Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PLENO KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pembimbing :
Ns. Didi Kurniawan, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3

2011166006 Anita Astuti 2011166601 Rahmat Hidayat

2011166204 Dien Fadillah 2011166603 Ratih Oktaviani

2011166201 Fenni Indrayati 2011166014 Sandra Moreyna

2011166001 Fenny Arzi 2011166737 Sonia Putri Sihaloho

2011166010 Nora Situmeang 2011165996 Winda Gaolis M

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Pleno ini dengan baik. Makalah
Pleno ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Keperawatan Keperawatan Keluarga.
Tugas studi kasus ini berisi tentang “Penatalaksanaan Ventilasi Mekanik.”
Selama proses penyusunan Makalah Pleno ini,penulis tidak lepas dari bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini serta perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2
1.4 Klarifikasi Istilah ............................................................................................................ 3
1.5 Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 5
1.6 Analisa masalah .............................................................................................................. 5
1.7 Mind Mapping .............................................................................................................. 10
1.8 Learning Objekti ........................................................................................................... 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 12
2.1 Definsi Ventilasi Mekanik ............................................................................................. 12
2.2 Tujuan Ventilasi Mekanik ............................................................................................ 12
2.3 Mode Ventilasi Mekanik ............................................................................................... 12
2.4 Rentang Waktu Ventilasi ............................................................................................... 16
2.5 Komplikasi Ventilasi Mekanik ...................................................................................... 16
2.6 Setinggan Ventilasi Mekanik ......................................................................................... 17
2.7 Indikasi Ventilasi Mekanik ............................................................................................ 19
2.8 Mekanisme Ventilasi Mekanik ...................................................................................... 20
2.9 Jenis Ventilasi Mekanik ................................................................................................ 21
2.10 Penjelasan Weaning Mekanik ...................................................................................... 22
2.11 Asuhan Keperawatan Ventilasi Mekanik ..................................................................... 26
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 35
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 35
3.2 Saran............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir semua
bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan untuk menggunakan teknologi agar dapat beradaptasi terhadap perkembangan
tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan khususnya area keperawatan kritis
diruang perawatan intensif (ICU).

Ventilasi mekanik (ventilator) memegang peranan penting bagi dunia keperawatan


kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi ventilasi bagi pasien dengan gangguan
fungsi respiratorik. Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Penggunaannya
diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator
mekanik merupakan salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan
pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat
mencapai 1,5 juta per tahun. Pasien yang dirawat di ICU berisiko tinggi terkena infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial yang cukup sering diderita pasien adalah pneumonia.
Delapan puluh tujuh persen kejadian pneumonia di ICU terkait dengan penggunaan dan
asuhan keperawatan ventilator mekanik yang tidak tepat sehingga menimbulkan kolonisasi
kuman di orofaring yang berisiko terjadinya pneumonia terkait ventilator/Ventilator
Associated Pneumonia (VAP).

Dua cara dalam menggunakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif dan non invasif.
Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa Endo Tracheal Tube (ETT) yang
pemasangannya melalui intubasi, dimana pemasangan pada pipa ETT akan menekan sistem
pertahanan host, menyebabkan trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan
kemungkinan aspirasi patogen nasokomial dari oropharing disekitar cuff. Pemakaian secara
non invasif dengan menggunakan masker, penggunaan ventilator non invasif ini di ICU
jarang ditemukan, karena tidak adekuatya oksigen yang masuk kedalam paruparu,
kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen, maka dari itu pemakaian ventilator non
invasif jarang sekali digunakan.

1
Jika penyebab gagal nafas teratasi, maka perhatian diutamakan untuk segera
melepaskan pasien dari ventilasi mekanik (penyapihan dari ventilasi mekanik).Penguasaan
terhadap teknologi akan menjadi modal bagi preawat untuk mengontrol
pekerjaannya(Alasad,2002).Hal tersebut tentu saja akan menghemat tenaga dan membuat
pekerjaan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan serta diatur.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui defenisi ventilator mekanik
2. Mengetahui tujuan ventilasi mekanik
3. Mengetahui mode ventilasi
4. Mengetahui berapa lama rentang waktu pemakaian ventilasi mekanik
5. Mengetahui komplikasi ventilasi mekanik
6. Mengetahui setting ventilasi mekanik
7. Mengetahui indikasi pemasangan ventilasi mekanik
8. Mengetahui mekanisme pemasangan ventilasi mekanik
9. Mengetahui jenis ventilator mekanik
10. Mengetahui penjelasan tentang weaning ventilasi mekanik.
11. Mengetahui Askep pada pasien yang terpasang weaning ventilasi mekanik

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan pembelajaran
2. Bagi instusi sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk
menunjang proses belajar.

SKENARIO
Bantu Aku....
Seorang Laki-laki berusia 44 tahun dirawat di ICU karena membutuhkan bantuan pernapasan
melalui ventilasi mekanik. Dari hasil pengkajian didapatkan pasien terpasang ventilator
dengan setingan CPAP/PSV, Fi02 40 %, PEEP 5 cmH20, trigger 2, RR set total 12x/menit,
Volume tidal 500 ml, I:E rasio 1:2. Pasien terpasang ETT no 7,5, dengan kedalaman 22 cm,
terpasang Oropharyngeal air way, terdapat secret pada ETT dan mulut pasien, frekuensi
pernapasan pasien 28 kali permenit, tekanan darah 90/60 mmHg, MAP 70 mmHg, Frekuensi

2
nadi 102 kali permenit, Sa02 94%, CRT 4 detik, Suhu 37,80C, reflek pupil kiri dan kanan
2/2, kesadaran somnolen, pergerakan dinding dada simetris, suara nafas ronkhi, perkusi paru
sonor pada kedua lapang paru, akral teraba dingin. Irama pada monitor EKG Holter : Sinus
Takikardi. Bunyi jantung I dan Il murni terdengar, bunyi jantung tambahan tidak ada. Urin
output 1500 cc/24 jam, intake 1600 cc, Hasil Analisis Gas Darah (AGDA) didapatkan pH:
7,40, PaC02: 28 mmHg, HC03 24 mm01/L, Pa02 90 mmHg, Sa02: 94%. Hasil pemeriksaan
laboratorium rutin didapatkan 1-1b: 9,4g/dl, leukosit 13.000/mm3, trombosit 376.000/mm3,
Ht 29 %. Pasien terpasang NGT, tidak terdapat perdarahan Iambung, tidak terdapat distensi
abdomen, peristaltic usus 15 x/menit. Hasil pemeriksaan X ray menunjukkan penumpukan
secret. Pasien di rencanakan akan dilakukan weaning ventilator bila TTV stabil dan Hasil
AGDA dalam batas normal.
1.4 Kata Sulit
1. Somnolen
adalah kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
2. Distensi abdomen
adalah istilah medis yang menggambarkan kejadian yang terjadi ketika ada zat
(gas atau cairan) menumpuk di dalam perut yang menyebapkan abdomen atau
pinggang mengembung melebihi ukuran normal.
3. Ventilasi mekanik
adalah suatu alat bantu mekanik yg berfungsi memberikan tekanan udara positif
pd paru paru melalui jln nafas buatan
4. Weaning ventilator
adalah pengurangan bantuan hingga penghentian pemberian terapi oksigen
ventilasi mekanik karena kebutuhan. ventilasi pasien terpenuhi. Weaning
(penyapihan) ventilator adalah usaha untuk melepaskan penderita dari
ketergantungan ventilator mekanik. Tindakan ini biasanya mengandung dua hal
yan terpisah tetapi memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan
pelepasan jalan nafas buatan.
5. Sinus takikardi
adalah irama sinus dengan kecepatan denyut jantung >100x/menit
6. Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test

