Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG MANFAAT BUNGA

KUMIS BAGI PENYAKIT DIABETES

Disusun Oleh

Nama:Nurachama Nabilah

Kelas: Xii Fkk 2

Nis/Nik:

Program keahlian: Farmasi klinis dan komunitas


LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pemasaran Di Bidang Jasa

Nama : Dwi Alia Putri

NIS/NISN : 2021.02324/0065912968

Program Keahlian : Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran

Telah disahkan oleh Pembimbing untuk diajukan sebagai Karya Tulis Ilmiah pada
SMK Terpadu 2 Yaspida Sukabumi Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam
Darussyifa Al-Fitrah Perguruan Islam Yaspida Sukabumi tahun ajaran 2022/2023.

Mengetahui :

Pimpinan pondok pesantren Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Dr. KH. E. Supriatna Mubarok,M.sc, MM Ai Suarni,S.Pd

Kepala sekolah SMK T2 Yaspida

H.Nandang Irawan S.pd.I.M.Pd


MOTTO

Bunga selalu membuat orang lebih baik lebih bahagia dan lebih
membantu mereka adalah sinar matahari makanan dan obat untuk jiwa
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kekuatan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyusun
karya tulis ilmiah inidengan sebaik-baiknya. Dalam karya tulis ilmiah ini
membahas mengenai “BUNGA KUMIS KUCING BAGI PENYAKIT
DIABETES”. disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
SMK Terpadu 2 Yaspida Sukabumi. Karya tulis ilmiah ini berisi tentang hal –
hal yang berkaitan dengan pengaruh lingkungn terhadap pemasaran.

Saya Juga Mengucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah
Memberikan Arahan Serta Bimbingannya Selama Ini Sehingga Karya Ilmiah Ini
Dapat Dibuat Dengan Sebaik-Baiknya.

Ucapan Terima Kasih Akan Saya Ucapkan Kepada:

1. Bapak sesepuh Dr. KH. E. Supriatna Mubarok, M.Sc.MM, selaku Ketua


Dewan Pembina dan Ibu Drs.Hj. Lani Melani, M.M.Pd, selaku Ibu ketua
umum yayasan sekaligus orang tua di perguruan Yaspida Sukabumi yang
telah memberikan nasihat, arahan dan bimbingan dan meamberikan Do’a
yang menyertai kepada penulis.
2. Bapak H. Nandang Irawan S.Pd.I.M.Pd, selaku Bapak Kepala sekolah di
SMK TERPADU 2 YASPIDA SUKABUMI yang selalu memberikan
arahan dan nasihat.
3. Bapak Yoga Satya Bima, selaku wali kelas XII OTKP 1, yang tak henti-
hentinya membimbing, mengajari dan mengarahkan penulis selaku anak
didiknya.
4. Seluruh Dewan Guru dan Teman seperjuangan angkatan 43-21 yang selalu
membantu dan memberi arahan serta bimbingannya selama ini serta semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah ikut serta
memberikan bantuan dan dorongan dalam proses penyelesaian karya
ilmiah ini.
Saya Menyadari Masih Banyak Kekurangan Dalam penulisan Karya Ilmiah
Ini Sehingga Kami Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang Bersifat Membangun
Demi Penyempurnaan Karya Ilmiah Ini. Saya Mohon Maaf Jika Di dalam Karya
Ilmiah Ini Terdapat Banyak Kesalahan Dan Kekurangan Nya,Karena
Kesempurnaan Hanya Milik Yang Maha Kuasa Yaitu Allah Swt ,Dan
Kekurangan Pasti Milik Kita Sebagai Manusia. Semoga Karya Tulis Ilmiah Ini
Dapat Bermanfaat Bagi Kita Semuanya.

Sukabumi, 02 Mei 2023

Penulis
Nurachma Nabilah
ABSTRAK

Diabetes melitus(DM) merupakan penyakit metabolik yang diklarifikasikan


menjadi 4 tipe yaitu DM tipe I,tipe II,DM karena kehamilan, dan DM tipe
sekunder.Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan dunia dengan peningkatan
angka kejadian dan konstan hingga diperkirakan mencapai 366 juta pada tahun
2030 dan kasus terbanyak adalah DM tipe II.Penurunan aktifitas fisik,peningkatan
obesitas,stres,perubahan pola makan,dan gaya hidup yang tidak sehat,merupakan
faktor yang memicu pravelenci DM.Kontrol ketat terhadap glukosadarah dan
pengobatan farmakologi dengan insulin atau obat hipoglikemik oral (OHO)
dibutuhkan sebagai pengobatan DM.pengobatan farmakologi tersebut tentunya
memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi berbagai efek samping serta
kegagalan terapi.Berkaitan dengan hal ini,who pada tahun 1980
merekomendasikan penggunaan tanaman sebagai bahan alami dalam pencegahan
dan penyembuhan penyakit DM terutama untuk menimalisir biaya pengobatan
yang tinggi.Salah satu tanaman yang memiliki khasiat antidiabetik adalah ortho
siphon stamineus atau sering disebut dengan kumis kucing.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………...
C. Tujuan …………………………………………………………………………………
D. Manfaat ……………………………………………………………………………….

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kumis Kucing ……………..………………………………………………………….
B. Kandungan Zat Aktif tanaman kumis kucing ………………………………………

BAB III PEMBAHASAN


A. Khasiat Tanaman Kumis Kucing dan daun kumis……………………………….
B. Penggolongan Obat Tradisional ………………………………… ………………..

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan dunia yang terjadi


hampir diseluruh lapisan masyarakat didunia (Shadine, 2010). Diabetes
mellitus yang lebih dikenal sebagai non communicable disease adalah
salah satu penyakit yang paling sering diderita dan merupakan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini (Suyono, 2007). World Health
Organization (WHO) telah memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang diabetes mellitus yang cukup besar untuk tahun-tahun
mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Jumlah tersebut menempati urutan ke empat setelah India (31,7 juta),
Cina (20,8 Juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan prevalensi
tersebut akan terus meningkat pada tahun 2030, India (79,4 juta), Cina
(42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Dari
berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan prevalensi DM berkisar antara 1,5 – 2,3% pada penduduk
usia lebih dari 15 tahun (Darmono, 2007). Di Indonesia, menurut Laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi penyakit DM pada
tahun 2013 sebesar 6,9% dimana telah mengalami peningkatan
dibandingkan pada tahun 2007. Prevalensi DM tertinggi terdapat di
provinsi D.I Yogyakarta dengan nilai prevalensi sebesar 2,6% yang
kemudian diikuti oleh D.K.I Jakarta dengan prevalensi sebesar 2,5% dan
Sulawesi Utara dengan prevalensi sebesar 2,4%. Diabetes melitus
disebabkan karena kekurangan hormon insulin yang berfungsi
memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan sintesa lemak.
Kekurangan hormon insulin ini akan menyebabkan glukosa bertumpuk
didalam darah (hiperglikemia) dan disekresi lewat kemih tanpa digunakan
yang disebut juga dengan istilah glycosuria (Tjay dan Rahardja, 2007).
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat
serta metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira
50% karbohidrat yang digunakan mengalami metabolisme sempurna
menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%
diubah menjadi lemak. Pada diabetes semua proses tersebut terganggu
dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, oleh karena itu energi yang
dipergunakan hanya diperoleh dari metabolisme protein dan lemak
(Suherman, 2007). Pengobatan modern untuk diabetes mellitus dengan
obat-obatan pharmaceutik seperti sulfonylurea dan biguanides telah
memiliki hasil yang maksimal dan memuaskan, tetapi juga memiliki efek
samping yang tidak diinginkan (Maiti et al., 2005). Penyakit DM
memerlukan pengobatan jangka panjang dengan biaya yang mahal,
sehingga perlu untuk mencari obat DM yang relatif murah dan terjangkau
bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dicarikan cara alternatif untuk
mengobati DM. Salah satunya adalah menggunakan obat yang ada pada
lingkungan sekitar yaitu tanaman obat dengan melakukan penelitian
tentang obat tradisional yang mempunyai efek terhadap penurunan kadar
gula darah (Hariana, 2007). Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan telah menyebutkan bahwa obat tradisional merupakan bahan
atau ramuan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DEPKES
RI, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah ekstrak etanol 70% akar kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
mempunyai efek dalam penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan galur
Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi dengan aloksan?
1.3Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak etanol 70% akar kumis
kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus
putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang telah diinduksi dengan
aloksan.

1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya karya tulis ini adalah :
Memberikan informasi secara ilmiah dan menjelaskan bukti empiris pengaruh
pemberian ekstrak etanol 70% akar kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi aloksan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tanaman Kumis Kucing


Tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosphon stamineus. Di
beberapa daerah tanaman ini dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu kutum,
mamam, bunga laba-laba, remuk jung, remujung, kumis kucing, songot koceng.
Klasifikasi tanaman kumis kucing sebagai berikut (Depkes, 1980; USDA, 2015).
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Tubiflorae Suku :
Labiatae/ Lamiaceae Marga : Orthosiphon Jenis : Orthosiphon stamineus Benth.
Tanaman kumis kucing memiliki ketinggian 0,3-1,5 m dan memiliki batang 4-
sudut. Daunnya sederhana, memiliki lebar 2-4 cm dan panjang 4-7 cm. Bunganya
berwarna putih, biru atau ungu. Ketika bunga terbuka, benang sari dan putik
meluas jauh melampaui kelopak, yang terlihat seperti "kumis kucing". Tanaman
kumis kucing banyak ditemukan di negara tropis seperti Asia dan Australia.
Budidaya tanaman ini dapat dilakukan di dataran dengan ketinggian 500-1200
mdpl dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun. Kondisi tanah yang subur
dan gembur dengan pH 5-7,7, mengandung banyak humus, memiliki aliran air
yang baik dan terkena sinar matahari langsung merupakan habitat yang cocok
untuk budidaya tanaman ini. (Herliana, 2013).
2.2 Kandungan Zat Aktif Tanaman kumis
kucing mengandung senyawa-senyawa flavonoid polimetoksilasi,
fenilpropanoid (turunan asam caffeic), dan terpenoid (terutama diterpen dan
triterpen). Flavonoid yang paling menonjol, yang diisolasi dari ekstrak daun
kumis kucing adalah sinensetin, eupatorin, 3'-hydroxy-5,6,7,4'- tetramethoxy
flavones, 20–23 tetramethylcutellarein, 20 salvegenin, ladanein, vomifoliol, 7 , 3 ',
4'-tri-O-methylluteolin, dan scutellarein tetramethylether. (Ameer et.al 2012)
Sinensitin merupakan senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa
fitokimia paling penting dan menjadi senyawa marker dari tanaman kumis kucing.
(Himani et al., 2013)
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Khasiat Tanaman Kumis Kucing Daun kumis


Kucing di Indonesia telah digunakan untuk diuretik, mencegah dan
mengobati rematik, diabetes mellitus, hipertensi, radang amandel, epilepsi,
gangguan menstruasi, gonore, sifilis, batu ginjal, batu empedu, nefritis akut dan
kronis, gout arthritis, dan antipiretik (Adnyana et al. 2013). Tanaman Kumis
kucing adalah obat herbal yang banyak digunakan secara empiris dan dipercaya
memiliki efek diuretic. Beberapa negara mempercayai dan menggunakan tanaman
ini untuk mengobati berbagai penyakit seperti hipertensi, aterosklerosis, radang
ginjal, deman, influenza, hepatitis, kencing manis, dan lain-lain (Achmad dkk,
2008) Beberapa khasiat tanaman kumis yaitu: sebagai antioksidan karena
memiliki aktivitas antoksidan yang tinggi dan mempunyai aktivitas
hepatoprotektif karena dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang terkena
jaundice. Ektrak daun kumis kucing juga berfungsi sebagai diuretik yang
bermanfaat dalam pengobatan batu ginjal, pembilasan ginjal dan saluran kemih.
Sebagai anti-inflamasi yang dapat digunakan untuk pengobatan arthritis dan
rematik. Selain itu, daun kumis kucing juga memilki sifat hemolitik kuat yang
dapat menurunkan tekanan darah tinggi serta mengurangi kolesterol. (Himani et
al., 2013). Tanaman kumis kucing menunjukkan aktivitas antioksidan, antitumor,
diuretik, antidiabetik, antihipertensi, antiinflamasi, antibakteri, serta
hepatoprotektif (Adnyana et al. 2013).
3.2 Penggolongan Obat Tradisional

adalah salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan
selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta
pencegahan dan pengobatan penyakit. Hingga saat ini obat tradisional masih
banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia berdasar bukti secara turun
temurun dan pengalaman (empiris). (DepKes RI, 2008) Pengembangan obat
tradisional telah banyak dilakukan dengan adanya perkembangan iptek dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat. Perkembangan obat tradisional mencakup aspek pembuktian khasiat
dan keamanannya, jaminan mutu, bentuk sediaan, cara pemberian, pengemasan
dan penampilan serta teknologi produksi. Obat tradisional di Indonesia
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka. (DepKes RI, 2008) 2.2.1 Jamu Jamu merupakan warisan budaya
bangsa yang telah terbukti banyak memberi kontribusi pada pemeliharaan
kesehatan, Jamu adalah OT Indonesia yang digunakan secara empiris atau
berdasarkan pengalaman (MenKes, 2008).

Jamu dikatakan dapat memenuhi persyaratan mutu apabila aman dan sesuai
dengan bukti empiris. Logo yang dikhususkan untuk sediaan jamu (gambar 2.3
kategori a) berupa ranting daun terletak dalam lingkaran, dan ditempatkan pada
bagian atas sebalah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur. (BPOM, 2004)
Sebagian besar masyarakat Indonesia pernah mengkonsumsi jamu. Hal ini
dibuktikan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 bahwa
persentase masyarakat Indonesia pada kelompok umur di atas 15 tahun yang
pernah mengkonsumsi jamu sebanyak 59,12%, sedangkan 95,60 % masyarakat
dipedesaan maupun di perkotaan telah merasakan manfaatnya dari penggunaan
jamu. Jamu berbentuk cairan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak
disukai oleh masyarakat Indonesia. (Menkes, 2017)
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosphon stamineus. Di
beberapa daerah tanaman ini dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu kutum,
mamam, bunga laba-laba, remuk jung, remujung, kumis kucing, songot koceng.
4.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk kedepannya bagi penulis yang menggunakan makalah
ini sebagai referensi sebaiknya lebih fokus dan detail dalam menjelaskan isi dari
makalah tersebut dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.umm.ac.id/68739/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai