Anda di halaman 1dari 30

NAMA : Ade Yulindra

NIM : 1810246461
MINAT: BDP

Mata Kuliah : Manajemen Produksi Akuakultur


Waktu akhir jawaban : RABU, 12 Juni 2019 Jam 23.00 wib
Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, BSc., BA., MSc.

Petunjuk :
1. Isilah dan jawablah dengan baik dan jelas
2. Setelah anda jawab pada lembaran ini periksa kembali dengan teliti
3. Setelah anda yakin sudah siap kirimkan jawaban anda ke email :
uas_mpa_unri@gmail.com
4. Paling lambat pengiriman ke email tersebut pada hari Rabu besok pukul
23.00 wib

A. PILIH B JIKA PERNYATAAN BENAR ATAU S JIKA SALAH


B S No. Pernyataan
√ 1. Input yang diberikan yakni benih ikan mas sebanyak 500 ekor namun saat dewasa dan
siap dipanen jumlahnya lebih sedikit disbanding benih awal yang ditebar. Mungkin
terkena penyakit aeromonas sp. sehingga jumlah ikan yang dipanen adalah 480 ekor.
Hubungan antara input dan output tersebut dinamakan fungsi produksi decrasing return
bahwa dengan menambah penggunaan semua faktor produksi sebesar 1%, maka
penambahan produksi kurang dari 1%.
√ 2. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut : Q = f ( K, L, R, T)
Dimana : K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan
alam, dan T adalah teknologi yang digunakan
√ 3. Jika benih awal yang ditebar adalah 500 ekor, lalu benih ditambah sebanyak 10%, berarti
50 ekor benih. Maka akan diproduksi ikan mas dewasa melebihi benih yang ditebar di
awal, misalnya ikan mas menjadi 580 ekor. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan
antara input dan output tersebut memenuhi fungsi produksi increasing return,  bahwa
dengan menambah penggunaan semua faktor produksi sebesar 1%, maka penambahan
produksi lebih dari 1%
√ 4. Untuk jenis constan return,  dapat disajikan sebagai berikut: Q = f (P, B, L, A). Dimana P
adalah variable pupuk, B adalah benih, L yang dimaksud adalah luas lahan dan A
merupakan produktivitas perairan
√ 5. Jika jumlah besaran elastisitas > 1 dikatakan skala usaha menaik (increasing return to
scale), ini berarti bahwa dengan menambah penggunaan semua faktor produksi sebesar
1%, maka penambahan produksi lebih dari 1%.
√ 6. Asumsi-asumsi dari fungsi produksi tersebut adalah fungsi produksi bersifat kontinyu,
fungsi produksi bernilai tunggal dari masing-masing variabel di dalamnya, dan derevasi I
dan II fungsi ini tetap kontinyu
√ 7. Constant return adalah hubungan yang menunjukan jumlah hasil produksi meningkat
dengan jumlah yang sama untuk setiap kesatuan tambahan input
√ 8. Jika jumlah besaran elastisitas = 1 dikatakan skala usaha tetap (constant return to scale),
ini berarti bahwa dengan menambah penggunaan semua faktor produksi sebesar 1%,
maka penambahan produksi juga sebesar 1%
√ 9. Increasing return adalah fungsi produksi yang menunjukkan hubungan dimana kesatuan

Page 1 of 30
tambahan input menghasilkan suatu tambahan hasil produksi yang lebih besar dari
kesatuan-kesatuan sebelumnya
√ 10. Prasarana produksi termasuk pemilihan lokasi, pengadaan bahan dan pembangunan
fasilitas produksi, sedangkan sarana produksi terdiri dari pengadaan induk, benih, pakan,
pupuk, obat-obatan, pestisida, peralatan akuakultur dan tenaga kerja
√ 11. Decreasing return adalah hubungan yang mana kesatuan-kesatuan tambahan input
menghasilkan suatu kenaikan hasil produksi yang lebih kecil dari kesatuan-kesatuan
sebelumnya
√ 12. Jika jumlah besaran elastisitas < 1 dikatakan skala usaha yang menurun (decreasing
return to scale), ini berarti bahwa dengan menambah penggunaan semua faktor produksi
sebesar 1%, maka penambahan produksi kurang dari 1%
√ 13. Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan
terkontrol dalam rangka mendapat keuntungan (profit)
√ 14. Produksi adalah kegiatan yang berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran)
√ 15. Subsistem proses produksi terdiri dari persiapan akuakultur, penebaran, pemberian pakan,
pengelolaan lingkungan, kesehatan ikan, pemantauan ikan, pemanenan
√ 16. Subsistem penanganan pasca panen dan pemasaran merupakan peningkatan mutu produk,
distribusi produk dan pelayanan (servis) terhadap konsumen
√ 17. Fungsi produksi umumnya ditulis sebagai Y = f (X), dimana Y menunjukkan hasil
produksi; f sebelum tanda kurung menyatakan : "tergantung" yaitu "suatu fungsi dari";
dan huruf X menunjukkan suatu input yang digunakan. Apabila jumlah input yang
digunakan lebih dari 1 maka fungsi produksi tersebut dapat dituliskan : Y = f(X1, X2, ....,
Xn); dimana X1, X2, ..., Xn merupakan jenis input yang digunakan
√ 18. Ruang lingkup akuakultur sebagai suatu sistem usaha (bisnis) merupakan pendanaan
sarana dan prasarana, penanganan pasca panen dan pemasaran, serta produksi-produksi
√ 19. Input yang ada merupakan faktor–faktor seperti variable pupuk, benih, luas lahan, dan
produktivitas perairan berpengaruh pada produksi perikanan
√ 20. Jika P,B,L,A ditambah 1% maka hasilnya akan mempengaruhi output, yakni output akan
mengalami penambahan sebanyak 1%
√ 21.
Pemilihan spesies untuk akuakultur didasarkan kepada pertimbangan karakteristik
biologi, dan pasar serta sosial ekonomi
√ 22. Faktor-faktor produksi dikenal sebagai input dan jumlah produksi sebagi output
√ 23. Fungsi Produksi menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan, faktor-faktor produksi disebut sebagai input dan jumlah
produksi disebut sebagai output, atau lebih singkatnya disebut sebagai hubungan teknis
antara input dan output
√ 24. Subsistem pendukung merupakan aspek hukum (UU dan kebijakan ), aspek keuangan
(pembiayaan/kredit,pembayaran), aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi,
koperasi, perebankan, lembaga birokrasi, lembaga riset, dan pengembngan)
√ 25.
Pertimbangan biologi dalam memilih spesies akuakultur meliputi reproduksi, fisiologi,
tingkah laku, morfologi, ekologi dan distibusi biota yang akan dikembangkan sebagai
komoditas akuakultur
√ 26.
Contoh komoditas akuakultur payau adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), kakap
putih (Lates calcarifer), mas (Cyprinus carvio BLKR), dan bandeng (Chanos chanos)
√ 27.
Beberapa pertimbangan biologi dalam penentuan spesies untuk akuakultur adalah
kemampuan memijah, ukuran dan umur pertama kali matang gonad, fekunditas, laju
pertumbuhan dan produksi, jenis tranportasi induk, tingkat trofik, toleransi terhadap
kualitas air dan daya adaptasi, ketahanan terhadap stres dan penyakit, jenis injektor yang
digunakan, kemampuan mengkonsumsi pakan buatan, konversi pakan, toleransi terhadap

