N YANG MENGALAMI
ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)
DI LANTAI 4 RUANG FLAMBOYAN
RSUD PASAR REBO
Pembimbing:
Dr. Tutiany, S.Kp.,M.Kes
Syukur allhamdulilah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kardiovaskular dengan judul :
Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Yang Mengalami Acute Decompensated Heart
Failure (ADHF) di lantai 4 ruang flamboyant RSUD Pasar Rebo.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberi doa saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................4
A. Konsep Dasar Acute Decompensated Heart Failure (ADHF).....................................4
1. Definisi ADHF.............................................................................................................4
2. Klasifikasi ADHF.........................................................................................................4
3. Etiologi ADHF.............................................................................................................5
4. PatofisiologiADHF.......................................................................................................5
5. Pathway........................................................................................................................6
6. Manifestasi KlinisADHF..............................................................................................9
7. Komplikasi ADHF.......................................................................................................9
8. Pemeriksaan Penunjang ADHF....................................................................................9
9. Penatalaksanaan Medis ADHF...................................................................................10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Acute Decompensated Heart Failure
(ADHF).....................................................................................................................................12
1. Pengkajian Keperawatan............................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................14
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................................14
4. Implementasi Keperawatan........................................................................................16
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................................16
BAB III......................................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................17
A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................18
C. Perencanaan Keperawatan.........................................................................................20
A. Latar Belakang
Acute decompensated heart failure adalah perburukan dari gagal jantung kronik
akibat dari kelebihan volume, dengan implikasi jangka pendek kebutuhan terapi
Diuretik. (Levine, 2013). Jurnal Penelitian Ramli et al., 2019tentang Relationship
Between of Lactate Clearance with Major Cardiovascular Events in Patients
with Acute Decompensated Heart FailureMenyatakan bahwa Faktor resiko
terbanyak adalah hipertensi (14%), merokok (10%), dyslipidemia (8%),
diabetes mellitus (8%), dan riwayat keluarga penyakit jantung coroner (2%),
Faktor presipitasi terbanyak adalah pneumonia (15%), tidak mematuhi diet (7%),
tidak patuh minum obat (6%) dan aritmia.(1%). Selain itu sebagian besar dari pasien
ADHF juga memiliki clinical assessment seperti sesak nafas saat istirahat dan
beraktivitas, Orthopnue, Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND),Takikardia,
Batuk, Fatigue,Penumpukan cairan pada jaringan atau edema (Wijaya & Putri,
2013).
1
ADHF dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik,
psikologis, maupun social. permasalahan fisik pada pasien gagal jantung seperti,
gangguan jantung, hipertensi, ketegangan otot, gangguan tidur, sakit kepala, mual,
telapak kaki & tangan terasa dingin (Watchie, 2010). Sedangkan
permasalahan psikologis pada pasien gagal jantung yang muncul seperti, stres,
kecemasan, ketidakberdayaan, ketakutan dan depresi (Polikardrioti, Maria,
Goudevenos, John, Lampros, 2015). Selain itu pasien gagal jantung akan
terganggu aktivitas sehari-harinya, penurunan kualitas hidup dan meningkatnya
biaya perawatan yang berdampak pada psikologis & Sosial pasien gagal jantung
(Sulastini & Fitria, 2016).
Peran perawat terhadap pasien dengan ADHF yaitu sebagai pemberi asuhan yaitu
berfokus pada pemantauan TTV dan gejala penurunan curah jantung, penyebab
yang mendasari (misalnya hipovolemia, disritmia), program dokter untuk mengatasi
penurunan curah jantung & pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahan
posisi dan hidrasi. peran perawat lainnya yaitu sebagai pendidik yaitu
memberikan Pendidikan kesehatan pada pasien agar mengubah gaya hidup
&mengontrol kebiasaan buruk untuk menghindari faktor risiko. Dengan di
berikan pendidikan kesehatan diharapkan pasien semakin mengerti bagaimana
harus mengubah perilaku sehingga mereka mampu melakukan perawatan
mandirinya (Wilkinson, J. M., & Ahern, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2
Memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)
2. Tujuan khusus
a) Mampu menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)yang
meliputi :
1) Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF)
2) Penetapan diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF)
3) Perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF)
4) Implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF)
5) Evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF)
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi ADHF
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA (New York Heart Association) dibagi
menjadi 4 kelas yaitu: Kelas 1: selama melakukan aktivitas fisik biasa pasien tidak
ada sesak nafas, kelelahan atau palpitasi. Kelas 2: selama melakukan aktivitas
fisik biasa pasien ada sesak nafas, kelelahan atau palpitasi. Kelas 3: gejala
timbul saat melakukan berbagai aktivitas tetapi dapat membaik saat beristirahat.
Kelas 4: gejala timbul meskipun sedang beristirahat (Lainscak, M., dkk., 2017).
4
5
preserved Ejection Fraction): gagal jantung dengan fraksi ejeksi >50% (Ponikowski
et al, 2016).
3. Etiologi ADHF
Pada umumnya gagal jantung akut disebabkan oleh adanya kerusakan fungsional
jantung dimana terjadi kerusakan otot jantung, iskemik akut dan kronik, adanya
peningkatan tahanan vaskuler dengan hipertensi, atau berkembangnya
takiaritmia seperti atrial fibrilasi (AF) (Ponikowski et al, 2016).
4. PatofisiologiADHF
Patofisiologi ADHF menurut Farmakis, et al (2018): Gagal jantung terjadi dari 4
mekanisme: (1)volume berlebihan, (2) tekanan berlebihan, (3) kehilangan miokard,
dan (4) terganggunya pengisian ventrikel. Disfungsi jantung menyebabkan
penurunan curah jantung, mengaktifkan kompensasi neurohormonal,
meningkatkan aldosterone dan arginin vasopressin sehingga retensi Na dan air
dalam ginjal, terjadi edema perifer/ sistemik. Adanya gangguan LVEF, tekanan
arteri yang abnormal dan juga vasokonstriksi menyebabkan redistribusi cairan
dan kongesti. Pada keadaan iskemia miokard terjadi ketidakseimbangan suplai O2
dan kebutuhan O2 di miokard dikarenakan: (1) tekanan darah arteri diastolik ↓,
tekanan diastolik ventrikel kiri↑, sehingga suplai darah ke jaringan dan otak ↓,
terjadi metabolisme anaerob menghasilkan asidosis metabolik, dan ATP menurun,
(2) takikardia,(3) arteri koroner yang berpotensi ada bersama penyakit (CAD).
ADHF dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ginjal, curah jantung yang
rendah menyebabkan tekanan perfusi rendah dalam arteriol aferen glomerulus, dan
obat terapi diuretik menyebabkan penurunan tekanan perfusi glomerulus,
Inhibitor RAA (Renin Angiotensin, Aldosteron) membuat dilatasi arteriol eferen
sehingga filtrasi di glomerulus output urin menurun
6
5. Pathway
Hipertensi
Disfungsi sistolik
dan atau diastolik
Kegagalan jantung
memompa darah
Peningkatan aktivitas 1
Penurunan curah
Andrenergik simpatik jantung
Suplay O2 O2 ke otot
jantung
Vasokontriksi
Penurunan GFR Nefron sistemik
Vasokontriksi ginjal Metabolisme
anaerob
7
Mengiritasi saraf
sekitar
Sensasi nyeri
Edema sistemik-ekstremitas
Nyeri Akut
Kelebihan volume cairan
1
Edema paru
Bersihan jalan
Gangguan napas tidak efektif
pertukaran gas
9
6. Manifestasi KlinisADHF
Menurut Teerlink, et al (2015) manifestasi klinis ADHF ditinjau dari 3 kondisi
yaitu:
a. Kongesti paru dan sistemik: berat badan bertambah, takipnea, distensi vena
jugularis, terdapat bunyi jantung S3 atau S4, hepatomegali/
splenomegali, asites, edema perifer/ anasarka, saturasi oksigen menurun, hasil
rongten dada ditemukan adanya kongesti, edema paru, efusi pleura, sesak saat
beraktivitas, atau saat istirahat, orthopnea, paroxymalnocturnal dyspnea,batuk,
nyeri dada.
b. Penurunan cardia coutput: hipotensi, nadi melemah, takikardi, ekstremitas
dingin, lemas, urine menurun, mual/muntah, perubahan statusmental.
c. Non spesifik : hiponatremia,anoreksia.
7. Komplikasi ADHF
Komplikasi gagal jantung akut menurut Fogoros (2019) adalah :
ml/jam dan penurunan berat badan 1-1,5 kg/ hari harus dicapai.
Pengobatan infus furosemid dimulai dengan 10 mg/ jam dosis
dan dilanjutkan dengan5-20mg/jam sesuai dengan respon dari
pasien(Ural et al,2015).
3) Digoxin: diindikasikan pada pasien dengan AF dan kecepatan
ventrikel yang cepat (>110bpm) dand iberikan dalam bolus 0,25-
0,5mgi.v. jika tidak digunakan sebelumnya 0,0625-0,125 mg dosis
yang memadai pada pasien dengan disfungsi ginjal sedang sampai
berat (Ponikowski et al,2016).
4) Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE Inhibitors): ACEI
terdiri dari captopril, enapril, lisinopril, ramipril, perindopril.
Obat golongan ini diberikan pada pasien gagal jantung simtomatik
dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 %. ACEI bertujuan untuk
memperbaiki fungsi ventrikel, namun dapat menyebabkan
perburukan fungsi ginjal. Kontraindikasi pemberian ACEI pada
kondisi stenosis renal bilateral, hiperkalemia >5,0 mmol/L, kreatinin
> 2,5 mg/dl, dan stenosis aorta berat (PERKI,2015).
5) Vasodilator: pemberian vasodilator dapat mengurangi tonus vena
(untuk mengoptimalkan preload) dan nada arteri
(mengurangi afterload), dapat meningkatkan volume stroke.
Kontraindikasi pada pasien dengan tekanan sistolik <90 mmHg (atau
dengan hipotensi simptomatik)
(Ponikowski et al,2016)
dan hepatomegali.
3) Statusmental: pasien gagal jantung kongestif yang dirawat dirumah
sakit biasanya akan mengalami perubahan status mental seperti
cemas, gelisah, mudah marah, stress yang berhubungan dengan
penyakit hingga permasalahan finansial.
4) Eliminasi: menunjukkan penurunan output urine dan lebih pekat,
nokturia, diare,konstipasi.
5) Makanan dan cairan: hilangnya nafsu makan, mual muntah, dan
edema pada ekstremitas bawah.
6) Neurologi: muncul pusing, letargi, disorientasi, hingga pingsan.
7) Rasa nyaman: pada umumnya pasien akan mengalami sakit dada atau
angina akut hingga kronik.
8) Perasaan aman: akan mengalami perubahan status mental, hingga
gangguan pada kulit atau dermatitis.
9) Interaksi sosial: mengalami perubahan interaksi sosial setelah sakit
yaitu berkurangnya aktivitas sosial karena mengalami suatu penyakit
2. Diagnosa Keperawatan
Diangnosa keperawatan pada pasien dengan gagal jantung menurut Nurarif
(2015), PPNI (2017) yaitu:
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload -afterload
b. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, gangguan aliran
balik vena
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas, sekresi
yang tertahan
d. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi -perfusi
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhanO2
f. Risiko gangguan integritas kulit d.d kekurangan/kelebihan volume
cairan
15
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung menurut PPNI (2018),
dan kriteria hasil menurut PPNI (2019) yaitu:
g. Diagnosa 1: Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung,
perubahan kontraktilitas, perubahan preload -afterload.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan
curah jantung meningkat dengan kriteria hasil: sesak, palpitasi, JVP,
suara jantungS3,S4(murmur dan gallop) menurun, nadi, tekanan darah
membaik, gambaran EKG membaik.
Intervensi: Perawatan jantung: (1) Identifikasi tanda/ gejala primer
dan sekunder penurunan curah jantung (meliputi dispnea,
kelelahan, edema, ortopnea, CVP↑, hepatomegali). (2) Monitor
tekanan darah, intake dan output cairan, saturasi oksigen, keluhan
nyeri dada, lakukan pemeriksaan EKG, nilai laboratorium jantung
(elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-BNP. (3) Posisi pasien semi
fowler atau fowler. (4) Kolaborasi diet jantung dan pemberian
terapi oksigen serta obat antiaritmia.
h. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, gangguan aliran
balik vena.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan
keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil : urine
meningkat,edema dan ansietas menurun, tekanan darah dan berat
badan membaik.
Intervensi: Manajemen hipervolemia: (1) Periksa tanda dan gejala
hipervolemia. (2) Monitor status hemodinamik, intake output, tanda
hemokonsentrasi (kadar natrium, BUN, hematokrit), efek samping
diuretic. (3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama.
(4) Batasi asupan cairan dan garam. (5) Kolaborasi pemberian
antidiuretik dan penggantian kehilangan kalium akibat diuretik.
i. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas, sekresi
yang tertahan.
16
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan dan dikerjakan oleh perawat
untuk membantu pasien, mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Zaidin, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Aspiani (2015) evaluasi yang didapatkan adalah:
17
Pada bab ini kelompok akan menguraikan laporan mengenai pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Ny.N yang mengalami Acute Decompensated Heart Failure
(ADHF) di ruang Flamboyan lantai 4 RSUD Pasar Rebo. Asuhan keperawatan ini
dilakukan selama dua hari, pada tanggal 24-25 Januari 2022 yang disusun sesuai
dengan lima tahap proses keperawatan meliputi pengkajian keperawatan,
perumusan masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pasien bernama Ny.N berusia 56 th, berjenis kelamin Perempuan
dan beragama islam, status perkawinan menikah. Pasien tinggal di JL. Pinang .
Pasien bekerja sebagai IRT, Pendidikan terakhir SMA.Pasien datang ke IGD
tanggal 22/01/2022 kemudian di pindah ke ruang Flamboyan lantai 4
pada tanggal 23/4/2021 kamar 418 bed 8 , nomor register 2012- 445066
dengan diagnosa medis Acute Decompensated Heart Failure (ADHF). Hasil
anamnesa pada tanggal 24 Januari 2022 pasien mengeluh sesak nafas ketika
bergerak dan terbangun pada malam hari karena sesak nafas dengan frekuensi
nafas 24 x/mnt, Tampak edema pada kedua ektremitas bawah dengan piting edema
derajat 1 (2mm) balance cairan +590 ml/24 jam, Pasien memiliki riwayat penyakit
Hipertensi sejak tahun 2014. Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran
compos mentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6), TD : 100/70 mmHg (low) S : 36,2 C RR:
24x/mnt (Takipnea) N : 83 x/mnt. Oksigenasi : tidak ada batuk klien mengeluh
sesak RR 24x/m (takipnea) fatique, taktik fremitus kanan dan kiri normal, perkusi
resonace pada ics ke 1-3 dan dullnes pada ics 4-6 bagian kiri, suara napas vesikuler
disemua lapang paru tidak ada bunyi napas tambahan, menggunakan O2 nasal kanul
3 lpm. Rontgen thorax (22-01-2022) : kesan jantung membesar , aorta dan
mediastinum superior tidak melebar, trakhea digaris tengah, kedua hilus tidak
18
19
Penatalaksanaan medis yang sudah diberikan adalah pasien terpasang infus dan
mendapat cairan intravena RA 500 ml/8 jam, . Terapi Obat Via IV: Lasix 2x1
mg Terapi Obat Oral : Spirinolacton 1x25 mg, ISDN 3x5 mg, tanapress 1x5 mg,V
block 2x25 mg clopidogreal 1x75 mg nitrokaf 2x2,5 mgTerapi obat Sublingual :
ISDN 5 mg
20
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menemukan lima diagnosa
keperawatan pada pasien, yaitu penurunan curah jantung, pola napas tidak
efektif, hypervolemia, intoleransi aktivitas dan risiko jatuh.
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) dibuktikan dengan :
Data Subjektif :Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan jika malam hari sering
terbangun karna sesak Pasien mengatakan jika posisi duduk sesak berkurang Data
Objektif : Hasil emeriksaan TTV : TD: 100/70mmHg, N: 83x/menit, S : 36,2 oC, RR :
24x/menitTerdapat otot bantu nafas Pasien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3
lpm Saturasi 97% Hasil Rontgen thorax (22-01-2022) : kesan jantung membesar,
tidak tampak infiltrat dikedua paru , lengkung diafragma reguler, sinus kostofrenikus
lancip, tidak nampak kelainan tulang Hasil perekaman EKG Irama : teratur HR :
78x/menit Axis : normo axis Gel p : postif di lead II PR nterval : teratur Gel QRS :
sempit Interpretasi : sinus ritem dengan Right Bundle branch blok terdapat s yang
dalam di V5 dan V6)
mengatakan sesak jika beraktivitas Data objektif : Terdapat pitting edema derajat I
dengan kedalaman 2mm di ektremitas bawah kanan dan kiri Balance cairan +590
ml/24 jam Kadar Hb menurun (10,7 g/dL) Ht (29%) Hasil Rontgen thorax (22-01-
2022) : kesan jantung membesar, tidak tampak infiltrat dikedua paru , lengkung
diafragma reguler, sinus kostofrenikus lancip, tidak nampak kelainan tulang.
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) Data subjektif : Klien mengatakan lemas dan berkunang-kunang jika ingin
berjalan ke kamar mandi. Data objektif : Klien tampak lemas dan lemah Klien
terpasang selang infus pada tangan kanan Skala morse scale skor 45 risiko sedang
Kadar Hb menurun (10,7 g/dL) Ht (29%)
C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan perumusan Diagnosa keperawatan yang telah ditentukan, selanjutnya
kelompok Menyusun rencana Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut antara lain
22
Diagnosa kedua : : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) Setelah dilakukan
indakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas membaik dengan kriteria
hasil : Pola napas (L.01004) Dispnea menurun Penggunaan otot bantu nafas menurun
Frekuensi nafas membaik (RR: 14-20x/menit) Pernapasan cuping hidung menurun.
Rencana Tindakan keperawatan yang akan kelompok lakukan adalah Dukungan
Ventilasi (I.01002) Observasi : Monitor Tanda-tanda vital Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu napas Monitor respirasi dan oksigenasi (RR 24x/m, menggunakan
otot bantu nafas, saturasi 97% Terapeutik Pertahankan kepatenan jalan nafas
Memberikan Posisi semi fowler-fowler Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
(nasal kanul 3 Lpm) Edukasi : Mengajarkan melakukan Teknik nafas dalam.
23
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
keseimbangan meningkat jatuh menurun dengan kriteria hasil: Keseimbangan
(L.05039) Kemampuan duduk tanpa sandaran meningkat Kemampuan bangkit dari
posisi duduk meningkat Keseimbangan saat berdiri meningkat Keseimbangan saat
24
D. Implementasi keperawatan
Setelah Menyusun rencana Tindakan kelompok lalu mengimplementasikannya mulai
tanggal 24/01/2022 sampai dengan 25/01/2022, implemetasi yang telah dilakukan
kelompok adalah sebagai berikut :
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) implementasi yang
dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang dibuat kelompok yaitu : Dukungan
25
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang dibuat
kelompok yaitu : Pemasangan alat pengaman (I.14530) mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan pasien (berdasarkan tingkat fungsi fisik dan kognitif serta Riwayat perilaku
sebelumnya) memasang alat pengaman (mis pengekang, pagar tempat tidur, pintu
dengan kunci ) untuk membatasi mobilitas fisik atau akses pada situasi yang
membahayakan, sesuai kebutuhan mendamping selama kegiatan diluar ruangan rawat
memberikan tempat tidur yang rendah dan alat-alat bantuan misalnya (tangga tempat
26
tidur, peyangga jika perlu) memberikan alat untuk memanggil perawat merespon
panggilan dengan segera.
E. Evaluasi keperawatan
Setelah mengimplementasikan rencana tindakan, kelompok melakukan evaluasi pada
tanggal 24-25 Januari 2022 sebagai berikut :
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) : data subjektif : klien
mengatakan masih sedikit sesak data objektif : TD 104/78 N 90x/menit S 36,10C RR
22x/menit,Pasien terlihat terpasang nasal kanul 3 lpm. Tidak ada penggunaan otot bantu
napas dan pernapasan cuping hidung Analisa: masalah pola napas belum teratasi
Planing: lanjutkan intervensi
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) data subjektif : klien mengatakan sudah bisa duduk sendiri -klien menfatakan
sudah bisa ke kamar mandi sendiri -Klien mnegtakan sudah tidak ada perasaan kunang-
kunang saat berdiri data objektif : klien tampak tenang dan nyaman Klien terlihat
mampu duduk sendiri Analisa: masalah keperawatan resiko jatuhsudah teratasi Planing :
hentikan intervens
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas mengenai analisa dari setiap tahap proses
keperawatan antara kondisi pasien dengan teori berupa perbandingan yang
ditemukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.N yang mengalami
Acute Decompensated Failure (ADHF) di RSUP Fatmawati selama tiga hari dari
tanggal 24 –25 Januari 2022. Uraian pada pembahasan ini disesuaikan bedasarkan
tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien merupakan salah satu aspek penting dalam proses
keperawatan (Muttaqin, 2014)
Hasil Anamnesa pada tanggal 24 Januari 2022 Hasil Anamnesa pada tanggal 24 April
2022 : Pasien mengeluh sesak nafas ketika bergerak dan terbangun pada malam hari
karena sesak nafas dengan frekuensi nafas 24 x/mnt (Takipnea), Tampak edema
pada kedua ektremitas bawah dengan piting edema derajat 1 (2mm) , balance cairan
+590 ml/24 jam, Pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak tahun 2014.
29
Analisa: Pada kasus Ny.N terdapat 8 manifestasi klinis yang sesuai dengan teori
dimana dapat mengetahui tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan ADHF.
pasien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas ringan, terkadang terbangun
pada malam hari karena sesak napas, sesak RR 24x/m (takipnea) Piting edem
derajat I pada kedua ekstremitas bawah, JVP 6 cmH2O TD : 100/70 mmHg
30
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminyabaik yang
berlangsung actual maupun potensial (PPNI, 2017). Menurut (PPNI, 2017)
terdapat kemungkinan diagnosa keperawatan pada pasien ADHF yaitu :
Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung, perubahan kontraktilitas,
perubahan preload -afterload, Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi,
gangguan aliran balik vena, Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan
ventilasi -perfusie.Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
O2, Risiko gangguan integritas kulit b.d kekurangan/kelebihan volume caira,
intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Penulis merumuskan 5 diagnosa keperawatan, terdapat 4 diagnosa
yang sesuai dengan teori yaitu: penurunan curah jantung, pola napas tidak
efektif, Hipervolemi, intoleransi aktivitas. Berikut 5 diagnosayang penulis angkat
:
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif Etiologi : hambatan upaya napas : posisi
tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) definisi menurut PPNI (2017) :
inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
dibuktikan dengan : Data Subjektif :Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan
jika malam hari sering terbangun karna sesak Pasien mengatakan jika posisi duduk
sesak berkurang Data Objektif : Hasil emeriksaan TTV : TD: 100/70mmHg, N:
83x/menit, S : 36,2oC, RR : 24x/menitTerdapat otot bantu nafas Pasien mendapatkan
terapi oksigen nasal kanul 3 lpm Saturasi 97% Hasil Rontgen thorax (22-01-2022) :
kesan jantung membesar, tidak tampak infiltrat dikedua paru , lengkung diafragma
reguler, sinus kostofrenikus lancip, tidak nampak kelainan tulang Hasil perekaman
EKG Irama : teratur HR : 78x/menit Axis : normo axis Gel p : postif di lead II PR
nterval : teratur Gel QRS : sempit Interpretasi : sinus ritem dengan Right Bundle
branch blok terdapat s yang dalam di V5 dan V6)
Kadar Hb menurun (10,7 g/dL) Ht (29%) Hasil Rontgen thorax (22-01-2022) : kesan
jantung membesar, tidak tampak infiltrat dikedua paru , lengkung diafragma reguler,
sinus kostofrenikus lancip, tidak nampak kelainan tulang.
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) definisi menurut PPNI (2017) : berisiki mengalami kerusakan fisik dan
gangguan Kesehatan akibat terjatuh
Data subjektif : Klien mengatakan lemas dan berkunang-kunang jika ingin berjalan
ke kamar mandi. Data objektif : Klien tampak lemas dan lemah Klien terpasang
selang infus pada tangan kanan Skala morse scale skor 45 risiko sedang Kadar Hb
menurun (10,7 g/dL) Ht (29%)
C. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
33
(outcomes) yang diharapkan. PPNI, 2018. Perencanaan yang telah penulis buat
sudah sesuai dengan kondisi yang ada pada pasien dan prioritas masalah, 5
diagnosa utama untuk dilakukan intervensi keperawatan yaitu: penurunan curah
jantung, pola napas tidak efektif, Hipervolemi, intoleransi aktivitas dan risiko
jatuh.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah
direncanakan dan dikerjakan oleh perawat untuk membantu pasien,mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh
masalah keperawatan dan kesehatan (Zaidin, 2014).
Implementasi yang kelompok lakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, kelompok melakukan implementasi pada tanggal 24-25 Januari 2022 saat
dinas pagi, untuk dinas siang dan malam dioperkan kepada perawat ruangan :
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) implementasi yang
dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang dibuat kelompok yaitu : Dukungan
Ventilasi (I.01002) memonitor Tanda-tanda vital mengidentifikasi adanya kelelahan
otot bantu napas memonitor respirasi dan oksigenasi (RR 24x/m), mengobservasi
pengunaan menggunakan otot bantu nafas, saturasi 97% mempertahankan kepatenan
jalan nafas Memberikan Posisi semi fowler-fowler Memberikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (nasal kanul 3 Lpm) Edukasi : Mengajarkan melakukan Teknik nafas dalam.
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang dibuat
kelompok yaitu : Pemasangan alat pengaman (I.14530) mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan pasien (berdasarkan tingkat fungsi fisik dan kognitif serta Riwayat perilaku
sebelumnya) memasang alat pengaman (mis pengekang, pagar tempat tidur, pintu
37
dengan kunci ) untuk membatasi mobilitas fisik atau akses pada situasi yang
membahayakan, sesuai kebutuhan mendamping selama kegiatan diluar ruangan rawat
memberikan tempat tidur yang rendah dan alat-alat bantuan misalnya (tangga tempat
tidur, peyangga jika perlu) memberikan alat untuk memanggil perawat merespon
panggilan dengan segera
E. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari dari tanggal 24-25
Januari 2022, penulis melakukan evaluasi keperawatan terakhir yaitu pada tanggal
25 Januari 2022 yaitu :
Diagnosa pertama : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas (D.0008) data subjektif : pasien mengatakan masih lemas, tidur malam
nyenyak karena tidak terbangun data objektif : TD 104/78 N 90x/menit S 36,1 0C RR
22x/menit EF 24% dyspnea RR 22x/menit terpasang Oksiegn 3 Lpm, klien terlihat
kelelahan dan edema pada kedua ekstremitas bawah derajat 1 (2mm), CRT <2 detik,
kulit klien terlihat pucat, nadi radialis adekuat Analisa : masalah keperawatan
penurunan curah jantung belum teratasi Planing : lanjutkan intervensi
Diagnosa kedua : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas : posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) : data subjektif : klien
mengatakan masih sedikit sesak data objektif : TD 104/78 N 90x/menit S 36,10C RR
22x/menit,Pasien terlihat terpasang nasal kanul 3 lpm. Tidak ada penggunaan otot bantu
napas dan pernapasan cuping hidung Analisa: masalah pola napas belum teratasi
Planing: lanjutkan intervensi
Diagnosa kelima : Risiko jatuh dibutikan dengan kekuatan otot menurun : anemia
(D.0143) data subjektif : klien mengatakan sudah bisa duduk sendiri -klien menfatakan
sudah bisa ke kamar mandi sendiri -Klien mnegtakan sudah tidak ada perasaan kunang-
kunang saat berdiri data objektif : klien tampak tenang dan nyaman Klien terlihat
mampu duduk sendiri Analisa: masalah keperawatan resiko jatuhsudah teratasi Planing :
hentikan intervens
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. N yang mengalami Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF) di ruang flamboyan RSUD Pasar Rebo
maka dalam bab ini penulis menyimpulkan proses keperawatan yang telah
dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan, dan
memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait.
1. Pengkajian keperawatan diperoleh melalui metode anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, serta rekam medis pasien.
Pengkajian yang telah dilakukan penulis sudah sesuai dengan konsep pada
pengkajian keperawatan dan hanya beberapa pemeriksaan diagnostik yang
tidak dilakukan.
2. Diagnosa keperawatan yang disusun penulis berdasarkan hasil pengkajian
pada Ny. N terdapat 5 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tanggal
24 Januari 2022. Diagnosa yang penulis buat sudah sesuai dengan acuan
teori penyusunan diagnosa dalam Standard Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI, 2017).
3. Perencanaan keperawatan yang disusun penulis menggunakan acuan
Standard Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan seluruh
diagnosa yang diharapkan dapat terselesaikan dalam 2x24 jam pelaksanaan
serta memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah dirancang. Seluruh
rencana tindakan yang disusun telah disesuaikan dengan kondisi kebutuhan
pasien.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 2x24 jam yaitu dari tanggal
24-25 Januari 2022 yang telah sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
telah disusun dengan berdasarkan intervensi sesuai dengan standar
intervensi keperawatan indonesia.
39
40
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 24-25 Januari 2022, dari
kelima diagnosa yang telah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
ada beberapa kriteria hasil yang tercapai tetapi belum memenuhi kriteria
untuk dapat menyimpulkan bahwa masalah telah teratasi dan dari kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk teratasinya masalah dalam waktu dua
hari.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa/I keperawatan
Kelompok berharap agar mahasiswa/i keperawatan dapat lebih
mendalami kasus pada lahan praktik mengenai teori dan asuhan
keperawatan pada penyakit ADHF dengan lebih banyak membaca
referensi terbaru. Meningkatkan komunikasi terapeutik & kerjasama
yang baik dan profesional dengan pasien dan keluarga, membina
kerjasama dan komunikasi yang baik & profresional dengan perawat
ruangan, dan tenaga kesehatan lainnya, serta memberikan asuhan
keperawatan yang baik dan professional dalam memenuhi kebutuhan
pasien secara fisiologis, biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
2. Bagi institusi pendidikan
Penulis berharap bahwa institusi pendidikan dapat menyediakan buku
keperawatan medikal bedah kardiovaskuler, buku asuhan keperawatan
kardiovaskuler, dan link ebook yang dapat diakses dengan tahun dan
penerbit terbaru sebagai bahan referensi dalam pembuatan makalah ini,
guna membantu dan memperlancar penyelesaian tugas seminar mahasiswa.
3. Bagi wahana praktik
Penulis memberikan saran kepada rumah sakit agar dapat meningkatkan
kualitas prasarana untuk pemeriksaan penunjang seperti alat
elektrokardiografi agar gambar EKG dapat terlihat jelas sesuai dengan
kondisi pasien serta untuk pemeriksaan laboratorium dilakukan ulang
untuk mengetahui perbandingan dari pasien awal masuk sampai dengan
keadaan sekarang.
41
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2019). Heart Disease and Stroke Statistics. Washington, DC : American
College of Cardiology.
American Heart Association. (2015). Heart Disease and Stroke Update : A
Report from American Heart AssociationCirculation.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
ManajemenKlinisuntukHasilyangDiharapkan.Edisike8buku1.Philadelphi
a:Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. (2013). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke
8.Vol 2. Jakarta EGC
Department of Cardiology General Hospital Celje.Muttaqin, Arif. (2014).
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan .
Jakarta : Salemba Medika.Nurarif, A. H., &Kusuma, H. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular. (2015). Pedoman Tatalaksana
Gagal Jantung. Edisi ke 1. Jakarta : PERKI.PERKI (2019). Indonesian
Journal of Cardiology. Vol 40. No 4. Jakarta :PERKI.
Ponikowski Piotr, Adriaan A Voors, Stefan D Anker, Héctor Bueno, John
G F Cleland, Andrew J S Coats, Volkmar Falk, José Ramón
González-Juanatey, Veli-Pekka Harjola, Ewa A Jankowska, Mariell
Jessup, Cecilia Linde, Petros Nihoyannopoulos, John T Parissis,
Burkert Pieske, Jillian P Riley, Giuseppe M C Rosano, Luis M
Ruilope, Frank Ruschitzka, Frans H Rutten,PetervanderMeer,
ESCScientificDocumentGroup.(2016).
ESC Guidelinesforthediagnosisandtreatmentofacuteandchronicheartfailure: The
Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure of the European Society of Cardiology (ESC) Developed
with the special contribution of the Heart Failure Association (HFA)
of the ESC. European Heart Journal. vol. 37, pp.2129–2200.
42
A. Identitas Pasien
Pekerjaan : Wirasusaha
Hubungan : Suami
No Tlp : 0812-9368- 4826
C. Riwayat Kesehatan
43
44
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak ± 2 jam SMRS.
Sesak disertai dada terasa seperti tertindih, menjalar ke
punggug belakang. Klien memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak 2014. Pasien rutin mengkonsumsi obat
ISDN, V bloc, CPG, dan Tanapress
Perkusi :
Resonance Letak ICS 1-3
Hiperresonanc Letak tidak ada
e
Flat Letak tidak ada
Dullnes Letak ICS kiri4-6
Tympany Letak tidak ada
b. Lab
46
2. Sirkulasi
a. Fisik
TD : 100/70 mmHg Nadi : 83x/mnt Irama : √ Reguler Irreguler
Konjungtiva : Normal √ Pucat Kekuatan : Kuat √ Lemah
Absent
Membran : Normal √ Pucat Sianosis : Ya √ Tidak
mukosa/ bibir
47
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Enzim jantung
Creatinin Kinaze total Tidak ada Tidak ada
CK – MB Tidak ada Tidak ada
Serum Lipid
Lipid Tidak ada Tidak ada
Kholesterol Tidak ada Tidak ada
Triglycerida Tidak ada Tidak ada
Plasma High-density Tidak ada Tidak ada
lipoproteins (HDLs)
Plasma Low-density Tidak ada Tidak ada
lipoprotein (LDLs)
Serum markers
Troponins <0,01 0,00 – 0,02
Myoglobin Tidak ada < 90 mcg/l
Hematologi
Red Blood Cell (RBC) Tidak ada Tidak ada
Hemoglobin (Hgb) L 10,7 12 – 18 g/dL
Hematocrit (Hct) L 29 40% – 50%
48
Irama : teratur
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem dengan Right Bundle branch blok (terdapat s yang
dalam di V5 dan V6)
3. Nutrisi
a. Fisik
49
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hemoglobin (Hgb) 10,7 12 – 18 g/dL L
Hematocrit (Hct) 29 40% – 50% L
Serum Albumin Tidak ada 3.5 – 5.5 g/dL
Bilirubin total Tidak ada 0.1 – 1.0 mg/dL
Bilirubin direk Tidak ada 0.1 – 0.3 mg/dL
Bilirubin inderik Tidak ada 0.2 – 0.8 mg/dL
Calcium Tidak ada
Potasium Tidak ada
51
SGOT 17 0 – 35
SGPT 20 0 – 35
Ammonia Tidak ada
Transferin Tidak ada 240 -480 mg/dL
4. Eliminasi
a. Fisik
BAK : Keluhan
Anuria (< 50 ml/hr) Dysuria (kesusahan kemih)
Nocturia Polyuria Inkontenensia
Rasa Panas Distensi bladder
Frekuensi Sebelum sakit : 5x/hr Saat sakit : 3x/hr
Jumlah Sebelum sakit : 800cc Saat sakit : 600cc
Warna √ Kuning Merah
Penggunaan : Spironolactone
obat dieuretik
BAB : Keluhan
Belum BAB ______hari
Konstipasi ________hari
Diare ____________hari
Hemoroid
Frekuensi Sebelum sakit : 1x/hr Saat sakit : 1x/hr
Warna √ Kuning Merah Hitam
Penggunaan : Tidak ada
obat pencahar
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Kreatinin serum Tidak ada ___________________
Blood urea nitrogen Tidak ada ___________________
(BUN)
pH urine Tidak ada ___________________
Ketone Tidak ada ___________________
Protein Tidak ada ___________________
53
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hematologi
Eosinofil 4 1–3 H
Neutrofil Tidak ada
Limfosit 33 25 - 40
Monosit 9 2–8 H
LED Tidak ada
c. Pemeriksaan diagnostik lain (dll)
Pemeriksaan PCR (22-01-2022) : hasil negatif
7. Sensori
a. Fisik
Nyeri : klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri dada
P :
_______________________________________________________
Q:
_______________________________________________________
R:
_______________________________________________________
S:
_______________________________________________________
T:
_______________________________________________________
56
Intake Output
Minum : 1500 L/hr Urine : 600 ml/hr
Intravena : 1500 ml/hr Drain : tidak ada___ __ ml/hr
IWL : 33,75 x 24 (810) ml/hr
Diare : tidak ada___ __ ml/hr
Muntah : tidak ada ml/hr
Perdarahan : tidak ada ml/hr
Ektermitas bawah
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4
RL (+1) +2 +3 +4 LL (+1) +2 +3 +4
Other : piting edema derajat 1
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Natrium 144 135 – 147
Kalium 3.8 3.5 – 5.0
Kalsium Tidak ada
Magnesium Tidak ada
Phostpat Tidak ada
c. Obat-obatan
3. Analisa Data
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem dengan
Right Bundle branch blok
(terdapat s yang dalam di V5
dan V6)
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif di lead II
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem dengan Right
Bundle branch blok (terdapat s yang
dalam di V5 dan V6)
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem dengan
Right Bundle branch blok
(terdapat s yang dalam di V5
dan V6)
Data objektif :
- Terdapat pitting edema derajat I
dengan kedalaman 2mm di
63
4. Diagnosa Keperawatan
64
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diagnosa yang muncul pada Ny.N berdasarkan
SDKI Tahun 2018, antara lain:
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
ditemukan teratasi
Irama : teratur
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif di lead II
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem
dengan Right Bundle branch
blok (terdapat s yang dalam
di V5 dan V6)
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sesak
- Pasien mengatakan jika
malam hari sering terbangun
karna sesak
- Pasien mengatakan jika posisi
duduk sesak berkurang
Data Objektif :
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD: 100/70mmHg, N:
83x/menit, S : 36,2oC, RR :
24x/menit
- Terdapat otot bantu nafas
- Pasien mendapatkan terapi
66
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem
dengan Right Bundle branch
blok (terdapat s yang dalam
di V5 dan V6)
beraktivitas
Data objektif :
- Terdapat pitting edema
derajat I dengan kedalaman
2mm di ektremitas bawah
kanan dan kiri
- Balance cairan +590 ml/24
jam
- Kadar Hb menurun (10,7
g/dL) Ht (29%)
- Hasil Rontgen thorax (22-
01-2022) : kesan jantung
membesar, tidak tampak
infiltrat dikedua paru ,
lengkung diafragma reguler,
sinus kostofrenikus lancip,
tidak nampak kelainan
tulang
Data objektif :
- Klien terlihat lemah
- Aktivitas klien hanya
ditempat tidur
- Hasil pemeriksaan TTV:
TD: 100/70 mmHg, N:
83x/menit, S: 36,2oC, RR:
24x/menit
- Kedua ekstremitas bawah
terdapat edema dengan
derajat 1 (2mm)
- Rontgen thorax (22-01-
2022) : kesan jantung
membesar, tidak tampak
infiltrat dikedua paru ,
lengkung diafragma reguler,
sinus kostofrenikus lancip,
tidak nampak kelainan
tulang
- Echocardiografi
transthoracal (23-01-2022) :
hipokinetik segmen lain,
fungsi sistolik LV menurun
disfungsi diastolic LV grade
3 (restriktik abnormal) MR
mild, TR trivial, Fungisi
sistolik RV menurun
Ejection Fraction (EF) 24%
- Hasil perekaman EKG
Irama : teratur
69
HR : 78x/menit
Axis : normo axis
Gel p : postif
PR interval : teratur
Gel QRS : sempit
Interpretasi : sinus ritem
dengan Right Bundle branch
blok (terdapat s yang dalam
di V5 dan V6)
mmhg)
7. Tekanan nadi membaik
8. Hemoglobin membaik
(12-18 g/dl)
9. Hematokrit membaik
(40-50%)
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
ketidakseimbangan diharapkan toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan meningkat dengan kriteria 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen hasil : Terapeutik
(D.0056 Toleransi aktivitas (L.05047) 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya dan privacy)
1. Kemudahan melakukan Edukasi
aktivitas sehari-hari 1. Anjurkan tirah baring jika tidak pergi ke kamar mandi
meningkat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
2. Keluhan Lelah menurun
3. Dispnea saat aktivitas
menurun
4. Dispnea setelah aktivitas
menurun
74
5. Perasaan bergoncang
menurun
76
3. Implementasi keperawatan
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
Senin,
24
Januari
1,2,3 2022 Wika
Memonitor tanda-tanda vital setiap pegantian shif
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
Wika,
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
4
Menganjurkan aktivitas secara bertahap Yolanda
R : klien mengatakan akan melakukan aktivitas
4 secara bertahap sesuai kemampuan Wika
Selasa,
25
Januari
2022
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
intake 1500 ml/hr (oral) 500 ml/hr (parenteral ) = Yolanda,
3 09.00 2000 ml/24 jam output 600 ml/hr (urin) 810 ml/hr Zahra
IWL = 1410 ml/24 jam
2000ml/24 jam – 1410 ml/24 jam = +590 ml/24 Yulia,
jam Yulianti
R/H:
1 09.30
- Pasien mengatakan lemah dan sesak Yulia
- TTV 100/70mmHg, N: 83x/menit, S :
36,2oC, RR : 24x/menit
R/H: Yulia
2 16.00
- Oksigen terpasang nasal kanul 3 lpm.
80
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
Yolanda
Memberikan Posisi semi fowler-fowler
R/H:
R/H:
R/H:
R/H:
Yulianti
- Klien mengatakan akan melakukannya jika sesak
82
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
terasa Kembali
1,2 14.10
- klien tampak paham
R/H:
Yolanda
- Klien tampak bernafas dengan baik
1 14.15 - Nasal kanul tampak masih terpasang
R/H:
Yulia
- Klien mengatakan masih sedikit sesak
14.20
- RR 23x/menit, saturasi 97%
1,3
- Klien tampak tidak memakai pemberian
oksigen yang diberikan
R/H:
Yulia
5 14.30 - Klien mengatakan masih sulit bernafas
- RR 23x/menit
- Pada klien tampak tidak bernafas cepat dan
dangkal
- Pada klien tampak sudah tidak ada
83
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
pernafasan cupping hidung Yolanda
R/H: yuli
R/H:
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
15.00
1 Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk
memodifikasi gaya hidup sehat dengan
memberikan Edukasi untuk mengurangi konsumsi
garam dan membatasi cairan Yolanda
15.10 R : klien mengatakan akan mengikuti anjuran yang
1,2 sudah di ajarkan
Tanda
No Waktu Implementasi
Tangan
17.30
1234 Mengidentifikasi tanda dan gejala primer
5 penurunan curah jantung
R: pasien mengatakan masih lemas, tidur malam
nyenyak karena tidak terbangun yulianti
19.30 H: dyspnea RR 22x/menit terpasang Oksiegn 3
Lpm, klien terlihat kelelahan dan edema pada
1 kedua ekstremitas bawah derajat 1 (2mm), CRT <2
detik, kulit klien terlihat pucat, nadi radialis
adekuat
4. Evaluasi
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
...................
....Senin,
24 januari
2022
1 14:30 S: yulianti
pasien mengatakan masih lemas dan sesak, tidur
malam masih terbangun karena sesak
O:
TTV 90/60 mmHg N:78x/m S: 36,50C
86
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
EF 24% dyspnea RR 23x/menit terpasang
Oksiegn 3 Lpm, klien terlihat kelelahan dan
edema pada kedua ekstremitas bawah derajat 1
(2mm), CRT >3 detik, kulit klien terlihat pucat,
nadi radialis adekuat
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Wika
2 14:30 S:
P: lanjutkan intervensi
3 14.30 Yolanda
S:
- klien mengatakan masih terasa lelah dan
87
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
sesak setelah dan saat aktivitas
O:
- Klien terlihat masih lemah
- Kekuatan nadi perifer adekuat
- TD 90/60 mmHG, N: 78x/m, RR : 23X/m
- HB 10,3 g/dl HT 29%
- Intake 1500 ml/hr (oral) 1500 ml/hr
(parenteral ) = 3000 ml/24 jam output
600 ml/hr (urin) 810 ml/hr IWL = 1410
ml/24 jam
2000ml/24 jam – 1410 ml/24 jam = +590
ml/24 jam
- Terlihat ekstermitas bawah edema derajat
1 (2 mm)
P: lanjutkan intervensi
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
3lpm, klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Selasa, 25
Januari
2022 S:
pasien mengatakan masih lemas, tidur malam
nyenyak karena tidak terbangun
1 19:15 O: Zahra
TD 104/78 N 90x/menit S 36,10C RR 22x/menit
89
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
EF 24% dyspnea RR 22x/menit terpasang
Oksiegn 3 Lpm, klien terlihat kelelahan dan
edema pada kedua ekstremitas bawah derajat 1
(2mm), CRT <2 detik, kulit klien terlihat pucat,
nadi radialis adekuat
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S:
P: lanjutkan intervensi
S:
- klien mengatakan mendapatkan
3 20:00 pembatasan cairan 2L/hari Wika,
- klien mengatakan sudah tidak lemas
90
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
O:
- klien terlihat menghabiskan ½ botol aqua
besar (500 ml)
- kekuatan nadi perifer adekuat
- TD 104/78 mmhg N 90x/menit S 36,10C
RR 22x/menit,
P: intervensi dilanjutkan
Tanda
No Waktu Evaluasi
Tangan
kunang-kunang saat berdiri Yulia
O : klien tampak tenang dan nyaman
Klien terlihat mampu duduk sendiri
A: masalah keperawatan resiko jatuhsudah
teratasi
P : hentikan intervensi