Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI OBAT

Dosen Pembimbing : Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Adelia Rahmadiany 201440101


Annisa Fitri 201440103
Atra Sahinza 191449102
Aulia Dila 191440103
Cintamie 201440107
Elvina Paranti 201440111
Jeki Ahmad 201440120
Jesica 201440121
Nuryanti 201440124
Ponika 201440126
Putri 201440127
Regi Ardianti 201440128
Resti Yuliana 201440129
Reza Septiani 201440130
Yuhana 201440138
Yulika Disti Hapsari 201440139
Zunni Mumtahanah 201440140
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
PRODI KEPERAWATAN PANGKAL PINANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Alergi obat” tepat pada
waktunya. Makalah “Asuhan Keperawatan Alergi obat” disusun guna memenuhi tugas ibu
Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, M.Keppada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
di Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ns. Dudella Desnani


Firman Yasin, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Semoga
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pangkalpinang, 24 Maret
2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

2.1 Definisi alergi obat...........................................................................................................7

2.2 Klasifikasi alergi obat.......................................................................................................7

2.3 Faktor risiko alergi...........................................................................................................8

2.4 Etiologi.............................................................................................................................9

2.5 Patofisiologi......................................................................................................................9

2.6 Pathaway.........................................................................................................................11

2.7 Manifestasi klinis............................................................................................................12

2.8 Pemeriksaan penunjang.............................................................................................12

2.9 Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi..................................................13

2.10 Pencegahan................................................................................................................14

2.11 Komplikasi................................................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................................15

ASKEP TEORI ALERGI.........................................................................................................15

3.1 Pengkajian pada pasien alergi obat............................................................................15


3.2 Diagnosa keperawatan pada pasien alergi obat.........................................................18

3.3 Rencana asuhan keperawatan pada pasien alergi obat..............................................18

3.4 Implementasi dan evaluasi secara teori.....................................................................22

BAB IV....................................................................................................................................39

PENUTUP................................................................................................................................39

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................39

4.2 Saran...............................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................41

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tapi juga dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan. Alergi obat adalah reaksi alergi dimanasistem kekebalan tubuh
bereaksi secara berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh
seseorang. (Honestdocs, 2019). Pada tahun 2014, sebuah studi multi-senter di Polandia
melaporkan  prevalensi alergi obat sebanyak 8,4 %. Di Thailand, sebuah studi pada tahun
2008 melaporkan bahwa obat anti-mikroba merupakan penyebab utama alergi obat yang
terjadi. (Roy & Iris, Dalam Abstrak Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Obat,
2017).

Di indonesia sendiri kejadian alergi obat sudah menjadi fenomena alergi obat sudah
tidak asing lagi. Kasus alergi obat seringkali terjadi pada anak-anak. Mengutip
jakartaglobe.com, hasil penelitian oleh Universitas Indonesia menunjukkan peningkatan
kasus alergi di indonesia mencapai 30 persen per tahunnya, walaupun belum ada data terinci
mengenai prevalensi dan epidemiologi alergi beserta penyebabnya. Berdasarkan data
tersebut, alergi obat merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius. Oleh karena
itu penyusun berharap dengan adanya makalah ini mampu membuka wawasan mahasiswa
terkait alergi terhadap obat sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan alergi ?


2. Apakah klasifikasi alergi obat ?
3. Apakah factor resiko dari alergi?
4. Apakah etiologi dari alergi ?
5. Bagaimanakah patofisiologi dari alergi ?
6. Bagaimanakah pathaway alergi ?
7. Bagaimanakah manifestasi klinis alergi ?
8. Apasajakah pemeriksaan penunjang alergi ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan alergi?
10. Bagaimanakah pencegahan alergi?
11. Apakah komplikasi dari alergi

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari alergi


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari alergi
3. Untuk mengetahui factor resiko dari alergi
4. Untuk mengetahui etiologi dari alergi
5. Untuk mengetrahui patofisiologi dari alergi
6. Untuk mengetahui pathaway dari alergi
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari alergi
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari alergi
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari alergi
10. Untuk mengetrahui pencegahan dari alergi
11. Untuk mengetahui komplikasi dari alergi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi alergi obat

Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh seseorang.
(Honestdocs, 2019). Alergi obat adalah respon tubuh terhadap partikel-partikel asing yang
masuk kedalam tubuh. Tubuh mengadakan reaksi terhadap partikel-partikel tersebut melalui
sistem kekebalan dan daya tahan tubuh seperti ketika penyakit memasuki tubuh. (Graha,
2010).

Alergi obat atau hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik yang terjadi akibat
respon imun berlebihan yang melibatkan (IgE atau T cell – mediated atau jarang melibatkan
kompleks imun atau reaksi sitotoksik) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. (dr.
Tjok, 2016).Berdasarkan beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa alergi obat adalah
suatu bentuk respon alergi partikel obat melalui sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
yang mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh.

2.2 Klasifikasi alergi obat

Klasifikasi obat menurut Coombs dan Gell menjadi empat tipe reaksi berdasarkan kecepatan
dan mekanisme imun yang terjadi.

Reaksi imun Mekanisme Mekanisme klinis Waktu untu bereaksi


Tipe 1 (IgEmediated) Kompleks obat-IgE Anafilaksis, Menit hingga
berkaitan pada sel urtikaria, angiodema, jam setelah
mast bronkospasme paparan obat
dengan pelepasan
histamin, mediator
inflamasi
Tipe II Spesifik antibodi Anemia, sitopeni, bervariasi
(sitotoksik) IgG trombositopeni
atau IgM langsung
pada sel-sel yang
terbungkus obat-
hapten
Tipe III Deposisi jaringan Serum sickness, 1-3 minggu
(kompleks dari vaskulitis, demam, setelah
imun) kompleks obat- ruam, arthralgi paparan obat
antibodi
dengan aktivasi
komplemen dan
inflamasi
Tipe IV Presentasi MHC Sensitivitas kontak 2-7 hari
(delayed, cell dari ruam pada kulit, setelah
Mediated) molekul obat kerusakan jaringan paparan obat
terhadap organ
sel T dengan
sitokin
dan pelepasan
mediator
inflamasi.; dapat
berkaitan dengan
aktivasi da
pengerahan
eosinofil, monosit,
dan
neutrofil)

2.3 Faktor risiko alergi

Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya alergi obat. Termasuk
usia, jenis kelamin, polimorfisme genetik, infeksi virus, dan faktor terkait obat (frekuensi
paparan, rute administrasi, berat molekul). Alergi obat secara khas terjadi pada usia muda dan
dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Polimorfisme genetic dalam
human leukocyte anti ge (HLA) dan infeksi virus seperti human immonudeficiency Virus
(HIV) dan epstein – barr virus (ABV), juga berkaitan dengan penigkatan risiko terjadinnya
reaksi emunologis terhadap obat. Kerentanan terhadap alergi obat dipengaruh oleh
polimorfisme genetik dalam metabolisme obat. Selain itu, rute administrasi seperti, topikal,
intramuskular, dan intravena lebih sering menyebabkan reaksi alergi obat dibandingan
administrasi secara oral. Dosis berlebihan dalam jangka waktu yang panjang atau frekuensi
dosis dapat menyebabkan reaksi hipersensitivtas lebih besar daripada dosis tuggal.
Selanjutnya, obat dengan makromulekular atau obat hapten seperti penicilin, juga berhubugan
dengan kemungkinan besar penyebab reaksi hipersensitivitas.

2.4 Etiologi

Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang dikonsumsi dapat berpotensi
meimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari
bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI menyebutkan obat yang sering menimbulkan
alergi adalah antibiotik penisilin dan turunannya ( Amphisilin, amoxisilin, kloksasilin),
antibiotik sulfonamide, obat anti demam dan anti nyeri (seperti asam salisilat, paracetamol,
dll). Obat apapun dapat menyebbakan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:

1. Penicillin (seperti, nafcillin, ampicillin, atau amoxicillin). Jenis obatobatan yang


paling menyebabkan alergi obat.
2. Sulfa obat-obatan
3. Barbiturates
4. Insulin
5. Vaksin

2.5 Patofisiologi

1. Imun Dan Non-Imun Reaksi Hipersensitivitas Terhadap Obat Patomekanisme reaksi


termasuk;

1. Sel mast non spesifik atau pelepasan histamin basofil (seperti opiat, media
radiokontras, dan vankomisin)
2. Akumulasi bradikinin (angiotensin-converting enzyme inhibitors)
3. Aktivasi komplemen (protamine)
4. Perubahan metabolisme arakidonat (aspirin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs)
dan,
5. Kerja farmakologis dari substansi tertentu yang menyebabkan bronkospasme (β-
bloker, sulfur dioksida).

2. Reaksi Cepat Hipersensitivitas Obat

Reaksi cepat dari hipersensitivitas obat adalah hasil dari produksi IgE oleh spesifik antigen
limfosit B setelah sensitisasi. Antibodi IgE berikatan dengan reseptor Fc RI afinitas tinggi
pada permukaan sel mast dan basofil, menciptakan ikatan multivalent terhadap antigen obat.
Berdasarkan subsekuen paparan obat, antigen kompleks protein hapten berikatan silang
dengan IgE, menstimulasi pelepasan preformed mediators (histamin, triptase, beberapa
sitokin seperti TNF-α) dan produksi mediator -mediator baru (leukotrin, prostaglandin, kinin,
sitokin lainnya). Preformed mediators menstimulasi respon dalam beberapa menit, lalu
komponen inflamasi sitokin berlangsung setelah beberapa jam. Waktu yang dibutuhkan untuk
sintesis protein dan pengerahan sel imun.

3. Reaksi Lambat Hipersensitivitas Obat

Kebanyakan reaksi lambat hipersensitivitas obat dimediasi melalui kerja limfosit T. Kulit
menjadi target organ yang umumnya terjadi dengan obat yang responsif terhadap sel T,
tetapi organ lain bisa saja terlibat. Diklofenak, sebagaimana beberapa asam karboksil lainnya
(obat anti inflamasi nonsteroid), dapat menyebabkan cedera hati melalui sistem imun, dimana
dijelaskan dengan metabolisme hepar dan modifikasi selektif protein hepar. Penting untuk
diperhatikan, bahwa obat yang sama dapat menimbulkan gejala dan tanda klinis yang berbeda
pada individu yang berbeda pula, meskipun obat tersebut diadministrasikan pada dosis dan
rute administrasi yang sama. Untuk menstimulasi sel T naif, sel dendritik proses pertama
antigen obat. Antigen lalu masuk dan ditranspor ke nodus limfa regional. Untuk
berkembangnya respon imun yang efektif, sistem imun innate perlu untuk diaktifkan,
menyediakan sinyal maturasi penting, sering ditujukan sebagai sinyal bahaya dimana
termasuk obat langsung ataustres terkait penyakit. Saat tiba di nodus limfa, antigen
dipresentasikan ke sel T naif. Sebagai alternatif, beberapa antigen obat bisa secara langsung
menstimulasi sel T spesifik pada patogen, kemudian menghindari pengerahan untuk sel
dendritik dan sel T. Antigen spesifik sel T bermigrasi ke target organ dan sekali lagi
melakukan paparan ulang terhadap antigen, mereka diaktifkan untuk mensekresi sitokin yang
meregulasi respon dan sitotoksin (perforin, granzim, dan granulisin) yang mengakibatkan
kerusakan jaringan.
4. Peran Virus Dalam Patogenesis Reaksi Hipersensitivitas Obat

Infeksi virus dapat mengakibatkan erupsi kulit dan meniru reaksi hipersensitivitas obat jika
obat (kebanyakan antibiotik) yang diminum pada waktu bersamaan.Walaupun infeksi virus
dapat mencetuskan erupsi kulit, infeksi virus bisa juga berinteraksi dengan
obat,mengakibatkan erupsi ringan, misalnya pada kasus “ampicillin rash” berkaitan dengan
infeksi EBV dan reaksi berat selama drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms
(DRESS). Virus pertama kali menunjukkan reaktivasi pada pasien DRESS yang terinfeksi
Human herpes virus (HHV)-6, tetapi semua HHV dapat terlibat. Beberapa studi menunjukkan
bahwa replikasi HHV-6 bisa menginduksi in vitro dengan amoksisilin.

2.6 Pathaway
2.7 Manifestasi klinis

1. Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim.Batuk, wheezing,
hidung tersumbat
2. dan kesulitan bernafas.
3. Demam
4. Kulit melepuh dan mengelupas, masalah ini disebut racun berhubungan dengan kulit
nekrolysis, dan menyebabkan kematian.
5. Anaphylaksis, merupakan reaksi paling berbahaya dapat menyebabkan kematian.

Gejala-gejala diatas biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat
tanpa perawatan dapat menyebabkan syok. Gambaran lain yang menandakan adanya alergi
obat antara lain:

1. Adanya penonjolan kemerahan seperti orang terkena cacar


2. Adanya bidudaaran
3. Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit
4. Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita DBD.
5. Adanya radang pada pembuluh darah (vaskulitis)
6. Adanya reaksi kemerahan akibat kontak langsung dengan sinar matahari
7. Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat

2.8 Pemeriksaan penunjang

1. RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent
Assay Test)
2. Skin Prick Test, yaitu tes tusuk kulit
3. Skin Test
4. Patch Test (tes tempel)
5. Test Provokasi
6. Uji gores (scratch test)
7. Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end- poin
titration/SET)

2.9 Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi

1. Penatalaksanaan farmaologis
a. Adrenalin, yaitu golongan adrenergik yang akan meningkatkan konsentrasi cAMP
dalam mastosit sehingga terjadi lambatan degranulasi. Selain itu adrenalin
mempunyai manfaat terhadap sel sasaran yaitu:
 Perangsangan terhadap pembuluh darah kulit, selaput lender dan kelenjar
liur.
 Mengendurkan otot polos usus, bronkhus dan pembuluh darah otot rangka.
 Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung, kekuatan
kontraksinya dan tekanan darah.
 Perangsangan pusat-pusat pengaturan di otak, misalnya pernafasan. Semua
manfaat itu akan dapat mengurangi gejala-gejala reaksi anafilatik.
b. Difenhidramin, merupakan kelompok antihistamin yang bekerja menghambat
histamin yang dihasilkan oleh sel mastosit.
c. Aminofilin, apabila bronkospasme menetap.
d. Teofilin, termasuk kelompok xantin yang mempunyai manfaat mengatasi reaksi
anafilaktis. Mekanisme kerjanya melalui sel matosit dan sel sasarannya seperti
halnya adrenalin.
e. Vasopresor
f. Kortikosteroid, merupakan kelompok obat-obatan yang paling banyak dipakai
pada penyakit radang dan penyakit immunologik.
2. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Evaluasi segera keadaan jalan nafas dan jantung
b. Intubasi dan trakeostomi
c. Pemasangan turniket proksimal dari daerah suntikan jika anafilaksis terjadi
karwna suntikan pada ekstermitas atau sengatan/ggigitan hewan berbisa
d. Pemberian oksigen
e. Terapi desentisasi
f. Pengobatan suportif

2.10 Pencegahan

1. Menghindari alergen penyebab reaksi alergi


2. Bagi orang yang sensitif terhadap gigitan dan serangan serangga, yang pernah
mengalami reaksi terhadap makanan atau obat tertentu, dan yang pernah mengalami
reaksi anfilaktik akibat latihan fisik harus selalu membawa kotak emergensi yang
berisi efineprin (Epipen)
3. Anamnesa yang cermat mengenai riwayat setiap sensitivitas terhadap antigen yang
dicurigai sebelum pemberian obat apapun
4. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi
diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epineprin
5. Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatikan bahwa tes
kulit negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat
tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaksis.
Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai
kemungkinan reaksisebesar 1-3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya
reaksi 60%, bila tes kulit positif.
6. Bagi pasien yang memiliki predisposisi untuk terjadinya reaksianafilaksis harus
mengenakan alat identifikasi yang berkaitan denganalergi obat, seperti gelang Medic-
Alert.
7. Dilakukan desensitisasi (usaha mengurangkan atau menghilangkanalergi terhadap
suatu zat)
8. Pasien diabetes yang alergi insulin dan sensitif terhadap penisiliamemerlukan
desensitisasi
9. Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan jangka panjang
10. Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasiselama pemberian

2.11 Komplikasi
1. Eritroderma eksfoliativa sekunder
2. Abses limfedenopati
3. Furunkulosis
4. Rinitis
5. Stomatitis
6. Konjungtivitis
7. Kolitis bronkolitis
8. Hepatomegali