Page 2 of 30
penanganan, dan dampak terhadap limgkungan
√ 28.
Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam memilih spesies mencakup beberapa hal, antara
lain permintaan pasar, pengangkutan komoditi, harga dan keuntungan, sistem pemasaran
(marketing), tingkahlaku konsumen, ketersediaan sarana dan prasarana produksi dan
pendapatan masyarakat
√ 29. Salah satu persyaratan jenis ikan dibudidaya adalah untuk memenuhi selera konsumen
semata dan memerlukan kepadatan ikan yang relatif rendaf serta tahan terhadap penyakit
√ 30. Ruang lingkup akuakultur dibedakan berdasarkan kegiatan, sarana, prasarana, spasial,
sumber air, zonasi dan posisi wadah
√ 31. Teridentifikasi 13 spesies mikroalga yang potensial mengandung lemak yang dapat
dikonversi menjadi biofuel, diantaranya paling potensial diantaranya Gymnodinium,
Paramedinium, Nannochloropsis oculata, Scenedesmus, Chlorella dan Dunaliella salina
√ 32. Yang paling terpenting dalam penentuan lahan/lokasi akuakultur adalah data dan
informasi tentang kelayakan lahan (site suitability) . jenis biota yang ada di lokasi
tersebut , kondisi fisika-kimia baik air dan tanah, serta jenis-jenis penyakit.
√ 33. P/N adalah penentu komposisi dan kelimpahan jenis fitoplankton dalam perairan terutama
dalam akuakultur ikan
√ 34. Siklus N dalam denitrifikasi terjadi dalam keadaan aerobik sedangkan proses nitrifikasi
terjadi dalam keadaan anaerobik
√ 35. Bakteri tidak memberi dampak negatif dalam budidaya terutama dalam budidaya intensif
√ 36. Peran fitoplankton dalam budidaya terutama adalah sebagai pakan alami ikan, dapat
menghasilkan racun CO2, dapat menghasilkan O2 dan menstabilkan suhu air
√ 37. Jenis-jenis fitoplankton yang umum ditemukan di kolam budidaya adalah jenis green
algae, dinoflagellata, diatom, bakteri, rhodophyceae, dan xanthophyceae
√ 38. Spesies yang termasuk ke dalam kelas dinoflagellata yang sering dijumpau di dalam
budidaya ikan baik di kolam maupun di tambak adalah Gymnodinium, Phyrodinium,
Tintidinium, Asterionella dan Ceratium
√ 39. Peningkatan padat tebar ikan akuakultur selalu dibatasi oleh berbagai faktor terutama
faktor pakan, bentuk wadah, jenis perairan dan faktor lingkungan perairan
√ 40. Produktifitas kolam secara spontan dapat diturunkan dengan manipulasi penebaran (stock
manipulation) khususnya dengan sistem monokultur dan polikultur
√ 41. Carrying capacity merupakan biomass minimum ikan yang dapat didukung oleh kolam
tanpa penembahan/pengurangan biomass ikan tersebut
√ 42. Pemupukan secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelimpahan
zooplankton di dalam wadah akuakultur ikan
√ 43. Sistem ganti air dapat mengeliminasi growth-inhibiting metabolites dan memasok karbon
dioksida secara kontinyu
√ 44. Amilase pada karnivora tersebar diseluruh sistem pencernaan sedangkan pada herbivora
hamya ditemukan pada pankreas
√ 45. Hewan mamalia memerlukan lemak (lipid) dalam bentuk asam lemak omega-3,
sedangkan ikan adalah asam lemak omega-6. Omega-6 ikan laut perlu lebih banyak
daripada ikan tawar dan hal yang sama dengan ikan air dingin perlu lebih banyak dari
ikan air hangat
√ 46. Ikan herbivora mampu mencerna karbohydrat (KH) hewani dan sebaliknya ikan
karnivora dapat mencerna KH nabati, kecuali KH dalam bentuk sederhana (glukosa,
sukrosa, dan laktosa)
√ 47. Parameter yang berhubungan erat dengan pengelolaan kualitas air terutama adalah
kelarutan oksigen, suhu, pH, topografi, kecerahan, kandungan amonia, kesadahan, logam
berat dan flora
√ 48. Kelarutan oksigen meningkat di dalam air dengan meningkatnya suhu, salinitas dan
ketinggian air. Artinya peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam air kolam dapat
meningkatkan darjah suhu, nilai salinitas dan naiknya permukaan air.

Page 3 of 30
√ 49. Penentuan nilai DO (oksigen terlarut) harian di dalam air kolam adalah dari konsentrasi-
konsentrasi yang dihasilkan oleh fotosintesa fitoplankton, difusi oksigen, respirasi biota
air, proses kimia akibat polusi dan akibat meningkatnya
√ 50. Pengelolaan kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan pengeringan air, pencangkulan
tanah dasar, penjemuran dan pengolahan tanah dasar, penebaran racun organisme
patogen, pengapuran dan pemupukan tanah dasar dan air, penyaringan air, pemberantasan
hama dan penyakit, penambahan dan pergantian air

B. JAWABLAH DENGAN JELAS 10 SOAL DARI 11 SOAL


1. PT. Mina Mandiri menghasilkan dua jenis produk yaitu ikan patin salai dan ikan
selais salai. Kedua jenis produk ini diproses melalui tiga tahapan dengan kapasitas
kerja per hari serta waktu proses setiap produk adalah sebagai bentuk
Tahapan Salai eksport Salai lokal Kapasitas (jumlah)
Pembersihan Ikan 2 4 80
Penyalaian ikan 4 2 80
Penyelesaian/sortir 2 2 50
Adapun kedua jenis produk tersebut memberikan sumbangan keuntungan sebesar
Rp. 60,- untuk produk Salai eksport dan Rp. 40,- untuk produk Salai lokal.
Dari data tersebut buatlah :
a. Formulasi modal linier program agar diperoleh keuntungan max
b. Kerjakan dengan metode grafik
Jawab :
 Tabel

Tahapan Salai eksport Salai lokal Kapasitas (jumlah)


Pembersihan Ikan 2 4 80
Penyalaian ikan 4 2 80
Penyelesaian/sortir 2 2 50
Keuntungan Rp. 60,- Rp. 40,-

 Formulasi Persoalan
X = Salai Eksport
Y = Salai Lokal
Z = Jumlah Kontribusi Keuntungan Seluruh Salai

 Model Program Linier

Dimaksimalkan Z = 60 X + 40 Y Fungsi Tujuan

Batasan;
2X + 4Y = 80 Fungsi Pembersihan
4X + 2Y = 80 Fungsi Penyalaian
2X + 2Y = 50 Fungsi Penyelesaian/Penyortiran
X,Y >= 0

Page 4 of 30
Page 5 of 30
 Fungsi Pembersihan
2X + 4Y = 80 2X + 4Y = 80
X=0 Y=0
2x0 + 4Y = 80 2X + 4x0 = 80
0 + 4Y = 80 2X + 0 = 80
4Y = 80 2X = 80
Y = 80/4 X = 80/2
Y= 20 X= 40
X,Y (0,20) X,Y (40,0)

 Fungsi Penyalaian
4X + 2Y = 80 4X + 2Y = 80
X=0 Y=0
4x0 + 2Y = 80 4X + 2x0 = 80
0 + 2Y = 80 4X + 0 = 80
2Y = 80 4X = 80
Y = 80/2 X = 80/4
Y= 40 X= 20
X,Y (0,40) X,Y (20,0)

 Fungsi Penyelesaian/Sortir
2X + 2Y = 50 2X + 2Y = 50
X=0 Y=0
2x0 + 2Y = 50 2X + 2x0 = 50
0 + 2Y = 50 2X + 0 = 50
2Y = 50 2X = 50
Y = 50/2 X = 50/2
Y= 25 X= 25
X,Y (0,25) X,Y (25,0)

Page 6 of 30
 Eliminasi
2X + 4Y = 80
4X + 2Y = 80
2X + 2Y = 50 -
-4X + 0 = -50
-4X = -50
4X = 50
X = 50/4
X= 12,5

 Subtitusi
2X + 4Y = 80
2x12,5 + 4Y = 80
25 + 4Y = 80
4Y = 80-25
4Y = 55
Y= 55/4
Y = 13,75

Page 7 of 30
D = X,Y ( 12.5, 13.75)
 Subtitusi Titik Terdekat Untuk Keuntungan Terbesar
Z = 60X + 40Y
Titik A (0,0) Z = 60x0 + 40x0 = 0
Titik B (20,0) Z = 60x20 + 40x0 = 1200
Titik C (0,20) Z = 60x0 + 40x20 = 800
Titik D (12.5,13.75) Z = 60x12,5 + 40x13,75 = 1300

 KESIMPULAN
Titik yang menghasilkan keuntungan terbesar adalah Titik D X,Y (12.5 , 13.75) dengan
Keuntungan (Rp. 1.300.-). Sehingga dapat dkatakan bahwa D X,Y merupakan Titik
optimum.
2. Sebuah perusahaan memproduksi nuget dengan kode 100 sebanyak 1000 unit. Untuk
memproduksi kode 100 diperlukan kode 101 sebanyak 2 unit. Kode 102 sebanyak 2
unut dan kode 103 sebanyak 2 unit. Untuk memproduksi kode 101 diperlukan kode
104 sebanyak 2 unit dan kode 105 sebanyak 2 unit. Untuk memproduksi 102
diperlukan kode 105 sebanyak 2 unit dan kode 106 sebnayak 2 unit. Untuk
memproduksi kode 103 diperlukan kode 106 sebanyak 2 unit dan kode 107 sebanyak
2 unit. Untuk kode 105 diperlukan kode 106 sebanyak 2 unit dan kode 107 sebanyak
2 unit.
Pertanyaan :
a. Buat struktur produk
b. Berapa masing-masing bahan baku, barang dalam proses yang
diperlukan ?
Jawab :
a. Struktur Produk

1000 Nugget Tipe Level 0


100

Level 1

Kode 101 Kode 102 Kode 103

Level 2

Page 8 of 30
Kode Kode Kode Kode Kode Kode
104 105 105 106 106 107

Level 3

Kode Kode
106 107

b. Jumlah Bahan Baku

11 kode x jumlah kode (2 unit) x Jumlah Nugget = 11 x 2 x 1000 = 22.000. jadi jumlah
bahan baku yang diperlukan untuk membuat 1000 Nugget Tipe 100 yaitu 22.000

3. Sebuah pembudidaya ikan menjual ikan gurami budidaya dengan harga Rp.
100.000/kwintal dengan biaya tetap rata-rata sebesar Rp. 25.000.000/bulan. Pada
penjualan (omset) sebesar Rp. 100.000.000/bulan ternyata mengalami Break Even
Point.
Pertanyaan :
a. Berapa Harga Pokok penjualan (Average variabel Cost)/kwintal ?
b. Berapa minimal omset dan jumlah minimal produk yang dijual per bulan ?
c. Berapa labanya apabila dijual sebanyak 2.000/bulannya ?
d. Berapa labanya apabila omset (total revenue) sebesar Rp. 2.000.000.000/tahun.
Jawab :
Keterangan ;
P (Penjualan) , FC (Biaya Tetap), BEP (Break Even Point)

P = Rp. 100.000,-
FC = Rp. 25.000.000,-
BEP = Rp. 100.000.000,-

a. Harga pokok penjualan (Average variabel Cost)/kwintal


M = FC = 25.000.000,- = 1/4
BEP 100.000.000,-

Jadi M = 25 % ( ¼ X 100 % ) atau 25.000,-

Page 9 of 30
= Rp. 100.000.000 – Rp. 25.000.000
= Rp. 75.000.000
Jadi, harga poko penjualan/kwintal adalah Rp. 75.000.000,-

b. Minimal omset dan jumlah minimal produk yang dijual/bulan

BEP (Q) FC = 25.000.000 = 1.000


M 25.000

BEP (Rp) = FC = 25.000.000,-


%M 25 %

= Rp. 100.000.000,-
Jadi, minimal omset dan jumlah minimal produk yang dijual/bulan adalah
Rp. 100.000.000,-

c. Laba apabila dijual sebanyak 2.000/bulan

Q = FC X π
M

2.000 = 25.000.000 x π
25.000

25.000 x 2.000 = 25.000 x π


50.000.000 = 25.000.000 x π
50.000.000 - 25.000.000 = π
π = Rp. 25.000.000,-
jadi, laba dari hasil penjualan sebanyak 2.000/bulan adalah Rp. 25.000.000,-

d. Laba jika omset (total revenue) sebesar Rp. 2.000.000.000/tahun

TR = FC x π
KM

2.000.000.000 = 25.000.000 x π
25 %

2.000.000.000 x 25 % = 300.000.000 x π
5.000.000.000 = 300.000.000 x π
π = Rp. 200.000.000,-

Page 10 of 30
Laba jika omset (total revenue) sebesar Rp. 2.000.000.000/tahun adalah
Rp. 200.000.000,-

4. Is it true that aquaculture can damage the environment? Like any other human
activity, aquaculture must be managed sustainably and responsibly. Like any kind of food
producers, fish farmers are bound by environmental and health standards. The EU's
environmental standards are among the strictest and most effective in the world. But fish
farmers must also play a wider proactive role in protecting the environment: for instance
aquaculture ponds help preserve important natural landscapes and habitats for wild birds
and other endangered species. Shellfish contribute to cleaner coastal waters by absorbing
nutrients which could otherwise damage water quality when they are present in too high
concentrations. Ultimately, sustainability is also good business and fish farmers are at the
forefront in monitoring and protecting the environment to ensure that there is no
damaging impact.
Jawab :
Aktivitas akuakultur merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan untuk
pemenuhan nutrisi manusia dan mengurangi kerusakan lingkungan dari penangkapan
ikan. Namun, selain tujuan tersebut untuk pemeliharaan lingkunga, muncul masalah lain
yang berhubungan dengan lingkungan, terutama lingkungan perairan. Adapun masalah
yang ditimbulkan dari usaha akuakultur adalah limbah buangan usaha akuakultur,
peralihan fungsi lingkungan, penyebaran penyakit ikan, dan penurunan kualitas perairan.
Permasalah limbah akuakultur pada umumnya merupakan buangan limbah yang
mengandung bahan organik yang tinggi. Keberadaan limbah organik yang terlalu banyak
di lingkungan dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut di dalam air dikarenakan
proses dekomposisi oleh bakteri secara aerob, sedangkan oksigen juga dibutuhkan oleh
organisme budidaya dan organisme air lainnya di perairan tersebut. Selanjutnya limbah
yang merupakan bahan organik dapat mempengaruhi pH perairan menjadi menurun,
sehingga akan mengganggu organisme air lainnya. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya
peraturan dan pelaksanaan aturan tentang luasnya wilayah perairan umum yang dapat
digunakan sebagai usaha budidaya dan pengaturan buangan limbah.
Peralihan fungsi lahan umumnya terjadi pada usaha budidaya di tambak. Usaha
budidaya di tambak yang membutuhkan air payau menjadikan ekosistem mangrove
menjadi beralih fungsi. Kawasan mangrove yang sejatinya tempat hidup biota air sampai
hewan darat dan burung banyak di jadikan kawasan tambak tanpa memperhatikan luasan
kawasan mangrove yang dapat dijadikan kwasan budidaya. Perlu adanya pelaksanaan
regulasi yang baik untuk mengatur ini semua sehingga fungsi mangrove tidak terganggu.
Selanjutnya, usaha budidaya yang dilakukan di perairan umum dapat memberi
ancaman pada spesies asli perairan tersebut. Diantaranya adalah penularan penyakit dari
ikan budidaya ke ikan yang mendiami perairan tersebut. Selain itu, jika komoditas
budidaya merupakan bukan komditas asli perairan tersebut dan bersifat predator, maka
dampak lain yang timbul adalah jika terlepasnya organisme budidaya tersebut akan
memangsa organisme yang mendiami perairan tersebut. Hal lain yang menjadi ancaman
ketika lepasnya organisme budidaya adalah terjadinya kawin silang dengan organisme asi
perairan tersebut dan menyebabkan keanekaragaman genetik ikan di perairan tersebut
tidak lagi alami. Hal ini dapat dikurangi dengan penerapan sistem budidaya yang baik
salah satunya penggunaan peralatan dan manajaemen budidaya dengan baik.

Page 11 of 30
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reverse osmosis (RO) ? Apa keuntungan dan
kerugian mengolah air dengan menggunakan teknologi RO?
Jawab :
Rserve Osmosis (RO) adalah suatu sistem dimana pengolahan air dari air
yang mempunyai konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel menjadi air
yang mempunyai konsentrasi rendah (encer) dengan penggnaan membrane semi
permiabel dan adanya tekanan osmosis. Reverse Osmosis ini merupakan metode
penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu
larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah
satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut
terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke
lapisan berikutnya.
Kelebihan penggunaan Rserve Osmosis (RO) adalah a) sangat efektif dalam
menghilangkan segala jenis kontaminan karena membrannya sangat kecil bahkan
berukuran mikro, b) kontaminannya di antaranya adalah partikel mikro, kaloid,
mikroorganisme, dan yang lainnya, dan d) tidak membutuhkan banyak perawatan.
Sedangkan kelemahan penggunaan Rserve Osmosis (RO) adalah membutuhkan
banyak waktu untuk menghasilkan air yang siap untuk digunakan dan biaya yang
cukup mahal.

6. Hasil pengamatan di lapangan, sering terjadi kematian massal ikan di keramba jaring
apung (KJA) dan juga serangan penyakit ikan di pembenihan dan kolam ikan, pada
peralihan musim. Jelaskan secara lengkap apa kemungkinan penyebab 2 kejadian di
atas?
Jawab :
Keramba jaring apung pada umumnya menggunakan perairan umum seperti
danau, waduk, dan laut. Kejadian pertama yaitu kematian massal ikan yang
dipelihara pada keramba jaring apung pada musim peralihan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan cuaca pada musim peralihan begitu cepta sehingga pada perairan tersebut
terjadi perubahan suhu yang cepat pada bagian permukaan dan suhu dasar perairan
beum mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan terdapatnya dua konsentrasi air
yang berbeda sehingga memicu terjadinya peristiwa upwelling. Upwelling terjadi
dengan naiknya massa air dasar ke permukaan. Massa air dasar memiliki suhu yang
berbeda dengan permukaan sehingga ikan menjadi stress dengan adanya perubahan
suhu mendadak, kandungan oksigen yang rendah dan unsur-unsur toxic yang
dibawanya. unsur-unsur tersebut biasanya berasal dari feses dan sisa pakan ikan
budidaya yang belum terurai smpurna (nitrit).
Kasus kedua yaitu penyakit pada ikan di pembenihan dan kolam ikan yang
sering terjadi pada musim peralihan. Penyakit pada ikan dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu imun ikan itu sendiri, lingkungan dan organisme patogen. Penyakit dapat
terjadi pada ikan jika ketiga kmponen ini menyatu. Pada musim peralihan sering
terjadi perubahan suhu pada media budidaya sehingga ikan stress dan membutuhkan
banyak energi untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Hal ini menyebabkan sistem
inmun ikan lemah sehingga organisme pathogen yang ada pada media budidaya
dapat menyerang ikan dan ikan sakit.

Page 12 of 30
7. Coba dijelaskan ruang lingkup akuakultur yang anda ketahui ! Berikan penjelasan
masing-masingnya ! Kemudian jelaskan secara lengkap jenis-jenis usaha budidaya
yang bisa diaplikasikan di daerah saudara ! Sebutkan tempat dan kawasan sdr
tinggal, kemudian tentukan letak geografis tempat lokasi anda tinggal !
Ruang lingkup budidaya ikan yang saya ketahui adalah terbagi menjadi 2
bagian besar yiatu pembenihan dan pembesaran. Pembenihan adalah kegiatan
budidaya ikan yang meliputi pemeliharaan induk, pemijahan dan pembesaran larva
sampai benih. Sedangkan kegiatan pembesaran adalah kegiatan yang meliputi
pemeliharaan ikan untuk pembesaran baik itu untuk konsumsi maupun ikan hias.
Saya tinggal di kabupaten Desa Sungai Tarap kecamatan Kampa, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Daerah tempat saya tinggal memiliki potensi untuk
dilakukan pengembangan usaha perikanan mengingat terdapatya lahan yang ada
sumber air untuk budidaya ikan. Salah satu usaha budidaya perikanan yanng dapat
diterapkan di kampung saya adalah budidaya ikan hias yaitu ikan maskoki dan ikan
komet. Mengingat jarak desa saya dengan kota pekanbaru yang begitu dekat, yitu
sekitar 28 km maka pengembangan usaha budidaya ikan hias mas koki dan komet
potensi dilakukan untuk pasar pekanbaru sekitarnya. Karena pada umumnya pasar
ikan hias di pekanbaru dan wilayah Riau lainnya pasokan ikannya masih bersal dari
luar daerah yaitu jawa dan Sumatera Utara. Meningat hal itu, potensi usaha budidaya
ikan hias mas koki dan komet begitu bagus. Berikut rincian usaha yang dapat
diterapkan :

Aspek Teknis

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah penentuan lokasi,

kapasitas produksi, tata letak, dan proses produksi ter-masuk pemilihan teknologi,

kelengkapan kajian teknis. Lokasi usaha budidaya ikan harus cukup dekat dari

penyediaan sarana produksi. Lokasi usaha juga dekat dengan sumber irigasi yang

dialiri dari waduk.

Sarana dan Prasarana

Sarana produksi ikan hias terdiri dari lahan, konstruksi kolam, peralatan,

pakan, dan obat–obatan. Prasarana yang digunakan dalam budidaya ikan hias, yaitu

jalan, transportasi, pengairan dan penerangan.

Page 13 of 30
Lokasi budi daya harus mudah dijangkau dan diakses secara langsung melalui

kendaraan darat. Hal ini karena berhubungan dengan pengangkutan ikan baik saat

memulai produksi maupun pascapanen. Selain itu, sarana produksi harus mudah

diperoleh dari daerah setempat dan pemasaran harus dapat dilakukan dengan mudah

di tempat itu. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kemudahan akses

komunikasi langsung dari lokasi budidaya. Tujuannya selain mempermudah interaksi

konsumen juga dapat mempermudah aksebilitas produksi, utamanya kordinasi

struktural perusahaan. Dan keseluruhan ini tersedia di kawasan tempat saya tinggal.

Air yang digunakan dalam kegiatan produksi ikan hias ini merupakan air yang

telah diendapkan di tandon pengendapan air. Untuk itu perlu adanya satu kolam

tandon. Kolam yang direncanakan dalam kegiatan ini adalah kolam beton yang

dibuat outdoor untuk produksi ikan mas koki dan komet. Ukuran kolam yang

dibutuhkan adalah 4x10 m sebanyak 16 kolam. 4 kolam sebagai wadah

pemeliharaan induk, 10 kolam untuk pemijahan, 5 kolam pemeliharaan larva ikan

maskoki sampai ukuran M dan 5 kolam pemeliharan ikan komet dari larva sampai

ukuran M.

