Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Makalah Serosis Hepatis ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan
dosen Mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar (IBD)
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari isi makalah ini
masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun
dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................... 2
1. Definisi.........................................................................
2. Etiologi.........................................................................
4. Penatalaksanaan.........................................................
5. Pengobatan.............................................................
1. Pengkajian....................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.................................................
3. Intervensi Keperawatan................................................
5. Evaluasi Keperawatan..................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi,
pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam
tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya
proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul dan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur. (Smeltzer, Bare, 2001).
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat
alkoholisme. Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti
kekurangan gizi, protein deficiency, hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi,
penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Gejala yang ditimbulkan sirosis hepatis
akibat perubahan morfologi dapat menggambarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini
dapat menyebabkan komplikasi seperti hematemesis melena, koma hepatikum.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai perawat
dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis dengan penanganan tepat
dan asuhan keperawatan yang komprehensif.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat diangkat antara lain:
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien Sirosis Hati ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan tentang konsep penyakit Sirosis Hati mulai dari pengertian, tanda
gejala, etiologi, serta patofisiologinya.
PEMBAHASAN
1. Definisi
a. Sirosis Hati hati adalah proses akhir dari perjalanan penyakit hepatitis kronis.
Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan metabolis,
seperti ikterus, edema, koagulopati, hipertensi portal, spleno- megali, varises
gastroesofagus, ensefalopati hepatis, dan asites. (Udaya Gendo, 2006)
b. Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. (Baradero, 2008)
c. Sirosis hepatis adalah degenerasi difus dan progresif dengan kerusakan jaringan
hati hepatosit dan dengan regenerasi dan pembentukan jaringan fibrosa parut yang
luas padat.(Marjorie Beyers, 2014)
d. Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan
regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati
(Arif Mansjoer, dkk 2009).
e. Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal (Sylvia
Anderson Price, 2005).
f. Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (dr. Pengarapen Tarigan, 2016).
h. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium
terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H,
2012).
i. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002).
j. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.Adapun
factor predisposisinya:
a. Alkohol
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi
alkohol. Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis
dapat melukai sel-sel hati. Alkohol merupakan zat hepatotoksis yang
merupakan penyebab utama pada perlemakan hati sehingga menyebabkan
infiltrasi lemak sehingga menghalangi pembentukan lipoprotein.
b. Faktor keturunan dan malnutrisi
WATERLOO (1997) berpendapat bahwa factor kekurangan nutrisi terutama
kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis.
Menurut CAMPARA (1973) untuk terjadinya Sirosis Hepatis ternyata ada
bahan dalam makanan, yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin.
c. Hepatitis virus
Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai
kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis
virus A. penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis
karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis. Terbentuknya jaringan
parut dan nodul yang semakin meluas.Sebagaimana kita ketahui bahwa
sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut akan menjadi kronis.
d. Obat-obatan hepatotoksik
Beberapa obat-obatan (pain killer) dan zat kimia dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Pemberian
bermacam obat-obatan hepatotoksik secara berulang kali dan terus menerus.
Mula-mula akan terjadi kerusakan setempat, kemudian terjadi kerusakan hati
yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis Hepatis. Obat obat TB yang
juga mengandung hepatotoksik juga harus diperhatikan indikasi dan
pemberian alternative pengganti obat yang tidak menimbulkan efek yang
progesive bagi kerusakan hati (Hadi,2005).
e. Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan/diwariskan
Berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus
pada kerusakan jaringan dan sirosis. Contohnya akumulasi besi yang
abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson).
f. Kolestasis, Atresia bilier
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus,
dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis
terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary
atresia.
3. Patofisiologi
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan
penyakit tersebut. Sel-sel hati tersebut secara berangsur-angsur digantikan oleh
jaringan parut. Akhirnya jumlah jaringan parut melebihi jumlah jaringan hati yang
masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati
hasil regeneasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstruksi sehingga
hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar
(hobnail appearance) yang khas. Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang
insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang
melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih (Smeltzer, 2002).
Vena yang mengalami dilatasi biasanya tidak mengalami gejala kecuali jika ada
peningkatan tekanan porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang menyangga
menjadi tipis, sehingga kemungkinan akan timbul haemorargik masif. Faktor-
faktor yang menimbulkan perdarahan bisa jadi dari mengangkat barang berat,
mengejan pada saat defekasi, bersin, batuk atau muntah, esofagitis, atau iritasi
pembuluh darah akibat makan makanan yang tidak dikunyah dengan baik atau
minum cairan yang merangsang. Salisilat dan setiap obat yang dapat menimbulkan
erosi mukosa, serta mengganggu replikasi sel dapat pula menyebabkan perdarahan.
(Smeltzer, 2002).
4. Manifestasi Klinis
Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi
oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung
fibrosa hati (kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran
hati akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan
jaringan hati.
c. Varises Gastroinstestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam
pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah.
d. Edema.
5. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom nomosister,
hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister.
2) Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini
timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan
billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis
inaktif.
3) Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang,
dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati
yang kurang dan menghadapi stress.
4) Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE
turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun
akan menunjukkan prognosis jelek.
5) Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan
garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L
menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
6) Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg,
HcvRNA, untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP
(Alfa Feto Protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi
transformasi ke arah keganasan.
b. Pemeriksaan penunjang lainnya:
1) Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises
esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
2) Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi
sirosis hati/hipertensi portal.
3) Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan
sebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati.
6. Penatalaksanaan Sirosis Hepatis
Sirosis Tanpa Komplikasi
Medikamentosa
Tenofovir terbukti efektif pada suatu penelitian tahun 2013. Pada penelitian
tersebut ditemukan bahwa pemberian tenofovir selama 5 tahun dapat mensupresi
virus hepatitis B dan mengurangi sirosis dan fibrosis pada hati. Penelitian tersebut
mengambil sampel sebanyak 641 pasien dan 489 pasien mengikuti penelitian
hingga minggu ke 240. Berbeda dengan hepatitis B, pasien dengan hepatitis C
dapat diberikan interferon subkutan 5 MIU 3x seminggu dan ribavirin 800-1000
mg/hari selama 6 bulan.
Diet dan Gaya Hidup
Pada pasien dengan ensefalopati hepatis, pemberian diet protein harus dikurangi
hingga 0.5 gram/kgBB/hari. Selain itu, pemberian laktulosa dapat membantu
mengeluarkan ammonia dari tubuh. Pasien dengan asites dapat diberikan diet
rendah garam.[10]
Penanganan Infeksi
Perbaikan sirkulasi yang buruk dapat dilakukan dengan pemberian albumin. Hal
ini ditunjukkan dengan berkurangnya asites. Selain albumin, pemberian diuretik
seperti spironolactone 1x 100-200 mg/hari dapat dikombinasikan dengan diet
rendah garam dalam memperbaiki asites. Perbaikan dari asites dapat dilihat dari
perubahan berat badan 500 gram - 1 kg per hari.
Transplantasi Hati
7. Pengobatan
Pengobatan sirosis bertujuan untuk mencegah kerusakan hati
bertambah parah, serta mengatasi gejala yang muncul. Pengobatan itu
dapat dilakukan dengan:
Mengonsumsi obat antivirus untuk hepatitis.
Malnutrisi
Gangguan otak
Patah tulang
Kanker hati
Gagal hati
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat
juga dengan atau tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul
kelemahan badan, rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, badan menguning (ikterus), demam
ringan, sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
c. Riwayat Penyakit Masa lalu
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau
penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga
menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai
pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.
d. Pemerikasaan fisik
1) B1 (Breathing)
Dispnea, Wheezing, Penggunaan otot bantu pernafasan, Ekspansi
paru terbatas disebabkan karena asites atau efusi pleura. Hipoksia. Napas
berbau aseton.
2) B2 (Blood)
Distensi vena abdomen, anemia, nadi tidak teraba akibat hipovolemia
intra vaskuler.
3) B3 (Brain)
Perubahan kepribadian, penurunan mental, bingung, , koma.
(penurunan kesadaran) salah satunya dengan adanya anemia
menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.
Flapping tremor,
4) B4 (Bladder)
Urine gelap,pekat.
5) B5 (Bowel)
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), nyeri tekan
abdomen kuadran kanan atas. Penurunan/tak adanya bising usus.
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna.
Mual/muntah, penurunan berat badan atau peningkatan karena cairan.
Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal
adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik,
konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri
tekan pada perabaan hati, fetor hepatitis, Shifting dullness (+), fluid
wave (+), hematemesis, melena.
6) B6 (Bone)
Letargi, penurunan massa otot/tonus (atropi otot). Kulit kering, turgor
buruk, ikterik, pruritus,. edema umum pada jaringan., perhatikan adanya
spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput
medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya
eritema palmaris.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah,
b. Gangguan kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d gangguan
mekanisme regulasi, retensi natrium, hematemesis, melena,
c. Resiko tinggi pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan
pengumpulan cairan intra abdomen (asites),
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan:
gangguan sirkulasi/status metabolic. adanya edema, asites.
3. Intervensi Keperawatan
DP 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia,
mual, muntah
a. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
b. Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan peningkatan berat badan (keseimbangan pemeriksaan
nutrisi) mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
2) Nafsu makan meningkat.
c. Intervensi dan Rasional :
INTERVENSI RASIONAL
1.Ukur masukan diet harian dengan 1.Memberikan informasi tentang
jumlah kalori. kebutuhan pemasukan/defisiensi.
2. Timbang sesuai indikasi. 2. Lipatan kulit trisep berguna
Bandingkan perubahan status dalam mengkaji perubahan massa
cairan, riwayat berat badan, ukuran otot dan simpanan lemak subcutan.
kulit trisep.
3. Bantu dan dorong pasien untuk 3. Diet yang tepat penting untuk
makan, jelaskan alasan tipe diet. penyembuhan. Pasien mungkin
Bantu pasien makan bila pasien makan lebih baik bila keluarga
mudah lelah, atau biarkan orang terlibat dan makanan yang disukai
terdekat membantu pasien. sebanyak mungkin.
Pertimbangkan pilihan makanan 4. Meningkatkan rasa makanan dan
yang disukai. membantu meningkatkan selera
4. Berikan tambahan garam bila makan; amonia potensial resiko
diizinkan; hindari yang ensefalopati.
mengandung amonium. 5. Perdarahan dari varises esofagus
5. Berikan makanan halus, hindari dapat terjadi pada siriosis berat.
makanan kasar sesuai indikasi. 6. Pasien cenderung mengalami
6. Berikan perawatan mulut sering luka atau perdarahan gusi dan rasa
dan sebelum makan. tak enak pada mulut dimana
7. Tingkatkan periode tidur tanpa menambah anoreksia.
gangguan, khususnya sebelum 7. Penyimpanan energi
makan. menurunkan kebutuhan metabolik
8. Awasi pemeriksaan pada hati dan meningkatkan
laboratorium, contoh glukosa regenerasi seluler.
serum, albumin, total protein, 8. Peningkatan kadar amonia perlu
amonia. pembatasan masukan protein untuk
9. Pertahankan status puasa bila mencegah komplikasi serius.
diindikasikan. 9. Untuk menurunkan kebutuhan
10. Kolaborasi ahli diit untuk pada hati dan produksi amonia/urea
memberikan diet tinggi dalam GI.
kalori dan karbohidrat sederhana, 10. Untuk menurunkan edema dan
rendah lemak, dan tinggi protein untuk meningkatkan regenerasi sel
sedang; batasi natrium dan cairan hati.
bila perlu. Berikan tambahan cairan
sesuai indikasi.
11. Berikan obat sesuai indikasi, 11. Pasien biasanya kekurangan
misal: tambahan vitamin, tiamin, vitamin karena diet yang buruk
besi, asam fosfat, sebelumnya. Juga hati tidak dapat
12. Sink, menyimpan vit. A, B Komplek, D,
13. Enzim pencernaan, contoh: dan K. Juga dapat terjadi
pankreatin. kekurangan besi dan asam fosfat
14. Antiemetik. yang menimbulkan anemia.
12. Meningkatkan rasa kecap/bau
yang dapat merangsang napsu
makan.
13. Meningkatkan pencernaan
lemak dan dapat menurunkan
steatore/diare.
14. Digunakan dengan hati-hati
untuk menurunkan mual/muntah
dan meningkatkan masukan oral.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Implementasi mencakup
melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Dengan
kata lain implementasi adalah melakukan rencana tindakan yang telah ditentukan
untuk mengatasi masalah klien. (Haryanto, 2007 ; 81).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga
yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui
Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan yang
diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai
sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan
pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana atau mengganti dengan
rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang
dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat dengan menggunakan pengamatan yang objektif setelah
implementasi keperawatan. A merupakan analisa perawat setelah
mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan
dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan
pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya
setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat
yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan
kontrak pelaksaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara
keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana
diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau
dihentikan. (Sudiharto, 2007 ; 49).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai
pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 :
1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi, dan regenerasi sel – sel hati sehingga susunan parenkim hati
terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis belum diketahui
secara jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien
dengan riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll.
Untuk menegakkan diagnosa sirosis hepatis dapat diperoleh dari
gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang baik
pemeriksaan darah maupun pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG,
dan pemeriksaan CT scan. Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung
kondisi, komplikasi, dan prognosisnya.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua
dalam berbagai ilmu pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya.
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan sirosis hepatis dan
komplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aru Sudoyo.2016.“Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
IV.Pustaka.” Jakarta : Penerbitan IPD FKUI.
Baradero, 2008. Klien Gangguan Hati Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Barbara Engram. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah .Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E, Mary. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: (EGC).
Gendo, Udayana. (2006). Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran
Cina. Yogyakarta : Kanisius.
Kuncara, H.Y, dkk, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
Mansjoer,Arif,dkk.2009. “KapitaSelektaKedokteran.jilid1 edisi
III.” Jakarta : FKUI
Mariyani, Sri (2005). Jurnal Sirosis Hepatis, FK UNSUMSEL
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan
Medikal Bedah 2.(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. (2014). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Soemoharjo, 2008. Hepatitis Virus B. ed2. Jakarta : EGC
Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
Sujono H., 2012, Hepatologi. Penerbit Bandar Maju, Bandung.