3
adalah tes untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa
(pH) di dalam darah. Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa
fungsi organ paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida
7. CRT atau capillary refill time
adalah tes yg dilakukan cepat pd dasar kuku utk memonitor dehidrasidan jumlah
aliran darah kejaringan
8. Selang nasogastrik (nasogastric tube/NGT)
yang dikenal juga dengan nama selang makanan atau sonde, adalah selang plastik
lunak yang dipasang melalui hidung (nasal) menuju lambung (gaster).
9. EKG holter
adalah alat medis yang merekam ritme jantung secara terus-menerus. Monitor ini
biasanya dipakai selama 24 hingga 48 jam selama aktivitas normal. Elektrode
(tempelan pengonduksi kecil) ditempelkan ke dada Anda dan dipasang ke monitor
perekam kecil. Anda membawa monitor Holter di dalam saku atau kantung kecil
yang dilingkarkan ke leher atau pinggang Anda. Monitor ini dioperasikan oleh
baterai.
10. CPAP continius positive air way pressure
Di lakukan menggunakan mesin kusus yang berfungsi untuk menyalur kan
oksigen ke pasien. FiO2 : yaitu pemberian terapi O2 yang kita seting pada mesin
ventilator. Peep : yaitu tekanan yang mendukung paru2 pada ahir ekspirasi.
11. Trigger
adalah sinyal untuk membuka katup inspirasi , sehingga udara dapat mengalir ke
paru2 pasien. I:e rasio : ada perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi
pada satu siklus..
12. Suara perkusi normal Resonan (sonor)
adalah bergaung, nada rendah. Sedangkan ronkhi merupakan suara napas
tambahan yang bernada rendah yang terjadi akibat adanya penyumbatan jalan
napas biasanya akibat adanya lender
13. RR
adalah jumlah x permenit pernafasan yg di atur pada ventilator
14. Endotracheal Tube (ETT)
adalah alat yang digunakan di dunia medis untuk menjamin saluran napas tetap
bebas. ETT dimasukkan kedalam trachea pasien untuk memastikan tidak
tertutupnya trachea sebagai saluran pernapasan. Oropharyngeal airway adalah

4
perangkat medis yang disebut airway adjunct yang digunakan untuk
mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka). Hal ini dilakukan dengan
mencegah lidah jatuh kedalam
15. Indikator yang diukur dalam analisa gas darah
a) pH darah dapat dinilai dengan mengukur kadar ion hidrogen di dalam
darah. Angka pH darah di bawah normal menandakan darah bersifat asam.
Sedangkan pH darah yang melebihi nilai normal mengindikasikan darah
bersifat basa.
b) Bikarbonat (HCO3) adalah senyawa kimia yang membantu dalam
mencegah pH darah menjadi terlalu asam maupun terlalu basa.
c) Tekanan parsial oksigen (PaO2) dinilai dengan mengukur tekanan oksigen
yang larut dalam darah.
d) Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) dinilai dengan mengukur
tekanan karbon dioksida yang larut di dalam darah. Pengukuran ini dapat
menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat dikeluarkan dari tubuh.
e) Saturasi oksigen (SaO2) ditentukan dengan mengukur kadar oksigen yang
dibawa oleh hemoglobin dalam sel darah merah.

16. MAP
adalah tekanan rata2 arteri.. Di mana tekanan antara sistolik dan diastolic
17. Ruang ICU atau Intensive Care Unit
adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan
keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat. Untuk membantu memulihkan
kondisi pasien, ruang ICU dilengkapi dengan peralatan medis khusus.

1.5 Analisa Masalah


1. Apa indikasi pasien menggunakan ventilasi mekanik?
Jawaban:
a) Pasien dengan gagal napas seperti pasien dengan distress gagal napas,
henti napas, maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian
oksigen.
b) Insufisiensi jantung. Untuk mengurangi beban kerja system pernapasan
sehingga beban kerja jantung berkurang.
c) Disfungsi neurologis.

5
d) Tindakan operasi mayor dan minor.

2. Berapa batas normal hasil Analisa gas darah?


Jawaban:
Batas Normal AGDA : pH darah: 7,38-7,42 Bikarbonat (HCO3): 22-28 mEq/L
Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75-100 mmHg Tekanan parsial karbon dioksida
(PaCO2): 38-42 mmHg Saturasi oksigen (SaO2): 94-100%.

3. Kapan waktu yang tepat dilakukan weaning ventilator?


Jawaban:
a) Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator
mekanik sudah tertangani.
b) Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.
c) Fungsi jantung stabil: HR 140 x/menit, Tekanan darah dalam batas normal,
Preload baik: CVP 8-14 mmHg, Tidak ada aritmia, Tidak terdapat iskemi
otot jantung (myokardial Ischemia), Bebas dari obat-obatan vasopresor
atau hanya menggunakan obat-obatan inotropik dosis rendah.
d) Fungsi paru stabil: Minut volume < 10 L/min, Tidal volume adekuat (5-10
cc/kgBB), Rontgent thorak dalam batas normal Hasil pemeriksaan BGA
baik.
e) Fungsi GIT baik : Asambasa dan elektrilot baik, Status nutrisi baik, tidak
ada hematemesis.
f) Tidak anemia (Hb> 8 gr%)
g) Obat-obatan : Agen sedatif dihentikan lebih dari 24 jam, Agen paralisis
dihentikan lebih dari 24 jam.
h) Psikologis pasien : Mempersiapkan psikologi pasien untuk tindakan
penyapihan. Jika beberapa kriteria dalam parameter tersebut di temukan,
maka hal tersebut merupakan indikasi bantuan ventilasi mekanik
dihentikan.

4. Apa kerugian dalam pemasangan ventilator?


Jawaban:

6
a) Luka pada mulut dan tenggorokan akibat tindakan intubasi Infeksi paru-
paru, biasanya akibat masuknya kuman melalui selang pernapasan yang
terpasang pada tenggorokan.
b) Cedera paru-paru dan kebocoran udara ke rongga di luar paru-paru
c) Kehilangan kemampuan untuk batuk dan menelan, sehingga dahak atau
lendir pada saluran napas bisa menumpuk dan mengganggu masuknya
udara.

5. Apa saja yang dinilai dalam pemasangan ventilator?


Jawaban:
Observasi yang perlu diperhatikan: Tidal volume, Frekwensi, Mode ventilator,
Kecepatan aliran gas, Konsentrasi oksigen, Sistem alarM.

Observasi kerja ventilator Bagian sirkuit tersusun benar dan rapi, Humidifier
cukur terisi air, Alarm bekerja dg baik Hubungan baik dengan sumber listrik atau
gas, Tidak ada kebocoran pada bagian lain, Tidak ada sumbatan pd sirkuit
6. Apa saja mode setingan ventilator?
Jawaban:
a) Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure
control (PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal
Volume (VT) sesuai kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
b) Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute
Volume), Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan tekanan
SIMV-PS.

7. Apa yang dinilai dari hasil laboratorium pada pasien yang terpasang ventilator?
Jawaban:
Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang
menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Tes ini juga dilakukan
pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor kondisi
serta mengetahui apakah pengaturan alat sudah sesuai. Selain itu, tes ini dapat
dilakukan untuk memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta memeriksa
gejala yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen dan karbon dioksida,

7
atau keseimbangan pH dalam darah, seperti sesak napas, kesulitan bernapas, mual,
pusing, dan penurunan kesadaran.

8. Mengapa ada pemantauan dinding dada pada pasien terpasang ventilator?


Jawaban:
Teknik pemeriksaan fisik dada terbagi menjadi empat, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan ini sederhana dan cukup mudah dilakukan
tanpa menimbulkan komplikasi. Pemeriksaan fisik dada penting dilakukan untuk
penegakan diagnosis berbagai penyakit yang menyebabkan gangguan sistem
kardiorespirasi seperti gagal jantung, pneumonia, trauma dada, dan penyakit
jantung bawaan.

9. Bagaimana cara menentukan no ett?


Jawaban:
Ukuran ET dinyatakan dalam mm berdasarkan diameter internal yang tertera dan
ada pada yang dinyatakan dalam French Unit. ET juga mempunyai ukuran
Panjang dalam cm. ukuran rata-rata untuk wanita adalah 7,0-7,5 mm, sedang
untuk pria 7,5-8,0. Dalam menentukan ukuran ET yaitu dengan menggunakan
patokan besar jari kelingking dari pasien, sedangkan kedalaman insersinya yaitu
berdasarkan besar diameter internal dikalikan tiga.

10. Apa akibat jika ett terlalu dalam?


Jawaban:
Akibat jika ett terlalu dalam: penempatan ett yang terlalu dalam akan
mengakibatkan benturan pada carina yang menyebabkan takikardi, hipertensi,
pneumotorax, jika terlalu dangkal akan mengakibatkan penekanan pada pita suara.

11. Mengapa pasien icu harus dipantau urin output dan input nya?
Jawaban:
Monitor intake merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk
kedalam tubuh. Monitor Output merupakan suatu tindakan mengukur jumlah
cairan yang keluar dari tubuh. Tujuannya yaitu untuk menentukan tingkat
dehidrasi klien, memudahkan kontrol terhadap keseimbangan cairan elektrolit,
memmberikan data untuk menunjukan efek diuretic atau terapan rehidrasi.

8
12. Bagaimana cara menghitung volume tidal?
Jawaban:
Volume tidal adalah jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap
kali bernapas. Settingan normal volume tidal yaitu 8-10 cc/kgBB.

9
1.6 Mind mapping
Pasien laki-laki berumur 44 tahun

Membutuhkan ventilator meksnik

Pengkajian:

Pemasangan Terpasang ETT: TTV: 1. Irama AGDA: Hasil lab:


ventilator jantung
1. No. 7.5 1. RR 28x/i sinus pH: 7.40 Hb: 9.4
dengan
dengan 2. TD 90/60 takikardi
settingan: PaCO2: 28 Leu: 13.000
kedalama 3. MAP 70 2. S1&S2
1. CPAP/ n 23 cm 4. HR 102x/i murni Hco3: 24 Trom: 376.000
PSV 2. Terpasang 5. Suhu 37.5 terdeng
2. Fio2 oroparing 6. Sao2 94% ar PaO2: 90 Ht: 29%
40% eal airway 7. CRT <2detik 3. Urin
3. PEEP 5 3. Terdapat 8. Reflek pupil output SaO2: 94% NGT (+)
cmH2o secret 2/2 1500cc
pada ett 9. Somnolen Peristsltik:
4. Trigger 4. Intake
2 10. Ronchi (+) 15x/i
1600cc
5. RR 11. Dada
seting simetris
12x/m 12. Lapang
paru sonor
13. Akral dingin

Rencana weaning ventilator: jika TTV stsbil dan


AGDA normal

Tema: Penatalaksanaan pasien dengan ventilator


mekanik

10
1.7 Tema
Tema pada tutorial scenario 1 adalah: Penatalaksanaan Ventilasi Mekanik.
1.8 Learning Objektif
a) Definisi ventilasi mekanik
b) Tujuan ventilasi mekanik
c) Mode ventilasi mekanik
d) Rentang waktu pemakaian ventilasi mekanik
e) Komplikasi ventilasi mekanik
f) Settingan ventilasi mekanik
g) Indikasi pemasangan ventilasi mekanik
h) Mekanisme pemasangan ventilasi mekanik
i) Jenis ventilasi mekanik
j) Penjelasan weaning ventilator
k) Asuhan keperawatan pasien dengan ventilator sesuai dengan scenario tutorial

11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ventilasi Mekanik


Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi
transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan
pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough, 2010).
Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama (Smeltzer,
Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
2.2 Tujuan Ventilasi Mekanik
Tujuan Indikasi Pemasangan Ventilator
Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan ventilasi mekanik ini dan
juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera dipasang ventilator.
Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi kerja pernapasan.
b. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
c. Pemberian MV yang akurat.
d. ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
e. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat.

2.3 Mode Ventilasi Mekanik

Mode Nama Deskripsi Keuntungan


ACV Assisted Controlled Dirangsan oleh inspirasi Meningkatkan
Ventilation pasien, namun pada pernapasan spontan,
keadaan tidak ada tidak ada penurunan
inspirasi, akan berputar tonus otot, baik untuk
sesuai kecepatan yang meningkatkan kadar
telah diset. CO2, Tv (Tidal
Volume) mekanik
penuh
AV Assusted Ventilation Pasien mencetuskan Tv deprogram namun
ventilator, yang pasien menentukan
menyediakan napas frekuensi
bertekanan positif
CV Controlled Ventilation Ventilator menyalurkan Tv dan RR sudah diset
pernapasan yang telah sebelumnya . untuk
deprogram tanpa apnea dan henti napas
mempertimbangkan akibat obat dan status
usaha napas pasien asmatikus, penurunana

12
usaha bernapas pasien
IMV Intermittent Mandatory Menggabungkan Volume dan kecepatan
Ventilation spontan dan CV, pasien tidak tergantung pada
dapat bernapas spontan usaha pasien,
di antara napas ventilasi memungkinkan
yang diberikan. penyaluran gas yang
dilembabkan,
membantu
hiperventilasi persisten,
penurunan ansietas,
penurunana
barotrauma, membantu
dengn PEEP.
PSV Pressure Support Menyediakan napas Digunakan sebagai
Ventilation bertekanan positif yang cadangan SIMV, lebih
levelnya sudah diset nyaman karena
sebelumnya, hanya kecepatan pemberian
selama siklus inspirasi ditentukan oleh pasien,
paling baik untuk
melatih pernapasan
mandiri (weaning).
SIMV Synchronous Menggambungkan Sama seperti IMV
Intermittent Mandatory spontan dan ACV, dengan pernapasan
Ventilation memberikan napas yang lebih terkontrol,
bantuan tekanan positif nyaman, dan efisien,
pada interval tertentu mencegah atrofi otot,
denganusaha pasien. kembali ke IMV jika
tidak ada usaha pasien,
mencegah penyaluran
Tv yang ganda, lebih
umum digunakan untuk
PEEP.
PEEP Positive End Pemeliharaan tekanan Meningkatkan VA
Expiratory Pressure “super-atmosfir” buatan (Alveolar Ventilation),
pada akhir ekspirasi peningkatan FRC
(fungsi residual
capacity); pencegahan
atelectasis; digunakan
pada edema paru dan
ARDS, digunakan
dengan SIMV
CPAP Continous Positive Tekanan positif selama Menggunakan napas
Airway Pressure inspirasi dan ekspirasi pasien seluruhnya,
tanpa bantuan ventilator berguna untuk weaning
atau sebelum ekstubasi.

a) Controlled Mechanical Ventilation (Ventilasi Mekanik Terkontrol) (CMV)


Dalam mode ini, siklus ventilator berubah dari ekspirsi ke inspirasi setelah interval waktu
yang telah ditetapkan, karena pasien tidak dapat memicu pernapasan sendiri. Ventilasi
terkontrol (time-triggered inspiration) hanya dapat diterapkan pada pasien yang tidak
memiliki usaha napas sendiri atau pada saat ventilasi ini diberikan, pasien harus dikontrol

13
seluruhnya. Namun tidak dianjurkan untuk tetap mempertahankan mode ventilasi ini tanpa
membuat pasien mempunyai usaha napas sendiri. Ventilasi terkontrol cocok diterapkan pada
pasien-pasien yang tidak sadar karena pengaruh obat, gangguan fungsi serebral, cedera saraf
spinal dan frenikus serta pasien dengan kelumpuhan saraf motorik yang menyebabkan
hilangnya usaha napas volunteer
b) Assist-Control (AC) Ventilasi
Dengan menggabungkan sensor tekanan di sirkuit pernapasan, upaya inspirasi dari pasien
dapat digunakan untuk memicu inspirasi. Pasien dapat memicu pernapasannya dengan laju
yang lebih cepat namun volume preset atau tekanan tetap diberikan pada tiap napas. Bila telah
ada usaha napas pasien, maka mode assist-control dapat digunakan. Dengan mode ini, tiap
napas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan pernapasan yang diatur. Pemicu dari pasien
timbul karena ventilator sensitif terhadap tekanan atau perubahan aliran pada saat pasien
berusaha untuk bernapas.
c) Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
IMV didesain untuk memberikan bantuan ventilasi parsial. Mode ini mengkombinasikan
periode ventilasi assist-control dengan periode pernapasan spontan pasien. Periode
pernapasan spontan ini dapat membantu untuk mencegah hiperinflasi paru dan auto PEEP
pada pasien-pasien dengan pernapasan yang cepat. Selain itu, tujuan dari penggunaan
ventilasi ini adalah untuk mencegah atropi otot-otot pernapasan karena ventilasi mekanik
jangka lama. Kekurangan dari IMV ini adalah terjadinya peningkatan work of breathing dan
penurunan curah jantung. IMV telah ditetapkan sebagai pilihan terbaik untuk teknik
penyapihan.
d) Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
Synchronized intermittent mandatory ventilation (SIMV) mengatur napasmekanik, kapanpun
memungkinkan, agar bertepatan dengan awal dari upaya respirasi spontan. sinkronisasi yang
tepat mencegah tersisipnya napas mekanik di tengah napas spontan, menghasilkan VT yang
sangat besar. Keuntungan dari SIMV termasuk kenyamanan pasien, dan jika digunakan untuk
menyapih, napasdari mesin menyediakan cadangan jika pasien menjadi lelah. Namun, jika
laju napas terlalu rendah (4 kali / menit), cadangan mungkin terlalu rendah, terutama untuk
pasien yang lemah yang mungkin tidak dapat mengatasi tambahana kerja pernapasan yang
disisipkan ventilator selama napas spontan.

e) Mandatory Minute Ventilation (MMV)


Pasien dapat bernapas secara spontan dan juga menerima napas mekanik, sementara mesin
memonitor ventilasi semenit yang dihembuskan. Dalam mode ini, mesin kemudian terus
menyesuaikan jumlah napas mekanik sehingga jumlah napas spontan ditambah mekanik
dikalikan dengan VT menghasilkan besar ventilasi semenit yang diinginkan.

14
f) Presure Support Ventilation (PSV)
Metode ini digunakan untuk memperkuat penapasan spontan, tidak untuk memberikan
bantuan napas secara keseluruhan. Di samping itu, PSV ini dapat mengatasi resistensi
pernapasan melalui sirkuit ventilator, tujuannya adalah untuk mengurangi work of breathing
selama proses penyapihan (weaning) dari ventilator. Tujuan PSV ini bukan untuk
memperkuat volume tidal, namun untuk memberikan tekanan yang cukup untuk mengatasi
resistensi yang dihasilkan pipa endotrakeal dan sirkuit ventilator. PSV cukup populer sebagai
salah satu metode ventilasi mekanik non invasif. Untuk ventilasi non invasif ini PSV
diberikan melalui sungkup wajah atau sungkup hidung khusus dengan tekanan 20 cmH2O.

g) Pressure Control Ventilation /ventilasi pressure-control (PCV)


Ventilasi tekanan terkontrol (PCV) menggunakan tekanan yang konstanuntuk
mengembangkan paru-paru. Ventilasi seperti ini kurang disukai karenavolume pengembangan
paru tidak sama, namun masih tetap digunakan karenarisiko cedera paru yang diinduksi
ventilator lebih rendah pada mode ini. Ventilasi dengan PCV secara keseluruhan diatur oleh
ventilator, tanpa peran serta pasien (sama dengan ventilasi assist-control).
h) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)/ Tekanan Positif Akhir Pernapasan
Pada pasien-pasien dengan ketergantungan pada ventilator, di akhirpernapasan, umumnya
terjadi kolaps ruang udara bagian distal sehingga seringmenyebabkan timbulnya atelektasis
yang dapat mengganggu pertukaran gas dan memperberat gagal napas yang sudah ada. Upaya
untuk mengatasi atelektasis ini dengan menurunkan komplians paru-paru dengan konsekuensi
dapat terjadi kelainan paru-paru yang umum pada pasien-pasien yang tergantung pada
ventilator, misalnya ARDS dan pneumonia. Untuk mengantisipasi kecenderungan timbulnya
kolaps alveoli pada akhir pernapasan, maka dibuat suatu tekanan positif pada akhir ekspirasi
(PEEP).Tekanan ini bertindak sebagai penyangga (stent) untuk menjaga agar jalannapas yang
kecil tetap terbuka pada akhir ekspirasi. PEEP ini telah menjadiukuran standar pada
penatalaksanaan pasien dengan ketergantungan pada ventilator PEEP tidak direkomendasikan
pada pasien-pasien dengan penyakit paruparu yang terlokalisasi seperti pneumonia karena
tekanan yang diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal dan hal ini
dapat menyebabkan distensi yang berlebihan sehingga menyebabkan rupture alveoli.

i) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)/ Tekanan Positif Jalan Napas Kontinyu
Pernapasan spontan dengan tekanan positif yang dipertahankan selamasiklus respirasi disebut
dengan continuous positive airway pressure (CPAP). Pada mode ventilasi ini, pasien tidak
perlu menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas yang diinhalasi. Hal ini
dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yang membuka bila tekanan udara di atas tekanan

15
atmosfer. CPAP harus dibedakan dengan PEEP spontan. Pada PEEP spontan, tekanan negatif
jalan napas dibutuhkan untuk inhalasi. PEEP spontan telah digantikan oleh CPAP karena
dapat menurunkan work of breathing.Penggunaan klinis CPAP adalah pada pasien-pasien
yang tidak diintubasi. CPAP dapat diberikan melalui sungkup wajah khusus yang dilengkapi
dengan katup pengatur tekanan. Sungkup wajah CPAP (CPAP mask) telah terbukti berhasil
untuk menunda intubasi pada pasien dengan gagal napas akut, tetapi sungkup wajah ini harus
dipasang dengan tepat dan kuat dan tidak dapat dilepas saat pasien makan, sehingga hanya
dapat digunakan sementara. Sungkup hidung khusus lebih dapat ditoleransi oleh pasien
terutama pada pasien dengan apnea obstruktif saat tidur, juga pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik eksaserbasi akut.

2.4 Rentang waktu Pemakaian Ventilasi Mekanik


Pemakaian ventilasi tidak dapat diperkirakan berapa lama pasien perlu menggunakan
ventilator dan kapan dilepaskan berdasarkan perkembangan kondisi pasien dan penilaian klinis oleh
dokter.

2.5 Komplikasi Ventilasi Mekanik


Selama penggunaan alat ventilator, dapat terjadi beberapa efek samping, yaitu:
1. Luka pada mulut dan tenggorokan akibat tindakan intubasi.
2. Infeksi paru-paru, biasanya akibat masuknya kuman melalui selang pernapasan yang
terpasang pada tenggorokan.
3. Cedera paru-paru dan kebocoran udara ke rongga di luar paru-paru (pneumothorax).
4. Kehilangan kemampuan untuk batuk dan menelan, sehingga dahak atau lendir pada
saluran napas bisa menumpuk dan mengganggu masuknya udara. Dokter atau perawat
akan melakukan penyedotan secara berkala untuk mengeluarkan dahak atau lendir ini.
5. Keracunan oksigen.
6. Selain itu, pasien yang terhubung dengan ventilator dan harus berbaring dalam waktu
yang lama berisiko mengalami luka dekubitus dan gangguan aliran darah akibat
tromboembolisme.
Komplikasi Ventilasi Mekanik
1. Gangguan hemodinamik
2. Barotrauma dan Volutrauma
3. Ventilator associted pneumonia (VAP)
4. Keseimbangan cairan berlebihan dan hiponatremia
5. Perdarahan gastrointestinal
6. Malfungsi ventilator

16
2.6 Settingan Ventilasi Mekanik
Parameter yang harus ditetapkan sangat bervariasi tergantung pada mode ventilasi yang
digunakan. Beberapa parameter tersebut antara lain:
a. Laju pernapasan (respiratory rate)
Rentang laju pernapasan yang digunakan pada ventilator mandatori cukup luas. Hal ini
tergantung pada nilai sasaran ventilasi semenit (minute ventilation) yang berbeda beda
pada tiap individu maupun kondisi klinis tertentu. Secara umum, rentang laju pernapasan
berkisar antara 4 sampai 20 kali tiap menit dan pada sebagian besar pasien-pasien yang
stabil, berkisar antara 8 sampai 12 kali tiap menit. Pada pasien dewasa dengan sindroma
distres pernapasan akut. penggunaan volume tidal yang rendah harus diimbangi dengan
peningkatan laju pernapasan sampai 35 kali tiap menit untuk mempertahankan ventilasi
semenit yang adekuat.
b. Volume tidal
Pada beberapa kasus, volume tidal harus lebih rendah terutama pada sindroma distres
pernapasan akut. Pada saat mengatur volume tidal pada mode tertentu, perkiraan kasarnya
berkisar antara 5 sampai 8 ml/kg berat badan ideal. Pada pasien dengan paru-paru normal
yang terintubasi karena alasan tertentu, volume tidal yang digunakan sampai 12 ml/kg berat
badan ideal. Volume tidal harus disesuaikan sehingga dapat mempertahankan tekanan plato
di bawah 35 cm H20. Tekanan plato ditentukan dengan manuver menahan napas selama
inspirasi yang disebut dengan istilah tekanan alveolar akhir inspirasi pada pasien-pasien
yang direlaksasi. Peningkatan tekanan plato tidak selalu meningkatkan risiko harotrauma.
Risiko tersebut ditentukan oleh tekanan transalveolar yang merupakan hasil pengurangan
antara tekanan alveolar dengan tekanan pleura.Pada pasien-pasien dengan edema dinding
dada, distensi abdomen atau asites, komplians dinding dada menurun.Hal ini menyebabkan
tekanan pleura meningkat selama pengembangan paru. Peningkatan tekanan transalveolar
jarang terjadi pada pasien yang memiliki komplians paru yang normal.
c. kanan inspirasi
Pada ventilasi tekanan terkontrol (PCV) dan ventilasi pressure-support, tekanan inspirasi
diatur sedemikian rupa sehingga tekanan platokurang atau sama dengan 35 em H20.
Volume tidal juga harus dipertahankan pada rentang yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Fraksi oksigen terinspirasi (FiO2)
Pada sebagian besar kasus, FiO2 harus 100% pada saat pasien diintubasi dan dihubungkan
dengan ventilator untuk pertama kali. Ketika penempatan pipa endotrakea sudah ditetapkan
dan pasien telah distabilisasi, FiO2 harus diturunkan sampai konsentrasi terendah yang

17
masih dapat mempertahankan saturasi oksigen hemoglobin, karena konsentrasi oksigen
yang tinggi dapat menyebabkan toksisitas pulmonal. Tujuan utama ventilasi adalah
mempertahankan nilai saturasi 90 % atau lebih. Kadang-kadang nilai tersebut bisa berubah,
misalnya pada keadaan-keadaan yang membutuhkan suatu proteksi terhadap paru-paru dari
volume tidal, tekanan dan konsentrasi oksigen yang terlalu besar. Pada keadaan ini, target
saturasi oksigen dapat diturunkan sampai 85% saat faktor-faktor yang berperan pada
penyaluran oksigen sedang dioptimalkan.
e. Tekanan positif akhir ekspirasi (Postive end-expiratory pressure/PEEP)
Sesuai dengan namanya, PEEP berfungsi untuk mempertahankan tekanan positif jalan
napas pada tingkatan tertentu selama fase ekspirasi. PEEP dibedakan dari tekanan positif
jalan napas kontinyu (continuous positive airway pressure/ CPAP) berdasarkan saat
digunakannya. PEEP hanya digunakan pada fase ekspirasi, sementara CPAP berlangsung
selama siklus respirasi. Penggunaan PEEP selama ventilasi mekanik memiliki manfaaat
yang potensial. Pada gagal napas hipoksemia akut, PEEP meningkatkan tekanan alveolar
rata-rata, meningkatkan area reekspansi atelektasis dan dapat mendorong cairan dari ruang
alveolar menuju interstisial sehingga memungkinkan alveoli yang sebelumnya tertutup atau
terendam cairan, untuk berperan serta dalam pertukaran gas. Pada edema kardiopulmonal,
PEEP dapat mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri sehingga memperbaiki kinerja
jantung.
Pada gagal napas hiperkapnea yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas, pasien sering
mengalami kekurangan waktu untuk ekspirasi sehingga menimbulkan hiperinflasi dinamik.
Hal ini menyebabkan timbulnya auto-PEEP yaitu tekanan akhir ekspirasi alveolar yang
lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Bila didapatkan auto PEEP, maka dibutuhkan pemicu
ventilator (trigger) berupa tekanan negatif jalan napas yang lebih tinggi dari sensitivitas
pemicu maupun auto-PEEP. Jika pasien tidak mampu mencapainya, maka usaha inspirasi
menjadi sia-sia dan dapat meningkatkan kerja pernapasan (work of breathing). Pemberian
PEEP dapat mengatasi hal ini karena dapat mengurangi auto-PEEP dari tekanan negatif
total yang dibutuhkan untuk memicu ventilator. Secara umum, PEEP ditingkatkan secara
bertahap sampai usaha napas pasien dapat memicu ventilator secara konstan hingga
mencapai 85% dari auto PEEP yang diperkirakan."
f. Sensitivitas Pemicu (trigger sensitivity)
Sensitivitas pemicu adalah tekanan negatif yang harus dihasilkan oleh pasien untuk
memulai suatu bantuan napas oleh ventilator. Tekanan ini harus cukup rendah untuk
mengurangi kerja pernapasan, namun juga harus cukup tinggi untuk menghindari

18
sensitivitas yang berlebihan terhadap usaha napas pasien. Tekanan ini berkisar antara -1
sampai -2 cmH₂O. Pemicu ventilator ini timbul bila aliran napas pasien menurun I sampai
3 1/menit.
g. Laju aliran
Hal ini sering dilupakan pada mode yang bersifat volume-target Laju aliran ini penting
terutama untuk kenyamanan pasien karena mempengaruhi kerja pernapasan. hiperinflasi
dinamik dan auto-PEEP.Pada sebagian besar ventilator, laju aliran diatur secara langsung.
Pada ventilator lainnya, misalnya Siemen 900cc, laju aliran ditentukan secara tidak
langsung dari laju pernapasan dan 1:E ratio.
contohnya adalah sebagai berikut:
Laju pernapasan 10
Waktu siklus respirasi= 6 detik
IE ransum 1:2
Waktu inspirasi 2 detik
Waktu ekspirasi 4 detik
Volume pasang surut = 500ml
Tingkat aliran = volume/waktu inspirasi
= 500 ml tiap 2 detik
h. Perbandingan waktu inspirasi terhadap waktu ekspirasi
Sejalan dengan laju aliran inspirasi, ahli terapi respirasi mengatur :Fratio tanpa permintaan
dari dokter. Tetapi para klinisi dituntut untukmengerti tentang perubahan ini yang dapat
mempengaruhi mekanika sistem respirasi dan kenyamanan pasien. 1:Eratio yang umum
digunakan adalah 1.2. Pada gagal napas hipoksemia akut, perbandingan ini dapat
meningkat dengan adanya pemanjangan waktu inspirasi, tekanan jalan napas rata-rata atau
alveoli yang terisi cairan yang dapat memperbaiki oksigenasi. Pada hipoksemia berat,
1:Eratio kadang-kadang terbalik menjadi 2:1, sehingga kewaspadaan harus dipertahankan
untuk mengatasi akibat yang merugikan terhadap hemodinamik dan integritas paru-paru.

2.7 Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik


Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
a. Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi
mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik

19
sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru
(seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
b. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer.
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen)
dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi
beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
c. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intra cranial.
d. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

2.8 Mekanisme Pemasangan Ventilator


Mekanisme kerja dari ventilator mekanik adalah berupa support total atau support
parsial. Pada suport total pola pernafasan pasien sesuai total oleh ventilator. Contohnya
adalah pada kondisi paralisis otot-otot pernafasan ataupun sedasi. Pada suport parsial, pasien
dibantu pernapasan dengan mengirimkan aliran inspirasi yang telah diatur dalam responsnya
pada usaha inspirasi pasien, dan pasien dapat mengatur hanya kurs respirasi, durasi inspirasi
dan ekspirasi serta rasio waktu inspirasi sampai total durasi siklus pernapasan.
Terdapat beberapa fase dalam 1 siklus secara spontan maupun yang diperintah, yaitu
fase pemicuan nafas, fase penyokong, fase siklus dan fase basis atau ekspirasi. Variabel yang
mengatur pemicuan nafas adalah:
Pengatur waktu mesin (time trigger), digunakan selama suport total dimana dimulai
saat pengaturan waktu untuk satu siklus respirasi (waktu inspirasi dan ekspirasi) yang
lengkap talah dilakukan. Pemicu pasien, digunakan selama mendukung parsial dimana

20
tekanan dan aliran diatur oleh ventilator dan digunakan sebagai variabel untuk menginisiasi
pernafasan.
Saat nafas telah terpicu, katup inspirasi pada ventilator terbuka, dan udara
mengalir. Penghantaran aliran diatur oleh suatu batas yang ditetapkan secara klinis untuk
ventilator selamat inspirasi. Pada umumnya terdapat batas yang digunakan:
(1) target aliran , yaitu aliran dan pola yang diatur oleh klinis sehingga dapat
bervariasi dan (2) target tekanan yaitu batas inspirasi yang diatur oleh laju klinis; aliran dan
volume bervariasi. Fase penyokong ( Limit phase ), dimana inspirasi akan diikuti oleh fase
siklus ( cycling phase ), pada waktu mesin berhenti nafas dengan empat kriteria cycle-
off yang sering digunakan:
Volume, nafas diberhentikan saat volume target sudah terpenuhi. Waktu ( time ),
nafas dihentikan saat inspirasi yang telah ditentukan telah terpenuhi. Aliran ( flow ), aliran
gas inspirasi dari ventilator akan berhenti apabila aliran yang ditetapkan
tercapai. tekanan ( pressure ), aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti apabila
tekanan yang sudah ditetapkan tercapai.

2.9 Jenis-jenis Ventilasi Mekanik


Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga tipe yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar Ventilator ini adalah siklus berbasis volume. Perangkat berhenti bekerja dan
prosesnya terjadi ketika volume yang ditentukan tercapai. Keuntungan volume ventilasi
siklus adalah perubahan pada penyakit paru-paru pasien terus memberikan volume tidal yang
konstan.
2. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar dari Ventilator jenis ini adalah siklus tekanan. Mesin berhenti bekerja dan
proses terjadi ketika tekanan yang telah ditentukan tercapai. Pada titik tekanan ini katup
inspirasi menutup dan pernafasan pasif. Dengan kerugian seperti itu, volume udara yang
disuplai juga berubah ketika penyakit paru-paru berubah. Untuk mencegah penggunaan
ventilator jenis ini pada pasien dengan status paru tidak stabil.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip dasaar tipe Ventilator ini adalah siklus yang didasarkan pada waktu kedaluwarsa atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas per menit) dengan rasio I: E (inspirasi: kedaluwarsa) normal 1: 2.
Jenis Ventilasi Mekanik :

21
1. Ventilator tekanan negatif ( Negative pressure ventilation ), merupakan ventilator
original. Prinsipnya mengeluarkan dan mengganti gas dan chamber ventilator
2. Ventilasi Tekanan Positif (Possitive Pressure Ventilation=PPV), PPV memerlukan
jalan nafas buatan (ETT, trakeostomi) dg prinsip menggunakan tekanan positif untuk
mendorong oksigen ke dalam paru-paru pasien

2.10 Penjelasan Weaning


Penyapihan dari ventilator mekanik dapat didefinisikan sebagai proses pelepasan
ventilator baik secara langsung maupun bertahap. Tindakan ini biasanya mengandung dua hal
yang terpisah tapi memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan pelepasan jalan
nafas buatan.
Weaning dilakukan berdasarkan beberapa hal, yakni: volume permenit, (MV),
tekanan inspirasi maksimum, volume tidal, nafas cepat dan dangkal, indeks CROP.
Kebanyakan dari kriteria diatas sensitif tapi tidak spesifik, sehingga menskipunpasien gagal
berdasarkan kriteria tersebut, tetapi sebenarnya ia masih bisa dilakukan penyapihan. Ini
menunjukkan bahwa semua indikasi tersebut merupakan prediktor penyapihan yang buruk
pada pasien ICU secara umum. Pasien seharusnya terus mendapatkan skrining untuk
menemukan kemungkinan dilakukan penyapihan. Terdapat kriteria menurut Hudac & Gallo,
1994 mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien. Namun demikian tidak
semua pasien yang memenuhi kriteria tersebut mampu bertoleransi terhadap latihan nafas
spontan (spontaneous breathing trial/SBT).
Jenis Penyapihan
Berdasarkan lamanya waktu pelaksanaannya, penyapihan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu penyapihan jangka pendek dan penyapihan jangka panjang.
a. Penyapihan Jangka Panjang
Penyapihan jenis pertama hanya membutuhkan waktu percobaan singkat, yaitu
sekitar 20 menit sebelum ektubasi. Langkah-langkah standar proses penyapihan
adalah sebagai berikut: Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien Lakukan
penghisapan Mendapatkan parameter spontan Berikan bronkodilator jika perlu
Istirahatkan pasien selama 15- 20 menit Tinggikan kepala tempat tidur Metode yang
digunakan dalam proses penyapihan jangka pendek adalah T-Piece dan Intermitten
Mandatory Ventilation.
1. Metode T-Piece Prosedur yang dilakukan melalui metode ini antara lain:
 Mengumpulkan data fisiologis yang mendukung pelaksanaan penyapihan

22
 Menghubungkan set TPiece dengan FiO2 yang dibutuhkan pasien (tunggu
selama 20-30 menit untuk evaluasi potensial ektubasi. Lakukan pengawasan
data fisiologis tiap 5-10 menit jika perlu)
 Pada akhir menit ke-30, periksa AGD pasien dan evaluasi pasien dari tanda
kelemahan. Bila kriteria penyapihan terpenuhi, maka ektubasi dapat
dilakukan.
2. Metode Intermitten Mandatory Ventilation
Meskipun metode ini sama efektifnya dengan metode TPiece, namun
membutuhkan waktu yang lebih panjang karena tiap tambahan frekuensi pernapasan
harus disertai dengan AGD. Sedangkan langkahlangkahnya sama dengan prosedur
pada metode T-Piece. Kecepatan pernafasan pada VMI diturunkan dua pernafasan
hingga mencapai 2 atau 0. Pada titik ini, pasien dapat dievaluasi dengan kriteria
penyapihan untuk menentukan potensial ekstubasi.4-8
b. Penyapihan Jangka Pendek
Waktu yang dibutuhkan untuk penyapihan lebih lama, yakni 3-4 minggu
karena berbagai permasalahan yang dihadapi.4,10 Prinsip pelaksanaannya pada
dasarnya sama dengan proses jangka pendek. Setelah keputusan penyapihan dibuat,
maka diperlukan pendekatan tim. Anggota tim meliputi dokter, perawat, terapis
pernapasan, fisioterapis, terapi nutrisi, dan psikologis. Metode penyapihan yang
digunakan meliputi: T-Piece, CPAP, SIMV, dan Pressure Support Ventilation.
1. T-Piece
Prosedur penyapihan dengan menggunakanT-Piece antara lain:
 Penyapihan dilakukan untuk 24 jam pertama
 Pemeriksaan AGD.
 Mulai penyapihan selama 5 menit per jam
 Secara bertahap, tingkatkan penyapihan 5 menit selanjutnya perhari
 Tekankan pasien agar tidak terlalu merasa kelelahan
 Tingkatkan periode penyapihan hingga 1 menit/jam
 Tingkatkan periode penyapihan dengan 5 menit tambahan sampai
mencapai 30 menit/jam
 Tingkatkan periode istirahat sampai 1 jam setelah periode penyapihan 30
menit tercapai

23
 Turunkan volume tidal pada repirator dengan 50 cc/hari Setelah 8 jam
periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada malam hari
dan dini hari.
 Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan Lakukan
penyapihan pada malam hari dengan perlahan, ini merupakan periode
kritis Penyapihan selesai.
 Selama proses penyapihan yang panjang ini, pencatatan harus dilakukan
terus, salah satunya adalah total jam yang dibutuhkan selama penyapihan
ini.
 Nilai AGD dan peningkatan pernapasan spontan juga harus ditambahkan
untuk meyakinkan pasien secara aktual mengalami perkembangan yang
signifikan.
2. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
Persiapan penyapihan melalui mode SIMV sama dengan pada mode lain.
Kecepatan SIMV diturunkan perlahan. Hal ini memberikan kesempatan kepada pasien
untuk melatih otot pernafasan. Evaluasi yang cepat terhadap kemungkinan
hipoventilasi dan hiperkapnia merupakan hal yang sangat penting.4,7 Kemudian
volume tidal juga secara perlahan diturunkan sesuai dengan kemajuan pasien.
Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan AGD dan ventilasi pasien.
3. Continues Positive Air Ways Pressure (CPAP)
Meskipun masih kontroversial, namun penggunaan CPAP pada 5 cm H2O
dianggap menguntungkan bagi pasien dengan pernafasan tidak stabil dan memiliki
gradien besar PO2alveolar-arteri yang menimbulkan kolaps alveolar dini.
4. Pressure Support Ventilation (PSV)
Penggunaan Pressure Supportdalam penyapihan bertujuan untuk
meningkatkan tahanan dan kekuatan otot pernapasan. Penyapihan dimulai dengan
tingkat tekanan yang bisa menghasilkan volume tidal yang diharapkan. Kemudian
tekanan dikurangi secara perlahan tapi tetap memperhatikan pemenuhan volume tidal
yang diharapkan.

c. Faktor yang Mempengaruhi lamanya


Idealnya, waktu yang dibutuhkan untuk ventilator seharusnya tidak lebih lama
dari waktu yang dibutuhkan untuk menangani penyebab utama kegagalan pernapasan

24
tersebut. Kondisi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
nonventilator dan faktor ventilator.
Faktor Nonventilator
1. Penyalahgunaan obat sedasi
Kebanyakan pasien dengan penyakit kritis, mengalami gangguan renal dan hepar
selama masa sakitnya. Penggunaan obat sedattif jangka panjang yang
mempengaruhi eleminasi hepatorenal akan menyebabkan atrofi otot pernapasan.
Hal ini terjadi karena otot tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.
2. Malnutrisi
Keadekuatan fungsi otot tidak hanya tergantung pada kekuatan otot, tapi juga pada
normal posfat, kalsium, magnesium, dan potasium.
3. Kurangnya dukungan psikologis bagi pasien
4. Kurangnya dukungan dari jantung jika terdapat kerusakan ventrikel kiri.
Faktor ventilator
1. Over ventilasi, menyebabkan disuse atrofi (atropi akibat jarang digunakan) otot
pernapasan.
2. Under ventilation, menyebabkan kelelahan otot pernafasan. Untuk pemulihan
dibutuhkan waktu 48 jam.
Kegagalan untuk mengadopsi ventilasi yang aman bagi paru pada pasien dengan
gagal nafas akut atau kronis. Hal ini dapat memperburuk resiko terjadinya kerusakan
paru.

25
2.11 Asuhan keperawatan pasien dengan ventilator sesuai dengan scenario tutorial
A. Penkajian
1. Data diri Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang dapat
diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi pasien
yang dapat bantuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data secara
detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab
atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat,
kelelahan dan ketidaknyamanan.
4. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
 Mode ventilator
- CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
- SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
- ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
- CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
b. Frekwensi nafas
c. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
d. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
e. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
f. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
g. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
h. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
i. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
j. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
k. Hasil foto thorax terakhir

26
5. Sistem kardiovaskuler
Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.
6. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
7. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
8. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi
dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
9. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi,
merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakitnya
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator
yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
4. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang
endotracheal
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
6. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan ventilasi mekanis,
selang endotracheal, ansietas, stress
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal

27
C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan:
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil:
 Bunyi napas terdengar bersih.
 Ronchi tidak terdengar.
 Tracheal tube bebas sumbatan.
Tindakan keperawatan:
INTERENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam dan kalau Mengevaluasi keefetifan jalan napas.
diperlukan. a. Dengan mengertinya tujuan tindakan yang
Lakukan pengisapan bila terdengar ronchi dengan akan dilakukan pasien bisa berpartisipasi aktif.
cara: b. Memberi cadangan O2 untuk menghindari
a. jelaskan pada pasien tentang tujuan dari hipoksia.
tindakan pengisapan. c. Mencegah infeksi nosokomial.
b. Berikan oksigen dengan O2 100 % sebelum d. Aspirasi lama dapat menimbulkan hipoksia,
dilakukan pengisapan, minimal 4 - 5 X karena tindakan pengisapan akan mengeluarkan
pernapasan. sekret dan O2. e. Tindakan negatif yang
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung berlebihan dapat merusak mukosa jalan napas.
tangan steril, kateter pengisap steril. f. Memberikan cadangan oksigen dalam paru.
d. Masukan kateter kedalam selang ET dalam g. Menjamin keefektifan jalan napas.
keadaan tidak mengisap (ditekuk), lama Membantu mengencerkan skret.
pengisapan tidak lebih dari 10 detik. - Mencegah sekresi menjadi kental.
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari 100 - 120 Memudahkan pelepasan sekret.
mmHg. Mengencerkan sekret.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100 % Menentukan lokasi penumpukan sekret,
sebelum melakukan pengisapan berikutnya. mengevaluasi kebersihan tindakan
g. Lakukan pengisapan berulang-ulang sampai Deteksi dini adanya kelainan.
suara napas bersih.
Pertahankan suhu humidifer tetap hangat (35 -
37,8 o C
Monitor statur hidrasi pasien
Melakukan fisioterapi napas / dada sesuai
indikasi dengan cara clapping, fibrasi dan
pustural drainage.
Berikan obat mukolitik sesuai indikasi / program.
Kaji suara napas sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pengisapan
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam dan kalau
diperlukan.
Lakukan pengisapan bila terdengar ronchi dengan
cara:
a. jelaskan pada pasien tentang tujuan dari
tindakan pengisapan.

28
b. Berikan oksigen dengan O2 100 % sebelum
dilakukan pengisapan, minimal 4 - 5 X
pernapasan.
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung
tangan steril, kateter pengisap steril.
d. Masukan kateter kedalam selang ET dalam
keadaan tidak mengisap (ditekuk), lama
pengisapan tidak lebih dari 10 detik.
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari 100 - 120
mmHg.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100 %
sebelum melakukan pengisapan berikutnya.
g. Lakukan pengisapan berulang-ulang sampai
suara napas bersih.
Pertahankan suhu humidifer tetap hangat (35 -
37,8 o C
Monitor statur hidrasi pasien
Melakukan fisioterapi napas / dada sesuai
indikasi dengan cara clapping, fibrasi dan
pustural drainage.
Berikan obat mukolitik sesuai indikasi / program.
Kaji suara napas sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pengisapan
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakitnya

Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.

Kriteria hasil:

 Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:

- PH (7,35 - 7,45)

- PO2 (80 - 100 mmHg)

- PCO2 (35 - 45 mmHg)

- BE (-2 - + 2)

- Tidak sianosis

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL
1. Cek analisa gas darah setiap 10 1. Evaluasi keefektifan setting
- 30 menit setelah perubahan ventilator yang diberikan
setting ventilator.

29
2. Monitor hasil analisa gas darah 2. Evaluasi kemampuan bernapas
(blood gas) atau oksimeteri
selama periode penyapihan. 3. Sekresi menghambat kelancaran
3. Pertahankan jalan napas bebas udara napas.
dari skresi.
4. Monitor tanda dan gejala
hipoksia

3. Diagnosa Keperawatan

Ketidak efektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak
tepat, obstruksi selang endotracheal

Tujuan: Pola napas efektif.

Kriteria hasil:

 Napas sesuai dengan irama ventilator.

 Volume napas adekuat.

 Alarm tidak berbunyi.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL
a. Lakukan pemeriksaan a. Diteksi dini adanya kelainan
ventilator tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
b. Evaluasi semua alarm dan b. Bunyi alarm menunjukan adanya
tentukan penyebabnya. gg. Fungsi ventilator.
c. Pertahankan alat resusitasi c. Memudahkan melakukan
manual (bag & mask) pada pertolongan bila sewaktu/waktu
posisi tempat tidur sepanjang ada gangguan fungsi ventilator.
waktu. d. Mencegah berkurangnya aliran
d. Monitor selang / cubbing udara napas.
ventilator dari terlepas , e. Mencegah berkurangnya aliran
terlipat, bocor atau tersumbat. udara napas.
e. Evaluasi tekanan atau f. Mencegah tergigitnya selang
kebocoran balon cuff. ETT
f. Masukan penahan gigi (pada g. Mencegah terlepas / tercabutnya
pemasangat ETT lewat oral) selang ETT.
g. Amankan selang ETT dengan h. Evaluasi keefektifan jalan napas.
fiksasi yang baik.
h. Monitor suara dan pergerakan
dada secara teratur.

4. Diagnosa Keperawatan

Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan selang


endotracheal

30
Tujuan: Mempertahankan komunikasi

Kriteria hasil: Klien dapat berkomunikasi dgn menggunakan metode alternatif.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL

1 Berikan papan, kertas dan 1 Mempermudah


pensil, gambar untuk klien untuk
komunikasi, ajukan mengemukakan
pertanyaan dengan jawaban perasaan /
ya atau tidak.
keluhan dengan
berkomunikasi.

Yakinkan klien bahwa suara


2 akan kembali bila ETT
2 Mengurangi
dilepas.
cemas.

5. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan pemasangan selang
endotracheal

Tujuan:

Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator

Kriteria hasil:

 Suhu tubuh normal (36 - 37,5 C)

 Warna sputum jernih.

 Kultur sputum negatif.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi warna, jumlah, konsistensi dan bauh Indikator untuk menilai adanya infeksi
sputum setiap kali pengisapan. jalan napas.
Lakukan pemeriksaan kultur sputum dan test
sensitifitas sesuai indikasi. Menentukan jenis kuman dan
sensitifitasnya terhadap antibiotik.
Pertahanakan teknik aseptik pada saat
melakukan pengisapan (succion) Mencegah infeksi nosokomial.

Jaga kebersihan bag & mask. Lingkungan kotor merupakan media


pertumbuhan kuman.
Lakukan pembersihan mulut, hidung dan
rongga faring setiap shitf. Lingkungan kotor merupakan media

31
pertumbuhan kuman.
Ganti selang / tubing ventilator 24 - 72 jam.
Menjamin selang ventilator tetap bersih
Monitor tanda-tanda vital yang menunjukan dan steril.
adanya infeksi.
Berikan antibiotika sesuai program dokter. Diteksi dini.

Antibiotika bersifat baktericide

6. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi mekanis,
selang endotracheal, ansietas, stress

Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.

Kriteria hasil:

 Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.

 Tidak terjadi barotrauma.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL
Monitor ventilator terhadap peningkatan secara Peningkatan secara tajam dapat
tajam. menimbulkan trauma jalan napas
(barutrauma)
Yakinkan napas pasien sesuai dengan irama
ventilator Napas yang berlawanan dengan mesin
dapat menimbulkan trauma.
Mencegah terjadinya fighting kalau perlu
kolaborasi dengan dokter untuk memberi Napas yang berlawanan dengan mesin
sedasi. dapat menimbulkan trauma.

Observasi tanda dan gejala barotrauma. Diteksi dini.


Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan
gunakan kateter succion yang lunak dan Mencegah iritasi mukosa jalan napas.
ujungnya tidak tajam.
Mencegah terekstubasinya ETT (ekstubasi
Lakukan restrain / fiksasi bila pasien gelisah. sendiri)

Atur posisi selang / tubing ventilator dengan Mencegah trauma akibat penekanan selang
cepat. ETT.

7. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang endotracheal

Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.

32
Kriteria hasil:

 Klien tidak gelisah.

 Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL

1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah


Tubing ventilator. penarikan dan
penekanan.
Atur sensitivitas ventilator.
2 2 Menurunkan
Atur posisi tidur dengan upaya pasien
3 menaikkan bagian kepala 3
melakukan
tempat tidur, kecuali ada pernapasan.
kontra indikasi.
Meningkatkan
Kalau perlu kolaborasi dengan rasa nyaman.
4 kokter untuk memberi 4
analgesik dan sedasi. Mengurangi
rasa nyeri

A. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan klien dalam (Hidayat,A 2009) : Mempertahankan status
pernafasan : kepatenan jalan nafas efektif yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk mengeluarkan secret, frekuensi, dan irama nafas normal, serta
tidak ditemukan adanya suara nafas tambahan.

33
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner and
Suddarth, 2001). Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalais ventilator
tekanan-negatif dan tekanan-positif Sampai sekarang kategori yang paling umum
digunakan adalah ventilator tekanan-positif. Berbagai gambaran digunakan dalam
penatalaksanaan pasien pada ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien
merasa nyaman dan "dalam harmoni" dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik
kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat,
kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali
gangguan kardiovaskuler. Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaC),
peningkatan kadar karbondioksida arten (PaCC), dan asidosis persisten (penurunan pH),
maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondis seperti pascaoperatif bedah
toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi. PPOM,
trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada
gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis

3.2 Saran.

Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang berpengalaman
atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi di
ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh
pasien-pasiennya. Penguasaan teknologi di ruang kritis merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan Perawat pemula ataupun perawat berpengalaman akan memanfaatkan
teknologi dengan cara yang berbeda, namun hal ini tetap mempunyai implikasi yang sama
terhadap praktek keperawatan yaitu mengembangkan cara-cara baru dalam melakukan
asuhan keperawatan. Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat
transfer dan transform teknologi dan teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak
hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-aren keperawatan lainnya. Hal ini
sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun
sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area
keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Fanelli V, Ranieri V. 2015. Mechanisms and clinical consequences of acute ling injury.
Annals of American Thoracic Society. (12 (Suppl1)):S3-8.

Hudak, Carolyn dkk. 1997. Keperawatan Kritis Volume 1 Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne,
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta: EGC

Iwan, P. dan Saryono. 2010. Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik. Jakarta:
Rekatama.

Mangku, G., Senapathi, T.G., Wiryana, I.M., Sujana, I.B., Sinardja, K. 2010. Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. 2008. Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Truwit, J., Epstein, S. 2011. A Practical Guide to Mechanical Ventilation 1st ed. UK: Wiley-
Blackwell;.

Team Pokja Modul Pelatihan Hipercci Pusat. (2016). Modul Keperawatan Intensif Dasar.
Bogor : In Media.

Viana W, Nawawi M. 2017. Ventilasi Mekanik Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.


Bandun : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Wong, D.L. et all. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai