Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis atau penyakit
degeneratif yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah dalam
tubuh akibat dari pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin secara
efisien. Kebanyakan penderita Diabetes Melitus (DM) memiliki ciri khas yang
dimiliki diantaranya mengalami keluhan-keluhan klasik sebagai penyerta
yaitu, seperti banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), banyak
makan (polifagia) dan mengalami penurunan berat badan, kesemutan, mata
kabur, mudah lelah.
Insulin adalah hormon yang terdapat dalam pankreas yang berfungsi
untuk mengubah glukosa yang terkandung dalam makanan yang dialirkan
melalui pembuluh darah dan sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan energi.
Jika kadar gula darah dalam darah terus meningkat atau Hiperglikemia terus
berlanjut dan tidak terkontrol maka dalam jangka waktu panjang akan
menyebabkan kerusakan pada beberapa system dalam tubuh diantaranya,
pembuluh darah jantung, ginjal, mata dan syaraf.
Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila pada pemeriksaan
darah dari pembuluh darah halus (kapiler) glukosa darah lebih dari 120 mg/dL
pada keadaan puasa dan/atau lebih dari 200 mg/dL untuk 2 jam setelah makan.
Bila yang diambil darah dari pembuluh balik (vena) maka kadar glukosa puasa
lebih dari 140 mg/dL dan/atau 200 mg/dL untuk 2 jam setelah makan. Glukosa
darah yang kurang dari 120 atau 140 mg/dL pada keadaan puasa namun antara
140–200 mg/dL pada 2 jam setelah makan disebut sebagai Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) yang tidak memerlukan pengobatan tapi tetap memerlukan
pemantauan secara berkala (Yosmar, Almasdy, & Rahma, 2018).
Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization
(WHO), jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta
orang dan menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai
21,3 juta orang (Engkartini, 2019). Laporan statistik dari International
Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, bahwa sekarang sudah ada sekitar
230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau
sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita
diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan dan
Indonesia ( Tandra, 2007).
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan
diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.
Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat
hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%
pada populasi orang dewasa (Kemenkes RI, 2019). Jika dibandingkan dengan
tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur
≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun yang terendah terdapat di
Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi di
Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan profil kesehatan RI Tahun 2013, DM terus meningkat tiap
tahunnya. Pada tahun 2013, DM meningkat sebesar 2,1 % dari tahun 2007
dengan prevalensi usia > 15 tahun. Prevalensi penyakit diabetess berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%, secara keseluruhan adalah 1,3% dan
prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap (3,9%), diikuti Kabupaten
Tegal Kota (3,1%), Surakarta (2,8%), dan Pemalang (2,1%) (Engkartini, 2019).
Yang lebih memprihatinkan, diabetes jelas memberi beban ekonomi
yang tidak sedikit, terlebih jika penderita telah terkena komplikasi. Tanpa
pengobatan yang baik, diabetes akan menyerang banyak organ penting dalam
tubuh, bahkan bisa barakibat fatal. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh
WHO di India pada tahun 2006, seorang penderita diabetes dewasa menambah
pengeluaran rumah tangga sampai 25 persen. Demikian pula di negara-negara
Pasifik Barat (termasuk Indonesia), 16 persen biaya perawatan di rumah sakit
dikeluarkan oleh pasien diabetes (Tandra, 2007).
Begitu tahu terkena diabetes melitus, tidak sedikit yang akan
mengalami banyak perubahan dalam hidup. Ada yang jadi takut, cemas, panik,
marah, dan adapula yang memberontak (Tandra, 2007). Pada penelitian yang
dilaksanakan oleh Barker et al orang dewasa Amerika didapatkan bahwa 19,5
% terdiagnosa cemas dengan DM dan 10,9% tanpa DM (Wiyadi, Rina Loriana,
2013).
Berdasarkan kategori cemas dibagi dalam empat golongan yaitu terdiri
dari cemas ringan, sedang, berat. Salah satu cara untuk mengatasi cemas adalah
dengan Teknik hipnosis lima jari ini sangat efektif diberikan pada penderitan
DM dengan cemasnya dalam mengontrol keadaan kadar gula darah yang dapat
digunakan pada tingkat penurunan cemas ringan hingga sedang. Karena teknik
hipnosis lima jari ini dapat meningkatkan rasa rileks bagi penderitanya berupa
respirasi yang dapat memperlancar system pernafasan dan penurunan tingkat
cemas pada penderita DM akan kadar gula darahnya (Wahyuningsih &
Hidayati, 2019)
Kecemasan juga bisa diturunkan menggunakan teknik murottal. Hal ini
telah diteliti oleh Riza Wahyuni (2013) juga oleh Rohmi Handayani (2014),
(Widiastuti, Rusmini, Mulidah, & Haryati, 2018). Saat ini sudah banyak
dikembangkan terapi keperawatan untuk menangani rasa cemas pada pasien,
salah satunya adalah terapi musik dan terapi murottal yang diyakini dapat
mengurangi tingkat cemas pada pasien.
Murottal dapat didefinisikan sebagai rekaman suara Alquran yang
dilakukan oleh seorang qori (Roshinah, Nursalihah & Amri, 2014). Allah SWT
telah menerangkan bahwasannya salah tujuan dari diturunkannya Alquran
ialah sebagai penyembuh dari segala macam penyakit. Seorang ulama
membenarkan bahwa Alquran merupakan penawar dan petunjuk,
“Sesungguhnya Al-Qu’ran merupakan obat penyakit stres, penentram jiwa,
obat penyakit hati, dan cahaya bagi segala kegelapan. Bahkan ia juga
menangkal segala duka, pencipta kehidupan sejahtera, yang tak akan tergoyah
sepanjang masa oleh berbagai prasangka” (Sari & Asiva, 2019)
Dalam pedoman agama islam Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman
hidup manusia sekaligus sebagai obat dari penyakit pada manusia. Oleh karena
itu diharapkan mendengarkan bacaan ayat suci Al-Qur’an melalui tape
recorder pita kaset bacaan Al-Quran dan ear phone mampu berpengaruh dalam
penurunan tingkat cemas pada pasien Diabetes Melitus.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan kajian tentang ” Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat
Cemas Pada Penderita Diabetes Melitus Di Masyarakat “.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian terapi murottal terhadap tingkat cemas pada
penderita diabetes mellitus di masyarakat.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap Tingkat
Cemas Pada Penderita Diabetes Melitus Di Masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus
di masyarakat.
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus
setelah diberikan terapi murottal
c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus
sebelum dan setelah diberikan terapi murottal terhadap perubahan
tingkat cemas pada penderita diabetes mellitus di masyarakat.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini di harapkan berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan serta sebagai referensi dalam bidang keperawatan islami
khususnya tentang pengaruh murotal terhadap perubahan tingkat
cemas pada penderita diabetes mellitus di masyarakat.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan serta
sumber pengetahuan bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang
sudah di dapatkan selama kuliah.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian
bagi calon peneliti selanjutnya, baik yang bersifat teoritis maupun
yang bersifat aplikatif terutama yang berkaitan tentang pengaruh
pemberian terapi murottal terhadap tingkat cemas pada penderita
diabetes mellitus.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi keluarga
Siswi dan keluarga dapat mengetahui tentang pengaruh murottal
terhadap perubahan tingkat cemas.
b. Bagi perawat
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan islami dalam
perawatan inap serta menjadi bahan informasi tentang pengaruh
murottal terhadap perubahan tingkat cemas.
c. Bagi instansi pelayanan keperawatan
Untuk menambah perluasan ilmu dan informasi pelayanan guna
mempertahankan mutu pelayanan.

E. Keaslian Penulisan
1. (Nirwana, 2014), ”Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Labuang
Baji Makassar”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi
experimental one group pretest and post test design. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang dirawat di
RSUD Labuang Baji Makassar. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 11
September-25 Oktober 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode total sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 15 responden.
Alat ukur yang digunakan adalah quisioner HARS (Hamilaton Anxiety
Rating Scale). Analisa data uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon menunjukan
bahwa p-Value = 0,002 atau p <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terapi murottal Al-Qur’an mempengaruhi perubahan tingkat kecemasan
pasien diabetes mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar.
2. (Alatas, Suriadi, & Budiharto, 2017), “Pengaruh Terapi Murottal Surah
Ar-Rahman Terhadap Skor Pengkajian Luka (Mungs) Dan Pengkajian
Stres (Dass) Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Kitamura
Pontianak”. Penelitian ini kuantitatif menggunakan pendekatan pre
eksperiment pre test and post test without control pada 16 resonden yang
mengalami stres dan luka kaki diabetik. Instrumen murottal yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu surah Ar-Rahman. Pengkajian skor
stres menggunakan DASS dengan menggunakan uji wilxocon. Pengkajian
skor luka menggunakan MUNGS dengan menggunakan uji t berpasangan.
Dengan nilai p < 0,05. Rata-rata median skor stres dengan DASS pretest
11,50 posttest 8,00 ditunjukan oleh uji wilcoxon yang memberikan nilai
signifikan p = 0,000. Mean dari skor pengkajian luka MUNGS 7,75 pada
tindakan ke-1 dengan standar deviasi 2,90 nilai mean dari skor pengkajian
luka 7,43 pada tindakan ke-4 dengan standar deviasi 3,28 yang di tunjukan
oleh uji t berpasangan yang memberikan nilai p = 0, 683 artinya Adanya
pengaruh terapi murottal surah Ar-Rahman terhadap skor stres dan tidak
ada pengaruh terapi murottal surah Ar-Rahman terhadap skor luka.
3. (Astuti & Purnama, 2018), ”Membaca Al-Quran Dapat Menurunkan
Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes”. Desain penelitian ini
menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan penelitian pretest and
posttest without control. Metode pengambilan sampel yang digunakan
peneliti adalah total sampling dengan jumlah sampling 35 responden, uji
yang digunakan adalah uji t test.. Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebelum dilakukan terapi membaca Al-Qur’an GDS >200 sebanyak 62,9%
dan setelah dilakukan terapi Al-Qur’an didapat GDS>200 sebanyak
68,6%, ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah diberikan terapi
membaca Al-Qur’an di RSUD Cengkareng tahun 2018 dengan p-value
0,000. Sebab itu disarankan untuk penderita diabetes melitus membaca Al-
Qur’an (surat Al-Fatihah) secara rutin setiap habis sholat fardhu subuh,
maghrib, isya sebanyak 10x.
4. (Purwasih, Permana, & Primanda, n.d.), “Pengaruh Relaksasi Benson Dan
Terapi Murottal Surat Ar-Rahmaan Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
Dan Skor Stres Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2”. Desain penelitian ini
adalah quasi experimental study dengan rancangan two group pre test-post
test control group design. Penelitian dilakukan di Puskesmas Maos dan
Klinik Graha Amanah Maos. Sampel diambil dengan total sampling,
berjumlah 60 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Responden
terbagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Masing-masing
kelompok berjumlah 30 responden. Kelompok intervensi mendapatkan
relaksasi Benson dan terapi murotal, sedangkan kelompok kontrol hanya
diberikan relaksasi Benson. Perlakuan diberikan 2 kali sehari, pada pagi
dan sore, selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
selisih kadar glukosa darah puasa antar kelompok (p value=0,000; Z
skor=-4,097; Mean+SD intervensi=-66,300+45,672; Mean+SD kontrol=-
23,766+13,438). Tidak terdapat perbedaan selisih skor stres antar
kelompok (p value=0,420;Z skor=-0,807;Mean+SD intervensi=-
6,367+1,847; Mean+SD kontrol=-5,967+1,629). Relaksasi Benson dan
terapi murotal dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan
tetapi tidak menurunkan skor stres secara signifikan pada kelompok
intervensi.
5. (Darsih, 2017), “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Penurunan tingkat
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara”. Desain penelitian dengan
metode quasi eksperiment Pre and Post Testdengan nonequivalent control
group design. Terapi murottal dilakukan selama 1 minggu. Jumlah sampel
34 responden yang terdiri dari 17 responden pada kelompok intervensi dan
17 responden pada kelompok kontrol dengan teknik consecutive sampling.
Uji wilcoxon dan uji t tidak berpasangan digunakan dalam menganalis data
penelitian. uji statistik dengan uji wilcoxon pada kelompok intervensi
pretest dan posttest didapatkan nilai p 0,234 dan kelompok kontrol 0,687.
Hasil uji t tidak berpasangan pada kelompok intervensi dan kontrol pretest
adalah 0,888 dan posttest adalah 0,134 artinya hasil tidak ada pengaruh
terapi murottal terhadap tingkat gula darah puasa pretest dan posttest pada
kelompok intervensi dan kontrol, serta tidak ada pengaruh terapi murottal
pada kelompok intervensi terhadap penurunan tingkat gula darah puasa
yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.
6. (Hajiri, Pujiastuti, & Siswanto, 2019), “Terapi Murottal Dengan
Akupresur Terhadap Tingkat Kecemasan Dan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Dengan Penyakit Jantung Koroner”. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik komparatif berpasangan dengan menggunakan desain
experimental with control group pretest posttest design. Hasil signifikan
pada uji repeated measurement Anova pada tingkat kecemasan didapatkan
nilai p <0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan murottal dan akupresur
terhadap tingkat kecemasan, pada kadar gula darah didapatkan nilai p
>0,05 yang artinya tidak ada pengaruh signifikan murottal dan akupresur
terhadap kadar gula darah. Simpulan, terapi kombinasi antara murottal
dengan akupresur selama 2x15 menit sehari lebih efektif dalam
menurunkan kecemasan pasien jantung koroner pada pengukuran 1 dan
pengukuran 2. Terapi murottal dengan akupresur dan terapi murottal tidak
pengaruh terhadap gula darah pada pengukuran 1 dan pengukuran 2.
7. (Purwasih, Permana, & Primanda, 2017), “Relaksasi Benson Dan Terapi
Murottal Surat Ar-Rahmaan Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kecamatan Maos”. Penelitian
ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain dua kelompok pre
test-post test control group. Penelitian telah dilakukan di Pusat Perawatan
Kesehatan Maos dan "Graha Amanah" Klinik Maos. Teknik sampel
menggunakan total sampling, dengan 60 sesuai dengan kriteria inklusi.
Para responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Setiap kelompok memiliki 30 responden. Kelompok intervensi
diberikan relaksasi dan murottal Benson, sementara kelompok kontrol
hanya diberi relaksasi Benson. Intervensi ini dilakukan dua kali sehari,
pagi dan sore, selama 7 hari. Hasilnya menunjukkan perbedaan tingkat
FBG sebelum dan sesudah intervensi antar kelompok (nilai p = 0,000; skor
Z = -4,097; Mean + SD kelompok intervensi = -66.300 + 45.672; rata-rata
+ kelompok kontrol SD = -23.766 + 13.438). Relaksasi dan terapi murottal
Benson dapat menurunkan FBG secara signifikan.
8. (imama istykhomah, 2017), “Efektivitas Terapi Murattal Al-Qur’an Dalam
Menurunkan Kecemasan Pada Orang Dengan Diabetes Militus Tipe II”.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen
yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala kecemasan.
Subjek dalam penelitian kali ini berjumlah 15 orang yang menjalani rawat
inap di RSUD dr.H. Slamet Martodirdjo. Pamekasan dengan kriteria orang
dengan diabetes militus yang memiliki kecemasan tinggi. Pemilihan
subjek dengan cara memberikan skala kecemasan kepada semua orang
yang sedang menjalani rawat inap di RSUD dr.H. Slamet Martodirdjo.
Pamekasan pada bulan oktober. Hasil dari perhitungan skala lalu dibuat
norma kelompok dengan rumus interval untuk menkategorikan kecemasan
yakni tinggi dan rendah. Dari 15 orang yang terpilih menjadi subjek
penelitian lalu akan melakukan kegiatan Terapi Murattal Al-Qur’an. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Terapi Murattal Al-Qur’an efektif dalam
menurunkan kecemasan pada orang dengan diabetes militus.

Anda mungkin juga menyukai