Area produksi dipasangi pagar sebagai biosecuryty dalam pencegahan

serangan predator dan keamanan. Bagian atas kolam diberi jaring paranet sebagai

biosecurity pencegahan predator jenis burung. Pintu masuk kawasan produksi

dilengkapi dengan kolam sterilisasi kendaraan yang masuk mencegah masuknya

penyakit dari luar dan semua yang memasuki kawasan produksi mesti membersihkan

tangan dan kaki menggunakan disinfektan untuk mencegah masuknya penyakit ke

kawasan produksi.

Page 14 of 30
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam usaha ini adalah tangguk, baskom,

perlengkapan aerasi, pelet ikan, cacing sutera, artemia, methyline blue, garam,

tabung oksigen dan peralatan packing.

Aspek Produksi

 Persiapan Kolam

Kolam yang baru di bangun tidak bisa langsung digunakan untuk pemeliharaan

ikan. Kolam dibersihkan dengan cara mencuci kolam dengan air bersih dan merendam

kolam selama 2 minggu untuk menghilangkan sisa zat kimia dari semen. Setelah

direndam, kolam dikeringkan selama tiga hari dan kembali diisi air dengan ketinggian

60 cm dan dipasangi aerasi. Selanjutnya dimasukkan pupuk kandang dengan mengikat

karung penutup pupuk dibagian pinggir kolam. Kolam bisa dimasukkan ikan setelah

airnya berwarna hijau.

 Pengadaan dan pemeliharaan Induk

Induk merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan hias. Induk yang

digunakan hendaknya berkualitas baik sehingga keturunan yang dihasilkan juga

memiliki kualitas yang baik. Induk yang akan digunakan dapat diadakan melalui

pengiriman dari wilayah Bogor indonesia. Induk yang dibutuhkan dalam produksi kali

ini adalah 50 ekor induk ikan mas koki betina semua jenis, 100 ekor induk ikan

maskoki jantan semua jenis, 50 ekor induk ikan komet betina dan 100 ekor induk ikan

komet jantan. Induk yang dikiruim adalah induk yang telah siap dilakukan

pembenihan, sehingga produksi ikan di unit produksi dapat beroperasi setalh

pengiriman induk.

Page 15 of 30
Induk ikan yang dikirim dipelihara di kolam pemeliharaan induk dengan

memisahkan induk jantan dan betina. Sebelum dimasukkkan ke kolam pemeliharaan,

induk direndam dengan larutan garam untuk mengobati ikan yang mungkin sakit

dalam proses pengiriman. Induk diberi pakan 3 kali sehari dengan pellet PF-99 dan

diselingi pemberian cacing darah untuk mempercepat reproduksi. Ikan rutin diperiksa

kesehatannya demi menjaga kelancaran produksi ikan. Induk siap dipijahkan apabila

telah matang gonad. Induk matang gonad dapat diketahui dengan melihat ciri

morfologi ikan.

 Pemijahan dan penetasan

Hal penting dalam usaha budidaya ikan hias adalah pemijahan. Pemijhan pada

ikan mas koki dan komet pada umumnya sama. Sehingga usaha ini dapat dilakukan

dengan memproduksi kedua jenis ikan tersebut. Ikan mas koki atau komet yang

matang gonad dapat dilakukan pemijahan semi alami pada bak pemijahan dengan

perbandingan induk betina dan induk jantan 1:3. Setelah ikan diletakkan pada wadah

pemijahan, wadah tersebut diberi eceng gondok sebagai wadah penempelan telur bagi

ikan. Ikan mas koki dan komet melakukan pemijahan biasanya pada subuh hari

dengan suasana yang tenag. Pada pagi harinya, pekerja dapat memindahkan telur ke

wadah penetasan dan pemeliharaan larva.

Khusus untuk ikan komet akan lebih cantik dan diminati yang jantan oleh

konsumer karena bentuknya yang cantik. Untuk memperoleh persentasi ikan jantan

yang lebih besar daripada ikan beina dapat dilakukan maskulinisasi menggunakan

perendaman larva pada air kelapa atau perendaman embrio pada larutan yang

Page 16 of 30
ditambahkan hormon testosteron sapi. Hal ini akan dapat meningkatkan persentase

ikan jantan, sehingga ikan pun dapat dipasarkan dengan baik.

Larva pada awal fase menetas tidak perlu diberikan pakan karena masih

mengandung kuning telur. Larva dapat diberi pakan ketika kuning telur habis berupa

artemia sampai larva dapat mengkonsumsi cacing tubifex. Selanjutnya larva dapat

diberikan pellet udang, dilanjutkan pellet. Selama pemeliharaan dijaga kualitas air dan

menyifonnya ketika sisa pakan dan feses ikan banyak dalam wadah. Setelah ikan

berumur 1 bulan, ikan dapat dipindahkan ke kolam pendederan untuk pembesaran dan

pemeliharaan warna ikan.

 Pendederan

Ikan dengan umur 1 bulan dapat dipindahkan ke kolam pendederan untuk

pembesaran dan memicu warna tubuh ikan. Selama pendederan harus dijaga kualitas

air dengan melakukan pengontrolan rutin. Ikan dapat diberi pakan pellet pf-100 dan

pf-99.

 Pemanenan

Pamanenan dapat dilakukan ketika ikan berumur 2 bulan sampai 2,5 bulan.

Dengan estimasi pemijahan 10 paket induk mas koki pada satu siklus dan 10 paket

induk komet. Maka diperoleh hasil panen ikan 8.000 ekor ikan mas koki dan 8.000

ekor ikan komet dengan perhitungan masing-masing induk betina menghasilkan 1000

telur dan SR 80%.

 Panen dan pemsaran

Panen dapat dilakukan total atau parsial dengan melihat permintaan pasar. Panen

dapat dilakukan dengan mengringkan kolam dan menangkap ikan menggunakan

Page 17 of 30
serok. Ikan yang dipanen dipuasakan satu hari sebelumnya. Ikan di hitung dan

dimasukkan ke kantong plastik dengan diberi oksigen kemudian diikat menggunakan

karet. Ikan kemudian di angkut menuju lokasi pemesan.

Harga jual ikan dengan ukuran panen ini dapat dijual dengan harga Rp. 1.500.

Dengan estimasi panen 8.000 ekor ikan mas koki dan 8.000 ekor ikan komet, maka

hasil penjualan diperoleh Rp.24.000.000.- per siklusnya. Harga operasional produksi

per siklusnya secara keseluruhan adalah Rp.10.900.000,-. Sehingga dengan demikian

setiap siklusnya diperoleh keuntungan sebesar Rp.14.000.000.-. untuk lebih rincinya

biaya investasi dan produksi ikan hias ini dapat dilhat pada Rancangan biaya.

Racangan Biaya

1. Investasi

No Alat Kwantitas Harga satuan Total


Tanah 250 m2 1 80.000.000 80.000.000.-
Kolam ikan 14 2.000.000 28.000.000.-
Bak tandon 1 3.000.000.- 3.000.000.-
Bak pemijahan dan penetasan 10 unit 1.000.000.- 10.000.000.-
Genset 1 unit 3.000.000.- 3.000.000.-
Mesin pompa air 1 unit 500.000.- 500.000.-
Baskom 10 unit 30.000.- 300.000.-
Tangguk 10 unit 10.000.- 100.000.-
Jaring 5 paket 100.000.- 500.000.-
Paranet 1 gulung 1.000.000.- 1.000.000.-
Blower 2 unit 1.000.000.- 2.000.000.-
Slang aerasi 2 gulung 200.000.- 400.000.-
Batu aerasi 1 kotak 100.000.- 100.000.-
Cabang aerasi 1 kotak 100.000.- 100.000.-
Tabung oksigen 1 unit 500.000.- 500.000.-
Induk 300 ekor 30.000.- 9.000.000.-
Total Rp. 138.500.000.-

2. Biaya produksi (1 siklus)

Page 18 of 30
No Alat Kwantitas Harga satuan Total
Cacing Tubifex 100 paket .10.000 1.000.000.-
Cacing darah 20 paket 20.000 200.000.-
Artemia 1 kaleng 900.000.- 900.000.-
Pellet udang 1 karung 200.000.- 200.000.-
Pellet pf-1000 1 karung 200.000.- 200.000.-
Pellet pf- 99 1 karung 200.000.- 200.000.-
Tenaga kerja 2 orang 4.000.000- 8.000.000.-
Obat-obatan 1 paket 100.000.- 100.000.-
Air kelapa dan hormon 1 paket 100.000.- 100.000.-
Total Rp. 10.900.000.-

8. Jelaskan apa perbedaan antara daya dukung dengan daya tampung ! Apa hubungan
produksi kolam dengan daya dukung dan daya tampung ? Jelaskan secara teoritis dan
secara formulasi !
Jawab :
Daya dukung adalah kemampuan lingkungan hidup (air) untuk mendukung
perikehidupan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya, sedangkan daya
tampung kemampuan air untuk menerima masukan dari luar tanpa mengakibatkan air
tersebut tercemar.
Konsep daya dukung dan daya tampung sangat dibutuhkan dalam budidaya
(kolam). Dalam hal ini berhubungan dengan padat tebar ikan yang akan digunakan
dalam budidaya ikan di kolam.

9. Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan
maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen
akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang
baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
Untuk itu, saudara diminta untuk membuat manajemen produksi akuakultur ikan lele
secara rinci dan jelas serta analisis hasil usaha ikan lele ! Apakah menguntungkan
atau rugi ?
Jawab :
Pembenihan Ikan Lele
1. Pemeliharaan induk
Induk ikan lele dipelihara dengan pemberian pakan induk dilakukan satu kali
dalam sehari, yaitu pada pukul 18.00 WIB menggunakan pakan pelet apung
bermerek Hi-Pro-Vite 781 dengan kandungan protein sebesar 30-33 persen. Metode
yang digunakan untuk memberikan pakan ini secara adsatiation atau sekenyangnya
dan disebar dalam satu titik di bagian tengah kolam dengan melihat respon ikan
terhadap pakan yang diberikan. Pakan diberikan secara rutin untuk merangsang
kematangan gonad induk lele yang akan mempengaruhi terhadap kualitas telur
yang dihasilkan.
2. Seleksi induk
Seleksi induk dilakukan untuk memilih dan memastikan induk jantan dan
betina yang akan dipijahkan sudah matang gonad dan siap untuk dipijahkan.
Proses ini penting dilakukan karena akan menentukan keberhasilan pada proses

Page 19 of 30
pemijahan. Pengambilan induk untuk pemijahan dari kolam pemeliharaan
dilakukan secara acak sebanyak 4 betina dan 2 jantan untuk satu siklus
pembenihan. Adapun ciri-ciri induk lele yang siap untuk dipijahkan
(dikawinkan) terdapat pada Tabel .

Tabel Ciri-ciri induk jantan dan betina siap pijah


Induk Induk Jantan
Betina
Perut membesar atau buncit dan terasa
lembek, Alat kelaminnya memerah
jika diraba
Tubuh ramping dan
Pergerakannya lambat dan jinak pergerakannya lincah
Alat kelamin tampak jelas dan
Warna tubuh berubah menjadi coklat lebih
kemerahan runcing
Terdapat perubahan warna
Terkadang warna sirip tampak kemerahan
tubuh menjadi coklat
kemerahan
Jika bagian perut diurut, terkadang
akan mengeluarkan telur bewarna
kuning tua
Sumber : Mahyuddin (2008)

3. Pemijahan
Proses pemijahan diawali dengan mempersiapkan kolam pemijahan dengan
memastikan kolam sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan cara disikat agar
tidak ada kotoran yang tersisa dari penggunaan sebelumnya. Kotoran yang
menempel di dasar kolam dapat menutupi telur, sehingga telur tidak bisa
menetas. Kakaban sebagai tempat menempelnya telur diletakkan di dasar kolam
dengan menggunakan batu sebagai pemberat. Ukuran kakaban yang digunakan
adalah panjang 1,70 cm dan lebar 50 cm. Jumlah kakaban yang digunakan
sebanyak 15 buah untuk satu pasang induk. Kolam kemudian dialiri air dengan
sampai ketinggian air yang dimasukkan mencapai 30 cm.
Teknik pemijahan yang dilakukan menggunakan teknik pemijahan alami
dalam kolam terpal. Teknik pemijahan alami membutuhkan kejelian dari

Page 20 of 30
pembudidaya karena tak jarang pemijahan alami membutuhkan berhari-hari
bahkan gagal. Kegagalan kebanyakan disebabkan oleh kesalahan perkiraan
dalam menentukan matang telur ataupun sperma dari induk jantan tidak bagus.
Selain itu, teknik pemijahan alami hanya akan mengeluarkan telur yang siap
dibuahi saja. Telur yang belum siap dibuahi (telur muda) tidak akan keluar dan
akan dikeluarkan oleh induk jika sudah matang. Biasanya waktu yang
dibutuhkan adalah sebulan dari pengeluaran telur yang pertama.
Setelah kolam pemijahan sudah siap digunakan, tahapan selanjutnya adalah
memasukan induk lele ke dalam kolam pemijahan. Waktu yang baik untuk
memasukan induk lele adalah pada sore hari sekitar pukul 15.00-17.00 WIB
agar induk tidak stress. Setelah 12 jam induk jantan dan betina berada dalam
kolam akan terjadi pembuahan secara alami.
Induk yang telah memijah dan mengeluarkan telurnya dipindahkan kembali
kedalam kolam induk. Kolam induk yang telah memijah dibedakan agar tidak
bercampur dengan induk yang belum memijah. Kakaban yang telah penuh
dengan telur kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Induk yang sudah
dipijahkan dapat digunakan kembali setelah 20 – 30 hari beristirahat.
4. Penetasan telur
Sebelum telur dimasukan ke dalam kolam untuk penetasan terlebih dahulu
kolam diisi air dengan ketinggian 10-15 cm dari dasar kolam bergantung pada
musim yang sedang terjadi. Saat musim hujan ketinggian air dianjurkan 10 cm
dari dasar kolam, sedangkan saat musim kemarau ketinggian air yang disarankan
15 cm dari dasar kolam. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam dari proses
pemijahan. Waktu yang tepat untuk memindahkan ke dalam kolam penetasan
atau kolam pemeliharaan adalah sore hari sekitar pukul 15.00-17.00 WIB agar
telur terhindar dari sengatan matahari dan ketika telur terlihat sudah menempel
pada kakaban. Telur yang berhasil dibuahi akan berwarna transparan sedangkan
telur yang tidak menetas akan tetap berwarna putih.
5. Pemeliharaan benih
Proses pemeliharaan larva atau benih dimulai saat telur sudah menetas
hingga lele mencapai ukuran bibit siap tebar. Padat tebar larva dalam kolam
pembenihan adalah 20.000 ekor/m2. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi
makan sampai empat hari sampai cadangan makanannya habis. Pemberian pakan
yang sesuai pada larva adalah cacing rambut atau cacing sutera yang masih hidup
sampai larva-larva tersebut siap untuk diberi pakan buatan/pelet.
6. Penyortiran benih
Tahap selanjutnya adalah penyortiran benih yakni kegiatan menyeleksi
benih sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Tujuan dari penyortiran benih ini
adalah untuk menyeragamkan ukuran benih dan juga untuk mengurangi tingkat
kanibalisme akibat perbedaan ukuran. Proses ini dilakukan dalam dua kali. Pada
penyortiran pertama dilakukan saat benih berumur 20 hari sampai mendapatkan
ukuran benih 4-6 cm dan penyortiran kedua dilakukan saat benih berumur sekitar
27 – 30 hari sampai mendapatkan ukuran benih 5-7 cm.
7. Pemanenan

Page 21 of 30
Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00
WIB atau sore hari sekitar pukul 16.00-18.00 WIB. Ini bertujuan untuk
mencegah stress akibat perbedaan suhu air yang terlalu panas. Benih yang belum
memenuhi ukuran biasanya dipelihara lagi hingga mencapai ukuran yang
diharapkan. Teknik pemanenan dilakukan dengan menutup saluran pembuangan
air dengan jaring, kemudian menyisir benih agar masuk ke dalam jaring.
Selanjutnya benih diambil menggunakan seser ke dalam ember untuk disortir.
Benih yang telah disortir dimasukkan ke dalam jerigen yang sudah berisi air, lalu
benih pun siap untuk dijual.
8. Pemasaran benih
Kegiatan pemasaran dilakukan dari mulut ke mulut dengan lokasi yang
strategis dan mudah dijangkau serta benih yang dihasilkan berkualitas terbukti
sudah dikenal oleh para petani pembesaran. Ukuran benih yang dijual adalah
ukuran 4-6 cm dengan harga Rp150,- per ekor dan ukuran 5-7 cm dengan harga
Rp 200,- per ekor.
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele:
 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah modal yang digunakan untuk membiayai pendirian
suatu usaha atau sebagai modal untuk melakukan investasi awal. Komponen yang
menjadi modal investasi pada usaha pembenihan lele adalah lahan, konstruksi
kolam, saung, pendopo, instalasi air dan listrik serta mesin pompa dengan modal
investasi rata-rata untuk lahan seluas 1.200 m2 adalah Rp 954.250.000. beriku
adalah biaya ivestasi pembenihan ikan lele.

Harga Total
No Uraian Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Induk Lele 10 Paket 800.000 8.000.000
2 Lahan 350 Meter 250.000 875.000.000
0
2 Kolam Induk 2 Unit 500.000 1.000.000
3 Kolam Pemijahan 3 Unit 500.000 1.500.000
4 Kolam Pembenihan 100 Unit 500.000 50.000.000
5 Saung Pendopo 1 Unit 15.000.000 15.000.000
6 Rumah Jaga 1 Unit 500.000 500.000
7 Instalansi Listrik 1 Set 1.000.000
8 Instalansi Air 1 Set 1.500.000
9 Jerigen (25 liter) 10 Buah 35.000 350.000
10 Mesin Pompa 1 Buah 400.000
Total Biaya Investasi 954.250.000
 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh usaha
pembenihan lele selama proses produksi. Biaya operasional yang dikeluarkan
terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. a.Biaya Tetap Biaya tetap merupakan

Page 22 of 30
biaya yang jumlahnya tidak mengalami perubahan walaupun terdapat perubahan
volume produksi atau penjualan. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha
pembenihan lele adalah Rp 48.114.278 yang meliputi Pajak Bumi dan Bangunan,
sewa lahan, gaji tenaga kerja, biaya pemeliharaan, biaya penyusutan dan peralatan
lain yang digunakan dalam budidaya. Perincian biaya tetap tersebut dapat dilihat
pada Tabel.

Page 23 of 30
Harga Total
No Uraian Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Sewa Lahan 12 Bulan 500.000 6.000.000
2 PBB 1 Tahun 200.000 200.000
3 Tenaga Kerja (2 orang) 12 Bulan 800.000 9.600.000
4 Biaya Penyusutan 1 Tahun 29.965.278 29.965.278
5 Biaya Perawatan 1 Tahun 500.000 500.000
6 Biaya Listrik dan Air 12 Bulan 100.000 1.200.000
7 Ember 2 Buah 10.000 20.000
8 Baskom 3 Buah 5.000 15.000
9 Gentong 2 Buah 150.000 150.000
10 Cangkul 2 Buah 50.000 50.000
11 Jaring (4 x 2 m) 2 Buah 10.000 10.000
12 Seser (2 x 1 m) 2 Buah 9.000 9.000
13 Sortiran 2 Buah 200.000 200.000
14 Selang 25 Meter 3.000 75.000
15 Serok Besar 2 Buah 10.000 10.000
16 Serok Kecil 2 Buah 20.000 40.000
17 Lampu Petromak 2 Buah 35.000 70.000
Total Biaya Tetap 48.114.278

 Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung dengan jumlah
produk yang dihasilkan atau dapat dikatakan biaya variabel yang dikeluarkan
pada usaha pembenihan lele adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada benih
lele yang akan dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp
71.930.000 yang meliputi kebutuhan pakan, tenaga panen, dan obat-obatan.
Perincian biaya variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel.

Page 24 of 30
No Uraian Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Pakan 6 Produksi
a Cacing 3360 Liter 10.000 33.600.000
b Tepung 420 Kg 13.500 5.670.000
c PF 1000 1260 Kg 13.500 17.010.000
d L1 480 Kg 7.500 3.600.000
e Hi-Pro-Vite 781 480 Kg 7.500 3.600.000
2 Tenaga panen 6 Orang 100.000 600.000
3 Obat-obatan 75 Ml 8.000 600.000
4 Vitamin 90 Gram 10.000 900.000
5 Kakaban 420 Set 15.000 6.300.000
6 Minyak Tanah 50.000 50.000
 Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam
kurun waktu tertentu. Komponen dari laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya
operasional, penyusutan dan pajak penghasilan. Laba bersih merupakan hasil
penerimaan dikurangi dengan biaya tetap dan biaya variabel. Selain itu, terdapat
komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya penyusutan dan pajak
penghasilan. Biaya penyusutan merupakan biaya atas barang-barang investasi
yang nilainya disusutkan setiap tahunnya. Perhitungan yang digunakan untuk
biaya penyusutan yaitu dengan metode garis lurus, yakni nilai beli dikurangi nilai
sisa lalu dibagi dengan umur ekonomisnya. Nilai sisa merupakan nilai suatu
barang investasi apabila telah habis umur pakainya yang masih dapat
memberikan nilai jika ditukar ataupun dijual kembali. Pada usaha pembenihan
lele ini besarnya penyusutan dari tahun pertama hingga tahun ke-8 sebesar Rp .
1.673.666,67.
Hasil perhitungan analisis laporan laba rugi digunakan untuk perhitungan
cashflow yaitu hasil perhitungan pajak penghasilan yang diperoleh dari laporan
laba rugi. Pajak penghasilan akan mengurangi penerimaan yang diperoleh.
Besarnya tarif pajak penghasilan mengacu pada Undang-Undang Replubik
Indonesia No. 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun dari hasil penerimaan
yang berjumlah lebih kecil dari 4.8 M dan 25% dari hasil penerimaan yang
berjumlah lebih besar dari 4.8 M. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir
umur bisnis.
Berdasarkan proyeksi pada usaha pembenihan lele di tahun pertama belum
mendapatkan keuntungan dan di mulai dari tahun ke-2 sampai akhir tahun ke-8
keuntungan yang diperoleh sama yaitu sebesar Rp 206.172.175. Rata laba bersih
per tahun sebesar Rp 183.264.155.
 Net Present Value (NPV)
Hasil perhitungan Net Present Value pada usaha pembenihan lele sebesar
Rp 702.419.768. Usaha ini dikatakan layak untuk dijalankan apabila memiliki

Page 25 of 30
nilai NPV > 0. Hasil perhitungan NPV ini menunjukkan bahwa usaha
pembenihan lele akan mendapatkan manfaat bersih dari usaha yang dijalankan
selama umur usaha sebesar Rp 702.419.768. Usaha pembenihan lele ini
dikatakan layak untuk dijalankan kerena nilai NPVyang dihasilkan > 0 yakni Rp
702.419.768.
 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Nilai Net B/C menunjukkan besar manfaat yang akan didapat atas biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Sebuah usaha dikatakan layak untuk
dijalankan apabila memiliki nilai Net B/C > 1. Nilai Net B/C pada usaha
pembenihan lele yakni 1,74 artinya dalam setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai
biaya akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,74. Berdasarkan kriteria
Net B/C, usaha pembenihan lele layak untuk dijalankan karena hasil perhitungan
nilai Net B/C > 1 yakni 1,74.
 Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR yang diperoleh menggambarkan besarnya kemampuan usaha
untuk memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan
discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan 0. Jadi ketika nilai
IRR sama dengan nilai discount rate yang digunakan dalam melakukan analisis
finansial, maka usaha tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan bersih
karena nilai NPV yang dihasilkan bernilai 0. Usaha pembenihan lele dikatakan
layak untuk dijalankan ketika nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari discount
rate yang ditentukan dalam analisis. Berdasarkan perhitungan pada cash flow
didapatkan nilai IRR pada usaha pembenihan lele ini sebesar 20,26%. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha pembenihan ini mampu menghasilkan pengembalian
atas modal yang dikeluarkan sebesar 20,26%. Berdasarkan hasil perhitungan IRR
dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan lele layak untuk dijalankan, karena
nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito yang
digunakan yakni 7,5%. Hubungan antara NPV dan IRR ditunjukkan pada
Gambar 8. Dari gambar terlihat bahwa ketika nilai discount rate sebesar 7,5%,
NPV yang dihasilkan sebesar Rp 702.419.768 dan ketika nilai discount rate
sebesar sama dengan nilai IRR yang dihasilkan yakni 20,26%, maka NPV yang
dihasilkan sebesar Rp 0.
 Payback Period (PP)
Payback Period (PP) menunjukkan lamanya modal investasi yang telah
dikeluarkan dapat kembali. Usaha pembenihan lele ini dikatakan layak apabila
nilai Payback Period (PP) lebih kecil dari umur proyek. Nilai Payback Period
(PP) pada usaha pembenihan lele sebesar 4,61 artinya bahwa modal investasi
yang telah ditanamkan akan kembali setelah 4 tahun 8 bulan sejak usaha
dijalankan. Usaha pembenihan lele ini dikatakan layak, karena tingkat
pengembalian modal investasi masih dalam umur bisnis yakni 8 tahun. Usaha
lebih baik mengalokasikan modal yang dimilikinya pada usaha pembenihan lele
dibandingkan menyimpan uang di bank untuk didepositokan.
Dari keempat kriteria kelayakan investasi yang dilakukan yakni Net
Present Value (NPV),Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PP), maka dapat disimpulkan bahwa usaha

Page 26 of 30
pembenihan lele layak untuk dijalankan. Nilai Net Present Value (NPV), Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)
yang dihasilkan memenuhi kriteria layak yaitu nilai NPV lebih besar dari nol,
nilai Net B/C lebih besar dari satu nilai IRR lebih besar dari discount rate dan
Payback Period (PP) lebih kecil dari umur bisnis.
10. Jelaskan apa-apa saja parameter kualitas air yang berhubungan erat dengan
manajemen kualitas air dalam rangka untuk meningkatkan produksi Akuakultur.
Jelaskan secara rinci masing-masing parameter kualitas air yang sangat erat
hubungannya dengan produksi akuakultur itu sendiri !
Jawab :
 Faktor fisika
1.        Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda (air).
Dimana organisme perairan sangat sensitive terhdapa perubahan suhu. Setiap
organisme memiliki tingkat toleransi dan suhu optimumnya. Suhu yang baik
untuk kegiatan budidaya dapat dilhat pada Tabel 1.
2.        Kecerahan
Kecerahan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya
untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan fitoplankton mendapatkan cahaya untuk berphotosintesis
sebaran suhu di perairan. Nilai kecerahan yang baik untuk kegiatan budidaya
dapat dilhat pada Tabel 1.
3.       Kedalaman
Kedalaman adalah suatu keadaan yang menunjukkan tinggi rendahnya air
(jarak antara permukaan perairan dengan dasar perairan secara vertikal) yang
dinyatakan dalam satuan meter (m). Kedalaman perlu dipelajari dalam
budidaya ikan. selain berhubungan dengan produktivtas perairan, kedalaman
harus disesuaikan dengan komoditas budidaya yang sedang dilakukan.
Seperti halnya ikan gurami yang memerlukan kolam yang lebih dalam
dibandingkan ikan nila, karena pergerakan gurami seringkali bergerak secara
vertikal.
 Kimia
1. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion di perairan dengan satuan ppt
(part per thousand). Setiap ikan memiliki tingkat toleransi terhadap
salinitas yang berbeda. Hal yang spontan terlihat adalah antara ikan air

Page 27 of 30
tawar dan ikan air laut. Untuk lebih jelasnya tingkat salinitas yang baik
dalam kegiatan budidaya dapat dilihat pada Tabel 1.
2. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen  terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air
yang berasal dari fotosintesa dan difusi dari udara yang dinyatakan
dengan satuan ppm (part per million). Oksigen merupakan sumber
kelangsungan hidup yang paling penting bagi organisme. Oksigen
dibutuhkan oleh organisme untuk respirasi yang selanjutnya menjadikan
ikan dapat melakukan metabolisme. DO yang baik untuk kegiatan
budidaya dapat dilihat pada Tabel 1.
3. pH (Poisson Hard)
pH adalah tingkat asam suatu oerairan dimana diperoleh dari
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam
minus logaritma dari konsentrasi ion H. Setiap organisme memiliki
kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.
Isalnya ikan rawa yang mampu bertahan hidup di pH asam sedangkan
ikan laut mampu bertahan hidup pada pH tinggi. Kisaran pH yang baik
tuk kegiatan budidaya dapat dilihat pada Tabel 1.
4. Alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat. Untuk lebih jelasnya
nilai alkalinitas yang baik untuk kegiatan budidaya dapat dilihat pada
Tabel 1.
5. Kesadahan
Kesadahan adalah kandungan mineral tertentu di dalam air,
umumnya yaitu ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah atau sering disebut dengan air keras adalah air
yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Untuk lebih jelasnya nilai
kesadahan dalam kegiatan budidaya dapat dilihat pada Tabel 1.
 Biologi
1. Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang di perairan,
mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa oleh arus. Plankton
merupakan salah satu komponen utama dalam sistem rantai makanan atau

Page 28 of 30
food chain dan jaring makanan atau food web. Plankton dibagi menjadi
dua jenis yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton
(plankton hewan). Fitoplankton dapat dimanfaatkan langsung oleh
organisme budidaya herbivora sebagai pakan alami, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan budidaya dan mengurangi penggunaan
pakan buatan. Selain itu, fitoplankton menjadi faktor penentu
pertumbuhan zooplankton di perairan, dimana fitoplankton dimanfaatkan
oleh zooplankton sebagai pakan dan zooplankton dapat dimanfaatkan
oleh organisme budidaya sebagai pakan.
2. Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti), uniselluler dan berukuran renik (mikroskopis).
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri yang
menguntungkan diantaranya dapat mejadi pengurai sisa pakan dan
membantu proses metabolisme ikan. contohya bakteri Bacillus sp dan
Lactobacillus sp. Sedangkan bakteri yang merugikan adalah bakteri yang
bersifat patogen bagi ikan sehingga menyebabkan penyakit pada ikan
sebagai inangnya. Contohnya vibrio dan Aeromonas.

Page 29 of 30
Tabel 1. Parameter kualitas air dalam akuakultur

Page 30 of 30

Anda mungkin juga menyukai