Jika bayi bernapas tidak
adekuat (apnu atau megap-megap) atau frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit atau
tampak sianosis, langsung ke langkah satu dari kotak B.
B ( breathing/ Pernapasan)
Jika bayi apnu atau frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, anda harus
membantu pernapasan bayi dengan ventilasi tekanan positip. Jika sianosis anda harus
memberikan tambahan oksigen. Setelah 30 detik melakukan ventilasi tekanan positip atau
memberikan oksigen, anda harus menila kembali pernapasan, frekuensi jantung dan warna
kulit. Jika frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit, anda harus melanjutkan ke kotak
C.
C (Circulation/ Sirkulasi)
Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil tetap melakukan ventilasi. Setelah
melakukan kompresi dada 30 detik, anda harus menilai bayi kembali. Jika frekuensi jantung
tetap di bawah 60 kali per menit anda harus melanjutkan ke kotak D.
D ( Drugs/ obat-obatan)
Berikan epinefrin sambil terus melanjutkan kompresi dada dan ventilasi. Jika frekuensi
jantung tetap kurang dari 60 kali per menit, tindakan pada kotak C dan D dilanjutkan dan
dapat diulang seperti yang ditunjukkan pada tanda panah.
Tanda asterisk pada diagram alur ini menunjukkan kapan intubasi endotrakeal diperlukan.
Jika anda yakin resusitasi yang anda lakukan telah efektif, jangan bertahan di langkah yang
sama setelah 30 detik jika bayi tidak menunjukkan perbaikan. Segera lanjutkan pada langkah
berikutnya sesuai diagram. Jika anda merasa bahwa tindakan yang diambil tidak efektif anda
dapat melakukan lebih dari 30 detik untuk memperbaiki masalahnya.
Tindakan utama pada resusitasi neonatus ditujukan untuk memberikan oksigen pada paru-
paru janin (kotak A dan B). Bila hal ini dapat teratasi, frekuensi jantung,tekanan darah dan
aliran darah pulmonal biasanya akan mengalami perbaikan dengan sendirinya. Penilaian
diprioritaskan pada 3 tanda utama: pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit.
1.2 Faktor Resiko Antepartum dan Intrapartum yang Berkaitan dengan Kebutuhan
Resusitasi Neonatus
Karena kebutuhan resusitasi dapat terjadi tiba-tiba, maka setiap kelahiran harus dihadiri
oleh paling tidak seorang tenaga yang terlatih dalam resusitasi neonatus. Dengan
pertimbangan yang baik tentang faktor resiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang
memerlukan resusitasi dapat diidentifikasikan sebelum lahir, sehingga anda dapat memanggil
tenaga terlatih tambahan dan menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan.
Faktor Antepartum:
Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, tiroid atau kelainan neurologi, hipertensi,diabetes.
Anemia
Riwayat kematian janin dan neonatus
Anemia
Perdarahan pada trimester dua dan tiga
Ketuban pecah dini
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan ganda
Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
Berkurangnya gerakan janin
Ibu tanpa pemeriksaan antenatal
Ibu usia < 16 atau > 35 tahun
Dll
Faktor intrapartum
SC cyto
Kelahiran dengan ekstraksi vakum
Kelahiran premature
Presentasi abnormal
Persalinan presipitatus
Ketuban pecah lama (> 18 jam sebelum persalinan)
Partus lama (> 24 jam)
Kala 2 lama (> 2 jam )
Bradikardi janin persisten
Frekuensi jantung janin irregular
Penggunaan anastesi umum
Ibu menggunakan narkotik dalam 4 jam/kurang sebelum persalinan
Air ketuban hijau kental bercampur mekonium
Prolaps tali pusat
Solutio plasenta
Plasenta previa
Bila persalinan telah diidentifikasi sebagai persalinan resiko tinggi, maka dua,tiga bahkan
empat orang dengan berbagai tingkat kemampuan dalam resusitasi mungkin diperlukan
dalam persalinan ini. Salah seorang dari mereka, dengan kemampuan resusitasi yang lengkap
diharapkan menjadi pemimpin tim yang harus meletakkan bayi, kemudian membuka jalan
napas dan melakukan intubasi bila diperlukan. Dua orang lainnya memberi bantuan dengan
memposisikan bayi, menghisap lendir dengan alat penghisap, mengeringkan dan memberikan
oksigen. Mereka dapat memberikan ventilasi tekanan posistip atau kompresi dada atas
perintah pemimpin tim. Orang keempat dapat memberikan obat-obatan atau mencatat
laporan. Semua peralatan resusitasi harus disiapkan dengan lengkap dalam setiap kelahiran.
Bayi diletakkan terlentang dengan posisi menghidu sehingga faring, larings dan trakea dalam
satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini juga adalah posisi
terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan
pipa endotrakeal. Perlu diperhatikan agar posisi jangan terlampau tengadah atau fleksi karena
dapat menghambat pemasukan udara. Untuk membantu mempertahankan posisi yang benar,
dapat diletakkan gulungan kain atau handuk di bawah bahu. Gulungan kain ini terutama
berguna bila pada bayi terdapat pembengkakan pada belakang kepala akibat persalinan atau
akibat persalinankurang bulan.
3. Bersihkan jalan napas (sesuai keperluan)
Setelah persalinan, cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas selanjutnya bergantung
pada:
- Adanya mekonium
- Tingkat keaktifan bayi
Bila bayi lahir terdapat mekonium dan bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot
kurang, serta frekuensi jantung di bawah 100 kali/menit, lakukan segera penghisapan trakea
sebelum timbul pernapasan. Langkah penghisapan melalui trakea dapat mengurangi
kemungkinan bayi mengalami sindrom aspirasi mekonium, suatu gangguan pernapasan yang
sangat berat. Penghisapan melalui trakea dapat diulang sesuai kebutuhan sehingga sebanyak
mungkin mekonium dapat dikeluarkan. Bila bayi lahir terdapat mekonium namun
menunjukkan usaha napas yang baik, tonus otot yang baik dan frekuensi jantung lebih dari
100 kali/menit, anda cukup membersihkan sekret dan mekonium dari mulut dan hidung
dengan menggunakan balon penghisap atau kateter penghisap berukuran 12F atau 14F.
Bila tidak terdapat mekonium, sekret dapat dibersihkan dari jalan napas dengan
mengusap mulut dan hidung dengan menggunakan handuk, balon penghisap atau kateter
penghisap. Bila menggunakan alat penghisap mekanik, pastikan tekanan negative (vakum)
pada saat melakukan penghisapan sekitar 100mmHg. Bila terdapat sekret kental keluar dari
mulut, miringkan kepala, dengan demikian sekret akan berkumpul di pipi dan dengan mudah
dapat dibersihkan.
Mulut dihisap sebelum hidung untuk memastikan bahwa sudah tidak ada sekret yang
dapat diaspirasi seandainya bayi bernapas ketika dilakukan penghisapan dari hidung. Kalau
sekret dalam mulut dan hidung tidak dibuang sebelum bayi bernapas, sekret dapat teraspirasi
ke dalam trakea dan paru, suatu keadaan yang serius. Bila melakukan penghisapan melalui
mulut dengan menggunakan kateter, jangan menghisap mulut terlalu dalam, karena
perangsangan faring posterior dalam beberapa menit setelah lahir dapat menimbulkan reflek
vagus yang menyebabkan bradikardi berat atau apnu.
4. Mengeringkan, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar
Sering kali meletakkan pada posisi yang benar dan menghisap sekret telah memberikan
rangsangan yang cukup untuk memulai pernapasan. Mengeringkan juga memberikan
rangsangan dan membantu mengurangi kehilangan panas. Sediakan beberapa handuk atau
selimut yang telah dihangatkan terlebih dahulu, bayi dapat diletakkan di atas salah satu
handuk yang dapat digunakan kemudian untuk mengeringkan, setelah itu handuk tersebut
disingkirkan dan digantikan dengan handuk baru yang hangat untuk melanjutkan pengeringan
dan perangsangan. Sambil mengeringkan, pastikan posisi kepala tetap dalam posisi yang
benar.
Bila bayi bernapas tidak adekuat maka dapat diberikan rangsangan taktil untuk
merangsang pernapsan. Rangsangan bukan hanya berguna untuk merangsang bayi bernapas
pada langkah awal resusitasi tapi dapat juga untuk merangsang pernapasan setelah ventilasi
tekanan positif agar bayi tetap bernapas. Cara yang aman dan sesuai untuk memberikan
rangsangan taktil adalah:
- Menepuk atau menyentil telapak kaki
- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Perangsangan yang terlalu bersemangat tidak berguna dan dapat menimbulkan cedera
yang berat pada bayi. Bila bayi berada dalam apnu primer, hampir semua perangsangan akan
menimbulkan pernapasan. Bila bayi berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak
akan berhasil. Karena itu, satu atau dua tepukan atau sentilan pada telapak kaki atau
gosokkan pada punggung telah cukup. Bila tetap berada dalm keadaan apnu, diperlukan
segera ventilasi tekanan positif. Meneruskan rangsangan taktil pada bayi yang berada dalam
keadaan apnu sekunder membuang waktu yang berharga.
Setelah anda menghangatkan, memposisikan, membersihkan jalan napas,
mengeringkan, merangasang pernapasan dan mereposisikan kepala bayi, maka selanjutnya
anda perlu menilai:
- Pernapasan bayi. Terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya pernapasan
bertambah setelah rangsangan taktil untuk beberapa detik. Pernapasan yang megap-megap
adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi seperti pada apnu.
- Frekuensi jantung. Normalnya di atas 100 kali/menit. Cara termudah untuk menentukan
frekuensi jantung adalah dengan meraba pulsasi pada pangkal tali pusat,namun kadang
pembuluh darah umbilikal menyempit sehingga tidak teraba pulsasi, anda harus
mendengarkan bunyi jantung di daerah kiri dada dengan mengunakan stetoskop. Kemudian
anda memberi tanda mengetuk setiap kali teraba atau terdengar bunyi jantung sehingga orang
lain mengetahui. Dengan menghitung jumlah detak jantung selama 6 detik kemudian
dikalikan 10 akan memberikan frekuensi jantung per menit.
- Warna kulit
Bayi harusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung
normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan adanya
hipoksemia.
Selama anda melakukan koordinasi kompresi dada dan ventilasi, anda harus selalu
bertanya pada diri anda:
Apakah gerakan dada adekuat? (Apakah telah mempertimbangkan atau melakukan intubasi
endotrakeal?jika “ya” apakah intubasi endotrakeal sudah benar posisinya?)
Apakah tambahan oksigen telah diberikan?
Apakah kedalaman penekanan 1/3 dari diameter dada?
Apakah kompresi dan ventilasi dilakukan secara terkoordinasi baik?
V. INTUBASI ENDOTRAKEAL
Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada beberapa keadaan ketika resusitasi seperti
terlihat pada diagram alur bertanda asterisk(*), diantaranya;
Pada saat menghisap mekonium pada bayi yang lahir dengan mekonium dan tidak bugar.
Jika terdapat mekonium dan bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot atau frekuensi
jantung < 100 kali per menit maka intubasi dilakukan sebagai langkah pertama, sebelum
memulai tindakan resusitasi yang lain.
Pada saat ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,
pengembangan dada atau jika ventilasi tekanan positip berlangsung lebih dari beberapa
menit.
Pada saat membantu koordinasi ventilasi dan kompresi dada sehingga dapat memaksimalkan
efesiensi ventilasi tekanan positip.
Pada saat epinefrin diperlukan untuk stimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum
adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil menunggu
akses intravena.
Peralatan dan Perlengkapan yang Diperlukan Dalam Intubasi Endotrakeal
Peralatan intubasi sebaiknya diletakkan dalam satu tempat dan dalam kondisi siap
pakai baik di ruang bersalin, kamar bayi, kamar operasi dan unit gawat darurat. Tindakan
resusitasi sebaiknya dilakukan dengan prinsip steril. Perlengkapannya meliputi:
1. Laringoskop dengan baterai cadangan.
2. Daun laringoskop. No.1 untuk bayi cukup bulan,no.0 untuk bayi kurang bulan, no 00 untuk
bayi sangat kurang bulan.
3. Pipa endotrakeal dengan diameter 2,5 ;3,0;3,5 dan 4,0 mm.
4. Stilet (bila tersedia) yang cocok dengan pipa endotrakeal yang ada
5. Pemantau atau pendeteksi CO2 (bila tersedia).
6. Penghisap dengan kateter penghisap no.10F atau yang lebih besar, dan no.5F atau 6F dan 8F
untuk menghisap melalui pipa endotrakeal.
7. Plester
8. Gunting
9. Jalan napas oral/mayo
10. Aspirator mekonium
11. Stetoskop
12. Balon mengembang sendiri, resevoar, selang oksigen dan sumber oksigen.
Biasanya pipa endotrakeal pada neonatus terdapat sebuah garis hitam di dekat ujung pipa
yang disebut sebagai pedoman pita suara. Tujuannya untuk lebih mudah meletakkan pipa
endotrakeal sebatas pita suara. Biasanya dengan posisi demikian ujung pipa akan terletak di
atas percabangan trakea (karina).
Pilihan ukuran pipa endotrakeal sesuai berat badan dan sesuai usia kehamilan
Ukuran pipa (mm) Umur kehamilan
Berat
(Diameter) (minggu)
2,5 Di bawah 1000 Di bawah 28
3,0 1000-2000 28-34
3,5 2000-3000 34-38
3,5-4,0 Di atas 3000 Di atas 38
Peralatan penghisap sebaiknya selalu dalam keadaan siap pakai. Atur kekuatan
penghisap 100mmHg dengan menaikkan atau menurunkan ukuran penghisap sambil
menyumbat ujung pipa penghisap. Sambungkan kateter 10F atau lebih besar ke pipa
penghisap sehingga dapat menghisap sekret dari mulut dan hidung. Sediakan kateter
penghisap ukuran lebih kecil (5F,6F atau 8F, tergantung pada ukuran pipa endotrakeal),
untuk menghisap melalui bagian dalam pipa jika pipa endotrakeal akan dibiarkan.
Ukuran pipa ET Ukuran kateter
2,5 5F atau 6F
3,0 6F atau 8F
3,5 8F
4,0 8F atau 10F