Anda di halaman 1dari 32

Apa itu DESA SIAGA ?

A. Pengertian

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini
adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati
dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi
donor darah, siap memberi bantuan kendaraanuntuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan
bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap
mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi
yang baru dilahirkan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat
desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

C. Ciri ciri pokok desa siaga


a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan
sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan
alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

D. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

E. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok
rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan doa.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan
mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama
ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman
terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai
dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.

F. PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi/mendampingi


masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah
yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian masyarakat),
yaitu dengan menempuh tahap berikut .
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.
Dalam pengembangan desa siaga juga sangat diperlukan forum komunikasi masyarakat yaitu
terbagi menjadi empat money dan pelaporan, musyawarah mufakat desa, gerakan masyarakat
desa, survey mawas diri.
1) Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya dialaksanakan. Tujuan langkah
ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang berada di wilayah puskesmas, baik petugas
teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini dapat berbentuk sosialisasi,
pertemuan, atau pelatihan yang bersiafat konsolidasi, yang di sesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran atau out put dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya,
serta siap bekerja sama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat.
2) Pengembangan tim di masyarakat
Tujaun langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat, dan masyarakat
(forum masyarakat desa ) agar mereka mengetahui dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk
mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, bertujuan agar mereka mau memberi dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran,
persejuan, dana, maupun sumber daya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan
denag lancar. Penfdekatan pada tokoh tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna menciptakan iklim yang
kondusif bgi pengembangan desa siaga.
3) Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self Survei (CSS)
bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri untuk desanya. Survei
harus dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan daftar potensi di
desa yang dapat di dayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,termasuk
dalam rangka membangun poskedes.
Bentuk :
-Curah Pendapat
-Pengisisan Kartu Mawas Diri
-Observasi lapangan dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah
- Data potensi

4) Musyawarah masyarakat desa


Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif
penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun poskesdes di kaitkan dengan potensi
yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa
siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar
masalah kesehatan,data potensi serta harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut
dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan
poskesdes dan pengembangan desa siaga.

G. Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.

1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat
Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai
dengan tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri
orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten /
kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam
rangka pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-
hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di
kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana
poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun
baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat atau
memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan
dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraandesa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di
tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans berbasis
nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB),
penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta
penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga,
perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak perwujudan dari
pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara internal
di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun).
Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar
menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring
lintas sector juga sangat penting , khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran
desa. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
H. Pembinaan Desa Siaga
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM) untuk
melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat keputusan bupati atau
wali kota dan surat keputusan gubernur .
Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan
adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya
pengembangan jejaring kerja sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan
jejaring desa siaga dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa
sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci
keberhasilan dan esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka
pembinaan, perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak
drop out. Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus
di beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat berwira
usaha.
Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini kegiatan-kegiatan
desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya system
informasi posyandu ).
I. Indicator keberhasilan
Keberhasilan upaya pembangunan desa siaga dapat di lihat dari 4 kelompok indikatornya :
1. Indicator masukan adalah indicator untuk menukur seberapa besar masukan telah di berikan
dalam rangka desa siaga. Indicator masukan terdiri dari :
a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya
c. Ada/ tidaknya PKBM yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan )
e. Ada/ tidaknya kader aktif.
f. Ada/ tidaknya sarana pembangunan atau poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
g. Ada/ tidaknya alat komunikasi yang telah lazim di pakai masyarakat yang di manfaatkan untuk
mendung pergerakan surveilans berbasis masyarakat ( misalkan kentongan, bedug )
2. Indikaor proses adalah indicator untuk menukur seberapa aktif upaya yang di laksanakan di sutu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indicator proses meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
b. Berfungsi atau tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangan kegawaat daruratn dan
bencana.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarsi dan PHBS.
g. Ada/ tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indicator keluaran adalah indicator untuk menukur seberapa besar hasil kegiatan yang di capai
di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator keluaran meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA )
b. Cakupan pelyanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan di laporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah oleh kadarsi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
4. Indicator dampak adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan desa
dalam rangka pengembangan desa siaga indicator proses meliputi
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahrkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desa Siaga
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki
kemampuan dalam menemukan permasalahan yang ada, kemudian merencanakan
& melakukan pemecahannya sesuai potensi yg dimilikinya, serta selalu siap siaga
dalam menghadapi masalah kesehatan , bencana , dan kegawatdaruratan
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan(bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa siaga
ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat
2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan / istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang
berwenang untukmengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.
Desa Siaga adalah salah satu program Kementerian Kesehatan yang salah satu
fokus kegiatannya adalah mengurangi angka kematian Ibu, dengan meningkatkan
peran serta masyarakat setempat. Desa siaga adalah upaya bersama masyarakat
untuk mengatasi persoalan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu,
siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraan untuk rujukan, siap
membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi
pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat
dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan
tindakan gawat-darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga
kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa desa siaga adalah suatu keadaan dimana suatu desa
memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengenal, menghadapi dan mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri baik bencana maupun kegawatdaruratan.

2.2 Tujuan Desa Siaga


Tujuan Umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.
Tujuan Khusus :
Optimalisasi peran PKD.
Terbentuknya FKD yang berperan aktif menggerakan pembangunan kesehatan.
Berkembangnya kegiatan PMD ,pokja gotong royong,
Upaya kesehatan ,Survailance dan Pembiayaan kesehatan.
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan.
Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit,
dsb).
Menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Meningkatkan pertolongan persalinan oleh nakes.
Meningkatkan kepesertaan KB.

2.3 Sasaran Desa Siaga


Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi
intervensi,yaitu:
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah
desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan
pemuda,kader,serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat, para
pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lain.
2.4 Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga
Sebelum dibahas langkah-langkah pengembangan desa siaga akan dijelaskan
terlebih dahulu proses pembentukan desa siaga. Adapun proses pembentukan desa
siaga yaitu:
a. Persiapan di tingkat kabupaten
Keorganisasian tim lintas lembaga di tingkat kabupaten: dinas kesehatan,
BKKBCS, BPMD, BAPPEDA, dan LSM
Pelatihan-pelatihan
b. Sosialisasi tingkat kecamatan
c. Tingkat desa
Analisa masalah dengan metode PPA (Partisipatory Problem Analisys)
Pengorganisasian masyarakat dalam jejaring (pencatatan, dana, transport,
KB)
Pertemuan rutin/bulanan desa siaga
Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral
pemecahan masalah yang terorganisasi, yaitu dengan menempuh tahap-tahap:
Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan
melaksanakannya.
Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.
Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk mengembangkan
desa siaga meliputi :
1. Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan Iangkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan
yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas
administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau
pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran atau output dan Iangkah ini adalah para petugas yang memahami tugas
dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan
kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan tim masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk
mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi
kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik
berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain,
sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan
dapat berupa dukungan moral, dukungan finansial atau dukungan material, sesuai
kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa
Siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun
Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kernasyarakatan
Iainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap pertemuan
dan kesepakatan.
3. Survei mawas diri (SMD)
Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey
(CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah
mawas diri untuk desanya. Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka
masyarakat setempat dengan birnbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian,
diharapkan mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya,
serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun
Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan
keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dan SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan
serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka rnembangun Poskesdes.
4. Musyawarah mufakat desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes,
dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun
rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga.
lnisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh
masyarakat yang telah sepakat mendukung pegembangan Desa Siaga. Peserta
musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan
generasi muda setempat. Bahkan sedapat rnungkin dilibatkan pula kalangan dunia
usaha yang mau mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk
itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah
daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan
kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/ institusi
yang diwakilinya, serta langkah-Iangkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan
pengembangan masing-masing Desa Siaga

2.5 Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


Agar percepatan pengembangan desa siaga cepat tercapai maka ada beberapa
strategi yang dilakukan oleh Tim Pengembangan Desa Siaga, di antaranya adalah
sebagai berikut :

Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep Desa Siaga adalah pemberdayaan, dimana peran serta dari
masyarakat adalah yang utama. Langkah awal yang dilakukan dalam
pemberdayaan tersebut dengan membantu kelompok masyarakat memegenali
masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi
masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarakan untuk dipecahkan
bersama. Pembinaan Desa Siaga dilakukan dengan menggerakkan segenap
komponen yang ada dalam masyarakat agar secara mandiri dan
berkesinambungan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya dan
mengenali potensi yang dimiliki guna mengatasinya. Mengajak masyarakat agar
terlibat secara mandiri dalam Desa Siaga juga dilakukan dengan melakukan
penyuluhan-penyuluhan semisal pada saat ada pelaksanaan Posyandu. Petugas
kesehatan dari Puskesmas sangat memberi andil yang sangat besar dalam
pengembangan Desa Siaga dengan startegi pemberdayaan tersebut.
Bina Suasana (Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar berperan dalam pengembangan
Desa Siaga.Bina suasana dilakukan dengan pemberian informasi tentang Desa
Siaga melalui leaflet. Misal yang telah dilakukan dengan adalah pembagian
selebaran informasi tentang Demam Berdarah Dengue dengan pendekatan konsep
Desa Siaga. Hal lain yang juga dilakukan adalah memotivasi kader-kader kesehatan
di desa agar mampu mempunyai pengaruh untuk menciptakan opini positif tentang
Desa Siaga kepada masyarakat. Pemasangan papan Desa Siaga juga adalah salah
satu strategi bina suasana, hal ini dilakukan agar desa siaga menjadi familir di
tengah-tengah masyarakat.
Advokasi
Advokasi terus dilakukan oleh Tim Teknis Pengembangan Desa siaga dan tim
promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Pendekatan juga dilakukan
kepada stakeholder yang terkait guna memberikan dukungan, kebijakan, dana,
tenaga, sarana dan prasarana.

Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan Desa Siaga Siaga masih dalam tahap
penjajakan. Tim Teknis Desa Siaga telah melakukan pendekatan terhadap pihak
ketiga ( Pihak Swasta ) agar dapat mengambil peran dalam pengembangan Desa
Siaga. Tentunya ada manfaat bagi Pihak swasta yang ditawarkan jika Desa Siaga
berjalan dengan baik.

2.6 Peran Perawat dalam Pelaksanaan Desa Siaga


Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Proporsi tenaga keperawatan (perawat dan bidan)
merupakan proporsi tenaga terbesar (48%) yang dapat mempengaruhi kinerja
rumah sakit dan puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lainnya. Perawat
berperan dalam UKP (Upaya kesehatan perorangan) dan Upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Peran perawat di semua tatanan pelayanan kesehatan di setiap
level rujukan dimana bentuk pelayanan yang diberikan berupa pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif.
Perawat sebagai ujung tombak tenaga kesehatan di masyarakat tentu harus juga
dipersiapkan dalam pelaksanaan desa siaga ini. Dengan mengacu dari prinsif-prinsif
keperawatan komunitas yaitu (Astuti Yuni, Nursari 2005) :
Kemanfaatan, yang berarti bahwa intervensi yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar besarnya bagi komunitas.
Prinsip otonomi yaitu komunitas harus diberikan kebebasan untuk melakukan
atau memilih alternative yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.
Keadilan yaitu melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas komunitas.
Adapun peran perawat disini antara lain (Old, London, & Ladewig, 2000)
Sebagai pemberi pelayanan dimana perawat akan memberikan pelayanan
keperawatan langsung dan tidak langsung kepada klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sebagai pendidik, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dengan resiko tinggi atau dan kader ksehatan.
Sebagai pengelola perawat akan merencanakan,
mengorganisasi,menggerakan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan baik
langsung maupun tak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat
dalam kegiatan keperawatan komunitas.
Sebagai konselor, perawat akan memberikan konseling atau bimbingan
kepada kader, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas dan
kesehatan ibu dan anak.
Sebagai pembela klien (advokator) perawat harus melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalm pelayanan keperawatan komunitas.
Sebagai peneliti perawat melakukan penelitian untuk mengembangkan
keperawatan komunitas dalam rangka mengefektifkan desa siaga.
Mengacu dari BPPSDM Dep Kes 2006, mengenai sumber daya manusia (SDM)
Kesehatan di Desa Siaga dijelaskan bahwa SDM pelaksana pada desa siaga ini
menempati posisi yang sangat penting , dimana mereka akan berperan dalam
sebuah tim kesehatan yang akan melaksanakan uapya pelayanan kesehatan . SDM
Kesehatan yang akan ditempatan di desa siaga ini memiliki kompetensi sebagai
berikut:
Mampu melakukan pelayanan kehamilan dan pertolongan persalinan,
kesehatan ibu dan anak
Mampu melakukan pelayanan kesehatan dasar
Mampu melakukan pelayanan gizi individu dan masyarakat
Mampu melakukan kegiatan sanitasi dasar
Mampu melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
Mampu melakukan pelayanan kesiapsiagaan terhadap bencana , dan mampu
melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Perawat dengan peran dan fungsinya untuk ikut mensukseskan Desa Siaga,
sebaiknya telah dipersiapkan dengan baik sehingga beberapa persyaratan SDM
seperti dijelaskan diatas bisa dicapai.

Definisi
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila
desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
(Depkes, 2007).

Pos Kesehatan Desa


Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa
dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban
Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki
kegiatan:

1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang


berpotensi menimbulkan

2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu
hamil yang beresiko.
3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.

4. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.

5. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.

6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.

Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai
UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus
didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu
oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa
bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel
atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu
mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang
sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu
dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya
masyarakat.

Kriteria Desa Siaga


Kriteria desa siaga meliputi :
1. Adanya forum masyarakat desa
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar
3. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4. Dibina Puskesmas Poned
5. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
7. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8. Memiliki lingkungan yang sehat.
9. Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.

Tahapan desa siaga :

1. Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar,
serta ada UKBM Mandiri.

2. Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah
dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang
berbasis masyarakat.

3. Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan
kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang
telah berjalan.
4. Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga

Apa Itu Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mengatasi masalah2 kesehatan secara mandiri dlm rangka mewujudkan desa sehat

Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat

Ancaman kesehatan masyarakat dapat berupa:

Kurang gizi

Penyakit menular

Penyakit berpotensi KLB/wabah

Bencana

Kecelakaan

Pengembangan desa siaga mencakup:

Mendekatkan pel kes kpd masyarakat

Menyiapkan masy menghadapi masalah kes

Memandirikan masy dalam mengembangkan PHBS

Inti kegiatan desa siaga adalah: memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu
untuk hidup sehat

Pengembangan desa sehat diperlukan langkah edukatif memfasilitasi masyarakat


untuk menjalani proses pembelajaran menghadapi maslah kesehatan

Desa siaga dikembangkan dari UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Poskestren,
Dana sehat) sebagi embrio desa siaga
Desa Siaga Basis Indonesia Sehat

Tujuan Desa Siaga

Umum: Mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya

Khusus:

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan

Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan


bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawat-
daruratan)

Meningkatkan kel sadar gizi dan melaksanakan PHBS

Meningkatkan kesehatan lingkungan di desa

Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di
bidang kesehatan

Sasaran Pengembangan Desa Siaga

Semua individu dan keluarga di desa

Pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
(Toga, Toma, tokoh perempuan, kader, petugas kesehatan)
Pihak yang diharapkan dapat memberi dukungan kebijakan (camat, pejabat terkait, donatur)

Kriteria Desa Siaga

Sebuah desa dikatakan telah menjadi desa siaga apabila desa tsb telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di


desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan PKD bagi masyarakat desa

Ciri Pokok Desa Siaga

Memiliki Pos Kesehatan Desa (poskesdes) sbg UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat), (dapat dikembangkan dari Pondok Bersalin Desa) yang juga berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan dasar.

Memiliki sistem surveilans (penyakit, gizi, kesling, & PHBS) berbasis masyarakat yang
berfungsi dengan baik

Memiliki sistem pelayanan gawat darurat (safe community) berbasis masyarakat yang
berfungsi dengan baik

Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat (mandiri dalam pembiayaan


kesehatan)

Masyarakat berperilaku hidup bersih & sehat (PHBS) & menyelenggarakan UKBM2
yang diperlukan

Suberdaya Poskesdes

Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan


dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader

Sarana poskesdes: bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan juga alat komunikasi
(telepon, ponsel atau kurir)

Proses Pemecahan Masalah

Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, sumberdaya untuk mengatasi maslah

Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah


Menetapkan alternatif pemecahan masalah, merencanakan dan melaksanakan

Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yg telah dilakukan

Langkah Pengembangan Desa Siaga

Pengembangan Tim petugas (sosialisasi, pertemuan atau pelatihan) petugas faham


tugas dan fungsinya

Pengembangan Tim di Masyarakat (petugas, tokoh masyarakat dan masyarakat) bertekat


mengembangkan desa siaga

Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey
(CSS) tokoh masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya sadar
akan masalah di desanya bangkit mencari solusi

Output SMD identifikasi masalah serta potensi mengatasi masalah

Musyawarah Masyarakat Desa (MSD) mencari alternatif pemecahan masalah dan


upaya membangun Poskesdes

Pelaksanaan kegiatan:

Pemilihan pengurus dan kader desa siaga

Orientasi/pelatihan kader desa siaga

Pengembangan Poskesdes dari UKBM

Penyelenggaraan kegiatan desa siaga

Pembinaan dan peningkatan

Kegiatan Desa Siaga

Pengembangan sistem surveilan berbasis masyarakat

Pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana

Pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang potensi menimbulkan KLB

Penggalangan dana
Pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan PHBS

Penyehatan lingkungan

Pelayanan kesehatan dasar

Pelayanan UKBM lain (Posyandu)

Indikator Keberhasilan

1. Indikator input

2. Indikator proses

3. Indikator output

4. Indikator outcome

Indikator Input

Ada/tidaknya Forum Masyarakat desa

Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta pelengkapan/peralatanya

Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat

Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)

Indikator Proses

Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa

Berfungsi/tidaknya Poskesdes

Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada

Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan bencana

Berfungsi/tidaknya sistem surveilan berbasis masyarakat

Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS


Indikator Output

Cakupan PKD Poskesdes

Cakupan pelayanan UKBM lainya

Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan

Cakupan rumah tangga yg mendapat kunjungan rumah ntuk kadarzi dan PHBS

Indikator Outcome

Jumlah penduduk yang menderita sakit

Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa

Jumlah ibu melahirkan yang meninggal

Jumlah bayi dan balita yang meninggal

Jumlah balita dengan gizi buruk

DESA SIAGA

PENGEMBANGAN
DESA SIAGA
A. PENGERTIAN
Dari judul di atas tentu tidak asing lagi untuk kita. Menurut SK Menkes RI-
564/Menkes/SK/VIII/2006 - 2 Agustus 2006 mendefenisikan Desa Siaga
adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah -
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruariratan kesehatan secara
mandiri.

B. TUJUAN
Adapun tujuan Desa Siaga : Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

C. DASAR PERTIMBANGAN

Tingginya angka kematian ibu hamil/melahirkan dan bayi

Munculnya kembali penyakit-penyakit lama seperti malaria

Berubahnya kondisi lingkungan dan perubahan perilaku yang


menimbulkan berbagai penyakit baru seperti flu burung dan HIV/AIDS

Adanya bencana alam yang berpengaruh terhadap kesehatan.

D. PRINSIP DESA SIAGA

Tolong menolong sesama warga

Dari, oleh, dan untuk warga

Keadilan dalam pelayanan

Pertemuan teratur

Pendidikan terus menerus

E. JEJARING DESA SIAGA

1. Jejaring Notifikasi (Pencatatan & Pemantauan)

Mengurus pencatatan,pemantauan dan informasi tentang keberadaan ibu


hamil,bayi,balita,WUS, dan penyakit KLB serta masalah lain yang ada di
desa.

2. Jejaring Donor Darah


Mengatur ketersediaan donor dan kelancaran proses terkait tindakan
bantuan donor darah pada saat warga mengalami kondisi kedaruratan.

3. Jejaring Transportasi
Mengatur ketersediaan transportasi serta kelancaran proses penyediaan
sarana pada upaya pertolongan persalinan maupun pada kondisi
kegawatdaruratan lain.

4. Jejaring Dana
Mengatur ketersediaan dana guna membiayai proses pertolongan persalinan
maupun kondisi kegawatdaruratan lain, melalui berbagai upaya
penggalangan dana dan koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat
untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan.

5. Jejaring Informasi KB & Gizi


Mengatur upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan tantang berbagai gejala penyakit, reproduksi, cara
memperoleh layanan, serta informasi lain agar masyarakat terhindar dari
masalah kesehatan serta hidup lebih berkualitas.

F. PEMBENTUKAN DAN PENGUATAN TIM FASILITAS DESA SIAGA

Pembentukan tim fasilitasi desa :

1. Bidan desa
2. 2 orang fasilitator desa (jika memungkinkan)
3. Staf puskesmas

Pelatihan pembekalan tim untuk survey mawas diri

Bimbingan pengorganisasian sistem siaga

Bimbingan teknis lewat pertemuan antar tim fasilitasi di tingakat Kec -


Kab

G. KRITERIA DESA SIAGA

1. Desa yang dipilih berada dalam satu wilayah jaringan Puskesma


PONED. Untuk puskesma bukan PONED disyaratkan memiliki akses ke
rumah sakit rujukan terdekat.
2. Desa telah memiliki Pustu atau Polindes yang layak melayani

3. Memiliki bidan desa yang tinggal di desa dan minimal mempunyai


kemampuan APN.

4. Desa yang terpilih mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi


Desa Siaga Mandiri dan mempunyai kader calon Fasilitator desa yang
peduli pada KIA dan masalah kesehatan lainnya

5. Dapat dikembangkan kesiapan kegawat-daruratan untuk penyakit


lain : Gizi buruk, DBD,TBC, dan KLB.

6. Mengaktifkan kembali posyandu

7. Calon desa model sinergis dengan desa yang diprioritaskan untuk


menjadi desa binaan BPMD atau lembaga lain

8. Pemerintah desa mendukung pelaksanaan desa siaga

9. Tidak sedang terjadi konflik antara masyarakat di desa-desa yang


terpilih sebagai desa pembelajaran.

10. Sudah ada UKBM yang mendukung upaya kesehatan seperti :


kelompok pemanfaat air, Pos malaria desa,dll.

H. TAHAPAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan survey mawas diri dusun : 3 x pertemuan per dusun

2. Lokakarya hasil SMD tingkat desa dan perencanaan : 1 x pertemuan


desa

3. Pengorganisasian sistem siaga per dusun : 3 x pertemuan per dusun

4. Lokakarya desa kesepakatan sistem siaga : 2 x pertemuan desa

5. Pertemuan desa reguler-monitoring : 1 x per bulan

Seperti inilah materi tentang Desa Siaga, semoga bermanfaat. Sekedar


share, wilayah kerja saya juga merupakan Desa Siaga dan komponen yang
paling penting yang diperlukan adalah kerjasama lintas sektor dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
Definisi
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa Siaga dapat dikatakan merekonstruksi
atau membangun kembali berbagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM).
Pengembangan Desa Siaga juga merupakan revitalisasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali, dipertahankan, dan
ditingkatkan.
Desa Siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep Siap-Antar-Jaga,
sehingga diharapkan pada gilirannya akan menjadi Desa Siaga dan selanjutnya Desa Sehat yang
dilengkapi komponen- komponen yaitu dikembangkannya pelayanan kesehatan dasar dan
UKBM, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan masyarakat, diciptakannya
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, serta sistem
pembiayaan kesehatan yang berbasis masyarakat.
Desa siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia
sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan / istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengukur kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan RI.
Desa Siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep Siap-Antar-Jaga,
sehingga diharapkan pada gilirannya akan menjadi Desa Siaga dan selanjutnya Desa Sehat yang
dilengkapi komponen- komponen yaitu dikembangkannya pelayanan kesehatan dasar dan
UKBM, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan masyarakat, diciptakannya
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, serta sistem
pembiayaan kesehatan yang berbasis masyarakat. Kerangka pikir pertama adalah bahwa Desa
Siaga akan dapat terwujud apabila manajemen dalam pelaksanaan pengembangannya
diselenggarakan secara paripurna oleh berbagai pihak (unit-unit kesehatan dan pemangku
kepentingan lain yang terkait).
Sebagaimana diketahui, secara elementer komponen dari manajemen adalah 3 P, yaitu
P1 - Perencanaan (terdiri atas Persiapan, Pembentukan Tim, Penyusunan Pedoman, Penerbitan
Peraturan Perundang-undangan, Penganggaran. dan Iain-Iain). P2 - Penggerakan Pelaksanaan
(terdiri atas Pemilihan Desa, Pengadaan SDM, Pengadaan Sarana, Pelaksanaan Kegiatan). dan
P3 - Pemantauan, Pengawasan dan Penilaian. Kesemuanya itu harus tertampung sebagai
tugas/peran dari jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait

B. Tujuan Desa Siaga


Pengembangan desa siaga memiliki beberapa tujuan :
1. Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.

2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.
c. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
d. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb).

C. Sasaran Desa Siaga


Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi
intervensi, yaitu :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda, kader, serta petugas
kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan,
dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur,
dan pemangku kepentingan lain.

D. Komponen Desa Siaga


Kriteria desa siaga: Poskades merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang
merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanan di
poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (penyuluhan), dan kuratif
pengobatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader
atau tenaga sukarela lainnya. Kegiatan-kegiatan dalam sebuah poskesdes merupakan kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, secara minimal berupa :
1. Pengamatan epidemologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk
status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi).
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
5. Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi (kadarzi),
peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dll, merupakan kegiatan pengembangan.
Adapun penjelasan singkat untuk masing-masing kriteria tersebut di atas adalah sebagai berikut
a. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Poskesdes adalah sarana kesehatan yang dibentuk di desa yang tidak memiliki akses terhadap
Puskesmas/Pustu dalam rangka menyediakan/mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan, perawat, tenaga gizi dan sanitarian) dengan
melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Sasarannya adalah Ibu, bayi, anak balita, wanita
usia subur, usila, dan masyarakat lainnya.
b. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
UKBM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan petugas
Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. UKBM dapat berupa:
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat guna memberikan kemudahan kepada masyarakat, utamanya
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
2) Posyandu Usila
Posyandu Usila merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut (usila), yandilakukan
dari, oleh dan untuk kaum usila titik berat pelayanannya pada upaya promotif dan preventif,
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
3) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam upaya mendekatkan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan profesional Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) serta Keluarga Berencana (KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa (BDD) dan pamong
desa.
4) Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih pengetahuan dan keterampilan
tentang obat dan pengobatan sederhana dari petugas kepada kader dan dari kader kepada
masyarakat, guna memberikan kemudahan dalam memperoleh obat yang bermutu dan
terjangkau. Sasarannya adalah: kelompok masyarakat yang masih rendah keterjangkauannya
dalam hal obat dan pengobatan.
5) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
6) Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan
bagi generasi muda, khususnya anggota Gerakan Pramuka, untuk mernbaktikan dirinya kepada
masyarakat di lingkungan sekitar.
7) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Poskestren merupakan wahana dalam mendekatkan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat
pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok pesantren yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif

Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan


dibantu minimal 2 orang kader kesehatan. Untuk penyelenggaraan poskesdes, harus tersedia
sarana fisik yang meliputi bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Beberapa alternatif
pembangunan poskesdes dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Mengembangkan rumah pondok bersalin desa (polindes) yang telah ada di poskesdes.
2. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya balai RW, balai desa, balai pertemuan
desa, dan lain-lain.
3. Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (pusat atau daerah),
donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

E. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi masyarakat
untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang
terorganisasi, yaitu dengan menempuh tahap - tahap :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.
Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk mengembangkan desa siaga
meliputi :
a. Pengembangan tim petugas
b. Pengembangan tim masyarakat
c. Survei mawas diri (SMD)
d. Musyawarah mufakat desa (MMD)

F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemilihan kader dan pengurus desa siaga
2. Orientasi / pelatihan kader desa siaga
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM yang lain
4. Penyelenggaraan seluruh kegiatan desa siaga

G. Pembinaan dan Peningkatan


Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi,
sehingga seluruh kegiatan-kegiatan di desa siaga perlu dicatat oleh para kader, misalnya buku
register UKBM. Kegiatan posyandu dicatat dalam buku register ibu dan anak tingkat desa atau
RIAD dalam sistem informasi posyandu.

H. Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu: (1) indikator masukan, (2) indikator proses, (3) indikator keluaran, dan (4)
indikator dampak

1. Indikator Masukan
Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan
desa siaga meliputi
a. Ada/ tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya
c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)
2. Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana.
c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa
dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

4. Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam rangka
pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

I. Pengembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)


1. Pengertian
Pengembangan kadarzi adalah pengembangan keluarga yang berperilaku gizi seimbang, serta
mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Perilaku gizi seimbang.
adalah perilaku yang dilandasi pengetahuan dan sikap yang sesuai, meliputi perilaku
mengkonsumsi makanan seimbang serta perilaku hidup bersih dan sehat. Makanan seimbang,
adalah pilihan makanan keluarga yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan masing-
masing anggota keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan bebas dari
pencemaran.
2. SasaranSasaran pengembangan kadarzi adalah keluarga, karena:
a. Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di
tingkat keluarga.
b. Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga.
c. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak
semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaksediaan pangan.
d. Kebersamaan antar keluarga yang merupakan wujud dari pemberdayaan dapat memobilisasi
masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan.

3. Tujuan
Secara umum tujuan pengembangan kadarzi adalah memandirikan keluarga berperilaku gizi
seimbang, untuk mencapai keadaan gizi optimal. Secara khusus tujuan pengembangan kadarzi
adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang gizi seimbang.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang
ada.
c. Meningkatkan keadaan gizi keluarga.
4. Kegiatan
a. Di Tingkat Keluarga
1. Keluarga mencari informasi gizi yang tersedia secara terus-menerus.
2. Tukar pengalaman antar keluarga serta pendampingan oleh tokoh masyarakat dan petugas.
3. Memanfaatkan fasilitas rujukan kompeten secara berjenjang yang terjangkau
(Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit
b. Di Tingkat Masyarakat:
1. Pembentukan kelompok masyarakat yang mendukung upaya menuju kadarzi (LSM, organisasi
keagamaan, organisasi kepemudaan, organisasi wanita, PKK). Setiap kelompok memiliki akses
terhadap informasi gizi dan informasi sistem pelayanan gizi
2. Rekruitmen kader (minimal terdapat seorang kader di masing-masing kelompok).
3. Setiap Kelompok aktif menyediakan/menyebarluaskan informasi dan sumber daya tentang
kesehatan dan gizi.
J. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan serta dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. PHBS dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok. Di luar PHBS di bidang
Gizi yang telah dicakup dalam pengembangan keluarga sadar gizi terdapat:
a. Kelompok PHBS bidang Obat dan Farmasi, yaitu misalnya: tidak menyalahgunakan NAPZA,
memelihara taman obat keluarga, dan Iain-Iain.
b. Kelompok PHBS bidang KIA & KB, yaitu misalnya:
memeriksakan kehamilan secara teratur, meminta pertolongan tenaga kesehatan untuk persalinan,
menjadi akseptor KB, dan Iain-Iain.
c. Kelompok PHBS bidang Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan, yaitu misalnya: menghuni rumah sehat, memiliki persediaan air bersih,
memberantas jentik nyamuk, dan Iain- Iain.
d. Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu misalnya: memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan Puskesmas. dan Iain-Iain. PHBS
merupakan tujuan yang akan dicapai oleh Program Promosi Kesehatan.
2. Sasaran
Di Desa Siaga, Program Promosi Kesehatan dilaksanakan untuk menciptakan PHBS di tatanan
rumah tangga. Prioritas kedua, PHBS di tatanan institusi pendidikan (sekolah dan madrasah).
Kelompok sasaran di tatanan rumah tangga adalah:
a. Pasangan usia subur.
b. Ibu hamil dan atau Ibu menyusui.
c. Bayi/anak di usia di bawah lima tahun (Balita).
d. Tenaga kerja laki-laki dan perempuan.
e. Remaja laki-laki dan perempuan, termasuk pelajar.
f. Penduduk berusia lanjut (usila).
Sedangkan sasaran di tatanan institusi pendidikan adalah:
1) Pengelola/pemilik institusi pendidikan.
2) Pendidik (guru).
3) Murid (siswa).
4) Lain-lain (misalnya pemilik warung/kantin).
5) Kegiatan.
Promosi Kesehatan dalam rangka Desa Siaga dilaksanakan dengan strategi dasar pemberdayaan
masyarakat yang didukung oleh bina suasana dan advokasi. Pelaksana pemberdayaan masyarakat
adalah para petugas Puskesmas, yaitu melalui tiga cara:
a. Konseling terhadap individu pasien.
b. Kunjungan rumah.
c. Pengorganisasian masyarakat.
Bina suasana dilakukan oleh Puskesmas dengan dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu
dengan cara:
a. Mendayagunakan pengaruh tokoh-tokoh masyarakat.
b. Mendayagunakan pengaruh kelompok-kelompok dalam masyarakat (PKK, majelis taklim, dan
Iain-Iain)
c. Mendayagunakan media, baik media cetak (poster, leaflet, dan lain-lain) maupun media
elektronik (radio, televisi. dan Iain-Iain).
Advokasi juga-dilakukan oleh Puskesmas dengan dibantu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. yaitu dalam rangka .mendapatkan dukungan (kebijakan, pengaturan. dana. dan
Iain- Iain) untuk terciptanya PHBS masyarakat

BAB III
PENUTUP

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa siaga ini merupakan program pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga
adalah keluarahan / istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai