DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Alergi obat” tepat pada
waktunya. Makalah “Asuhan Keperawatan Alergi obat” disusun guna memenuhi tugas ibu
Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, M.Keppada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
di Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.
Pangkalpinang, 24 Maret
2022
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
2.4 Etiologi.............................................................................................................................9
2.5 Patofisiologi......................................................................................................................9
2.6 Pathaway.........................................................................................................................11
2.10 Pencegahan................................................................................................................14
2.11 Komplikasi................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................39
PENUTUP................................................................................................................................39
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................39
4.2 Saran...............................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tapi juga dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan. Alergi obat adalah reaksi alergi dimanasistem kekebalan tubuh
bereaksi secara berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh
seseorang. (Honestdocs, 2019). Pada tahun 2014, sebuah studi multi-senter di Polandia
melaporkan prevalensi alergi obat sebanyak 8,4 %. Di Thailand, sebuah studi pada tahun
2008 melaporkan bahwa obat anti-mikroba merupakan penyebab utama alergi obat yang
terjadi. (Roy & Iris, Dalam Abstrak Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Obat,
2017).
Di indonesia sendiri kejadian alergi obat sudah menjadi fenomena alergi obat sudah
tidak asing lagi. Kasus alergi obat seringkali terjadi pada anak-anak. Mengutip
jakartaglobe.com, hasil penelitian oleh Universitas Indonesia menunjukkan peningkatan
kasus alergi di indonesia mencapai 30 persen per tahunnya, walaupun belum ada data terinci
mengenai prevalensi dan epidemiologi alergi beserta penyebabnya. Berdasarkan data
tersebut, alergi obat merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius. Oleh karena
itu penyusun berharap dengan adanya makalah ini mampu membuka wawasan mahasiswa
terkait alergi terhadap obat sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan.
Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh seseorang.
(Honestdocs, 2019). Alergi obat adalah respon tubuh terhadap partikel-partikel asing yang
masuk kedalam tubuh. Tubuh mengadakan reaksi terhadap partikel-partikel tersebut melalui
sistem kekebalan dan daya tahan tubuh seperti ketika penyakit memasuki tubuh. (Graha,
2010).
Alergi obat atau hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik yang terjadi akibat
respon imun berlebihan yang melibatkan (IgE atau T cell – mediated atau jarang melibatkan
kompleks imun atau reaksi sitotoksik) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. (dr.
Tjok, 2016).Berdasarkan beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa alergi obat adalah
suatu bentuk respon alergi partikel obat melalui sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
yang mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh.
Klasifikasi obat menurut Coombs dan Gell menjadi empat tipe reaksi berdasarkan kecepatan
dan mekanisme imun yang terjadi.
Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya alergi obat. Termasuk
usia, jenis kelamin, polimorfisme genetik, infeksi virus, dan faktor terkait obat (frekuensi
paparan, rute administrasi, berat molekul). Alergi obat secara khas terjadi pada usia muda dan
dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Polimorfisme genetic dalam
human leukocyte anti ge (HLA) dan infeksi virus seperti human immonudeficiency Virus
(HIV) dan epstein – barr virus (ABV), juga berkaitan dengan penigkatan risiko terjadinnya
reaksi emunologis terhadap obat. Kerentanan terhadap alergi obat dipengaruh oleh
polimorfisme genetik dalam metabolisme obat. Selain itu, rute administrasi seperti, topikal,
intramuskular, dan intravena lebih sering menyebabkan reaksi alergi obat dibandingan
administrasi secara oral. Dosis berlebihan dalam jangka waktu yang panjang atau frekuensi
dosis dapat menyebabkan reaksi hipersensitivtas lebih besar daripada dosis tuggal.
Selanjutnya, obat dengan makromulekular atau obat hapten seperti penicilin, juga berhubugan
dengan kemungkinan besar penyebab reaksi hipersensitivitas.
2.4 Etiologi
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang dikonsumsi dapat berpotensi
meimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari
bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI menyebutkan obat yang sering menimbulkan
alergi adalah antibiotik penisilin dan turunannya ( Amphisilin, amoxisilin, kloksasilin),
antibiotik sulfonamide, obat anti demam dan anti nyeri (seperti asam salisilat, paracetamol,
dll). Obat apapun dapat menyebbakan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
2.5 Patofisiologi
1. Sel mast non spesifik atau pelepasan histamin basofil (seperti opiat, media
radiokontras, dan vankomisin)
2. Akumulasi bradikinin (angiotensin-converting enzyme inhibitors)
3. Aktivasi komplemen (protamine)
4. Perubahan metabolisme arakidonat (aspirin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs)
dan,
5. Kerja farmakologis dari substansi tertentu yang menyebabkan bronkospasme (β-
bloker, sulfur dioksida).
Reaksi cepat dari hipersensitivitas obat adalah hasil dari produksi IgE oleh spesifik antigen
limfosit B setelah sensitisasi. Antibodi IgE berikatan dengan reseptor Fc RI afinitas tinggi
pada permukaan sel mast dan basofil, menciptakan ikatan multivalent terhadap antigen obat.
Berdasarkan subsekuen paparan obat, antigen kompleks protein hapten berikatan silang
dengan IgE, menstimulasi pelepasan preformed mediators (histamin, triptase, beberapa
sitokin seperti TNF-α) dan produksi mediator -mediator baru (leukotrin, prostaglandin, kinin,
sitokin lainnya). Preformed mediators menstimulasi respon dalam beberapa menit, lalu
komponen inflamasi sitokin berlangsung setelah beberapa jam. Waktu yang dibutuhkan untuk
sintesis protein dan pengerahan sel imun.
Kebanyakan reaksi lambat hipersensitivitas obat dimediasi melalui kerja limfosit T. Kulit
menjadi target organ yang umumnya terjadi dengan obat yang responsif terhadap sel T,
tetapi organ lain bisa saja terlibat. Diklofenak, sebagaimana beberapa asam karboksil lainnya
(obat anti inflamasi nonsteroid), dapat menyebabkan cedera hati melalui sistem imun, dimana
dijelaskan dengan metabolisme hepar dan modifikasi selektif protein hepar. Penting untuk
diperhatikan, bahwa obat yang sama dapat menimbulkan gejala dan tanda klinis yang berbeda
pada individu yang berbeda pula, meskipun obat tersebut diadministrasikan pada dosis dan
rute administrasi yang sama. Untuk menstimulasi sel T naif, sel dendritik proses pertama
antigen obat. Antigen lalu masuk dan ditranspor ke nodus limfa regional. Untuk
berkembangnya respon imun yang efektif, sistem imun innate perlu untuk diaktifkan,
menyediakan sinyal maturasi penting, sering ditujukan sebagai sinyal bahaya dimana
termasuk obat langsung ataustres terkait penyakit. Saat tiba di nodus limfa, antigen
dipresentasikan ke sel T naif. Sebagai alternatif, beberapa antigen obat bisa secara langsung
menstimulasi sel T spesifik pada patogen, kemudian menghindari pengerahan untuk sel
dendritik dan sel T. Antigen spesifik sel T bermigrasi ke target organ dan sekali lagi
melakukan paparan ulang terhadap antigen, mereka diaktifkan untuk mensekresi sitokin yang
meregulasi respon dan sitotoksin (perforin, granzim, dan granulisin) yang mengakibatkan
kerusakan jaringan.
4. Peran Virus Dalam Patogenesis Reaksi Hipersensitivitas Obat
Infeksi virus dapat mengakibatkan erupsi kulit dan meniru reaksi hipersensitivitas obat jika
obat (kebanyakan antibiotik) yang diminum pada waktu bersamaan.Walaupun infeksi virus
dapat mencetuskan erupsi kulit, infeksi virus bisa juga berinteraksi dengan
obat,mengakibatkan erupsi ringan, misalnya pada kasus “ampicillin rash” berkaitan dengan
infeksi EBV dan reaksi berat selama drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms
(DRESS). Virus pertama kali menunjukkan reaktivasi pada pasien DRESS yang terinfeksi
Human herpes virus (HHV)-6, tetapi semua HHV dapat terlibat. Beberapa studi menunjukkan
bahwa replikasi HHV-6 bisa menginduksi in vitro dengan amoksisilin.
2.6 Pathaway
2.7 Manifestasi klinis
1. Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim.Batuk, wheezing,
hidung tersumbat
2. dan kesulitan bernafas.
3. Demam
4. Kulit melepuh dan mengelupas, masalah ini disebut racun berhubungan dengan kulit
nekrolysis, dan menyebabkan kematian.
5. Anaphylaksis, merupakan reaksi paling berbahaya dapat menyebabkan kematian.
Gejala-gejala diatas biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat
tanpa perawatan dapat menyebabkan syok. Gambaran lain yang menandakan adanya alergi
obat antara lain:
1. RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent
Assay Test)
2. Skin Prick Test, yaitu tes tusuk kulit
3. Skin Test
4. Patch Test (tes tempel)
5. Test Provokasi
6. Uji gores (scratch test)
7. Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end- poin
titration/SET)
1. Penatalaksanaan farmaologis
a. Adrenalin, yaitu golongan adrenergik yang akan meningkatkan konsentrasi cAMP
dalam mastosit sehingga terjadi lambatan degranulasi. Selain itu adrenalin
mempunyai manfaat terhadap sel sasaran yaitu:
Perangsangan terhadap pembuluh darah kulit, selaput lender dan kelenjar
liur.
Mengendurkan otot polos usus, bronkhus dan pembuluh darah otot rangka.
Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung, kekuatan
kontraksinya dan tekanan darah.
Perangsangan pusat-pusat pengaturan di otak, misalnya pernafasan. Semua
manfaat itu akan dapat mengurangi gejala-gejala reaksi anafilatik.
b. Difenhidramin, merupakan kelompok antihistamin yang bekerja menghambat
histamin yang dihasilkan oleh sel mastosit.
c. Aminofilin, apabila bronkospasme menetap.
d. Teofilin, termasuk kelompok xantin yang mempunyai manfaat mengatasi reaksi
anafilaktis. Mekanisme kerjanya melalui sel matosit dan sel sasarannya seperti
halnya adrenalin.
e. Vasopresor
f. Kortikosteroid, merupakan kelompok obat-obatan yang paling banyak dipakai
pada penyakit radang dan penyakit immunologik.
2. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Evaluasi segera keadaan jalan nafas dan jantung
b. Intubasi dan trakeostomi
c. Pemasangan turniket proksimal dari daerah suntikan jika anafilaksis terjadi
karwna suntikan pada ekstermitas atau sengatan/ggigitan hewan berbisa
d. Pemberian oksigen
e. Terapi desentisasi
f. Pengobatan suportif
2.10 Pencegahan
2.11 Komplikasi
1. Eritroderma eksfoliativa sekunder
2. Abses limfedenopati
3. Furunkulosis
4. Rinitis
5. Stomatitis
6. Konjungtivitis
7. Kolitis bronkolitis
8. Hepatomegali
BAB III
ASKEP TEORI ALERGI
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tangga dan jam mrs, no register, dan diagnosa media.
2. Keluhan utama
Biasanya terdapat kemerahan dan bengkak pada kulit dan terasa gatal.
3. Riwayat pemyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak napas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan
pada kulit, mual, muntah dan terasa gatal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami nyeri perut, sesak napas, demam,
bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual, muntah, dan terasa gatal dan
pernah menjalani perawatan di rs
dan pengobatan tertentu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
6. Riwayat psikososial
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia
saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Klien nampak lemah
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan cepat dan nadi juga cepat,
tekanan darah kadang menurun.
b) Pemeriksaan fisik secara persistem :
(1) Sistem pernapasan
Inspeksi: Nafas terlihat cepat(takipneu) pola napas tidak beratur.
Palpasi: Pengembangan dada simetris, terdengar taktil vremitus, otot bantu pernafasan
teraba.
Perkusi: Bunyi dada terdengar Sonor, tidak ada penumpukan cairan.
Auskultasi: Terdapat suara nafas tambahan seperti ronkhi.
(2) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: Tidak terlihat kardiomegali/ pembesaran jantung
Palpasi: denyut jantung teraba reguler, dalam kondisi yang parah biasanya irreguler, tidak
teraba pembesaran jantung.
Perkusi: batas jantung terdengar tympani.
Auskultasi: Tidak ada suara jantung tambahan pada kondisi yang tidak serius.
(3) Sistem pencernaan
Inspeksi: Pasien biasanya mengalami anoreksia, mual muntah dan perut sedikit cekung,
nafsu makan menurun.
Palpasi: Terjadi nyeri tekan pada area ulu hati. Tidak teraba distensi abdomen.
Perkusi: terdengar suara perut Hipersonor.
Auskultasi: terdengar bising usus meningkat >12kali / menit
(4) Sistem Indera
Kaji adanya kerusakan fungsi masing-masing indra akibat darikomplikasi dan keparahan
dari penyakit.
(5) Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya kemampuan otot, stabilitas dan kemampuan pergerakan (ROM), kekuatan
sendi ekstrimitas atas dan bawah yang mengakibatkan sulit melakukan aktifitas refleks
bisap ++/++, refleks trisep ++/++, refleks patele ++/++, refleks Babinski -/-, Apakah
menyebabkan gangguan pada sistem ini atau tidak.
(6) Sistem Integumen
Inspeksi: terjadi penurunan turgor kulit, terdapat bintik ruam, gatal-gatal kemerahan.
Palpasi: teraba bentol -bentol dan bengkak. peningkatan suhu tubuh.
(7) Sistem Endokrin
Kaji adanya perubahan terhadap sistem endokrin misalnya adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
(8) Sistem Perkemihan
Inspeksi: frekuensi urine menurun hingga anuri.
Palpasi: Tidak terjadi distensi pada kandung kemih.
(9) Sistem Reproduksi
Kaji adanya impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanitayang disertai dengan
keputihan.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan pada jumlah leukosit dan hitung jenis sel.
b. Pemeriksaan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum.
c. Pemeriksaan serum Ig E dan Ig G spesifik.
3.2 Diagnosa keperawatan pada pasien alergi obat
4. Kongesti
alveolarmengakibatkan
batuk kering atau
iritasi.
Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan
atau
antikoagulan
berlebihan.
5. Memaksimalkan
bernapasn dan
menurunkan kerja
napas.
6. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu
pengenceran
secret untuk
memudahkan
pembersihan.
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Lihat kulit, adanya 1. Kulit berisiko
integritas kulit tindakan edema, area karena
b.d. inflamasi keperawatan sirkulasinya gangguan sirkulasi
dermal, selama 2x24 jam terganggu perifer
intradermal diharapkan pasien atau pigmentasi
sekunder tidak 2. Edema interstisial
akan mengalami 2. Hindari obat dan gangguan sirkulasi
kerusakan intramuscular memperlambat
integritas absorpsi
kulit lebih parah 3. Beritahu pasien obat dan predisposisi
dengan untuk untuk kerusakan kulit
kriteria hasil : tidak menggaruk area
kemerahan, terjadinya
2. Tidak terdapat
tanda-tanda
urtikaria, pruritus
dan angioderma
3. Kerusakan
integritas kulit
berkurang
Kekurangan Setelah dilakukan 1. Ukur dan pantau 1. Peningkatan suhu
volume cairan tindakan TTV atau
b.d. kehilangan keperawatan Memanjangnya
cairan berlebihan selama 1x24 jam 2. Kaji turgor kulit, demam
diharapkan kelembaban meningkatkan laju
kekurangan membran metabolik dan
volume cairan mukosa (bibir dan kehilangan cairan
pada lidah) melalui evaporasi.td
pasien dapat orstotatic berubah dan
teratasi 3. Monitor intake dan peningkatan takikardi
dengan kriteria output cairan menunjukan
hasil : kekurangan
1. Pasien tidak 4. Beri obat sesuai cairan sistemik
Mengalami diare Indikasi misalnya
kehilangan cairan
5. Adanya penuruna n
masukan atau banyak
kehilangan,
penggunaan
parenteral
memperbaiki
atau mencegah
kekurangan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini
terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama :Valen Zega
Umur : 5 Tahun
Status Kesehatan : Sakit
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
No. Register : 11112014
Ruang/Kamar : II/Rajawali
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
Tanggal Pengkajian : 2 desember 2014
Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson
B. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama : Jhon Irwan zega
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
II. RESUME
TTV :
· Temp : 390C
· Nadi : 80x/menit
· RR : 28x/menit
BB : 22 kg
8. Pola nutrisi
- Diet : Bubur
- Nafsu makan : menurun
- Mual : ada
- Muntah : ada
- Frekuensi makan : 2 kali/ hari
- Jumlah makanan dan minuman :
makan : 1/2 piring / makan
Minum : 5 gelas (250 ml/gls)
- Berat badan : 22 kg
- Tinggi badan : 100 cm
G. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Kurang Bersih
b. Bahaya : Penumpukan Sampah
c. Polusi lingkungan rumah : Polusi Kendaraan
4. Pola koping :
a. Harga diri : Menurun
b. Ideal diri : Menurun
c. Identitas diri : Menurun
d. Gambaran diri : Jarang ke luar rumah karena penyakit
5. Suasana hati : Nyeri
6. Kegemaran : Main bola
7. Daya adaptasi : Kurang
8. Hubungan / Komunikaksi :
a. Bicara : Jarang
b. Tempat tinggal : Kurang
c. Kehidupan keluarga : Biasa
d. Keuangan : Mencukupi
9. Pertahanan koping :
a. Pengambilan keputusan : -
b. Yang disukai tentang diri sendiri : -
c. Yang ingin diubah dalam kehidupan : -
d. Yang dilakukan bila stress : -
e. Yang dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman : Memberi Lingkungan Yang
nyaman
10. System nilai kepercayaan :
a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan
b. Kepercayaan : pasti sembuh
c. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : tidak ada
I. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital (Tanggal : 1 Maret )
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaraan : sadar
c. Suhu / Temp : 390C
d. Denyut Nadi / Pols : 80X/menit
e. Pernafasan / RR : 28X/menit
2. Head to toe dan pengkajian system
a. Kepala dan rambut dan wajah
Kepala : Pasien mengeluh sakit
Bentuk kepala : Bulat
Ukuran : Simetris
Posisi : Simetris
Warna Rambut : Hitam
Bentuk Rambut : keriting
Kebersihan Kulit kepala : ada ketombe
Warna : putih
Struktur wajah : Oval
b. Mata
Bentuk : Sipit (Simetris)
Sclera : normal
Konjungtiva : Ananemis
Pupil : isokor
Fungsi penglihatan : normal
Retina : normal
c. Hidung / Penciuman
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Fungsi penciuman : baik
Lubang hidung : simetris
Polip : tidak ada
Sinusitis : tidak ada
Pernah mengalami flu : pernah
d. Telinga / Pendegaran
· Bentuk : normal
· Peradangan : tidak ada
· Perdarahan : tidak ada
· Cairan : tidak ada
· Fungsi pendegaran : baik
· Alat bantu pendengaran : tidak
g. Thorax
· Bentuk rongga : simetris
· Bunyi nafas : tidak ada
· Irama pernafasan : Normal
· Bunyi jantung : tidak ada
· Nyeri dada : tidak ada
h. Abdomen
· Bentuk : simetris
· Turgor kulit : jelek
· Massa / cairan : tidak ada
· Hepar : baik
· Ginjal : normal
· Bising usus : normal
i. Perineum / Genetalia
· Kebersihan perineum : bersih
· Perdarahan : tidak ada
· Peradangan : tidak ada
· Haemoroid : tidak ada
· Alat genetalia : bersih
j. Sirkulasi
· Suara jantung : Normal
· Suara jantung tambahan : tidak ada
· Palpitasi : normal
· Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
· Edema jaringan : tidak ada
Nadi : tidak Normal
k. Neurologis
· Memori saat ini : Normal
· Memori yang lalu : Normal
· Keluhan pusing : ada
· Lama tidur : 7 jam
· Gangguan tidur : (+)
· Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
l. Muskuloskletal
· Pergerakan ekstremitas : lemah
· Kekuatan otot : menurun
· Fraktur : tidak ada
· Kelainan tulang belakang : tidak ada
· Traksi / spalk/ gips : tidak ada
m. Pencernaan
· Mulut : kotor dan kering
· Tenggorokan : nyeri
· Abdomen : normal
· Nafsu makan : menurun
· Porsi makan :1/2piring
n. Eliminasi
· Pola BAB : 2 kali/Hari
· Konstipasi : tidak ada
· Diare : tidak ada
· Riwayat perdarahan : tidak ada
· Pola BAK : 5 kali/hari
· Jumlah urin : 900 cc
· Inkontinensia : mampu
· Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
· Hematuria : tidak ada
· Peradangan : tidak ada
· Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
o. Integumen
· Turgor kulit : jelek
· Tekstur kulit : kering
· Kelembapan : kering
· Lesi : (+)
· Jaringan parut : tidak ada
· Suhu : 390C
· Edema : tidak ada
· Eritema : Kemerahan
PENGKAJIAN
A. Analisa data
No Data Etiologi Problem
.
1. DS :
Demam
Mual & muntah
Nyeri tenggorokan
DO
Tidak adekuat intake cairan, Kekurangan Volume
Suhu 390C
Hipertermi Cairan
RR 28 x/i
Turgor kulit jelek
Eritema Seluruh
tubuh
DS :
o Nyeri Tenggorokan
o Sakit kepala
DO :
Wajah meringis
2. Inflamasi pada kulit Nyeri
Lesi di bibir
Eritema
RR 28x/i
DO :
lesi di bibir
Nyeri Tenggorokan
DO :
Bintik-bintik merah Gangguan integritas
4 eritema
pada kulit dan wajah kulit
Kulit kering
4.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual
dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah,
kulit kering
4.3.Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual
dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah,
kulit kering
4.4. Perencanaan Asuhan keperawatan
N Tang Dx.Kepera Tujuan/ Interve Rasional Impleme EVALUASI
o gal watan KH nsi ntasi
1 3/12/ Kekurangan Tujuan : Observas Untuk Jam Subjek :
2014 volume tidak i tanda- memonitor 09.00 wi Demam
cairan tubuh terjadi tanda keadaan b
b/d kekurang vital umum klien Mengobs Objek :
kerusakan an ervasi lesi (+)
jaringan volume tanda- turgor jelek
kulit d/d cairan tanda RR 26x/m
suhu 390C, Agar vital Pols :80x/m
turgor kulit KH: Monitor keseimbang Suhu : Temp
jelek,lesi di keluaran dan catat an cairan 38,50C 38,50C
bibir. urine cairan tubuh klien RR :
RR : 28x/i individu yang terpantau 20x/m Assestment :
Pols : 80x/i adekuat masuk Pols : Belum Terat
(0,5-1,0 dan Untuk 60x/m asi
mg/kg keluar mengetahui Jam
BB/jam) keseimbang 10.00 Planning :
Urin Kaji an cairan wib Intervensi dil
jernih dan catat tubuh Memonit anjutkan (1-
dan turgor or dan 3)
berwarna kulit mencatat
kuning cairan
Membran yang
mukosa masuk
lembab dan
Denyu keluar
t nadi Cairan
(60-100 infus :
36
x/menit) RL 20
tetes/men
it
Jam 11.
00 wib
Mengkaji
dan
mencatat
turgor
kulit
Turgor :
baik
2 3/12/ Nyeri b/d Tujuan : Kaji Untuk Jam Subjek :
2014 inflamasi nyeri tingkat mengetahui 12.00 Nyeri
pada kulit d/ dapat skala tingkat wib Tenggorokan
d wajah dikontrol/ nyeri 1 – nyeri klien Mengkaji
meringis,ny hilang 10, dan tingkat Objek :
eri KH : lokasi merupakan skala Lesi bibir
tenggorokan Klien dan data dasar Nyeri Wajah
,lesi di melapork intensita untuk Skala : 7 Skala nyeri
bibir,sakit an nyeri s nyeri memberika 4
kepala, berkuran n intervensi Jam 13.
Eritema, RR g Skala Anjurkan Untuk 30 wib Assestment :
28x/i nyeri 0-2 dan mengurangi Menganj Belum Terat
Klien ajarkan persepsi urkan dan asi
dapat klien nyeri, mengajar
beristirah tehnik meningkatk kan Planning :
at relaksasi an relaksasi teknik Intervensi la
Ekspresi nafas dan relaksasi njutkan (1-3)
wajah dalam menurunka Teknik :
37
rileks n tarik
RR : Tingkat ketegangan Napas
16 -20 kan otot dalam
x/menit periode Kekuranga
tidur n tidur Jam
tanpa dapat 15.15
ganggua meningkatk wib
n an persepsi Meningk
nyeri atkan
periode
tidur
tanpa
gangguan
.
Caranya :
Mengura
ngi batas
kunjunga
n pasien
38
tenggorokan Nafsu sesudah gaster klien. BB turun
,sulit makan makan danmeningü Mengajark 3 kg
menelan,mu meningka Berika katkan an cara Assestment :
al dan t n makan pemasukan membersi Belum Terat
muntah,BB Makanan dan Meningkat hkan asi
25 kg yang makanan kan nafsu mulut
menurun disediaka sedikit makan Jam Planning :
menjadi 22 n 80% tapi 10.00 Intervensi 1-
kg, tidak dihabiska sering wib 3 diulangi
selera n Memberi
makan Hidan kan
gkan makanan
makanan sedikit
dalam tapi
keadaan sering
hangat
Jam
11.30
wib
Memberi
kan
makanan
hangat
39
eritema d/d KH : bersih, yang Menggan Turgor mulai
bintik-bintik Tidak kering berkerut ti seprei membaik
merah pada ada dan dan basah lama Bintik-bintik
kulit dan bintik- tidak yang dengan merah pada
wajah, kulit bintik berkerut menyebabk seprei kulit dan
kering,Turg merah an iritasi baru wajah
or Jelek, pada kulit Kaji dan Kulit melai
dan Kulit potensial Jam membaik
wajah Setiap terhadap 09.55 Assestment :
Turgor hari. infeksi wib Belum
membaik Catat Menentuka teratasi
Kulit warna, n garis Jam Planning :
lembab turgor dasar 09.50 Ulangi
sirkulasi dimana Memberi intervensi 1-
dan perubahan kan 3
sensasi. pada status matras
Gambar dapat
kan lesi dibandingk
dan an dan
amati melakukan
Kolabor intervensi
asi tepat.
Berikan Menurunka
matras n iskemia
atau jaringan,
tempat mengurangi
tidur tekanan
busa pada kulit,
/flotasi jaringan
dan lesi
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan- bahan yang umumnya
nonimonigonik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan- bahan yang oleh tubuh di anggap asing atau berbahaya. Bahan- bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
4.2 Saran
Harapan kami semoga dengan makalah ini kami dapat memenuhi materi bagi para
pembaca terutama bagi para mahasiswa khususnya bagi kami, namun tidak menutup
kemungkinan makalah bisa sesempurna mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari para
pembaca kami harapkan terutama dari para dosen.
41
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:
EGC.
Graha, Chairinniza. 2010. 100 Questions & Answers : Alergi. Jakarta: PT. Elex Media
Media Komputio.
Price & Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Volume 2
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sudiarjane, Nyoman. 2013. Gangguan Sistem Imunitas (Alegri Obat). Diakses pada 21
Maret 2019. Dari https://www.slideshare.net
Suwarno, Ira Natalia. 2010. Alergi Obat. Diakses pada 21 Maret 2019. Dari
https://www.academia.edu
42
43
44