OLEH
ADE YULINDRA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Endokrinologi Hewan Air yaitu Dr. Ir. Henni Syawal, M.Si. yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam menulis makalah ini. Penulis juga mengucapkan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian penulisan makalah
ini. Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan makalah ini, jika terdapat
kesalahan penulis mohon kritikan dan saran demi lebih baiknya penulisan
selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat…………………………………….….... 3
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Ikan Air Tawar ....................................................................... 4
2.2.Salinitas .................................................................................... 5
2.3.Osmoregulasi Ikan Air Tawar .................................................. 6
2.4.Organ Yang Berperan ............................................................... 14
2.4.1. Insang............................................................................ 14
2.4.2. Ginjal ........................................................................... 15
2.4.3. Usus ............................................................................. 16
2.5.Hormon Yang Berperan ........................................................... 16
BAB 4. KESIMPULAN................................................................................ 18
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
lingkungan perairan, baik air tawar, payau maupun laut. Organisme akuatik sering
menghadapi kondisi lingkungan yang berfluktuasi, baik karena faktor alam, maupun
karena aktivitas manusia. Perubahan lingkungan inilah yang harus dihadapi dan
disiasati oleh organisme akuatik agar mampu bertahan hidup. Organisme akuatik
akan memberikan respon yang bermacam-macam, tergatung pada jenis atau kondisi
perubahan lingkungan yang dihadapi.Secara umum, habitat ikan terdiri dari faktor
biotik
sistem perairan yang seimbang. Ketika salah satu faktor diganggu, maka
faktor yang lain juga mengalami gangguan fisiologi. Setiap organisme pada saat
beberapa organisme yang bentuk adaptasinya dapat dilihat secara morfologi dan
adapula yang beradaptasi secara fisiologi. Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel
mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Oleh karena luas bidang fisiologi, maka
dibagi menjadi bagian- bagian yang lebih khusus, diantaranya yaitu fisiologi hewan
air dalam hal ini ikan. Fisiologi ikan dapat diartikan sebagai ilmi yang mempelajari
2
fungsi dan kegiatan kehidupan zat organisme dan fenomena fisika dan kimia yang
(Fujaya, 2004).
kemampuan adaptasi terhadap salinitas perairan yang berbeda-beda. upaya hewan air
untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau
suatu proses penganturan tekanan osmostik disebut dengan osmoregulasi. Hal ini
Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan (Fujaya,
2004). jika proses osmerugalasi pada ikan terganggu maka akan berpengaruh pada
osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas perairan yang didiami ikan tersebut.
Secara umum, salinitas perairan tawar berbeda dengan salinitas air laut, sehingga
proses osmoregulasi yang terjadi pada ikan – ikan yang mendiaminya pun berbeda.
Salinitas air tawar kurang dari 0,5 ppt; sedangkan salinitas rata-rata di laut terbuka
sekitar 35 ppt dan berkisar antara 33-37 ppt. Salinitas dapat bervariasi secara luas di
3
daerah teluk dan estuari yang dipengaruhi oleh aliran arus, aliran air tawar, dan
evaporasi (Stickney, 2000). untuk itu perlu adanya kajian dan pembahasan tentang
BAB 2. PEMBAHASAN
terkecuali pada ikan. Berdasarkan kandungan garam yang terdapat pada perairan, air
dapat dibedakan menjadi 3 golongan besar yaitu air tawar, air payau, dan air laut
(Yulan et. al., 2013). Pembahasan ikan dalam kaitannya dengan lingkungan hidup
sangat penting agar dinamikanya dalam ekosistem perairan dan kemungkinan dampak
lingkungan terhadap kehidupan ikan dapat dipahami. Ikan air tawar adalah ikan yang
hidup pada air tawar sesaui dengan klasifikasinya. Sebagian darinya mampu
masing atau disebut euryhalin. Menurut Shepherd dan Bromage (1992) ikan teleost
air tawar mempunyai konsentrasi osmotik cairan tubuh sekitar 300-400 mOsm/kg
atau setara dengan salinitas 11 ppt. Konsentrasi ini lebih tinggi dari lingkungan
Sebagian besar ikan bersifat stenohalin, baik yang hidup di perairan tawar
maupun yang hidup di laut, dan tidak bermigrasi di antara air dengan salinitas
berbeda selama siklus hidupnya. Akan tetapi, beberapa spesies ikan bersifat eurihalin,
hidup di estuary dengan variasi salinitas atau bermigrasi di antara sungai dan laut
(Takei and Hirose, 2001). Beberapa ikan air tawar dapat beradaptasi pada lingkungan
bersalinitas dan beruaya sampai pada muara sungai. Pada muara sungai ikan air tawar
akan cendrung berada pada lapisan atas permukaan karena salinitas pada lapisan
5
1993)
2.2. Salinitas
Salinitas adalah jumlah total material dalam gram, termasuk ion-ion inorganik
(sodium dan klorid, fosfororganik, dan nitrogen) dan senyawa kimia (vitamin
dalam satuan g/kg atau promil (%). Salinitas air tawar kurang dari 0,5 ppt;sedangkan
salinitas rata-rata di laut terbuka sekitar 35ppt dan berkisar antara 33-37 ppt. Salinitas
dapatbervariasi secara luas di daerah teluk dan estuari yangdipengaruhi oleh aliran
arus, aliran air tawar, dan evaporasi (Stickney, 2000). Salinitas adalah suatu ukuran
dari jumlah garam dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat telah diubah
menjadi oksida, semua bromide dan iodidediganti dengan khlorida dan bahan-bahan
organiknya telah dioksidasi (Robert1978). Salinitas juga dinyatakan dalam gram per
kilogram air laut atau part perthousand (ppt) (Boyd 1984).Salinitas berhubungan erat
dengan tekanan osmotik air baik air sebagaimedia internal maupun eksternal.
Anggoro (1992) sifat osmotik dariair berasal dari seluruh ion yang terlarut tersebut.
Semakin besar jumlah ion yangterkonsentrasi di dalam air maka tingkat salinitas dan
kepekatan osmolar larutan, semakin tinggi sehingga tekanan osmotik media makin
besar.
sel dimana pengaturannya diatur oleh mekanisme osmoregulasi (Affandi dan Tang
6
proses biologi suatu organisme dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan
dikonsumsi (konversi makanan) dan kelangsungan hidup (Aliyas et. al., 2016).
organisme hidup, atau pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi
yang layak bagi kehidupan ikan sehingga prosesproses fisiologis tubuhnya berjalan
medianya.
7
Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat
permeabel terhadap lingkungan maupun larutan garam. Sifat fisik lingkungan yang
berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar
dengan ikan air laut. Pada ikan air tawar, air secara terus-menerus masuk ke dalam
tubuh ikan melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis
yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam (Na+, K+, dan Cl-) dalam tubuh ikan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal proses
ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam
tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh
dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat
insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada
insang. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam
tubuhnya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi
dengan air adalah insang. Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan yang lebih
8
besar dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung keluar dari tubuh. Sedangkan
ikan yang hidup di air laut memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari lingkungan
sehingga garam-garam cenderung masuk ke dalam tubuh dan air akan keluar. Agar
proses fisiologis di dalam tubuh berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan
osmotik yang konstan (Pamungkas, 2012). Untuk lebih jelasnya proses osmoregulasi
pada ikan air tawar dapat dilihat pada Gambar 1 dan osmolaritas pada ikan air tawar
Menurut Shepherd dan Bromage (1992) ikan teleost air tawar mempunyai
konsentrasi osmotik cairan tubuh sekitar 300-400 mOsm/kg atau setara dengan
salinitas 11 ppt. Konsentrasi ini lebih tinggi dari lingkungan eksternal yang umumnya
kurang lebih mempunyai konsentrasi sekitar 5 mOsm/kg. Pada kondisi tresebut ion-
ion cenderung keluar dari dalam tubuh secara difusi dan cairan internal akan
kekurangan ion karena proses eksresi. Air dari media/lingkungan hidup mempunyai
mempunyai dinding tipis seperti permukaan insang, usus dan kulit. Kelebihan air ini
akan diekresikan melalui ginjal sebagai urin yang sangat encer. Pengaturan ionik dan
osmotik pada ikan teleost air tawar diatur oleh organ insang, ginjal dan usus
Ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga
dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini
terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Tujuan utama
osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila
ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan
akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang
Secara umum menurut Brett (1979) kebanyakan ikan air tawar mengalami
penurunan pertumbuhan pada salinitas 15 ppt tetapi pada beberapa jenis ikan air
tawar lainnya pada salinitas 15 ppt dapat menyebabkan kematian.ikan yang dipelihara
pada media yang mempunyai salinitas yang hampir sama dengan konsentrasi plasma
atau cairan tubuhnya, maka energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi akan
cukup kecil dan akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan (Morgan
Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga
air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari
tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam
tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal
menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut mati. Selain itu, hal ini juga akan
diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan
mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari.
seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai
11
kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja
dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari
pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari
kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan
garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati
(O-fish, 2009).
organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu:
(Telesostei).
Bagi mahkhluk hidup, osmoregulasi bisa menjadi salah satu cara dalam
merupakan salah satu proses untuk beradaptasi bagi makhluk hidup dari perubahan
lingkungan. Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena: 1)
sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak
cepat, 3) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan linkungan
(Fujaya, 2004).
mengenai pengaruh salinitas air diantara perlakuan yang berebeda terhadap tingkat
proses osmoregulasi juga bermanfaat bagi pengurangan rasio pakan ikan tertentu
budidaya khususnya ikan nila, dapat dilakukan dengan cara mengetahui media
(Fitria, 2012).
mencerminkan besarnya kerja osmotik yang dilakukan ikan dapat dinyatakan oleh
perbedaan osmolalitas plasma darah dengan osmolalitas medium. Pada ikan nila yang
dipaparkan di medium air tawar memiliki kapasitas osmoregulasi yang paling tinggi
di antara perlakuan yang lain, hal ini menunjukkan bahwa ikan di medium air tawar
internalnya dengan medium hidupnya. Pada ikan nila yang ditempatkan di medium
dengan salinitas 10 ppt kapasitas osmoregulasinya mendekati atau berkisar satu baik
ikan yang ditempatkan pada temperatur air 26° C maupun 30° C, yang bermakna
hidupnya. Pada kondisi demikian ikan tidak memerlukan banyak usaha untuk
melakukan regulasi osmotik internalnya, karena ikan berada pada kondisi isoosmotik.
ikan nila dalam penelitian ini juga lebih ditentukan oleh perbedaan salinitas medium,
tidak ditentukan oleh perbedaan temperatur air. Pengaturan osmotik yang dilakukan
14
pada salinitas 20 ppt praktis sedikit berbeda dibandingkan dengan ikan yang
20 ppt, berlawanan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 0 ppt (air tawar)
Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan
dalam proses osmoregulasi yaitu insang, ginjal, dan usus (Alvarellos et al. 2003).
Sedangkan menurut Affandi dan Tang (2002) selain organ insang, ginjal dan usus,
2.4.1. Insang
Menurut Evans (1987) insang merupakan tempat utama dalam proses pertukaran
gas (respirasi), pengaturan ionik (ion transport), pengaturan keseimbangan asam basa dan
Pada insang terdapat sel klorida yang melakukan transpor aktif kelebihan anion
Sumber utama energi untuk transpor aktif disediakan oleh mitokondria yang
berhubungan dengan Na+ - K+ ATP yang terletak disepanjang basolateral dan pada sistem
mikrotubular sel klorid yang secara ektensif dan aktif melakukan transpor Na+ keluar sel
Insang merupakan organ yang secara marfologi dan fisiologi paling sensitive
mikroorganisme dan bahan toksik. Lamela insang merupakan target yang paling lemah.
15
Adanya faktor penekan (stressor) akan secara langsung mempengaruhi homeostasis ion
yang juga berpengaruh terhadap proses osmoregulasi. Jika stressor ini bersifat kronik,
akan memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan dan reproduksi (Eddy 1981 dalam
Bonga dan Lock 1992). Munculnya kelainan atau kerusakan pada insang secara
2.4.2. Ginjal
Ginjal ikan merupakan organ yang sangat vital dan berperan dalam
tempat ekresi tetapi juga berfungsi dalam proses penyaringan yang membantu dalam
anatomi ginjal ikan teleost terbagi atas dua yaitu pronephoros (head kidney) dan
mesonephoros (body kidney). Head kidney terdiri atas jaringan lymphoid yang
berperan dalam hematopoieses. Sedangkan bagian body kidney lebih banyak berperan
dalam proses ekresi dan filtrasi. Mesonephoros mempunyai unit-unit yang disebut
dengan nephron yang terdiri dari badan malphigi dan tubuli ginjal (Takashima dan
Hibiya 1995).
Badan malpigi terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman yang keduanya
berfungsi untuk menyaring buangan metabolik dalam darah. Cairan eksretori ini akan
masuk ke dalam tubuli ginjal sedangkan beberapa mineral, glukosa dan cairan lainnya
akan diserap kembali. Jumlah glomerulus ginjal ikan air tawar lebih banyak dan
diameternya lebih besar daripada ikan air laut. Hal ini terkait dengan fungsinya untuk
16
lebih dapat menahan garam tubuh agar tidak keluar serta mengeluarkan/memompa air
keluar dengan mengeluarkan air seni yang encer sebanyak-banyaknya (Affandi dan
Tang 2002).
2.4.3. Usus
Usus ikan adalah organ yang dimulai dari stomach hingga ke anus yang terdiri
atas bagian duodenum, anterior, posterior dan rektum. Panjang usus bervariasi tergantung
dari spesies dan kebiasaan makan. Namun secara umum usus ikan mempunyai bentuk
yang sederhana berbentuk sigmoid atau coiled dan mengikuti bentuk dari rongga perut
(Robert, 1978). Lapisan terdalam dari segmen usus adalah lapisan mukosa yang
mempunyai tonjolan-tonjolan (villi) dan tersusun oleh selapis sel epitel. Bentuk sel yang
umum ditemukan pada epitel usus adalah enterosit yang mempunyai microvilli yang
Usus ikan selain berfungsi sebagai organ pencernaan juga berperan dalam proses
osmoregulasi (Marshall dan Grosell 2006). Organ usus pada ikan air tawar merupakan
salah satu organ tempat masuknya air dari media eksternal karena bagian tubuh tersebut
ke dalam dua grup. Fast-acting hormones adalah hormon amina atau oligopeptida
yang disekresi segera (dalam detik atau menit) setelah transfer ikan ke medium
osmotic berbeda dan cepat hilang dari sirkulasi. Slow-acting hormones adalah
hormon steroid atau polipeptida yang disekresi lambat (biasanya dalam hari) dan
17
yang terlibat dalam adaptasi di lingkungan laut pada ikan salmon dan nila merupakan
contoh di antara hormon ini (Madsen, 1990; Sakamoto et al., 1990), sedangkan
hormon prolaktin penting untuk adaptasi di perairan tawar (Hirano et al., dalam Takei
lain oleh Madsen (1990) pada ikan “sea trout”, Salmotruta truta, densitas sel klorida
dan Na+ K+ ATPase meningkat karena perlakuan hormon kortisol dan pertumbuhan,
tetapi yang paling signifikan adalah perlakuan kombinasi hormon pertumbuhan dan
kortisol. Ion plasma dan kadar air otot tidak dipengaruhi ketika di perairan tawar, dan
pada ikan kontrol kadar ion sodium dan klorida plasma meningkat secara dramatis
dan kadar air otot menurun pada hari kedua setelah transfer ke air laut.
18
BAB 4. KESIMPULAN
satu proses penting dalam tubuh ikan yang berpengaruh pada fisiologis dan
pertumbuhan serta kelulushidupan ikan. pada ikan air tawar ikan lebih banyak
menyerap ion dan membuang air yang lebih banyak untuk menyeimbangkan tekanan
Affandi R , UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan air. Riau : Unri Press. 217 hlm.
Aliyas, Ndobe S dan Ya’la Z R. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis Sp.) Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal
Sains dan Teknologi Tadulako. 5 (1). 19-27 hlm.
Anggoro S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya
Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon) [Disertasi].
Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 158 hal
Bonga SE, RAC Lock. 1992. Toxicant and Osmoregulation in Fish. Netherland
Journal of Zoology 42 (2-3) : 478-493 hlm.
Boyd CE. 1984. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama : Alabama
Agricultural Experiment Station. Auburn University. 484p.
Brett JR. 1979. Environmental Factor and Growth. Didalam : WS Hoar, DJ Randall
and JR Brett, editor. Fish Physiology. Vol. VIII. London : Academic Press.
599-675 hlm.
Camargo MMP, CBR Martinez. 2007. Histopathology of Gills, Kidney and Liver of a
Neotropical fish Caged in an Urban Stream. Journal of Neotropical
Ichtyology 5 (3) : 327-336.
Evans DH. 1987. The Fish Gill : Site Of Action and Model for Toxic Effect of
Environment Pollutants. Journal of Environmental Health Perspective 71 :
47-58 hlm.
Fitria, Ajeng Suci. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Journal
of Aquaculture Management and Technology. 1(1): 18-34.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin Makasar, 217 hlm.
20
Holliday FGT. 1969. The Effects of Salinity on The Eggs and Larvae of Teleostei.
Didalam : WS Hoar, DJ Randall and JR Brett, editor. Fish Physiology. Vol. I.
London : Academic Press. 293 – 311 hlm.
Holliday, F.C.T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts. In
Hoar, W.S and D.J. Randall (Eds). Fish Physiology, Vol. I. Academic Press,
New York.
Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base
balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.).
taylor and Francis Group.
Mohamed FAS. 2009. Histopathological Studies on Tlapia zilii and Solea Vulgaris
From Lake Qarun, Egypt. World Journal of Fish and Marine Sciences 1 (1) :
29-39 hlm.
Morgan, J.D. & Iwama, G.K. 1991. Effects of salinity on growth, metabolism, and
ion regulation in juvenile rainbow and steelhead trout (Oncorhynchus mykiss)
and fall chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha). Can. J. Fish Aquat.
Sci., 48: 2,083-2,094.
Robert JR. 1978. Fish Pathology. New York : Bailliere Tindall. 282 hlm.
Stickney, R.R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. John Willey and Sons
Inc., New York.
21
Susilo, U. dan F.N. Rachmawati, 2006. Regulasi Osmotik dan Pertumbuhan Ikan Nila
Gift, Oreochromis sp., yang Diaklimasi Pada Medium dengan Sallinitas
Berbeda. Laporan Penelitian (tidak dipublikasi). Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Takei Y. And S. Hirose, 2001. The natriuretic peptide system in eel: a key endocrine
system for euryhalinity. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative Comp.
Physiol. 282 hlm.