Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

MAKALAH PENGEMBANGAN PENILAIAN PROFESI

DISUSUN OLEH

SRI WAHYUNI , S.Kep, Ners

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG


KABUPATEN BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-NYa
penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH,―
yang diajukan untuk memenuhi tugas pengembangan profesi keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan ini banyak mengalami kendala, namun
berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkat dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis harapkan kritik
dan saran dari semua pihak sebagai pembelajaran untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan saran dan
pengetahuannya.
Terakhir, penulis menantikan tegur dan sapa dari para pembaca, dengan harapan semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Soreang, Juli 2020

Sri Wahyuni , S.Kep, Ners

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN TEORI..........................................................................................................2
BAB III. TINJAUAN KASUS.......................................................................................................11
BAB IV. PEMBAHASAN............................................................................................................17
BAB V. PENUTUP.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia


prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat,
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Penyebab BPH kemungkinan
berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan hormon. Dengan penuaan, kadar
testosteron serum menurun, dan kadar estrogen serum meningkat. Terdapat teori bahwa
rasio estrogen /androgen yang lebih tinggi akan merangsang hyperplasia jaringan prostat.

TUJUAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pengembangan profesi keperawatan


serta untuk memberikan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien BPH.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR PROSTAT

Kelenjar
prostat
terletak di
bawah
kandung
kemih di
dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan
akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret cairan yang
bercampur sekret dari testis, perbesaran prostat akan membendung uretra dan menyebabkan retensi
urin. Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4
lobus yaitu: lobus posterior , lobus lateral, lobus anterior dan lobus medial. Berat normal prostat + 20 gram,
panjang 3cm, lebar 4cm, tebal 2,5 cm.
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum di
bagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo
prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangular inferior dan di sebelah belakang didapatkan
fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika
seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan
memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat
didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal. Pada potongan melintang
kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomis
2. Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar  prostat.
3. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler 
4. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
a) Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang
2
menghasilkan bahan baku sekret. 
b) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous
zone..
c) Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan
bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut.
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis
2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer
zone) sehingga terbentuk kapsul.
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan
bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak  jaringan
kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus
posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat.
Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan
kelenjar. Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis
dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai
epitel berlapis.

Vaskularisasi Prostat
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari a.
iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda interna
(cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di
Vesico Prostatic Junction.
Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic junction
dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar  periurethral. 
b. Kelompok arteri kapsul, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang
memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar  paraurethral).

Aliran Limfe
3
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu
untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna, iliaca
eksterna, obturatoria dan sakral.

Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus
dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis. Fungsi Prostat: menyekresi cairan alkali yang encer,
seperti susu, yang mengandung asam sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain, yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina.
Selama pemancaran kapsula kelenjar prostate berkontraksi serentak dengan kontraksi vas
deferens dan vesika seminalis sehingga cairan kelenjar prostat yang encer, seperti susu menambah
massa semen. Sifat alkali cairan prostat mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi
ovum, karena cairan vas deferens relatif asam karena adanya hasil akhir metabolisme sperma dan
akibatnya menghambat fertilitas dan motilitas sperma. Sekret vagina pada wanita juga asam (pH
3,5 sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak optimum sampai pH cairan sekitarnya meningkat
sekitar 6 sampai 6,5. Akibatnya, mungkin bahwa cairan prostat menetralkan keasaman cairan lain
tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilisasi sperma. Di bawah
kelenjar ini terdapat kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm.fungsinya hampir sama
dengan kelenjar prostat.

DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-
nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang
tersisa.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


1. Proses penuaan dan adanya sirkulasi androgen membutuhkan perkembangan BPH
2. Bentuk nodular jaringan prostat mengalami pembesaran
3. Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan kapsul prostat menjadi spons
menebal dan membesar

4
4. Uretra prostatik menjadi tertekan dan sempit menyebabkan kandung kemih menjadi
kencang untuk bekerja lebih keras mengeluarkan urine
5. Efek obstuksi yang lama menyebabkan tegangan dinding kandung kemih dan menurun
elastisitasnya

Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan
hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar estrogen serum meningkat.
Terdapat teori bahwa rasio estrogen /androgen yang lebih tinggi akan merangsang hyperplasia
jaringan prostat.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan
yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa
lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai
berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan
waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam
hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
d. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

5
DIAGNOSA BANDING
Kanker Prostat : terdapatnya pembesaran pada prostat yang ganas dan sudah terdapat metastase,
pada kanker prostat biasanya terdapat hematuri yang cukup berat sehingga biasanya klien
mengalami penurunan Hb yang mengakibatkan anemia. Sedianya kanker prostat ini bukan
merupakan penyakit lanjutan dari BPH, kanker prostat tidak berarti merupakan pembesaran prostat
dari jinak menjadi ganas.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan rektum: untuk melaukan palpasi pada prostat melalui rektum atau rectal
toucher, utnuk mengetahui pembesaran prostat

b. Urinalisis: untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih, berat jenis dan
osmolalitas, serta pemeriksaan mikroskopik air kemih
c. Pemeriksaan laboratorium (darah) : untuk mengetahui adanya peningkatan kadar prostate
specific antigen (PSA)
d. Cystoscopy: untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan dinding kandung
kemih

6
e. Transrectal unltrasonography: untuk mengetahui pembesaran dan adanya hidronefrosis
f. Intravenous pyelography (IVP): untuk mengetahui struktur kaliks, pelvis, dan ureter.
Struktur ini akan mengalami distorsi bentuk apabila terdapat kista, lesi dan obstruksi.

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pada waktu pemeriksaan rektum dengan jari, harus ditentukan karakteristik prostat, yaitu
ukuran, konsistensi, dan bentuk. Hiperplasia sering menyebabkan pembesaran yang mulus, padat,
dan elastik tetapi terdapat obstruksi dapat terjadi tanpa ditemukan kelainan pada pemeriksaan
rektum. Ultrasonografi dengan probe rektum atau pencitraan resonansi magnetik memungkinkan
perkiraan kuantitatif ukuran prostat tetapi biasanya tidak memberi keterangan yang melebihi yang
didapat dari pemeriksaan rektum. Adanya obstruksi kandung kemih atas dan tingkat pengosongan
kandung kemih dapat diketahui dengan pielogram intravena dengan foto setelah berkemih
(postvoiding) atau sonogram ginjal dengan penentuan sonografik urin residual pada kandung
kemih. Sistouretroskopi diindikasikan untuk mengevaluasi obstruksi leher vesikel. Pengukuran
kecepatan aliran urin dan/atau volume urin residual dianjurkan untuk mengetahui derajat obstruksi
aliran urin. Kadang-kadang diperlukan evaluasi urodinamik yang lebih rinci untuk menyingkirkan
penyebab lain gangguan berkemih misalnya kandung kemih neurogenik. (Harrison. 2000)

PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada
stadium-stadium dari gambaran klinis :
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
7
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses
hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian
lama.
b. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup
besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok
melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada
penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan
pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan
konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH.
Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan
dengan:
a. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari
alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.
b. Medikamentosa
1) Mengharnbat adrenoreseptor α
2) Obat anti androgen
3) Penghambat enzim α -2 reduktase
4) Fisioterapi
c. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi
saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis
pembedahan:
8
1) TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui sitoskopi atau resektoskop
yang dimasukkan malalui uretra.
2) Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih.
3) Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui fosa
prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.
4) Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum dan rektum.
5) Prostatektomi retropubis radikal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis
dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra
dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat.
d. Terapi Invasif Minimal
1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT) yaitu pemasangan prostat dengan
gelombang mikro yang disalurkan kekelenjar prostat melalui antena yang dipasang
melalui/pada ujung kateter.
2) Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy.
(TULIP)
3) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)

KOMPLIKASI
 Azotemia : abnormal tingkat tinggi nitrogen dalam tubuh disebabkan terjadinya
gangguan fungsi ginjal.
 Gagal ginjal dengan retensi urin kronis : ginjal jadi tidak berfungsi seperti seharusnya
dikarenakan retensi urin.
 Volume residu yang besar : terdapatnya urine sisa dari dalam kandung kemih,
dikarenakan urine tidak dapat mengalir.
 Hidronefrosis : banyaknya terdapat cairan dalam ginjal dikarenakan adanya refluks
cairan.
9
PENKES PRE OPERASI
 Berikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
 Terangkan prognosis penyakit
 Dorong klien dan keluarga klien untuk menjaga pola makan seperti kurangi makanan yg
mengandung banyak lemak.
 Konsumsi buah dan sayuran untuk meningkatkan kondisi klien pre operatif
 Beritahukan pada keluarga untuk selalu memberi support pada klien untuk membantu
psikologi klien
 Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi saat merasakan nyeri
 Ajarkan mobilisasi yg benar dan aman untuk pengetahuan setelah operasi agar tidak terjadi
injury

PENKES POST OPERASI


 Hindari duduk lama karena posisi duduk akan bertumpuan pada area kandung kemih
sehingga memperberat beban dan menyebabkan nyeri
 Konsumsi Buah yg dapat melunakan feses untuk menghindari mengedan terlalu keras saat
BAB
 Latihan berkemih untuk merangsang sfingter dan kandung kemih untuk berfungsi normal
setelah pemasangan kateter dalam waktu lama.
 Hindari kerja berat
 Cukup minum air 
 Hindari makanan pedas, kopi, alkohol

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas
a. Nama : Tn B
b. Umur : 60 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
d. Alamat :-
e. Agama :-
f. Pekerjaan : Purnawirawan
g. Status :-
h. Tanggal masuk dirawat: -
i. Tanggal pengkajian :-
j. Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Tidak bisa BAK sejak 12 jam yg lalu, nyeri pada daerah
suprapubis, sakit apabila berkemih, pancaran urin berkurang sejak 3 bulan yang
lalu.
2. Riwayat kesehatan sekarang :Kesulitan untuk berkemih
3. Riwayat masa lalu :-
4. Riwayat kesehatan keluarga :-
5. Psikososial :-
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat :
b. Pola nutrisi dan metabolisme : -
c. Pola eliminasi :
Berkemih sedikit, pancaran berkurang, hematuria
d. Pola tidur dan istirahat : -

11
e. Pola aktivitas : -
f. Pola sensori dan kognitif : -
g. Pola reproduksi seksual : -
h. Pola penanganan stress : -
i. Pola tata nilai dan keyakinan :

3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Tanda Tanda Vital :
TD : 160/110 mmHg (N = 120/80 mmHg)
HR : 98x/menit (N= 60-100x/menit)
RR : 25x/menit (N=16-20x/menit)
S : 37.80 C (N = 36,7o C)

4. Pengkajian fokus
- Area pubik terasa tegang dan keras
- Colok dubur (+++)

5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Hematologi Darah Rutin
- HB : 14 gram/dl (N = 13,5-18 gr/dl)
- Trombosit : 224.000/mm3 ( N = 150.000-400.000/mm3)
- HT : 42 % (N = 40-54%)
- Leukosit : .12.100/mm3 (N = 4.000-10.000 mm3)
b) Kimia Klinik
- Ureum : 37 mg/dl (N = 20-40 mg)
- Kreatinin : 1,08 mg/dl (N = 0,5 – 1,5 mg/dl)
- Na : 125 µeq
c) Imunologi
- PSA : 20 nanogram/ml (N < 4 ng/ml)

6. Terapi
12
Klien direncanakan dilakukan operasi open prostatektomi

13
Analisa data
No Data Etiologi Diagnosa
1. DO : Peningkatan massa prostat Gangguan
- Uji colok dubur (+ pola
++) Obstruksi uretra berkemih
- Hasil pemeriksaan
laboratorium : Pengosongan v.u tdk tuntas
Hb = 14 gr/dl
Ht = 42 % Pancaran urin melemah
Leukosit =
12.100/mm3 (N = Perubahan pola berkemih
5.000 – 10.000)
Trombosit =
224.000/mm3

DS :
- Tidak bisa BAK
sejak 12 jam lalu
- Klien mengeluh
pancaran uri
berkurang saat
miksi sejak3 bulan
lalu
- Klien selalu
kesakitan saat
ingin berkemih
sejak 12 jam lalu,
bila dipaksakan
dengan mengejan
urin keluar dengan
menetes dan
kadang hematuria

14
2. DO : Hipertropi destrukstor Nyeri
- Inspeksi : tampak kandung kemih
gelisah dan
berkeringat di Dilatasi kandung kemih
bagian dahi
- Uji colok dubur (+ Iritasi dinding kandung kemih
++)
- Hasil pemeriksaan Merangsang saraf nyeri
laboratorium :
Hb = 14 gr/dl Dysuria
Ht = 42 %
Leukosit = Nyeri
12.100/mm3 (N =
5.000 – 10.000)
Trombosit =
224.000/mm3

DS :
- Klien mengatakan
nyeri pada area
supra pubik
- Klien selalu
kesakitan saat
ingin berkemih
sejak 12 jam lalu,
bila dipaksakan
dengan mengejan
urin keluar dengan
menetes dan
kadang hematuria

15
3. DO : Ca prostat Ansietas
- TTV :
TD = 160/110 Indikasi tindakan operasi
HR = 98 x/menit
RR = 25 x/menit Kurang pengetahuan
S = 37,8oC
- Inspeksi : tampak Ansietas
gelisah dan
berkeringat di
bagian dahi

DS :
- Klien menolak
untuk dilakukan
open prostatektomi
- Klien mengatakan
pernah membaca
bahwa akibat
prostatektomi akan
mengakibatkan
disfungsi ejakulasi

7. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pola beremih b.d. destruksi mekanik pembesaran prostat d.d. tidak bisa BAK
sejak 12 jam lalu; klien mengeluh pancaran uri berkurang saat miksi sejak3 bulan lalu; klien
selalu kesakitan saat ingin berkemih sejak 12 jam lalu, bila dipaksakan dengan mengejan
urin keluar dengan menetes dan kadang hematuria; uji colok dubur (+++); Hb = 14 gr/dl; Ht
= 42 %; Leukosit = 12.100/mm3 (N = 5.000 – 10.000); Trombosit = 224.000/mm3.
- Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d obstruksi leher vesika urinaria, penyumbatan saluran
kemih, iritasi saluran kemih d.d. klien mengatakan nyeri pada area supra pubik; klien selalu
kesakitan saat ingin berkemih sejak 12 jam lalu, bila dipaksakan dengan mengejan urin
keluar dengan menetes dan kadang hematuria
16
- Ansietas b.d. kurang informasi, salah persepsi informasi d.d. klien menolak untuk dilakukan
open prostatektomi; klien mengatakan pernah membaca bahwa akibat prostatektomi akan
mengakibatkan disfungsi ejakulasi

17
BAB IV
PEMBAHASAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


PRA-OPERATIF
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Perubahan Pola  Tupen : Setelah 1. Kateterisasi untuk residu 1. Menghilangkan/
Berkemih dilakukan urin dan biarkan kateter mencegah retensi urin
berhubungan perawatan selama tak menerap sesuai dan mengesampingkan
dengan obstruksi 3x24jam klien indikasi adanya striktur uretral
mekanik, dapat berkemih 2. Irigasi kateter sesuai 2. Mempengaruhi
pembesaran tanpa keluhan indikasi patensi/aliran urin
prostat ditandai 3. Observasi aliran urin, 3. Berguna untuk
dengan :  Tupan: Setelah perhatikan ukuran dan mengevaluasi obstruksi
dilakukan kekuatan dan pilihan intervensi
perawatan klien 4. Awasi dan catat waktu 4. Retensi urin
dapat mengatasi dan jumlah tiap meningkatkan tekanan
kesulitan berkemih. Perhatikan dalam saluran
berkemih dengan penurunan haluaran urin perkemihan atas, yang
kriteria hasil : dan perubahan berat dapat mempengaruhi
- Berkemih pada jenis. funsi ginjal. Adanya
interval yang defisit aliran darah ke
normal ginjal menganggu
- Klien tidak kemampuannya untuk
mengalami memfilter dan
kesulitan saat mengkonsentasi
berkemih substansi
5. Dorong masukan cairan
- Tidak 5. Peningkatan aliran
sampai 3000ml sehari,
menunjukkan cairan
dalam toleransi jantung
distensi suprapubis mempertahanakan
bila diindikasikan
perfusi ginjal dan

18
membersihkan ginjal
dan kandung kemih
dari pertumbuhan
bakteri
6. Awasi tanda vital
6. Kehilangan fungsi
dengan ketat. Observasi
ginjal mengakibatkan
hipertensi, edema
penurunan eliminasi
perifer, perubahan
cairan dan akumulasi
mental. Pertahankan
sisa toksik
pemasukan dan
pengeluaran akurat
7. Berikan rendam duduk 7. Meningkatkan relaksasi
sesuai indikasi otot, penurunan edema,
dan dapat
meningkatkan upaya
berkemih
KOLABORASI
8. Berikan obat
8. Menghilangkan spasme
Antipasmodik, contoh :
kandung kemih
oksibutin klorida
sehubungan dengan
(Ditropan)
iritasi oleh kateter
9. Siapkan pasien untuk
9. Pengangkatan obstruksi
pembedahan
melalui tindakan bedah
sangat diperlukan
2. Nyeri  Tupen: Setelah 1. Kaji nyeri, perhatikan 1. Memberikan informasi
berhubungan dilakukan lokasi, intensitas (skala untuk membantu dalam
dengan obstruksi perawatan 0-10), lamanya. menentukan pilihan/
leher vesika selama keefektifan intervensi
urinaria, 3x24jam 2. Kaji TTV klien setiap 4 2. Untuk memantau status
penyumbatan pasien dapat jam kondisi klien
saluran kemih, beradaptasi 3. Berikan tindakan 3. Meningkatkan
iritasi saluran dengan nyeri nyaman, contoh : pijatan relaksasi, memfokuskan
19
kemih, ditandai punggung, membantu kembali perhatian, dan
dengan :  Tupan : Nyeri pasien melakukan posisi dapat meningkatkan
dapat teratasi nyaman, menganjurkan kemampuan koping.
dengan kriteria penggunaan
hasil, relaksasi/latihan napas
- TTV dalam dalam
batas normal 4. Plester selang drainase 4. Mencegah penarikan

- Pasien terlihat pada paha dan kateter kandung kemih dan

pada abdomen (bila erosi pertemuan penis-


rileks
traksi tidak diperlukan) skrotal
- Tidak nyeri
5. Hindarkan aktivitas 5. Terbentur di tempat
waktu
yang mencetuskan atau tidur adalah satu contoh
berkemih
memperburuk nyeri tindakan yang dapat
- Tidak nyeri
memperkuat nyeri
pada perkusi
KOLABORASI pasien
daerah
6. Lakukan masase prostat 6. Membantu dalam
panggul
evakuasi duktus
kelenjar untuk
menghilangkan
kongesti/inflamasi.
Kontraindikasi bila
infeksi terjadi
7. Berikan analgesic atau
7. Analgesik mengubah
opiod dengan jadwal
persepsi nyeri dan
yang teratur sesuai
memberikan rasa
indikasi
nyaman.
3. Ansietas  Tupen : Dalam 1. Kumpulkan riwayat 1. Perawat
berhubungan 2x24jam pasien kesehatan untuk : mengklarifikasi
dengan kurang melaporkan - Kekhawatiran pasien informasi dan
informasi, salah kecemasan - Tingkat pemahaman memfasilitasi
persepsi berkurang pasien mengenai pemahaman dan koping
informasi, masalah kesehatannya pasien
20
ditandai dengan :  Tupan: Pasien - Apakah pasien
tidak merasa mengetahui diagnosis
cemas dengan tentang penyakit dan
kriteria hasil : prognosisnya
- Pasien dapat - Sistem pendukung
berkomunikasi yang dimiliki dan
secara terbuka metode penanganan
- Pasien dapat masalah 2. Membantu pasien untuk
berkolaboratif 2. Berikan pengajaran memahami
- Menunjukkan tentang diagnosis dan pemeriksaan diagnostic
rentang tentang rencana pengobatan : dan rencana pengobatan
perasaan dan - Jelaskan dengan istilah yang akan mengurangi
penurunan rasa yang sederhana apa ansietas pasien dan
takut yang diperkirakan meningkatkan
terjadi dari kerjasama pasien
pemeriksaan
diagnostic, apa yang
akan dialami selama
pemeriksaan
- Tinjau rencana
pengobatan dan
biarkan pasien
mengajukan
3. Menunjukkan perhatian
pertanyaan
dan keinginan untuk
3. Selalu ada untuk pasien.
membantu. Membantu
Buat hubungan saling
dalam diskusi tentang
percaya dengan
subjek sensitive
pasien/orang terdekat
4. Membantu pasien
memahami tujuan dari
4. Berikan informasi
apa yang dilakukan dan
tentang prosedur dan tes
mengurangi masalah
khusus dan apa yang
21
akan terjadi. Ketahui karena ketidaktahuan.
seberapa banyak Namun kelebihan
informasi yang informasi tidak
diinginkan klien membantu dan dapat
meningkatkan ansietas
5. Menyatakan
5. Pertahankan perilaku penerimaan dan
nyata dalam melakukan menghilangkan rasa
prosedur/menerima malau pasien
pasien. Lindungi privasi
klien 6. Mendefinisikan
6. Dorong pasien/orang masalah, memberikan
terdekat untuk kesempatan untuk
menyatakan menjawab pertanyaan,
masalah/perasaan. memperjelas kesalahan
konsep dan solusi
pemecahan masalah
7. Memungkinkan pasien
7. Beri penguatan
untuk menerima
informasi pasien yang
kenyataan dan
telah diberikan
menguatkan
sebelumnya.
kepercayaan pada
pemberi perawaratan
dan pemberian
informasi.

22
PASCA-OPERATIF
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri  Tupen : setelah 1. Kaji nyeri, 1. Nyeri tajam, intermiten
berhubungan dilakukan perhatikan lokasi, dengan dorongan
dengan iritasi perawatan intensitas (skala 0- berkemih/pasase urin
mukosa kandung selama 2x24jam 10) sekitar kateter
kemih, refleks pasien menunjukkan spasme
spasme otot melaporkan kandung kemih, yang
sehubungan nyeri dapat cenderung lebih berat
dengan prosedur terkontrol pada pendekatan
bedah  Tupan : Pasien suprapubik atau TUR
melaporkan (biasanya menurun
nyeri hilang setelah 48jam).
dengan kriteria :
-TTV dalam
batas normal
-Tampak rileks 2. Pertahankan patensi
2. Mempertahankan fungsi
-Tidur/istirahat kateter dan sistem
kateter dan drainase
dengan tepat drainase.
sistem, menurunkan
-Menunjukkan Pertahankan selang
risiko distensi/spasme
penggunaan bebas dari lekukan
kandung kemih.
keterampilan dan bekuan

relaksasi dan 3. Tingkatkan


3. Menurunkan iritasi
aktivitas pemasukan sampai
dengan
terapeutik 3000ml/hari sesuai
mempertahankan aliran
sesuai indikasi toleransi
cairan konstan ke
untuk situasi
mukosa kandung kemih
individu 4. Berikan pasien
4. Menghilangkan ansietas
informasi akurat
dan meningkatan
tentang kateter,
kerjasama dengan
drainase, dan spasme
23
kandung kemih prosedur tertentu
5. Berikan tindakan
kenyamanan 5. Menurunkan tegangan
(sentuhan terapeutik, oto, memfokuskan
pengubahan posisi, kembali perhatian, dan
pijatan punggung). dapat meningkatkan
Dorong penggunaan kemampuan koping
teknik relaksasi
termasuk latihan
napas dalam
visualisasi, pedoman
imajinasi
6. Berikan
6.membantu dalam :
antipasmodik,contoh
:
- Oksibutinin - Merilekskan otot polos
klorida untuk memberikan
(Ditropan); B&O penurunan spasme dan
supositoria nyeri.

- Propantelin - Menghilangkan spasme


bromide (Pro- kandung kemih oleh
Bantanin) kerja anti-koligernik.
Biasanya 24-48 jam
sebelum perkiraan
pengangkatan kateter
untuk kontrol kontraksi
kandung kemih.

BAB V
24
KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP

Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan
hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar estrogen serum meningkat.
Terdapat teori bahwa rasio estrogen /androgen yang lebih tinggi akan merangsang hyperplasia
jaringan prostat. Penalakasanaan dilakukan sesuai dengan stadium yang dialam oleh pasien.
Demikian makalah ini saya buat semoga dapat menjadi tambahan ilmu khususnya
keperawatan bagi yang membaca pada umumnya dan saya penulis pada khususnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendekomentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Egram, Barbara. 1998. Rencana Auhan Keperawatan Medical Bedah Volume 1. Jakarta : EGC
Harison. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Noer, Muhammad Sjaifullah. 2006. Infeksi Saluran Kemih. (online)
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Pearce, Evelyn C. 2010. Anantomi dan Fisiologi Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Price, Sylvia, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta :
EGC
Sjamsuhidajat, R & de, Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Mcphee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit. Jakrta : EGC
Suharyanto, Toto & Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : TIM
Syarif A et.al. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5thed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai