Anda di halaman 1dari 13

SISTEM OSMOREGULASI

DISUSUN OLEH :
Rahmatan Islami ( 200207013 )

Iwed Monita ( 200207036 )

Marini Shilva ( 200207046 )

Fira Rekha Afrida ( 200207050 )

Rizqina Al-Kautsyari ( 200207061 )

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2022
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah untuk tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
yang berjudul “Sistem Osmoregulasi ” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga Penulis dapat membuat
makalah ini dengan baik. Khususnya, Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Rizky Ahadi,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Fisiologi Hewan yang telah memberi tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khususnya serta rekan-rekan mahasiswa pada
umumnya.

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….…...2
C. Tujuan……………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan QS. Al Infithaar (82) :7 Dengan Proses Osmoregulasi Pada Hewan ...3
B. Osmoregulasi……………………………………………………………………....3
C. Mekanisme Osmoregulasi Pada Hewan Teleostei Air Tawar………………….….4
D. Hormon Osmoregulasi………………………………………………………….….7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan……………………………………………………………...……….8
2. Daftar Pustaka……………………………………………………………..…….9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena
cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus
membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan
untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air
tawar dimana osmolaritas tertentu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat
dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan
hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator
harus mengkompensasi kehilangan air.
Osmoregulasi terjadi pada hewan perairan, karena adanya perbedaan tekanan osmosis
(osmosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti mendorong antara larutan didalam tubuh dan
diluar tubuh). Sehingga osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol untuk
keseimbangan air dan ion-ion yang terdapat didalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel
permeable. Pengaturan osmoregulasi ini sangat mempengaruhi metabolisme tubuh hewan
perairan dalam menghasilkan energy.
Organisme perairan harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan
antara substansi tubuh dan lingkungan. Membran sel yang permeabel merupakan tempat
lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat. Adanya perbedaan tekanan osmosis antara
cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmosis antara tubuh dan
lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan
osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Karena perbedaan proses osmoregulasi pada beberapa
golongan ikan, maka struktur organ-organ osmoregulasinya juga kadang berbeda. Beberapa
organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi ikan, antara lain insang, ginjal, dan usus.
Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol hormon osmoregulasi, terutama
hormon-hormon yang disekresi oleh pituitari, ginjal, dan urofisis
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai mekanisme osmoregulasi pada
hewan, khususnya osmoregulasi hewan terestrial dan osmoregulasi pada hewan air tawar yang
berguna untuk menyeimbangkan cairan dalam tubuhnya maka dibuatlah makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Bagaimana hubungan QS. Al Infithaar (82) :7 dengan proses osmoregulasi pada hewan ?
2. Bagaimana mekanisme osmoregulasi pada hewan teleostei air tawar ?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Menjelaskan hubungan QS. Al Infithaar (82) :7 dengan proses osmoregulasi pada hewan
2. Menjelaskan mekanisme osmoregulasi pada ikan air tawar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan QS. Al Infithaar (82) :7 Dengan Proses Osmoregulasi Pada Hewan

Artinya : “Yang menciptakan engkau, lalu menyempurnakan engkau, lalu membuat engkau
dalam kedaan seimbang.
Menurut tafsir ayat ini menyiratkan manusia yang dilahirkan didunia ini kebanyakan akan
segera lupa akan tujuan penciptaannya dan perhatiannya hanya terpaku kepada pemuasan hawa
nafsunya belaka, baik nafsu hewani seperti makan, minum dan nafsu seksual semata. Manusia
malah menyingkir dari Tuhan yang telah menjadikan dirinya berguna, padahal Dia telah
menunjukkan sifat Rububiyyah-Nya (Sifat Memelihara) kepadanya, membimbingnya untuk
mencapai keadaan tertentu, selangkah demi selangkah, menuju kemajuan dan kesempurnaan
disegala bidang, dan Dia dengan kemurahan-Nya yang tak terhingga telah mengaruniainya
dengan sumber daya alam dan bakat yang sedemikian rupa untuk menjadikan dirinya mencapai
kemuliaan tertinggi dan oleh sebab itu adalah sebuah keharusan untuk menjadi abadi yang
terhormat dari Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Terpuji. Hasil tafsir berbeda-beda sesuai
dengan konteks masalahnya.
Keterkaitan dengan keseimbangan yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup yaitu terjadi
suatu proses pengaturan cairan untuk keseimbangannya. Keseimbangan sangat diperlukan dalam
suatu kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan
tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau
bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Kata ‫ عدل‬dalam ayat tersebut berarti seimbang. Tubuh
manusia akan normal selama bagian-bagian tubuh itu semua bekerja atau berfungsi sesuai tujuan
kehadirannya.
B. Osmoregulasi
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Osmosis terjadi ketika dua larutan yang dipisahkan oleh membran
memiliki perbedaan tekanan osmotik. Jika dua larutan yang dipisahkan oleh sebuah membran
permeabel selektif yang memiliki osmolaritas yang sama, kedua larutan itu disebut isoosmotik.
Namun ketika dua larutan memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi zat-zat
terlarut yang lebih besar disebut hiperosmotik dan larutan yang lebih encer disebut hipoosmotik.
Air mengalir melalui osmosis dari larutan hipoosmotik ke larutan hiperosmotik. Seekor hewan
dapat mempertahankan keseimbangan air dengan dua cara, yang pertama adalah menjadi
osmokonformer yang isoosmotik dengan sekitarnya. Cara kedua adalah menjadi osmoregulator
yang mengontrol osmolaritas internal terlepas dari osmolaritas lingkungannya.
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan
lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus,
begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup.
Hewan osmoregulator merupakan hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan
baik. Sedangkan Hewan Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan
tekanan osmotik, sehingga harus beradaptasi agar bertahan hidup dengan syarat perubahan
lingkungan tidak besar dan dalam kisaran toleransi.
Dalam lingkungan, tentunya akan menciptakan suatu kondisi yang mendukung dan
ancaman bagi kelangsungan hidup hewan. Sehingga perlu mekanisme osmoregulasi, dan setiap
hewan berbeda-beda dengan variasi yang sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ
tubuh hewan dan kondisi lingkungan hewan. Pada invertebrata laut disebut dengan hewan
osmokonformer yaitu konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut dan terjadi
keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Dan apabila tidak dalam
kondisi keseimbangan ionik akan terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien
konsentrasi. Cara hewan melakukan pengaturan konsentrasi ion yaitu dengan mensekresi atau
menyerap ion secara aktif.

C. Mekanisme Osmoregulasi Pada Hewan Teleostei Air Tawar


Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis.
Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal
akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah
banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh
agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan
malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan
garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable
(kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Ikan bertulang sejati (teleostei), ikan air tawar
maupun ikan laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mempertahankan komposisi ion-
ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara signifikan berbeda dari lingkungan
eksternalnya. Proses ini merupakan suatu mekanisme dasar osmotik. Untuk menghadapi masalah
osmoregulasi hewan melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara :
1. Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya.
2. Mengurangi permeabilitas air dan garam.
3. Melakukan pengambilan garam secara selektif
Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk
membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik,
sehingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion. Ikan-ikan yang hidup di air tawar
mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air
cenderung masuk ke tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermeabel. Bila
hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam
tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fingsi-
fungsi fisiologis secara normal.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai
glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat
menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-
banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap
kembali pada tubuli proximalis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding
tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air). Air seni yang dikeluarkan ikan sangat encer dan
mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti : 1. Asam Urat 2. kreatin 3. kreatinin 4.
Amonia.
Gambar : Osmoregulasi Ikan Air Tawar
Organ-organ osmoregulasi yaitu:
1.Insang
Menurut Tridjoko, pertukaran antara oksigen yang masuk ke dalam darah dengan CO2 yang
keluar dari darah terjadi dengan cara diffusi pada pembuluh darah dalam insang. Peredaran darah
dalam fillamen insang merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung
yang masih banyak mengandung CO2 dengan pembuluh darah yang akan meninggalkan filamen
insang yang kaya akan oksigen. Difusi oksigen pada filamen insang dibantu oleh tekanan air
yang terdapat pada rongga mulut dan air dipaksa keluar melalui insang.

Gambar : Morfologi Insang

Pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak
pada dasar lembaran-lembaran insang. Studi mengenai fungsi dari biokimiawi insang teleostei
mengindikasikan bahwa insang teleostei merupakan pompa ion untuk Chloride (Cl-), sodium
(Na+), dan potassium (K+). Perubahan ion-ion pada ikan air laut berbeda dengan ikan-ikan air
tawar. Perbedaan utama yaitu bahwa Na+, NH4+, Cl-, dan HCO3- semuanya bergerak keluar
pada ikan air laut, sedangkan pada ikan air tawar Na+ dan Cl-, keduanya masuk dan keluar yang
disebabkan oleh suatu perubahan difusi. Pada ikan diadromus, selama migrasi antara air tawar
dan air laut, membran dan mitokondria sel mengalami perubahan besar dalam struktur,
menyebabkan beberapa aktivitas transpor ion berubah, yakni seperti pada ikan air laut dan ikan
air tawar bila di air tawar.
2.Ginjal
Ginjal melakukan dua fungsi utama: pertama, mengekskresikan sebagian besar produk akhir
metabolisme tubuh; dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh. Gambar ginjal
menggambarkan fungsi nefron teleostei yang terdiri dari glomerulus dan tubulus. Glomerulus
berfungsi menyaring cairan, sedangkan tubulus mengubah cairan yang disaring menjadi urin.
Dengan demikian nefron dapat membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari zat-zat yang
tidak dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada glomerulus karena jaringan
kapiler glomerulus merupakan jaringan bertekanan tinggi sedangkan jaringan kapiler peritubulus
adalah jaringan bertekanan rendah. Menurut Irianto,ginjal ikan berupa penefros dan mesonefros,
memiliki fungsi sebagai organ osmoregulator. Pada ikan air tawar, ginjal menyimpan ion-ion dan
membebaskan air. Pada ikan air asin, ikan membebaskan ion-ion dan menyimpan air. sebagian
besar sisa metabolisme berupa senyawa-senyawa nitrogen dibebaskan melalui insang. Ginjal
juga berfungsi dalam haematopiesis pada jaringan haematopietik yang terdapat pada interstitium
ginjal. Haematopiesis terutama berlangsung pada bagian anterior ginjal, tetapi proses tersebut
dapat berlangsung di seluruh bagian ginjal. Selanjutnya zat sisa metabolisme akan dibuang ke
luar tubuh.

Gambar : Diagram Nefron (Bond, 1979 dalam Tridjoko, 2009).


3. Usus
Memiliki banyak variasi. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya berwarna besar
menyerupai lambung sehingga bagian ini dinamakan sebagai lambung palsu, misalnya ikan mas,
Cyprinus carpio.Setelah air masuk ke dalam usus ikan air laut, dinding usus aktif mengambil ion-
ion monovalen (Na+, K+, dan Cl-) dan air, sebaliknya membiarkan lebih banyak ion-ion divalen
(Mg2+, Ca2+, dan SO42-) tetap di dalam usus sebagai cairan rektal agar osmolaritas usus sama
dengan darah. Hal ini penting dilakukan untuk menghindarkan air yang telah diserap usus
kembali ke dalam rektal. Proses minum pada ikan air tawar dibutuhkan oleh usus untuk
mengambil kembali ion-ion yang hilang melalui difusi dan juga melalui urin.
4. Kulit
Terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang
disebut dermis atau corium. Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel- sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis bagian
dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel-
sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan
stratum germinativum (lapisan Melphigi). Dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan-
ikan yang bersisik. Derivat- derivat kulit juga dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis ini
terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Kulit digunakan sebagai alat ekskresi
dan osmoregulasi. Pada beberapa jenis ikan, kulit juga berfungsi sebagai alat pernafasan
tambahan dan sebagainya.

D. Hormon Osmoregulasi
Kelenjar endokrin yang bertanggung jawab terhadap proses osmoregulasi antara lain
pituitari, ginjal, dan urofisis, melalui aksi beberapa hormonnya .Menurut Marshall, volume air
seni yang dikeluarkan dan keseimbangan pada ikan diatur oleh sekresi kelenjart endokrin
(hormon). Hormon bisa mempengaruhi ginjal dan menaikan atau menurunkan tekanan darah
yang mengubah laju penyaringan ke dalam kapsul bowman. Hormon juga bisa mempengaruhi
ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada sel tubuli ginjal untuk mengubah permeabilitas dan laju
penyerapan kembali terhada substansi tertentu. Hormon juga mempengaruhi penyaringan
ataupun penyerapan pada insang
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai sistem osmoregulasi pada hewan terestrial dan hewan
teleoestei air tawar dapat di simpulkan diantaranya :
1. Hubungan QS. Al Infithaar (82) :7 dengan proses osmoregulasi pada hewan yaitu dengan
keseimbangan yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup yaitu terjadi suatu proses
pengaturan cairan untuk keseimbangannya. Keseimbangan sangat diperlukan dalam suatu
kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan
tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau
bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Kata ‫ عدل‬dalam ayat tersebut berarti seimbang.
Tubuh manusia akan normal selama bagian-bagian tubuh itu semua bekerja atau
berfungsi sesuai tujuan kehadirannya.
2. Mekanisme osmoregulasi pada hewan terestrial dilakukan dengan berbagai cara melalui :
a. Ginjal b. Kulit c. Membran mulut . d. usus . Pada serangga, saluran Malpighi bersama-
sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk system ekskretori-
osmoregulatori utama. Mamalia mengatasi stress osmotik dan pemeliharaan
keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan mengontrol jalan
kehilangan air.
3. Mekanisme osmoregulasi pada hewan teleostei ikan air tawar yaitu mempunyai cairan
tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk
ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable.
2. SARAN
Penjelasan lebih detail mengenai penjelasan ini perlu mencari berbagai referensi yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2005. Biologi jilid III. Jakarta: Erlangga

Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi Ikan. Makassar: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Hasanuddin

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hurkat, P.C. & Mathur. 1976. A Text Book of Animal Physiology. New York:

Shcand and Co. Ltd

Kaneko, T., Shiraishi, K., Katoh, F., Hasegawa, S., dan Hiroi, J. 2002. Chloride cells during early life

stages of fish and their functional differentiation. Fisheries Science 68: 1-9.

Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base balance. In the

Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.). taylor and Francis Group.

Nicol, J.A.C., 1967. The biology of marine animals.2d ed. Wiley.Interscience, New York.

Rahardjo. 1980. Ichthyologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Soeseno, S. 1997. Pemeliharaan Ikan di

Kolam Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius

Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah

Soewolo,dkk. 1994. Fisiologi Hewan. Jakarta: UT Storer, T. I. 1968. General Zoology. Saunders

Company: Philadelphia. Suntoro, S. H. 1994. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Salemba Medika:

Jakarta.

Takeuchi, K., H. Toyohara, dan M. Sakaguchi. 2000. Effect of hyper- and hypoosmotic stress on protein

in cultured epidermal cell of common carp. Fisheries Science 66: 117-123.

Tridjoko.2009.Ichthyologi.Bali: Undiksha.

Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. Bandung: DepDikBud

Anda mungkin juga menyukai