BAB III
ASKEP TEORI ALERGI

3.1 Pengkajian pada pasien alergi obat

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tangga dan jam mrs, no register, dan diagnosa media.
2. Keluhan utama
Biasanya terdapat kemerahan dan bengkak pada kulit dan terasa gatal.
3. Riwayat pemyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak napas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan
pada kulit, mual, muntah dan terasa gatal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami nyeri perut, sesak napas, demam,
bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual, muntah, dan terasa gatal dan
pernah menjalani perawatan di rs
dan pengobatan tertentu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
6. Riwayat psikososial
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia
saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Klien nampak lemah
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan cepat dan nadi juga cepat,
tekanan darah kadang menurun.
b) Pemeriksaan fisik secara persistem :
(1) Sistem pernapasan
Inspeksi: Nafas terlihat cepat(takipneu) pola napas tidak beratur.
Palpasi: Pengembangan dada simetris, terdengar taktil vremitus, otot bantu pernafasan
teraba.
Perkusi: Bunyi dada terdengar Sonor, tidak ada penumpukan cairan.
Auskultasi: Terdapat suara nafas tambahan seperti ronkhi.
(2) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: Tidak terlihat kardiomegali/ pembesaran jantung
Palpasi: denyut jantung teraba reguler, dalam kondisi yang parah biasanya irreguler, tidak
teraba pembesaran jantung.
Perkusi: batas jantung terdengar tympani.
Auskultasi: Tidak ada suara jantung tambahan pada kondisi yang tidak serius.
(3) Sistem pencernaan
Inspeksi: Pasien biasanya mengalami anoreksia, mual muntah dan perut sedikit cekung,
nafsu makan menurun.
Palpasi: Terjadi nyeri tekan pada area ulu hati. Tidak teraba distensi abdomen.
Perkusi: terdengar suara perut Hipersonor.
Auskultasi: terdengar bising usus meningkat >12kali / menit
(4) Sistem Indera
Kaji adanya kerusakan fungsi masing-masing indra akibat darikomplikasi dan keparahan
dari penyakit.
(5) Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya kemampuan otot, stabilitas dan kemampuan pergerakan (ROM), kekuatan
sendi ekstrimitas atas dan bawah yang mengakibatkan sulit melakukan aktifitas refleks
bisap ++/++, refleks trisep ++/++, refleks patele ++/++, refleks Babinski -/-, Apakah
menyebabkan gangguan pada sistem ini atau tidak.
(6) Sistem Integumen
Inspeksi: terjadi penurunan turgor kulit, terdapat bintik ruam, gatal-gatal kemerahan.
Palpasi: teraba bentol -bentol dan bengkak. peningkatan suhu tubuh.
(7) Sistem Endokrin
Kaji adanya perubahan terhadap sistem endokrin misalnya adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
(8) Sistem Perkemihan
Inspeksi: frekuensi urine menurun hingga anuri.
Palpasi: Tidak terjadi distensi pada kandung kemih.
(9) Sistem Reproduksi
Kaji adanya impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanitayang disertai dengan
keputihan.

8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan pada jumlah leukosit dan hitung jenis sel.
b. Pemeriksaan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum.
c. Pemeriksaan serum Ig E dan Ig G spesifik.
3.2 Diagnosa keperawatan pada pasien alergi obat

1. Ketidakefektifan pola napas b.d terpajan alergen.


2. Kerusakan integritas kulit b.d inflamasi dermal, intradermal sekunder.
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.

3.3 Rencana asuhan keperawatan pada pasien alergi obat

Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Kaji frekuwensi, 1. Kecepatan biasanya
efektif b.d askep kedalaman meningkat. Dispnea
terpajan alergen selama 1x 15 pernapasan, dan dan
menit ekspansi paru. Catat terjadi peningkatan
diharapkan pasien upaya pernapasan, kerja
menunjukkan termasuk otot bantu napas. Kedalaman
pola pernapasan/pelebaran pernapasan bervariasi
nafas efektif masal. bergantung derajat
dengan gagal
frekuensi dan 2. Auskultasi bunyi napas. Ekspansi dada
kedalaman napas dan catat terbatas yang
rentang adanya bunyi napas berhubungan dengan
normal. adventisius atelektasisatau nyeri
Kriteria hasil : seperti krekels, dada pleuritik.
1. Frekuensi mengi,
pernafasan pasien gesekan pleura. 2. Bunyi napas
normal (16-20x menurun
permenit) 3. Tinggikan kepala /tidak ada bila jalan
2. Pasien tidak dan napas obstruksi
merasa sesak lagi bantu mengubah sekunder
3. Pasien tidak posisi. terhadap pendarahan,
tampak memakai Bangunkan pasien bekuan/kolaps jalan
alat bantu turun napas kecil
pernapasan dari tempat tidur dan (atelektasis).
4. Tidak terdapat ambulansi segera Ronchi dan mengi
sianosis mungkin. menyertai obstruksi
jalan
4. Observasi pola napas / kegagalan
batukdan pernapasan.
karakteristik secret.
3. Duduk tinggi
5. Berikan oksigen memungkinkan
tambahan. ekspansi
paru dan
6. Berikan memudahkan
humidifikasi pernapasan.
tambahan , mis : Pengubahan
nebulizer ultrasonik. posisi dan ambulansi
meningkatkan
pengisian
udara segmen paru
berbeda sehingga
memperbaiki difusi
gas.

4. Kongesti
alveolarmengakibatkan
batuk kering atau
iritasi.
Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan
atau
antikoagulan
berlebihan.

5. Memaksimalkan
bernapasn dan
menurunkan kerja
napas.

6. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu
pengenceran
secret untuk
memudahkan
pembersihan.
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Lihat kulit, adanya 1. Kulit berisiko
integritas kulit tindakan edema, area karena
b.d. inflamasi keperawatan sirkulasinya gangguan sirkulasi
dermal, selama 2x24 jam terganggu perifer
intradermal diharapkan pasien atau pigmentasi
sekunder tidak 2. Edema interstisial
akan mengalami 2. Hindari obat dan gangguan sirkulasi
kerusakan intramuscular memperlambat
integritas absorpsi
kulit lebih parah 3. Beritahu pasien obat dan predisposisi
dengan untuk untuk kerusakan kulit
kriteria hasil : tidak menggaruk area

1. Tidak terdapat yang gatal 3. Mencegah

kemerahan, terjadinya

bentol- luka akibat garukan

bentol dan edema

2. Tidak terdapat
tanda-tanda
urtikaria, pruritus
dan angioderma

3. Kerusakan
integritas kulit
berkurang
Kekurangan Setelah dilakukan 1. Ukur dan pantau 1. Peningkatan suhu
volume cairan tindakan TTV atau
b.d. kehilangan keperawatan Memanjangnya
cairan berlebihan selama 1x24 jam 2. Kaji turgor kulit, demam
diharapkan kelembaban meningkatkan laju
kekurangan membran metabolik dan
volume cairan mukosa (bibir dan kehilangan cairan
pada lidah) melalui evaporasi.td
pasien dapat orstotatic berubah dan
teratasi 3. Monitor intake dan peningkatan takikardi
dengan kriteria output cairan menunjukan
hasil : kekurangan
1. Pasien tidak 4. Beri obat sesuai cairan sistemik
Mengalami diare Indikasi misalnya

lagi antipiretik,antiemetic 2. Indikator langsung


kekuatan volume
2. Pasien tidak 5. Berikan cairan cairan
mengalami mual tambahan IV sesuai meskipun membran
muntah keperluan mukosa mulut
mengkin
3. Tidak terdapat kering karena nafas
tanda-tanda melut dan oksigen
dehidrasi
3. Mengetahui
4. Turgor kulit kesimvangan cairan
kembali
normal 4. Berguna
menurunkan

kehilangan cairan
5. Adanya penuruna n
masukan atau banyak
kehilangan,
penggunaan
parenteral
memperbaiki
atau mencegah
kekurangan

3.4 Implementasi dan evaluasi secara teori

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini
terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan ( Kozier, 1991:169).

BAB IV
TINJAUAN KASUS

TINJAUAN KASUS

KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.

4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega

I.             BIODATA
A.    Identitas Pasien
Nama                                 :Valen Zega
Umur                                 : 5 Tahun
Status Kesehatan              : Sakit
Agama                               : Kristen Protestan
Pendidikan                        : -
Pekerjaan                           : -
Alamat                              : Jln. Bhakti Luhur
Tanggal Masuk                  : 1 desember 2014
No. Register                      : 11112014
Ruang/Kamar                    : II/Rajawali
Golongan Darah                : AB
Tanggal Masuk                  : 1 desember 2014
Tanggal Pengkajian           : 2 desember 2014
Diagnosa Medis                : Sindrom Stevens Jhonson
B.     Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama                                 : Jhon Irwan zega
Pekerjaan                           : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien  : Ayah pasien
Alamat                              : Jln. Bhakti Luhur

C.    Keluhan Utama               : Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit menelan, nyeri


tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan, mual, muntah, berat
badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)

II.          RESUME
TTV :
·         Temp : 390C
·         Nadi : 80x/menit
·         RR : 28x/menit
BB : 22 kg

III.       RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1.      Faktor Pencentus                    : alergi obat
2.      Lamanya keluhan                    : 2 bulan
3.      Bagaimana yang dirasakan     : nyeri
4.      Bagaimana yang dilihat          : adanya bintik-bintik merah
5.      Faktor yang memperberat       : garukan
6.      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri  : mengaruk

7.      Upaya yang dilakukan oleh orang lain                      : membawa ke rumah sakit

8.      Pola nutrisi
-        Diet                          : Bubur
-        Nafsu makan            : menurun
-        Mual                         :  ada
-        Muntah                     : ada
-        Frekuensi makan      : 2 kali/ hari
-        Jumlah makanan dan minuman   :
makan                       : 1/2 piring / makan
Minum                      : 5 gelas (250 ml/gls)
-        Berat badan              : 22 kg
-        Tinggi badan            : 100 cm

D.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1.      Penyakit yang pernah dialami
a.       Masa kanan-kanak            : flu
b.      Riwayat kecelakaan          : tidak ada
c.       Pernah dirawat                  : tidak
d.      Pernah operasi                   : tidak
2.      Riwayat Alergi
a.       Tipe alergi                         : alergi tipe III dan IV
b.      Reaksi                               : nyeri yang hebat
c.       Tindakan                           : menggaruk
3.      Kebiasaan                                : main bola
4.      Imunisasi                                 : imunisasi campak dan polio
5.      Pola nutrisi
 Diet                                   : Nasi biasa
 Nafsu Makan                    : berkurang
 Mual                                  : ada
 Muntah                              :  ada
 Frekuensi makan               : 2kali/ hari
 Jumlah makanan dan minuman   :
 Makan                        : 1/2 piring
 Minum                       : 5gelas (250 ml/gls)
 Berat Badan                      : 22 kg
 Tinggi Badan                    : 100 cm

E.     Riwayat Kesehatan Keluarga    :


1.      Orang tua                                : tidak ada
2.      Saudara Kandung                   : tidak ada
3.      Penyakit keturunan yang ada  : tidak ada
4.      Anggota keluarga yang meninggal    : tidak ada
F.     Pola Kebiasaan Sehari-hari       :
1.      Biologis
No POLA SEBELUM SESUDAH
MASUK RS MASUH RS
1 Nutrisi :
a.       Makanan yang disukai Coklat Tidak ada
b.      Diet Nasi Bubur
c.       Nafsu makan Menurun Normal
d.      Lain-lain Tidak ada Tidak ada
2 Minum :
a.       Pola minum 5 gelas 7 gelas
b.      Jenis minuman Air putih Teh, air
c.       Banyaknya 1,25 L putih,susu
d.      Minuman yang disukai The 1,75 L
Teh,susu
3 Pola istirahat/tidur :
a.       Waktu tidur
         Siang Tidak ada 13.00-14.00 Wib
         Malam 20.00 - 05.00 wib 20.00 – 06.00
b.      Lama tidur 7 Jam/hari Wib
c.       Kebiasaan tidur malam Terganggu 9 jam/hari
d.      Kebiasaan tidur siang Terganggu Mulai bisa tidur
e.       Kesulitan tidur (+) Bisa tidur
f.       Cara mengatasinya Tidak ada Menurun
Tidak ada
4 Pola eliminasi fekal/BAB:
a.       Frekuensi 2 kali/ hari 2 kali/ hari
b.      Konsistensi Cair Padat
c.       Warna Kuning Kuning
d.      Waktu (pagi,siang,malam) Pagi dan siang Pagi dan siang

5 Pola eliminasi urin/BAK :


a.       Frekuensi 3 kali/ hari 5 kali/ hari
b.      Banyaknya/Jumlah 800 cc 900 cc
c.       Kejernihannya/Warna Kuning Kuning
d.      Bau Khas Khas
e.       Kelainan Tidak ada Tidak ada
6 Pola Aktivitas :
a.       Bekerja di -- Tidak ada
b.      Jarak tempat kerja dari - Tidak ada
rumah - Tidak ada
c.       Kendaraan yang dipakai Tidak ada
d.      Jumlah jam kerja/hari

7 Kebersihan diri / personal


hygiene 1-2 x / hari 3 x / hari
a.       Kebiasaan mandi 2 kali/hari 3 Kali/ Hari
b.      Menggosok gigi 1/hari 3 Kali/hari
c.       Mencuci rambut 1x/2bulan 1 kali/bulan
d.      Memotong kuku
8 Pola Rekreasi / Aktivitas
a.       Tempat hiburan/liburan Tidak ada Tidak ada
b.      Jenis olahraga Tidak ada Tidak ada
c.       Frekuensi olahraga Tidak ada Tidak ada
d.      Jenis pekerjaan Pelajar Tidak ada
e.       Jumlah jam kerja - Tidak ada

G.    Riwayat Lingkungan
a.       Kebersihan lingkungan rumah           : Kurang Bersih
b.      Bahaya                                               : Penumpukan Sampah
c.       Polusi lingkungan rumah                   : Polusi Kendaraan

H.    Riwayat / Keadaan Psikologis / Sosial / Spiritual


1.      Bahasa yang digunakan                     : Bahasa Indonesia
2.      Persepsi terhadap penyakit                : Tidak Sembuh
3.      Pola pikir dan persepsi kesulitan yang dialami          : Negatif, tidak bisa sembuh

4.      Pola koping                                        :
a.       Harga diri                                    : Menurun
b.      Ideal diri                                      : Menurun
c.       Identitas diri                                : Menurun
d.      Gambaran diri                              : Jarang ke luar rumah karena penyakit
5.      Suasana hati                                       : Nyeri
6.      Kegemaran                                        : Main bola
7.      Daya adaptasi                                    : Kurang
8.      Hubungan / Komunikaksi                  :
a.       Bicara                                          : Jarang
b.      Tempat tinggal                             : Kurang
c.       Kehidupan keluarga                    : Biasa
d.      Keuangan                                    : Mencukupi
9.      Pertahanan koping                             :
a.       Pengambilan keputusan               : -
b.      Yang disukai tentang diri sendiri            : -
c.       Yang ingin diubah dalam kehidupan : -
d.      Yang dilakukan bila stress           : -
e.       Yang dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman    : Memberi Lingkungan Yang
nyaman
10.  System nilai kepercayaan                  :
a.       Siapa atau apa sumber kekuatan  : Tuhan
b.      Kepercayaan                                : pasti sembuh
c.       Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS              : tidak ada

I.       Pemeriksaan Fisik
1.      Tanda-tanda vital     (Tanggal : 1 Maret )
a.       Keadaan umum                 : lemah
b.      Tingkat kesadaraan           : sadar
c.       Suhu / Temp                      : 390C
d.      Denyut Nadi / Pols           : 80X/menit
e.       Pernafasan / RR                : 28X/menit
2.      Head to toe dan pengkajian system
a.       Kepala dan rambut dan wajah
    Kepala                       : Pasien mengeluh sakit
  Bentuk kepala            : Bulat
 Ukuran                       : Simetris
  Posisi                         : Simetris
 Warna Rambut          : Hitam
 Bentuk Rambut         : keriting
    Kebersihan Kulit kepala       : ada ketombe
    Warna                        : putih
     Struktur wajah           : Oval

b.      Mata
 Bentuk        : Sipit (Simetris)
 Sclera                         : normal
 Konjungtiva               : Ananemis
  Pupil                          : isokor
 Fungsi penglihatan    : normal
  Retina                        : normal

c.       Hidung / Penciuman
 Bentuk                       : simetris
 Peradangan                : tidak ada
 Perdarahan                 : tidak ada
 Cairan                        : tidak ada
 Fungsi penciuman      : baik
 Lubang hidung          : simetris
 Polip                          : tidak ada
 Sinusitis                     : tidak ada
  Pernah mengalami flu          : pernah

d.      Telinga / Pendegaran
·         Bentuk                       : normal
·         Peradangan                : tidak ada
·         Perdarahan                 : tidak ada
·         Cairan                        : tidak ada
·         Fungsi pendegaran    : baik
·         Alat bantu pendengaran : tidak

e.       Rongga mulut dan Faring


·         Keadaan bibir            : lesi
·         Mukosa gigi               : kering
·         Keadaan gusi dan gigi         : kering
·         Kesulitan menelan     :  ada
·         Alat bantu bicara       : tidak ada
·         Gigi                            : kotor
·         Tonsil / faring            : tidak ada (Normal)
·         Peradangan                : tidak ada
·         Perdarahan                 : tidak ada
·         Laring                        : Normal
·         Peradangan                : tidak ada
·         Fungsi pengecapan    : baik
f.       Leher
·         Kelenjar getah bening          : Normal
·         Kelenjar tiroid           : Normal
·         Vena jugularis            : normal
·         Kekakuan                  : Tidak ada

g.      Thorax
·         Bentuk rongga         : simetris
·         Bunyi nafas              : tidak ada
·         Irama pernafasan      : Normal
·         Bunyi jantung          : tidak ada
·         Nyeri dada               : tidak ada

h.      Abdomen
·         Bentuk                     : simetris
·         Turgor kulit              : jelek
·         Massa / cairan           : tidak ada
·         Hepar                       : baik
·         Ginjal                       : normal
·         Bising usus               : normal

i.        Perineum / Genetalia
·         Kebersihan perineum          : bersih
·         Perdarahan               : tidak ada
·         Peradangan              : tidak ada
·         Haemoroid               : tidak ada
·         Alat genetalia           : bersih

j.        Sirkulasi
·         Suara jantung           : Normal
·         Suara jantung tambahan     : tidak ada
·         Palpitasi                    : normal
·         Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
·         Edema jaringan        : tidak ada
Nadi                         : tidak Normal
k.      Neurologis
·         Memori saat ini        : Normal
·         Memori yang lalu     : Normal
·         Keluhan pusing        :  ada
·         Lama tidur               : 7 jam
·         Gangguan tidur        : (+)
·         Genggaman tangan kiri/kanan        : melemah

l.        Muskuloskletal
·         Pergerakan ekstremitas       : lemah
·         Kekuatan otot          : menurun
·         Fraktur                     : tidak ada
·         Kelainan tulang belakang   : tidak ada
·         Traksi / spalk/ gips    : tidak ada

m.    Pencernaan
·         Mulut                       : kotor dan kering
·         Tenggorokan            : nyeri
·         Abdomen                 : normal
·         Nafsu makan            : menurun
·         Porsi makan              :1/2piring

n.      Eliminasi
·         Pola BAB                 : 2 kali/Hari
·         Konstipasi                : tidak ada
·         Diare                        : tidak ada
·         Riwayat perdarahan : tidak ada
·         Pola BAK                : 5 kali/hari
·         Jumlah urin               : 900 cc
·         Inkontinensia           : mampu
·         Karakter urin            : bau ke kuning-kuningan
·         Hematuria                : tidak ada
·         Peradangan              : tidak ada
·         Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK       : ada

o.      Integumen
·         Turgor kulit              : jelek
·         Tekstur kulit             : kering
·         Kelembapan             : kering
·         Lesi                          : (+)
·         Jaringan parut           : tidak ada
·         Suhu                         : 390C
·         Edema                      : tidak ada
·         Eritema                     : Kemerahan
PENGKAJIAN
A. Analisa data
No Data Etiologi Problem
.
1. DS :
         Demam
         Mual & muntah
         Nyeri tenggorokan
DO
Tidak adekuat intake cairan, Kekurangan Volume
         Suhu 390C
Hipertermi Cairan
         RR 28 x/i
         Turgor kulit jelek
         Eritema Seluruh
tubuh

DS :
o   Nyeri Tenggorokan
o   Sakit kepala
DO :
         Wajah meringis
2. Inflamasi pada kulit Nyeri
         Lesi di bibir
         Eritema
         RR 28x/i

3 DS : Intake tidak adekuat karena Nutrisi kurang dari


         mual dan muntah adanya lesi kebutuhan
         sulit menelan
         tidak selera makan

DO :
         lesi di bibir
         Nyeri Tenggorokan

DO :
         Bintik-bintik merah Gangguan integritas
4 eritema
pada kulit dan wajah kulit
         Kulit kering

4.2  Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat karena adanya lesi ditandai dengan  nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual
dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah,
kulit kering

4.3.Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat karena adanya lesi ditandai dengan  nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual
dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah,
kulit kering
4.4. Perencanaan Asuhan keperawatan
N Tang Dx.Kepera Tujuan/ Interve Rasional Impleme EVALUASI
o gal watan KH nsi ntasi
1 3/12/ Kekurangan Tujuan :     Observas     Untuk          Jam Subjek :
2014 volume tidak i tanda- memonitor  09.00 wi      Demam
cairan tubuh terjadi tanda keadaan b
b/d kekurang vital umum klien Mengobs Objek :
kerusakan an ervasi        lesi (+)
jaringan volume tanda-        turgor jelek
kulit d/d cairan tanda        RR 26x/m
suhu 390C,      Agar vital        Pols :80x/m
turgor kulit KH:      Monitor keseimbang Suhu :        Temp
jelek,lesi di    keluaran dan catat an cairan 38,50C 38,50C
bibir. urine cairan tubuh klien RR :
RR : 28x/i individu yang terpantau 20x/m Assestment :
Pols : 80x/i adekuat masuk Pols : Belum Terat
(0,5-1,0 dan      Untuk 60x/m asi
mg/kg keluar mengetahui     Jam
BB/jam) keseimbang 10.00 Planning :
     Urin       Kaji an cairan wib Intervensi dil
jernih dan catat tubuh Memonit anjutkan (1-
dan turgor or dan 3)
berwarna kulit mencatat
kuning cairan
     Membran yang
mukosa masuk
lembab dan
         Denyu keluar
t nadi Cairan
(60-100 infus :

36
x/menit) RL 20
 tetes/men
it
      Jam 11.
00 wib
Mengkaji
dan
mencatat
turgor
kulit
Turgor :
baik
2 3/12/ Nyeri b/d Tujuan :      Kaji      Untuk      Jam Subjek :
2014 inflamasi nyeri tingkat mengetahui 12.00      Nyeri
pada kulit d/ dapat skala tingkat wib Tenggorokan
d wajah dikontrol/ nyeri 1 – nyeri klien Mengkaji
meringis,ny hilang 10, dan tingkat Objek :
eri KH : lokasi merupakan skala       Lesi bibir
tenggorokan     Klien dan data dasar Nyeri       Wajah
,lesi di melapork intensita untuk Skala : 7       Skala nyeri
bibir,sakit an nyeri s nyeri memberika 4
kepala, berkuran n intervensi      Jam 13.
Eritema, RR g Skala   Anjurkan     Untuk 30 wib Assestment :
28x/i nyeri 0-2 dan mengurangi Menganj Belum Terat
     Klien ajarkan persepsi urkan dan asi
dapat klien nyeri, mengajar
beristirah tehnik meningkatk kan Planning :
at relaksasi an relaksasi teknik Intervensi la
    Ekspresi nafas dan relaksasi njutkan (1-3)
wajah dalam menurunka Teknik : 

37
rileks n tarik
         RR :      Tingkat ketegangan Napas
16 -20 kan otot dalam
x/menit periode      Kekuranga
tidur n tidur          Jam
tanpa dapat 15.15
ganggua meningkatk wib
n an persepsi Meningk
nyeri atkan
periode
tidur
tanpa
gangguan
.
Caranya :
Mengura
ngi batas
kunjunga
n pasien

3 3/12/ Nutrisi Tujuan      Anjurka      Untuk          Jam Subjek :


2014 kurang dari : nutrisi n meningkatk 09.00          Nyeri
kebutuhan b klien keluarga an nafsu wib tenggorokan
/d intake terpenuhi untuk makan dan Menganj           Sulit
tidak KH : member memberika urkan menelan
adekuat      Tidak sihkan n rasa keluarga          Mual
karena terjadi mulut untuk          muntah
adanya penuruna klien      Membantu membersi Objek :
lesi d/d nyer n BB/BB sebelum mencegah hkan          Ansietas
i ideal dan distensi mulut (+)

38
tenggorokan     Nafsu sesudah gaster klien.          BB turun
,sulit makan makan danmeningü  Mengajark 3 kg
menelan,mu meningka       Berika katkan an cara Assestment :
al dan t n makan pemasukan membersi Belum Terat
muntah,BB      Makanan dan      Meningkat hkan asi
25 kg yang makanan kan nafsu mulut
menurun disediaka sedikit makan          Jam Planning :
menjadi 22 n 80% tapi 10.00 Intervensi 1-
kg, tidak dihabiska sering wib 3 diulangi
selera n Memberi
makan          Hidan kan
gkan makanan
makanan sedikit
dalam tapi
keadaan sering
hangat

         Jam
11.30
wib
Memberi
kan
makanan
hangat

4 3/12/ Gangguan Kulit      Pertahan     Friksi kulit          Jam Subjek:


2014 integritas Kemabali kan disebabkan 09.50 --
kulit b/d Normal seprei oleh kain wib Objek

39
eritema d/d KH : bersih, yang Menggan     Turgor mulai
bintik-bintik      Tidak kering berkerut ti seprei membaik
merah pada ada dan dan basah lama      Bintik-bintik
kulit dan bintik- tidak yang dengan merah pada
wajah, kulit bintik berkerut menyebabk seprei kulit dan
kering,Turg merah an iritasi baru wajah
or Jelek, pada kulit    Kaji dan      Kulit melai
dan Kulit potensial       Jam membaik
wajah Setiap terhadap 09.55 Assestment :
     Turgor hari. infeksi wib Belum
membaik Catat      Menentuka teratasi
     Kulit warna, n garis       Jam Planning :
lembab turgor dasar 09.50 Ulangi
sirkulasi dimana Memberi intervensi 1-
dan perubahan kan 3
sensasi. pada status matras
Gambar dapat
kan lesi dibandingk
dan an dan
amati melakukan
     Kolabor intervensi
asi tepat.
Berikan      Menurunka
matras n iskemia
atau jaringan,
tempat mengurangi
tidur tekanan
busa pada kulit,
/flotasi jaringan
dan lesi

40
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan- bahan yang umumnya
nonimonigonik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan- bahan yang oleh tubuh di anggap asing atau berbahaya. Bahan- bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

4.2 Saran

Harapan kami semoga dengan makalah ini kami dapat memenuhi materi bagi para
pembaca terutama bagi para mahasiswa khususnya bagi kami, namun tidak menutup
kemungkinan makalah bisa sesempurna mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari para
pembaca kami harapkan terutama dari para dosen.

41
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:
EGC.

Graha, Chairinniza. 2010. 100 Questions & Answers : Alergi. Jakarta: PT. Elex Media
Media Komputio.

Price & Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Volume 2
Edisi 6. Jakarta: EGC.

Sudiarjane, Nyoman. 2013. Gangguan Sistem Imunitas (Alegri Obat). Diakses pada 21
Maret 2019. Dari https://www.slideshare.net

Suwarno, Ira Natalia. 2010. Alergi Obat. Diakses pada 21 Maret 2019. Dari
https://www.academia.edu
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai