Anda di halaman 1dari 25

i

MAKALAH ENDOKRINOLOGI HEWAN AIR

OSMOREGULASI IKAN AIR TAWAR

OLEH

ADE YULINDRA

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan makalah dengan judul “Osmoregulasi Ikan Air Tawar”.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah

Endokrinologi Hewan Air yaitu Dr. Ir. Henni Syawal, M.Si. yang telah memberikan

arahan kepada penulis dalam menulis makalah ini. Penulis juga mengucapkan ucapan

terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian penulisan makalah

ini. Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan makalah ini, jika terdapat

kesalahan penulis mohon kritikan dan saran demi lebih baiknya penulisan

selanjutnya.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat…………………………………….….... 3

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Ikan Air Tawar ....................................................................... 4
2.2.Salinitas .................................................................................... 5
2.3.Osmoregulasi Ikan Air Tawar .................................................. 6
2.4.Organ Yang Berperan ............................................................... 14
2.4.1. Insang............................................................................ 14
2.4.2. Ginjal ........................................................................... 15
2.4.3. Usus ............................................................................. 16
2.5.Hormon Yang Berperan ........................................................... 16

BAB 4. KESIMPULAN................................................................................ 18

BAB 3. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 19


iv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar 1. Osmoregulasi pada ikan air tawar (Fujaya, 1999).......................... 8


Gambar 2. Osmoregulitas pada ikan air tawar ................................................. 9
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan organisme akuatik yang sebagian atau seluruh hidupnya di

lingkungan perairan, baik air tawar, payau maupun laut. Organisme akuatik sering

menghadapi kondisi lingkungan yang berfluktuasi, baik karena faktor alam, maupun

karena aktivitas manusia. Perubahan lingkungan inilah yang harus dihadapi dan

disiasati oleh organisme akuatik agar mampu bertahan hidup. Organisme akuatik

akan memberikan respon yang bermacam-macam, tergatung pada jenis atau kondisi

perubahan lingkungan yang dihadapi.Secara umum, habitat ikan terdiri dari faktor

biotik

sistem perairan yang seimbang. Ketika salah satu faktor diganggu, maka

faktor yang lain juga mengalami gangguan fisiologi. Setiap organisme pada saat

beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup

dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organismepun berbeda, ada

beberapa organisme yang bentuk adaptasinya dapat dilihat secara morfologi dan

adapula yang beradaptasi secara fisiologi. Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu

yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel

organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang

mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Oleh karena luas bidang fisiologi, maka

dibagi menjadi bagian- bagian yang lebih khusus, diantaranya yaitu fisiologi hewan

air dalam hal ini ikan. Fisiologi ikan dapat diartikan sebagai ilmi yang mempelajari
2

fungsi dan kegiatan kehidupan zat organisme dan fenomena fisika dan kimia yang

mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Fisiologi ikan mencakup proses

osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme,

pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi

(Fujaya, 2004).

Salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi fisologis dan kelangsungan

hidup organisme akuatik adalah salinitas. Setiap organisme akuatik memilki

kemampuan adaptasi terhadap salinitas perairan yang berbeda-beda. upaya hewan air

untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau

suatu proses penganturan tekanan osmostik disebut dengan osmoregulasi. Hal ini

penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena: 1) Harus terjadi

keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, 2) Membran sel yang

permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat,

Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan (Fujaya,

2004). jika proses osmerugalasi pada ikan terganggu maka akan berpengaruh pada

status kesehatan ikan, pertumbuhan ikan dan kelulushidupan ikan.

Proses osmeregulasi merupakan proses penting pada ikan. proses

osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas perairan yang didiami ikan tersebut.

Secara umum, salinitas perairan tawar berbeda dengan salinitas air laut, sehingga

proses osmoregulasi yang terjadi pada ikan – ikan yang mendiaminya pun berbeda.

Salinitas air tawar kurang dari 0,5 ppt; sedangkan salinitas rata-rata di laut terbuka

sekitar 35 ppt dan berkisar antara 33-37 ppt. Salinitas dapat bervariasi secara luas di
3

daerah teluk dan estuari yang dipengaruhi oleh aliran arus, aliran air tawar, dan

evaporasi (Stickney, 2000). untuk itu perlu adanya kajian dan pembahasan tentang

osmoregulasi pada ikan air tawar.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana proses osmoregulasi pada ikan air tawar?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Dengan adanya tulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang proses osmoregulasi pada ikan air tawar.


4

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Ikan Air Tawar


Air merupakan media yang dibutuhkan organisme untuk kehidupan, tidak

terkecuali pada ikan. Berdasarkan kandungan garam yang terdapat pada perairan, air

dapat dibedakan menjadi 3 golongan besar yaitu air tawar, air payau, dan air laut

(Yulan et. al., 2013). Pembahasan ikan dalam kaitannya dengan lingkungan hidup

sangat penting agar dinamikanya dalam ekosistem perairan dan kemungkinan dampak

lingkungan terhadap kehidupan ikan dapat dipahami. Ikan air tawar adalah ikan yang

hidup pada air tawar sesaui dengan klasifikasinya. Sebagian darinya mampu

beradaptasi terhadap perubahan salinitas sampai ambang batas toleransinya masing-

masing atau disebut euryhalin. Menurut Shepherd dan Bromage (1992) ikan teleost

air tawar mempunyai konsentrasi osmotik cairan tubuh sekitar 300-400 mOsm/kg

atau setara dengan salinitas 11 ppt. Konsentrasi ini lebih tinggi dari lingkungan

eksternal yang umumnya kurang lebih mempunyai konsentrasi sekitar 5 mOsm/kg.

Sebagian besar ikan bersifat stenohalin, baik yang hidup di perairan tawar

maupun yang hidup di laut, dan tidak bermigrasi di antara air dengan salinitas

berbeda selama siklus hidupnya. Akan tetapi, beberapa spesies ikan bersifat eurihalin,

hidup di estuary dengan variasi salinitas atau bermigrasi di antara sungai dan laut

(Takei and Hirose, 2001). Beberapa ikan air tawar dapat beradaptasi pada lingkungan

bersalinitas dan beruaya sampai pada muara sungai. Pada muara sungai ikan air tawar

akan cendrung berada pada lapisan atas permukaan karena salinitas pada lapisan
5

permukaan lebih rendah dibandingkan dasar perairan (Whitten dan Wirjoatmodjo.

1993)

2.2. Salinitas

Salinitas adalah jumlah total material dalam gram, termasuk ion-ion inorganik

(sodium dan klorid, fosfororganik, dan nitrogen) dan senyawa kimia (vitamin

danpigmen tanaman), yang terdapat dalam 1 kg air atau dapatjuga

didefinisikansebagai konsentrasi total ion yangterdapat di perairan yang dinyatakan

dalam satuan g/kg atau promil (%). Salinitas air tawar kurang dari 0,5 ppt;sedangkan

salinitas rata-rata di laut terbuka sekitar 35ppt dan berkisar antara 33-37 ppt. Salinitas

dapatbervariasi secara luas di daerah teluk dan estuari yangdipengaruhi oleh aliran

arus, aliran air tawar, dan evaporasi (Stickney, 2000). Salinitas adalah suatu ukuran

dari jumlah garam dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat telah diubah

menjadi oksida, semua bromide dan iodidediganti dengan khlorida dan bahan-bahan

organiknya telah dioksidasi (Robert1978). Salinitas juga dinyatakan dalam gram per

kilogram air laut atau part perthousand (ppt) (Boyd 1984).Salinitas berhubungan erat

dengan tekanan osmotik air baik air sebagaimedia internal maupun eksternal.

Perubahan salinitas akan menyebabkanperubahan pada tekanan osmotik air. Menurut

Anggoro (1992) sifat osmotik dariair berasal dari seluruh ion yang terlarut tersebut.

Semakin besar jumlah ion yangterkonsentrasi di dalam air maka tingkat salinitas dan

kepekatan osmolar larutan, semakin tinggi sehingga tekanan osmotik media makin

besar.

Salinitas sangat berhubungan dengan tekanan osmotik didalam maupun diluar

sel dimana pengaturannya diatur oleh mekanisme osmoregulasi (Affandi dan Tang
6

2002). Salinitas di perairan menimbulkan tekanan-tekananosmotik yang bisa berbeda

dari tekanan osmotik di dalamtubuh organisme perairan, sehingga menyebabkan

organisme tersebut harus melakukan mekanisme osmoregulasi di dalam tubuhnya

sebagai upaya menyeimbangkan tekanan osmotik tubuh dengan tekanan osmotik

lingkungan di luar tubuh (Fujaya,1999).

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi

proses biologi suatu organisme dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan

organisme antara lain mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang

dikonsumsi (konversi makanan) dan kelangsungan hidup (Aliyas et. al., 2016).

2.3. Osmoregulasi Ikan Air Tawar

Osmoregulasi adalah proses pengaturan konsentrasi cairan dengan

menyeimbangkan pemasukkan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau

organisme hidup, atau pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi

kehidupan sehingga proses-proses fisiologis dalam tubuh berjalan normal

(Pamungkas, 2012). Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh

yang layak bagi kehidupan ikan sehingga prosesproses fisiologis tubuhnya berjalan

normal (Rahardjo, 1980).

Menurut Marshall dan Grosell (2006) berdasarkan mekanisme

osmoregulasinya organisme akuatik terbagi atas tiga golongan :

1. Osmoconformer : adalah organisme akuatik yang tidak mempunyai

kemampuan mengatur garam serta osmolaritas cairan internalnya dimana

osmolaritas cairan tubuh selalu berubah mengikuti kondisi osmolaritas

medianya.
7

2. Hypo-Osmoregulator : adalah organisme akuatik yang mempunyai

kemampuan mengatur keseimbangan osmotik antara cairan intrasel yang lebih

rendah daripada cairan ekstraselnya. Hypo-Osmoregulator umum terjadi pada

ikan teleostei air laut.

3. Hyper-Osmoregulator : adalah organisme akuatik yang mempunyai

kemampuan mengatur keseimbangan osmotik antara cairan intrasel yang lebih

tinggi daripada cairan ekstraselnya. Hyper-Osmoregulator umum terjadi pada

ikan teleostei air tawar.

Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat

permeabel terhadap lingkungan maupun larutan garam. Sifat fisik lingkungan yang

berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar

dengan ikan air laut. Pada ikan air tawar, air secara terus-menerus masuk ke dalam

tubuh ikan melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis

yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam (Na+, K+, dan Cl-) dalam tubuh ikan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal proses

ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam

tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh

ikan menggunakan energi metaboliknya. Ikan mempertahankan keseimbangannya

dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat

insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada

insang. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam

tubuhnya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi

dengan air adalah insang. Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan yang lebih
8

besar dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung keluar dari tubuh. Sedangkan

ikan yang hidup di air laut memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari lingkungan

sehingga garam-garam cenderung masuk ke dalam tubuh dan air akan keluar. Agar

proses fisiologis di dalam tubuh berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan

osmotik yang konstan (Pamungkas, 2012). Untuk lebih jelasnya proses osmoregulasi

pada ikan air tawar dapat dilihat pada Gambar 1 dan osmolaritas pada ikan air tawar

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Osmoregulasi pada ikan air tawar (Fujaya, 1999)


9

Gambar 2. Osmolaritas pada ikan air tawar (Wikipedia)

Menurut Shepherd dan Bromage (1992) ikan teleost air tawar mempunyai

konsentrasi osmotik cairan tubuh sekitar 300-400 mOsm/kg atau setara dengan

salinitas 11 ppt. Konsentrasi ini lebih tinggi dari lingkungan eksternal yang umumnya

kurang lebih mempunyai konsentrasi sekitar 5 mOsm/kg. Pada kondisi tresebut ion-

ion cenderung keluar dari dalam tubuh secara difusi dan cairan internal akan

kekurangan ion karena proses eksresi. Air dari media/lingkungan hidup mempunyai

kecenderungan untuk menembus masuk ke dalam bagian tubuh ikan yang

mempunyai dinding tipis seperti permukaan insang, usus dan kulit. Kelebihan air ini

akan diekresikan melalui ginjal sebagai urin yang sangat encer. Pengaturan ionik dan

osmotik pada ikan teleost air tawar diatur oleh organ insang, ginjal dan usus

(Alvarellos et al. 2003).


10

Ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga

dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini

terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Tujuan utama

osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila

ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan

akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang

akan berada diluar batas toleransinya (O-fish, 2009).

Secara umum menurut Brett (1979) kebanyakan ikan air tawar mengalami

penurunan pertumbuhan pada salinitas 15 ppt tetapi pada beberapa jenis ikan air

tawar lainnya pada salinitas 15 ppt dapat menyebabkan kematian.ikan yang dipelihara

pada media yang mempunyai salinitas yang hampir sama dengan konsentrasi plasma

atau cairan tubuhnya, maka energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi akan

cukup kecil dan akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan (Morgan

dan Imawa, 1991).

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga

air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari

tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam

tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal

menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut mati. Selain itu, hal ini juga akan

diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan

mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari.

Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak

seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai
11

kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja

dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari

pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari

kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan

garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati

(O-fish, 2009).

Sedangkan, kemampuan osmoregulasi bervariasi bergantung suhu, musim,

umur, kondisi fisiologis,jenis kelamin dan perbedaan genotip. Osmoregulasi pada

organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu:

1.Usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel

(ekstraseluler). Agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada

konsentrasi osmotik medium eksternalnya.

2. Usaha untuk memelihara isoosmotik cairan dalam sel (interseluler)

terhadap cairan luar sel (ekstraseluler) (Evans, 1988).

Menurut Nielsen, (1990) terdapat berabagai macam osmoregulasi, yaitu:

1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif

konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media,

misal: pada potadrom (ikan air tawar) Potadrom mempertahankan

konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum

danmemperbanyak urineOsmoregulasi beberapa golongan ikan

(Telesostei).

2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif


12

konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media,

misal: pada oseandrom (ikan air laut), Oseanodrom memperbanyak

minum dan mengurangi volume urine. Diadrom, melakukan aktivitas

osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti

oseanodrom bila berada di air laut.

3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh

sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah

estuarine (ikan eurihaline) contohnya Ikan eurihalin, konsentrasi

cairan tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya, sehingga hanya

sedikit melakukan osmoregulasi.

Bagi mahkhluk hidup, osmoregulasi bisa menjadi salah satu cara dalam

bertahan hidup melalui proses pengaturan tekanan osmotik tubuh. Osmoregulasi

merupakan salah satu proses untuk beradaptasi bagi makhluk hidup dari perubahan

lingkungan. Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena: 1)

Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, 2) Membran

sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak

cepat, 3) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan linkungan

(Fujaya, 2004).

Perubahan osmoregulasi ikan pada dasarnya memberikan penjelasan

mengenai pengaruh salinitas air diantara perlakuan yang berebeda terhadap tingkat

kelangsungan hidup, pertumbuhan, serta perkembangan ikan. Perubahan

osmoregulasi juga sangat bermanfaat terutama bagi pembudidaya yang ingin


13

melakukan pergantian media pembudidayaan. Pada beberapa penelitian terdahulu,

proses osmoregulasi juga bermanfaat bagi pengurangan rasio pakan ikan tertentu

apabila dibudidayakan pada salinitas tertentu. Untuk meningkatkan produksi

budidaya khususnya ikan nila, dapat dilakukan dengan cara mengetahui media

pemeliharaan yang optimal bagi kelulushidupan dan pertumbuhan ikan tersebut

(Fitria, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapasitas osmoregulasi yang

mencerminkan besarnya kerja osmotik yang dilakukan ikan dapat dinyatakan oleh

perbedaan osmolalitas plasma darah dengan osmolalitas medium. Pada ikan nila yang

dipaparkan di medium air tawar memiliki kapasitas osmoregulasi yang paling tinggi

di antara perlakuan yang lain, hal ini menunjukkan bahwa ikan di medium air tawar

memiliki kapasitas osmoregulasi yang besar untuk mengatur perbedaan osmotik

internalnya dengan medium hidupnya. Pada ikan nila yang ditempatkan di medium

dengan salinitas 10 ppt kapasitas osmoregulasinya mendekati atau berkisar satu baik

ikan yang ditempatkan pada temperatur air 26° C maupun 30° C, yang bermakna

bahwa osmolalitas plasma darahnya hampir sama dengan osmolalitas medium

hidupnya. Pada kondisi demikian ikan tidak memerlukan banyak usaha untuk

melakukan regulasi osmotik internalnya, karena ikan berada pada kondisi isoosmotik.

Nilai kapasitas osmoregulasi sedikit mengalami penurunan pada ikan yang

ditempatkan di medium dengan salinitas 20 ppt, karena osmolalitas plasmanya lebih

rendah dari pada osmolalitas mediumnya. Perbedaan kapasitas osmoregulasi pada

ikan nila dalam penelitian ini juga lebih ditentukan oleh perbedaan salinitas medium,

tidak ditentukan oleh perbedaan temperatur air. Pengaturan osmotik yang dilakukan
14

pada salinitas 20 ppt praktis sedikit berbeda dibandingkan dengan ikan yang

ditempatkan di salinitas 10 ppt. Namun, pengaturan osmotic di lingkungan salinitas

20 ppt, berlawanan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 0 ppt (air tawar)

(Susilo et. al., 2012)

2.4. Organ Yang Berperan dalam Proses Osmoregulasi

Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan

dalam proses osmoregulasi yaitu insang, ginjal, dan usus (Alvarellos et al. 2003).

Sedangkan menurut Affandi dan Tang (2002) selain organ insang, ginjal dan usus,

organ kulit juga berperan dalam proses tersebut.

2.4.1. Insang

Menurut Evans (1987) insang merupakan tempat utama dalam proses pertukaran

gas (respirasi), pengaturan ionik (ion transport), pengaturan keseimbangan asam basa dan

pengeluaran produk buangan seperti ammonia. Sebagai tambahan, insang juga

merupakan tempat pengambilan, biotransformasi dan ekresi dari bahan-bahan toksik.

Pada insang terdapat sel klorida yang melakukan transpor aktif kelebihan anion

monovalen Na+ dan Cl- melawan gradien konsentrasi kembali ke media/lingkungan.

Sumber utama energi untuk transpor aktif disediakan oleh mitokondria yang

berhubungan dengan Na+ - K+ ATP yang terletak disepanjang basolateral dan pada sistem

mikrotubular sel klorid yang secara ektensif dan aktif melakukan transpor Na+ keluar sel

untuk bertukar dengan K+ ke dalam sel (Moyle dan Cech 2004).

Insang merupakan organ yang secara marfologi dan fisiologi paling sensitive

terhadap pengaruh perubahan lingkungan, diantaranya perubahan fisika kimia air,

mikroorganisme dan bahan toksik. Lamela insang merupakan target yang paling lemah.
15

Adanya faktor penekan (stressor) akan secara langsung mempengaruhi homeostasis ion

yang juga berpengaruh terhadap proses osmoregulasi. Jika stressor ini bersifat kronik,

akan memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan dan reproduksi (Eddy 1981 dalam

Bonga dan Lock 1992). Munculnya kelainan atau kerusakan pada insang secara

makroskopis ataupun mikroskopis bias digunakan sebagai biomarker ataupun tanda

peringatan terhadap tingkat kesehatan ikan (Camargo dan Martinez 2007).

2.4.2. Ginjal

Ginjal ikan merupakan organ yang sangat vital dan berperan dalam

mempertahankan homeostasi. Fungsi ginjal tidak hanya sebagai erythophoieses,

tempat ekresi tetapi juga berfungsi dalam proses penyaringan yang membantu dalam

menyeimbangan volume dan pH darah dengan cairan tubuh (Mohamed, 2009).

Anatomi ginjal ikan bervariasi tergantung spesiesnya namun secara umum

anatomi ginjal ikan teleost terbagi atas dua yaitu pronephoros (head kidney) dan

mesonephoros (body kidney). Head kidney terdiri atas jaringan lymphoid yang

berperan dalam hematopoieses. Sedangkan bagian body kidney lebih banyak berperan

dalam proses ekresi dan filtrasi. Mesonephoros mempunyai unit-unit yang disebut

dengan nephron yang terdiri dari badan malphigi dan tubuli ginjal (Takashima dan

Hibiya 1995).

Badan malpigi terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman yang keduanya

berfungsi untuk menyaring buangan metabolik dalam darah. Cairan eksretori ini akan

masuk ke dalam tubuli ginjal sedangkan beberapa mineral, glukosa dan cairan lainnya

akan diserap kembali. Jumlah glomerulus ginjal ikan air tawar lebih banyak dan

diameternya lebih besar daripada ikan air laut. Hal ini terkait dengan fungsinya untuk
16

lebih dapat menahan garam tubuh agar tidak keluar serta mengeluarkan/memompa air

keluar dengan mengeluarkan air seni yang encer sebanyak-banyaknya (Affandi dan

Tang 2002).

2.4.3. Usus

Usus ikan adalah organ yang dimulai dari stomach hingga ke anus yang terdiri

atas bagian duodenum, anterior, posterior dan rektum. Panjang usus bervariasi tergantung

dari spesies dan kebiasaan makan. Namun secara umum usus ikan mempunyai bentuk

yang sederhana berbentuk sigmoid atau coiled dan mengikuti bentuk dari rongga perut

(Robert, 1978). Lapisan terdalam dari segmen usus adalah lapisan mukosa yang

mempunyai tonjolan-tonjolan (villi) dan tersusun oleh selapis sel epitel. Bentuk sel yang

umum ditemukan pada epitel usus adalah enterosit yang mempunyai microvilli yang

berperan dalam penyerapan makanan (Affandi dan Tang 2002).

Usus ikan selain berfungsi sebagai organ pencernaan juga berperan dalam proses

osmoregulasi (Marshall dan Grosell 2006). Organ usus pada ikan air tawar merupakan

salah satu organ tempat masuknya air dari media eksternal karena bagian tubuh tersebut

cenderung tipis sehingga menungkinkan air keluar masuk untuk mempertahankan

keseimbangan cairan (Holliday 1969).

2.5. Hormon Yang Berperan Dalam Osmoregulasi

Menurut Takei dan Hirose (2001) hormon osmoregulasi dapat dikatagorikan

ke dalam dua grup. Fast-acting hormones adalah hormon amina atau oligopeptida

yang disekresi segera (dalam detik atau menit) setelah transfer ikan ke medium

osmotic berbeda dan cepat hilang dari sirkulasi. Slow-acting hormones adalah

hormon steroid atau polipeptida yang disekresi lambat (biasanya dalam hari) dan
17

berpartisipasi dalam adaptasi ke lingkungan baru. Hormon pertumbuhan dan kortisol

yang terlibat dalam adaptasi di lingkungan laut pada ikan salmon dan nila merupakan

contoh di antara hormon ini (Madsen, 1990; Sakamoto et al., 1990), sedangkan

hormon prolaktin penting untuk adaptasi di perairan tawar (Hirano et al., dalam Takei

dan Hirose, 2001).

Pengkajian tentang peran hormon osmoregulasi telah banyak dilakuan, antara

lain oleh Madsen (1990) pada ikan “sea trout”, Salmotruta truta, densitas sel klorida

dan Na+ K+ ATPase meningkat karena perlakuan hormon kortisol dan pertumbuhan,

tetapi yang paling signifikan adalah perlakuan kombinasi hormon pertumbuhan dan

kortisol. Ion plasma dan kadar air otot tidak dipengaruhi ketika di perairan tawar, dan

pada ikan kontrol kadar ion sodium dan klorida plasma meningkat secara dramatis

dan kadar air otot menurun pada hari kedua setelah transfer ke air laut.
18

BAB 4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa merupakan salah

satu proses penting dalam tubuh ikan yang berpengaruh pada fisiologis dan

pertumbuhan serta kelulushidupan ikan. pada ikan air tawar ikan lebih banyak

menyerap ion dan membuang air yang lebih banyak untuk menyeimbangkan tekanan

osmosis tubuhnya dengan air.


19

BAB 5. DAFTAR PUSTAKA

Affandi R , UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan air. Riau : Unri Press. 217 hlm.

Aliyas, Ndobe S dan Ya’la Z R. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis Sp.) Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal
Sains dan Teknologi Tadulako. 5 (1). 19-27 hlm.

Alvarellos SS, RL Carion, JM Guzman, MP Martin del Rio, JM Miguez, JM


Mancera, JL Soengas. 2003. Acclimation of S. Aurata to Various Salinities
Alters Energy Metabolism of Osmoregulatory and Non Osmoregulatory
Organ. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 285 :897-907 hlm.

Anggoro S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya
Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon) [Disertasi].
Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 158 hal

Bonga SE, RAC Lock. 1992. Toxicant and Osmoregulation in Fish. Netherland
Journal of Zoology 42 (2-3) : 478-493 hlm.

Boyd CE. 1984. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama : Alabama
Agricultural Experiment Station. Auburn University. 484p.

Brett JR. 1979. Environmental Factor and Growth. Didalam : WS Hoar, DJ Randall
and JR Brett, editor. Fish Physiology. Vol. VIII. London : Academic Press.
599-675 hlm.

Camargo MMP, CBR Martinez. 2007. Histopathology of Gills, Kidney and Liver of a
Neotropical fish Caged in an Urban Stream. Journal of Neotropical
Ichtyology 5 (3) : 327-336.

Evans DH. 1987. The Fish Gill : Site Of Action and Model for Toxic Effect of
Environment Pollutants. Journal of Environmental Health Perspective 71 :
47-58 hlm.

Fitria, Ajeng Suci. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Journal
of Aquaculture Management and Technology. 1(1): 18-34.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin Makasar, 217 hlm.
20

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan (dasar pengembangan teknik perikanan). Rineka


Cipta, Jakarta.

Holliday FGT. 1969. The Effects of Salinity on The Eggs and Larvae of Teleostei.
Didalam : WS Hoar, DJ Randall and JR Brett, editor. Fish Physiology. Vol. I.
London : Academic Press. 293 – 311 hlm.

Holliday, F.C.T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts. In
Hoar, W.S and D.J. Randall (Eds). Fish Physiology, Vol. I. Academic Press,
New York.

Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base
balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.).
taylor and Francis Group.

Mohamed FAS. 2009. Histopathological Studies on Tlapia zilii and Solea Vulgaris
From Lake Qarun, Egypt. World Journal of Fish and Marine Sciences 1 (1) :
29-39 hlm.

Morgan, J.D. & Iwama, G.K. 1991. Effects of salinity on growth, metabolism, and
ion regulation in juvenile rainbow and steelhead trout (Oncorhynchus mykiss)
and fall chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha). Can. J. Fish Aquat.
Sci., 48: 2,083-2,094.

Moyle PB and JJ Cech. 2004. Fishes : An Introduction to Ichtyology. Ed ke-3. United


States Of Amerika : Prentice-Hall, Inc. 726 hlm.

Nielsen, K & Schmidt. 1990. Animal Phisiology Adaptation and Environment.


Cambridge University Press, London.

Pamungkas W. 2012. Aktivitas Osmoregulasi, Respons Ertumbuhan, Dan Energetic


Cost Pada Ikan Yang Dipelihara Dalam Lingkungan Bersalinitas. Media
Akuakultur. 7 (1), 8 hlm.

Robert JR. 1978. Fish Pathology. New York : Bailliere Tindall. 282 hlm.

Shepherd J, N Bromage. 1992. Intensive Fish Farming. J Shepherd dan N Bromage,


editor. London : Blackwell Scientific. 17-48 hlm.

Stickney, R.R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. John Willey and Sons
Inc., New York.
21

Stickney, R.R. 2000. Encyclopedia of aquaculture. A Wiley- Interscience Publication


John Wiley & Sons, Inc. The United States of America, 1,063 hlm.

Susilo U, Rachmawati F N dan Simajuntak S B I. 2007. Peran Hormon Kortisol


dalam Osmoregulasi Ikan Sidat, Anguila bicolor, Pada Lingkungan
Bersalinitas. Biosfera. 24 (3).

Susilo, U. dan F.N. Rachmawati, 2006. Regulasi Osmotik dan Pertumbuhan Ikan Nila
Gift, Oreochromis sp., yang Diaklimasi Pada Medium dengan Sallinitas
Berbeda. Laporan Penelitian (tidak dipublikasi). Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.

Susilo U, Meilina W dan Simajuntak S B I. 2012. Regulasi Osmotik dan Nilai


Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis sp) pada Medium Dengan Salinitas dan
Temperatur Air Berbeda. Berkala Penelitian Hayati. 18. 51-55 hlm.

Takashima F, T Hibiya. 1995. An Atlas of Fish Histology (Normal and Pathological


Features). Didalam : F Takashima and T Hibiya, editor. Ed.2. Tokyo :
Kodansha. 195 hlm.

Takei Y. And S. Hirose, 2001. The natriuretic peptide system in eel: a key endocrine
system for euryhalinity. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative Comp.
Physiol. 282 hlm.

R940–R951.Wikipedia. 2019. Osmoregulasi.


http://id.wikipedia.org/wiki/Osmoregulasi.

Whitten A J, Wirjoatmodjo S, Kottelat M dan Kartikasari S N. 1993. Ikan Air Tawar


Indonesia Bagian Barat Dan Sulawesi, Edisi Dwibahasa Inggris Indonesia.
Periplus Edition (HK) Ltd.

Yulan I, Anrosana P Dan Gemaputri A A. 2003. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih


Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) Pada Salinitas Yang Berbeda. Jurnal
Perikanan. 17 (2). 78-82 hlm.

Anda mungkin juga menyukai